Anda di halaman 1dari 36

CRITICAL BOOK REVIEW

MATA KULIAH PSIKOLOGI


PERKEMBANGAN

DOSEN PENGAMPU

Nani Barorah Nasution, S.Psi, MA, Ph.D

DISUSUN OLEH :

Dio Alpian Sitio (1223151033)

KELAS BK REGULER D
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIMBINGAN
DAN KONSELING
JURUSAN PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN
BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,


saya panjatkan syukur atas
kehadirat Nya yang telah memberkati dan
menyertai sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
Critical Book Review Mata Kuliah
Psikologi Perkembangan ini. Critical Book Review ini telah
susun dengan maksimal dan telah
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga saya
mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Critical Book Review ini.
Terlepas dari semua itu saya menyadari bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun bahasa yang
dituturkan. Oleh karena itu dengan sepenuh
hati menerima segala saran dan kritikan
dari pembaca agar dapat memperbaiki
Critical Book Review ini.
Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam Critical Book
Review ini, semoga Critical Book Review
yang sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun pembacanya .
Semoga Critical Book Review ini dapat
berguna bagi saya sendiri maupun bagi orang
yang membacanya.
Medan, 10
September 2022

DIO ALPIAN SITIO

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................1
A. Latar Belakang................................................................1
B. Tujuan .............................................................................1
C. Manfaat ...........................................................................1
D. Identitas
…………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN ISI BUKU...................................2


A. Informasi Bibliografi.......................................................2
B. Ringkasan Isi ..................................................................3

BAB III PEMBAHASAN..................................................18


A. Kelebihan dan Kelemahan Buku...................................18

BAB IV PENUTUP...........................................................20
A. Kesimpulan...................................................................20
B. Saran..............................................................................20

DAFTAR PUSTAKA........................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Critical Book Review sangatlah


penting, karena bukan hanya sekedar laporan atau
tulisan tentang isi sebuah buku,namun
lebih mendeskripsikan pada evaluasi
(penjelasan, interpretasi dan analisis)
mengenai keunggulan dan kelemahan buku tersebut
dan tentang apa yang menarik dari buku
tersebut,bagaimana isi buku yang dapat
mempengaruhi cara berpikir dan
menambah pemahaman terhadap suatu bidang kajian
tersebut dan lebih kritis menanggapinya.
Dengan kata lain melalui Critical Book
Review akan menguji pikiran pengarang
atau penulis berdasrkan sudut pandang dan
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

A. TUJUAN PENULISAN

Alasan dibuatnya CBR ini adalah


sebagai salah satu persyaratan tugas khusunya mata
kuliah Psikologi Perkembangan, serta
menambah wawasan yang luas akan pengetahuan
khususnya dibagian evaluasi khususnya
dalam bidang pendidikan dan juga
meningkatkan daya berpikir kritis.

B. MANFAAT PENULISAN

1.Dapat menambah wawasan yang luas,


khususnya tentang materi Teori
Kognitif
2.Penulis dapat lebih berpikir kritis
lebih dari yang ia tahu
3.Pembaca dapat mengetahui bahwa ada
kelebihan dan kekurangan dari buku
yang dikritisi oleh penulis
4. Untuk memenuhi tugas Critical Book
Review dalam Mata Kuliah Psikologi
Perkembangan

C. IDENTITAS BUKU

Buku Utama

1. Judul :
Modul
Pembelajaran
Kognitif
2. Penulis :
Sarbini
3. Kota Terbit :
Banjarmasin
4. Tahun Terbit :
2011
5. Tebal Buku :
171 + Cover
6. ISBN
: 979-26-8544-
8

Buku Pembanding
1. Judul
:
Perkembanga
n Peserta
Didik
2. Penulis
: Dra.
Rahmulyani,
M.Pd, Kons
3. Kota Terbit
: Medan
4. Tahun
Terbit : 2018
5. Tebal
Buku : 191
+ Cover
6. ISBN
: 978-602-
7938-39-7

