Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT

PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL

PADA ANAK USIA DINI

DISUSUN OLEH:

NAMA MAHASISWA : SELLY


NATASYA SILABAN
NIM : 1203113057

DOSEN PENGAMPU : Dra. NURMANIAH TARIGAN, S.PD, M.PD

SALSABILA HASIANA TANJUNG,


S.PD,M.PD

MATA KULIAH : PENGEMBANGAN NILAI AGAMA DAN


MORAL

PROGRAM STUDI S1 PG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEI 2021

1
KATA PENGATAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan Rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Critical Book
Report pada mata kuliah ” Pengembangan Nilai Agama dan Moral“. Dengan
waktu yang telah disediakan dan dengan hasil yang semaksimal mungkin telah
Penulis tuangkan dalam menyusun Critical Book Report ini.

Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada Ibu dosen yang senantiasa
mengajari, membimbing penulis dan memberikan waktu buat penulis dalam
menyelesaikan Critical Book Report ini.

Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Critical


Book Report ini, untuk itu terlebih dahulu Penulis meminta maaf jika terdapat
kesalahan baik kata demi kata maupun kesalahan kalimat dalam penyusunan ini.
Dan Penulis juga mengharapkan kritik dan saran, dalam membangun
kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih dan apa yang Penulis kerjakan ini
semoga bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi Pembaca.

Medan, Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... 2

DAFTAR ISI..................................................................................... 3

IDENTITAS BUKU......................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN................................................................. 5

1.1 Latar Belakang..................................................................... 5


1.2 Tujuan................................................................................... 6
1.3 Manfaat................................................................................. 6

BAB II RINGKASAN BUKU......................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN................................................................ 16

3.1 Keunggulan........................................................................... 16
3.2 Kelemahan............................................................................ 16

BAB IV PENUTUP.......................................................................... 17

4.1 Kesimpulan........................................................................... 17
4.2 Saran...................................................................................... 17

3
IDENTITAS BUKU

1. JudulBuku : Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di


Sekolah dan di Rumah
2. Judul Bab V : Pendidikan Karakter di Sekolah
3. Penulis : Rohinah M. Noor.
4. Editor : M. AlaikaSalamulloh
5. Sampul : Henzanura
6. Cetakan : I Januari 2012
7. Penerbit : Pedagogia
8. Kota Terbit : Yogyakarta

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam perkembangan anak perlunya yang namanya menstimulus anak.


Baik dari orang tua, sekolah dan juga lingkungan sekitarnya. Untuk membantu
perkembangan anak, termasuk dalam perkembangan karakter anak. Orang-orang
yang berada di dekat anak, akan sangat menentukan karakter anak. Semua orang
tahu bahwa anak tidak mampu tumbuh dan berkembang jika memang anak itu
dibiarkan begitu saja tanpa stimulus yang lebih berarti.

Banyak orang tua mengharapkan agar anaknya menjadi seorang anak yang
benar-benar berarti dimasa yang akan datang, dan dalam membantu
perkembangan anak orang tua lebih sering salah dalam melakukan pendekatan
ataupun cara mendidik anak. Dimana orang tua lebih sering memilih cara untuk
melakukan kekerasan ataupun hukuman, membatasi anak dalam melakukan
sesuatu, membedakan anak yang satu dengan anak yang satunya lagi,
menggunakan labeling.

Begitu juga dengan pihak sekolah, terkadang yang kita temui banyak sekolah
terkhusus pada PAUD lebih mengutamakan yang namanya belajar, padahal yang
seharus nya PAUD adalah dunia bermain anak. Untuk itu bagaimana kah yang
sebenarnya cara membantu perkembangan karakter anak usia dini? Dalam
ringkasan buku ini ataupun dalam critical book report akan membantu kita
bagaimana seharusnya kita dalam membantu perkembangana anak usia dini
tersebut.

5
1.2 tujuan

Adapun tujuan dalam melakukan critical book report, antara lain:

 Untuk melakukan penilaian terhadap buku, dan mencari keunggulan dan


kelemahan buku itu.
 Membantu kita untuk mengenal anak usia dini.
 Membantu kita untuk mengenalkan fungsi dan peran lembaga sekolah
 Untuk membantu kita apa yang menjadi tugas dan peran guru dalam
pendidikan karakter

1.3 Manfaat

Adapun manfaat Citical Book Report ini untuk membantu kita mewujudkan
tujuan yang ada di atas. Setelah membaca buku yang di kritik, saya selaku
pengkritik mulai dapat memahami apa nantinya yang harus saya lakukan ketika
saya jadi seorang guru. Karena pada buku yang saya kritik terdapat jelas
bagaimana seharusnya seorang guru dapat memahami cara belajar anak, dan
bagaimana perkembangan anak didik kita tersebut.

6
BAB II

RINGKASAN BUKU

PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

A. Fungsi Dan Peran Lembaga Sekolah

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam membentuk kepribadian.


Pendidikan itu tidak selalu berasal dari pendidikan formal seperti sekolah ata
perguruan tinggi. pendidikan informal dan nonformal pun memiliki peran yang
sama untuk membentuk kepribadian, terutama anak atau peserta didik.

Dalam membangun dan melakukan penguatan peserta didik perlu mensinergiskan


ketiga komponen lembaga pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya
adalah pendidikan dan orang tua berkumpul bersama dan mencoba memahami
gejala-gejala anak pada fase negatif, ada rasa gelisah, ada pertentangan sosial,
kepekaan emosional, kurang percaya diri, mulai timbul minat pada lawan jenis,
adanya perasaan malu yang berlebihan, dan kesukaan berkhayal (Mappire dalam
Suyanto dan Hisyam, 2000: 186-87).

Adapun peranan sekolah dengan melalui kurikulum menurut Hasbullah, sebagai


berikut:

1. anak didik belajar bergaul sesama anak didik,antar guru dengan anak didik
dan anak didikdengan orang-orang yang bukan guru.
2. anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah.
3. mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang
berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Adapun fungsinya sebagai berikut:

1. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.


2. Sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan
pengajaran.
3. Lebih efesien, karena dilaksanakan dalam program yang tertentu dan
sistematis.

7
4. Memiliki peran yang penting dalam proses sosialisasi
5. Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat.

B. Urgensi Pendidikan Karakter Di Sekolah

Secara institusional, pemerintah hendaknya memasukkan pendidikan budaya


dan karakter bangsa melalui penguatan kurikulum, melalui dari tingkat sekolah
dasar hingga perguruan tinggi, sebagai bagian dari penggunaan sistem pendidikan
nasional. Ini penting dilakukan agar nilai-nilai budaya dana karakter bangsa itu
tetap melekat pada diri anak sehingga tidak terjadi lost generation dalam hal
budaya dan karakter bangsa.

Pendidikan karakter adalah gerakan nasional untuk menciptakan sekolah yang


membina generasi muda yang beretika, bertanggung jawab, dan peduli melalui
pemodelan dan mengajarkan karakter baik dengan penekanan pada nilai universal
yang kita setujui bersama.

Institusi sekolah memmiliki beban tugas-tugas penting, termasuk bertugas


dalam pembentukan kapasitas bertanggung jawab siswa dan kapasitas
pengambilan keputusan yang bijak dalam kehidupan. Karena itu menurut Mann
(1796-1859) bahwa sekolah-sekolah haruslah menjadi penggerak utama dalam
pendidikan yang bebas, dimana pendidikan sebaiknya bersifat universal, tidak
memihak dan bebas.

Dalam pendidikan karakter Lickona (1992) menekankan pentingnya tiga


komponen karakter yang baik, yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan tentang
moral dan perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar anak didik mampu
memahami, merasakan, dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.

Dalam implementasinya di kelas, pendidikan karakter bisa dikembangakn


melalui poin-poin berikut:

1. Cinta Tuhan dan kebenaran


2. Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian

8
3. Amanah
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang dan kejasama
6. Percaya diri, kreatif dan pantang menyerah
7. Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi dan cinta damai

Hal yang perlu diperhatikan agar pendidikan karakter berhasil dikembangkan di


sekolah yakni:

Pertama, istilah karakter harus sama-sama dipahami dahulu. Kedua


pembentukan karakter tidak terjadi melalui proses belajar mengajar di kelas secara
konversional. Ketiga, keberhasilan penididikan karakter harus jelas indikatornya.
Keempat adanya perhatian yang serius dari segenap pemegang kebijakan di negeri
ini. dan yang terakhir ialah libatkan masyarakat secara penuh mulai dari proses
perencanaan sampai evaluasi.