BAB II
RINGKASAN BUKU

BUKU UTAMA
BAB 1 PENDAHULUAN

Masalah moral demikian pula


pembelajaran moral, atau karakter moral
masa sekarang, agaknya sangat ramai
Dipebincangkan terutama dikaitkan dalam kualitas
karakter moral manusia dalam era
reformasi ini. Tingkatkan kualitas Moral Indonesia,
selain menghadaapi racun nya atau
anomaly nilai moral yang terjadi di masyarakat,
juga diduga tengah menuju pada tataran
yang paling rendah dalam kualitas kehidupan
berbangsa dan bernegara. Bahkan
sempat pula dipertanyakan apakah bangsa masih
punya moral yang baik pada bangsa,
Negara dan masyarakat Indonesia ini?.
Sekarang nilai moral sudah
diputarbalikkan untuk memenuhi kepentingan pribadi,
kepentingan kelompok dan kepentingan
Kekuasaan sesaat, dan kepentingan itu tidak
ada ujung pangkalnya. Kepentingan
Negara,kepentingan rakyat,pada umumny diletakkan
pada kepentingan pribadi,kekuasaan dan
kelompoknya. Disini lah muara tumbuhnya
keracunan nilai moral dan Pada
gilirannya memuntahkan dilema moral yang terjadi di
masyarakat, khusunya terhadap generasi
muda yang sedang tumbuh, berkembang
dan mencari nilai moral dalam
kehidupannya.
Dalam menghadapi keracunan
nilai moral dalam masyarakat , sekaligus melahirkan
dilemma moral bagi kehidupan maka
kebiasaan konvensional yang berlaku dalam masyarakat,
terutama bagi orangtua adalah
memberikan contoh atau nasehat Tentang moral yang baik
dan moral yang buruk maaupun dengan
cara memberikan ganjaran, jika moral yang baik dipatuhi
Dan menghukum, kalau moral yang
buruk dilanggar. Namun kemudian menurut studi
Hartshorne dan May (dalam Duska dan
Welan 1982: 15-16) bahwa dalam karakter
pendidikan moral, maka prinsip prinsip
yang diajarkan dengan cara,memberi contoh,
menasehati, memberi hadiah dan
memberi hokum adalah hal yang tidak efektif
dalam menghasilkan tingkah laku
moral yang dikehendaki.
Menurut Udin S Winantaputra
(2000) secara substantive
dan pedagogis, program civic education
dirancan Sebagai wahana pendidikan
yang bertujuan untuk memfasilitasi
peserta didik agar dapat mengembangkan dirinya
menjadi warga Negara yang cerdas,
bertanggung jawab dan berkeadaban.
Menurut Ebdang Sumantri (2008) yang
amat lebih penting adalah bahwa pendidikan
Kewarganegaraan memperhatikan
potensi yang kuat untuk mengembangkan
baik fisik maupun mental.

BAB II
MORALITAS MENURUT
PERSPEKTIF TEORI
PERKEMBANGAN KOGNITIF
MORAL

Para pakar teori perkembangan


kognitif moral meneliti bagaimana perkembangan
Karakteristik Perkembangan moral
dikaitkan dengan pertumbuhan usia. Mereka percaya
bahwa peningkatan kematangan kognitif
dan pengalaman sosial secara perlahan membimbing
anak untuk memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang tingkatan tingkatan
kerja sama sosial yang mengatur
tanggungjawab moral.
Pemahaman anak anak tentang
tingkatan tingkatan sosial berkembang dengan hal yang
Sederhana yaitu pemahaman yang
kongkrit tentang kewajiban antara manusia
terhadap hal yang lebih abstrak yaitu
apresiasi pemahaman tentang lembaga sosial yang lebih luas
dan system pembuatan hukum
sebagaimana pemahaman masyarakat dan perubahan
perubahan struktur sosial. Karakter moral
anak yang ideal adalah konsepsi
mereka terhadap yang sebenarnya
dilakukan, ketika kebutuhan dan keinginan manusia saling
bertentangan satu sama lain juga
perbaikan perbaikan lainnya, seperti perbaikan terhadap
peningkatan penyeselesaian secara jujur,
adil dan seimbang terhadap masalah masalah moral.