Jadi pada dasarnya pendidikan sebagai wahana dalam pembentukan karakter


hanya bisa berhasil jika dimulai dari hal-hal yang mendasar, keseharian, dan yang
terkadang kelihatannya sepele, bukan dengan retorika dan slogan-slogan yang
fantastis.

C. Praksis Pendidikan Karakter Di Sekolah

Menurut Brian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang juga dapat membantu
para murid untuk mencari kebenaran, bukan hanya megajarkan sesuatu yang
merekai sukai. Oleh karena itu, sudah saatnya kini lembaga pendidikan harus
lebih meningkatkan kesadaran anak didik terhadap pengenalan budaya-budaya
ketimuran yang sudah sejak lama dijunjung tinggi oleh nenek moyang dan
founding fathers kita. Di samping itu seorang pendidik hemdaknya mampu
memberikan keteladanan yang baik kepada anak didiknya. Pendidikan profesional
seyogyanya bisa menjadi panutan bagi anak didiknya.

9
Untuk bisa menjadi tenga pendidik yang profesioanl, terdapat empat
kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik yaitu, kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial. Jika keempat kompetensi ini dimiliki oleh tenaga pendidik terutama
kompetensi kepribadian dan sosial, maka peserta didik secara tidak langsung
sudah memperoleh pendidikan karakter.

Kriteria dalam mengukur keprofisionalan tenaga pendidik bisa dilihat dalam UU


Guru dan Dosen BAB III Pasal 7, terdapat prinsip-prinsip profesionalisme antara
lain:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme


2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
4. Memiliki kompetensi yang dipelukan sesuai dengan bidang tugas
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi ketja
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
profesional
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

1. Paradigma Pembelajaran

Untuk membangun pendidikan karakter yang kuat, harus memperhatikan


delapan karakter di sekolah yakni:

1. Courage: keberanian atau keteguhan hati: memiliki keinginan untuk


berbuat yang benar meskipun yang lain tidak.

10
2. Good judgement: pertimbangan yang baik: memilih tujuan hidup baik
prioritas yang sesuai.
3. Integrity: integritas: memiliki kekuatan dalam untuk jujur, dapat
dipercaya, dan berkata benar dalam segala hal. Bersikap adil dan
terhormat.
4. Kindness: kebaikan hati: perhatian, sopan, membantu, memahami orang
lain dan lain-lain.
5. Preserverance: ketekunan: tekun mengejar tujuan hidup meskipun
dihalangi kesulitan, perlawanan, atau keputusasaan.
6. Respect: penghargaan: memperlihatkan penghargaan pada wewenang,
pada orang lain, pada diri sendiri, untuk barang hak milik, dan untuk
negara.
7. Responsibility: tanggung jawab: bebas dalam menjalankan kewajiban dan
tuga, menunjukkan dapat diandalkan dan konsiste daam perkataan dan
perbuatan, dapat dipercaya dalam setiap kegiatan, dan komitmen untuk
aktif terlibat lingkungan.
8. Self-discipline: disiplin diri: memperlihatkan kerja keras dan komitmen
dan tujuan, mengatur diri untuk perbaikan diri dan juga menghindari
perilaku tidak baik.

Menurut William Bennett (1991) sekolah mempunyai peran yang amat penting
dalam pendidikan karakter anak, terutama jika anak-anak tidak mendapatkan
pendidikan karakter di rumah.

2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah

Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki budaya
sekolah yang kokoh, dan tetap eksis. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan
sekolah yang unggul dan terpercaya oleh masyarakat salah satunya adalah dengan
membangun dan mengkukuhkan kultur sekolah yang sehat baik secara fisik/
sarana-prasarana maupun psikis.

11
Dan dianatara nilai-nilai budaya dan sosial yang perlu dibangun di lingkungan
sekolah sebagai berikut:

1. Etika ata akhlak karimah, dalam hal ini menyangkut tata atauran untuk
bisa hidup bersama dengan orang lain.
2. Kejujuran. Kejujuran itu harus dibangun dalam keseharian anak didik di
sekolah.
3. Kasih sayang. Ada tiga landasan yang harus dibangun, yaitu: kasih sayang,
kepercayaan, dan kewibawaan.
4. Mencintai belajar.
5. Bertanggung jawab. Mahatma Gandhi mengingatkan bahwa semua hak itu
berasal dari kewajiban yang telah dilaksankan dengan baik.
6. Menghormati hak orang lain. Penghargaan terhadao orang lain tidak boleh
melihat perbedaan status seosial, ekonomi, agama, dan budaya.
7. Tepat waktu atau disiplin. Tanamlah benih-benih menghargai waktu di
lingkungan sekolah kita.