Perkembngan kognitif tidak bisa


dianggap sebagai laporan karakter molaritas yang lengkap.
Hal ini disebabkan oleh pikiran tentang
apakah karakter moral seseorang tidak menjamin orang
yang besikap yang sesungguhnya sesuai
dengan tingkat kognitifnya. Berbagai contoh muncul
untuk menunjukkan bahwa anak anak
dan orang dewasa sering mengkompromosikan ide ide
tentang kejujuran, memenuhi
keinginannya untuk mendapatkan kepuasan. Walaupun mereka
tahu
bahwa hal itu tidak benar. Beberapa
decade yang lalu dalam penelitian klasiknya tentang perilaku
moral Harthson dan May mendapatkan
bahwa terdapat beberapa hubungan yang rendah antara
penalaran moral anak dengan tingkah
laku mereka yang sesunggungnya dengan kondisi
yang beragam (Harthson May dan
Shuttleworth 1930 dalam Back 1989).

Sebuah alasan penting yang


dinyatakan dalam penelitian Harthson dan May. Seperti
Dikemukakan diatas bahwa ditemuknnya
hubungan yang sangat kecil antara penalaran
moral dengan perilaku yang terjadi
karena subjek subjeknya tidak mengalami kemajuan yang
berarti dalam pengembangan moral.
Untuk memiliki pemikiran yang integral dengan tindakan,
bukti baru kini mengindikasikan bahwa
diantara Anak anak baik remaja dan dewasa, terdapat
eksistensi yang cukup antara kondisi
moral. Oleh karena itu pemikiran moral terhadap bukan
bergantung dan tidak relevan dengan
perkembangan moral.

A. PANDANGAN PIAGET

Piaget dalam penelitiannya meminta


anak anak untuk melakukan penilaian suatu tokoh yang
telah memutukan memutuskan suatu
rangkaian tindakan moral. Kemudian Piaget mengemukakan
bahwa pemahaman terhadap resiprositas
moral atau moral timbal balik adalah penting
dalam rangka memperlakukan orang lain
sebagaimana seorang yang memerlukan perlakuan
hal ini menggaris bawahi terjadinya
perubahan karakter terhadap moral kepatuhan terhadap otoritas
kepada molaritas untuk kerjasama sosial.
Meskipun Piaget mengemukakan bahwa perkembangan
anak terhadap reprosoritas berkembang
antara usia 6-12 tahun, tetapi dia tidak begitu memperhatikan
grafik perkembangan.

Resiprositas dapat dipahami dalam


dua cara ;
Pada pandangan kongkrit yaitu sebagai
sesuatu hal hubungan atau pertukaran sejajar diantara
Orang orang. Seorang yang memahami
resiprositas dengan cara ini percaya bahwa keadilan
dianjurkan mana kala kebaikan atau
ketidakbaikan dari orang lain yang dibahas dengan hal
yang serupa. Resiprositas juga dapat
dihayati melalui sudut pandang yang lebih abstrak dan
idealistic. Moralitas di dasarkan pada
orang lain sebagaimana mestinya. Pembahasan tentang
bagaimana kamu sebaiknya akan di
perlakukan jika kamu dan orang lain harus bertukar posisi
seperti kompleksnya Selman, yaitu
keterampilan tentang perspektif timbal balik yang saling
menguntungkan. Oleh karena itu kita
tidak akan bisa mengharapkan kepada anak untuk
memilih tingkat penghargaan yang tinggi
terhadap tingkat resiprositas sampai
memasuki tahun tahun pertama remaja.

Pada usia 5 tahun, anak anak


memandang resiprositas kongkrit sebagai dasar yang penting
dalam penilaian moral, dan terjadilah
perpindahan perkembangan menjadi masa
resiprositas yang ideal pada masa akhir
anak anak dan tahun tahun masa awal remaja. Baldwin
(1970 dalam Back 1989), memberikan
anak anak pasangan pasangan cerita yang dirancang
untuk menilai macam macam tingkah
laku. Cerita pertama menyuruh anak anak untuk
mengidentifikasikan dari dua tingkah
laku, yang manakah yang lebig baik membalas kebaikan
untuk kebaikan yang diterima dimasa
lalu, yang manakah yang lebih baik untuk membalas kebaikan
yang diterima dimasa lalu atau demi
kebaikan terlepas dari kemurahan hati dari tingkah laku
yang lalu. Kebanyakan anak anak
menilai sebuah hubungan timbal balik seperti itu adalah baik.
tetapi kemampuan untuk menilai ini
lebih berkembang pada pertengahan masa anka anak
dan awal masa remaja dan
kecenderungan ini disetujui oleh penelitian penelitian lainnya
(Peterson, Hartmann dan Gelfand
dalam Back 1989).