Melihat begitu urgennya pengembangan kultur sekolah berbasis karakter,


maka sudah saatnya para pemerhati dunia pendidikan untuk bergegas melakukan
perubahan-perubahan yang mengarah pada kemajuan dan pendidikan yang lebih
humanis.

3. Pendidikan Karakter Dan Prestasi Akademik

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek


pengetahuan, perasaan, dan tidakan. Dengan demikian karakter seorang anak akan
menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpentig dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena anak akan berhasil
menghadapi segala tantangan.

Secara spesifik Ratna menyebut tiga unsur yang harus dilakukan dalam model
pendidikan karakter:

12
 Knowing the good, untuk membentuk karakter, anak tidak hanya sekedar tahu
mengenai hal-hal yang baik, namun mereka harus dapat memahami kenapa
perlu melakukan hal itu.
 Feeling the good, konsep ini mencoba membangkitkan rasa cinta anak untuk
melakukann perbuatan baik.
 Acting the good, pada tahap ini anak dilatih untuk berbuat baik.

Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya akan


mengalami kesulitan belaja, bergaul, dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-
anak yang mengalami ini sudah terlihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak
ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. rasa tidak mampu berkepanjangan
yang akan membuat pribadi yang tidak percaya diri, akan menimbulkan stress
berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk menjadikan manusia-manusia yang
tangguh dan memiliki karakter yang kuat harus dimulai sejak dini.

4. Evaluasi Pendidikan Karakter

Ukuran keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui


pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam standar
kompetensi, yang antara lain:

1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap


perkembangannya.
2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3. Menunjukkan sikap percaya diri
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih
luas
5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional.
6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-
sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif.
7. Menunjukkan kemampuan belajar secara mendiri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.

13
8. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
9. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.
10. Memanfaatka lingkungan secara bertanggung jawab
11. Menererapkan nilai-nilai kerbersamaan dalam kehidupan bermasayarakat,
berbangsa dan bernegara.
12. Menghargai karya seni dan budaya nasional, dan lain-lain.

D. Pendekatan Dan Strategi Pendidikan Karakter Di Sekolah

Pendekatan yang sebaiknya dilaksanakan adalah meliputi:

1. Sekolah harus dipandang sebagai suatu lingkungan yang diibaratkan


seperti pulau dengan bahasa dan budayanya sendiri.
2. Dalam menjalankan kurikulum karakter maka sebaiknya:1) pengajaran
tentang nilai-nilai berhubungan dengan sistem sekolah secara keseluruhan;
2) diajarkan sebagai subjek yang berdiri sendiri namun diintegrasi dalam
kurikulum sekolah keseluruhan; 3) seluruh staf menyadari dan mendukung
tema nilai yang diajarkan.
3. Penekanan ditempatkan untuk merangsang bagaimana siswa
menerjemahkan prinsip nilai ke dalam bentuk perilaku pro-sosial.

Pendidikan karakter dalam konteks mikro berpusat pada satuan pendidikan secara
holistik. Satuan pendidikan merupakan sektor utama yang secara optimal
memanfaatkan dan memperdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk
menginisialisasi, memperbaiki, menguatkan dan meyempurnakan secara terus
menerus proses pendidikan karakter si satuan pendidikan.

Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas dilaksanakan


dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran.
Khususnya materi pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan karena
memang misinya adalah mengembangkan nilai sikap dan sekap pengembangan
karakter.

14
E. Tugas Dan Peran Guru Dalam Pendidikan Karakter

Guru tidak bisa mendurhakai jiwanya sendiri. guru hanya bisa mengajarkan
apa dia itu sebenarnya.untuk menjadikan teladan tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan. Namun ada bebrapa hal yang sebaiknya diperhatikan guru untuk
mengembangkan nilai-nilai keteladanan itu yaitu pertama, konsekuensi dengan
apa yang diajarkan. Kedua, tidak main topeng dan ketiga belajar tanpa henti.

Guru harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap peserta didik di
dalam menjalani masa-masa belajarnya. Hal ini senada dengan pendapat Moh.
Surya (1997) tentang peranan guru di sekolah, keluarga, dan masyarakat
dipandang dari segi diri pribadinya (self oriented), seorang guru harus berperan
sebagai:

1. Pekerja seosial, yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada


masyarakat
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara
terus-menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap di
sekolah
4. Model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus
dicontohkan oleh para peserta didik, dan
5. Pemberi rasa aman dan kasih sayang bagi setiap peserta didik. peserta
didik diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.

Oleh karena itu, tumpuan pendidikan seorang murid ada di pundak para guru.
konsisten dalam pembelajaran, tidak sekedar melalui apa yang dikatakan melalui
pembelajaran di kelas melainkan nilai itu juga tampil dalam pribadi sang guru,
dalam kehidupan yang nyata di luar kelas.

15
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Keunggulan

Adapun keunggulan dari buku ini ataupun dari satu bab buku yang penulis
critik ialah sebagai berikut:

 Di dalam buku terdapat dua bahasa yaitu bahasa inggris dan juga bahasa
Indonesia, sehingga selain daripada buku ini memberikan pemahaman dari
pendidikan karakter di sekolah, buku ini juga membantu di dalam
penambahaan kosa kata yang lebih banyak.
 Pada setiap penjelasan dari buku, di dukung oleh para pendapat ahli dan juga
adanya UU yang semakin memperkuat dari setiap pernyataan dari buku ini.
 Di dalam buku yang saya baca ini, penulis buku ini mengharapkan baik dari
orang tua, guru dan bahkan pihak yang berwenang, di dalam membantu
mengembangkan karakter anak ke arah yang lebih baik.
 Di dalam bab yang penulis baca, terdapat berkesinambungan di dalam
penjelasan yang sudah ada.
 Melibat semua orang, baik orang tua, masyarakat, dan pihak yang berwajib, di
dalam membantu mengembangkan perkembangan anak.
 Mengingatkan apa yang menjadi tugas dan peran guru di dalam
mengembangkan karakter anak itu.

3.2 Kelemahan

Adapun kelemahan yang penulis baca dari buku ini ialah:

 Di dalam buku terdapat penulisan kalimatnya di tulis di dalam bahasa inggris,


penulisan baha inggris ini ditulis lebih dari tiga kalimat, sehingga pembaca
sedikit kurang paham akan apa yang di sampaikan.
 Terdapat pengetikan di dalam buku yang salah.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang sebelum pendidikan dasar.
Pada tahap ini PAUD merupakan pondasi ataupun awal yang benar-benar
membentuk karakter anak nantinya. Guru PAUD memiliki peran penting serta
sangat menentukan berhasil-tidaknya pendidikan karakter pada anak. Untuk itu
guru PAUD harus mampu melakukan perannya baik sebagai figur teladan, teman
bermain, dan sebagai pengasuh yang baik. Dalam membantu perkembangan anak,
guru PAUD juga diharapkan lebih mengenal anak itu sendiri. Karena dalam
proses berpikir anak, anak memiliki cara berpikir ataupun cara belajar yang
berbeda-beda.

Oleh karena itu, tumpuan pendidikan seorang murid ada di pudak para guru.
konsisten dalam pembelajaran, tidak sekedar melalui apa yang di katakan melalui
pembelajaran di kelas, melainkan nilai itu juga tampil dalam diri pribadi sang
guru, dalam kehidupan yang nyata di luar kelas.

4.2 Saran

Diharapkan seorang guru akan lebih dinamis dan kreatif, dalam


mengembangkan proses pemebelajaran peserta didik. selain itu seorang guru juga
harus dapat menjadi model bagi seorang anak, untuk itu berikan contoh-contoh
yang baik di dalam diri setiap guru untuk di perlihatkan kepada anak didik,
sehingga perkembangan karakter setiap anak, akan berkembang kehal yang lebih
positif.

Dan bagi pihak-pihak yang berkaitan di dalam mengembangkan perkembangan


anak, diharapkan supaya saling bekerja sama, sehingga apa yang di dapat anak
dari sekolah, akan berkaitan dengan apa yang akan di dapat ana di lingkungan
rumah dan juga lingkungan masyarakat.

17

Anda mungkin juga menyukai