B. PANDANGAN KOHLBERG
Kohlberg dalam penelitiannya
memberikan subjek penelitiannya dilemma dilemma moral
hipotesis,berupa pertimbangan moral
yang saling beradu mungkin terjadi, dan meminta mereka untuk
menunjukkan apa yang harus dilakukan
si tokoh dan mengapa harus. Kohlberg meminta subjeknya
untuk tidak hanya memutuskan, tetapi
juga membenarkan rangkaian tindakan, Kohlberg bisa
memperoleh ide yang lebih jelas
tentang penalaran dimana keputusan moral subjek didasarkan.
Bagi Kohlberg (1969;1976, dalam
Back 1989) dan pembuat teori perkembangan lainnya
( Damon 1977 dan Salman 1977, Beck
1989) telah berargumentasi bahwa perkembangan moralitas
Bergantung kepada kognitif dan
keterampilan keterampilan pemilihan pandangan pada cara
spesifik.
Setiap tahapan moralitas di asumsikan
menuntut pemerolehan kognitif tertentu dan tahap tahap
Pemilihan pandangan. Namun
membuat teori perkembangan kognitif juga percaya bahwa
Perkembangan moral tidak sepenuhnya
dikurangi sampai pada segi segi pertumbuhan
Kognitif lainnya.
Pemahaman moral diasumsikan
melibatkan beberapa pengorganisasian ulang kognitif
tambahan yang seluruhnya unik
terhadap domain moral. Sebagai akibatnya, Kohlberg dan
lainnya telah menghipotesiskan bahwa
tahap tahap pemilihan pandangan dari kognitif
adalah penting tapi bukan kondisi yang
mencukupi, juga berlalu terhadap perkembangan
moralitas. Jika Kohlberg benar bahwa
asumsi yang penting, tapi tidak mencakupi, juga
berlaku terhadap terhadap
perkembangan moral maka kematangan moral tidak hanya
sejajar
tetapi juga ketinggalan dari
pemerolehan tahap kognitif dan pemilihan pandangan yang
tetapi tidak pernah mendahuluinya.

BAB III

KONSEP PERKEMBANGAN
DAN PERTIMBANGAN
MORAL

A. Perkembangan Moral (Moral


Development)

Pada mulanya manusia itu belum


memiliki kesadaran moral, tidak memiliki
moral tetapi mempunyai potensi moral.
Moral dapat dimiliki seseorang dari hasil pergaulan antar
lingkungan masyarakat dan orang tua.
Perkembangan moral sesorang itu dapat dipenga-
ruhi oleh berbagai factor model/ pola, yaitu
kognitif,afektif dan behavioristik.
Kesemuanya ini dikembangkan secara
terpadu.

Secara keseluruhan moral yang


dianut sesorang itu dipengaruhi/ dilandasi oleh agama,
Nilai sosial budaya, dan hal hal tertentu
bisa juga dari nilai nilai metafisika, hokum dan ilmu
Pengetahuan. Tumbuh kembangnya nilai
moral dimulai sejak prenatal sampai akhir hayat.
dalam kehidupan nyata terutama dalam
situasi konflik moral, maka moral yang dianut
seseorang tergantung pada situasi yang
dirasakan atau dialaminya. Apabila situasinya dalam
keadaan kritis atau ekstrem maka moral
yang dimiliki seseorang cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan seseorang yang
sedang berada dalam situasi yang santai atau berandai
andai, maka moralnya cenderung tinggi.
Bahwa dalam proses pendidikan karakter moral
maka orientasinya seperti cenderung
mencetak, tetapi seperti menggambar, artinya potensi
anak/ orang yang harus banyak bicara.

Moral yang diyakini dan dianut


seseorang tidaklah berjalan stagnan atau diam menetap
Tetapi mengalami tahapan tahapan
perkembangan moral. Menurut Kohlberg moral development
stages adalah laju perkembangan landasan
moral seseorang dari apa yang sebaiknya atau
menurut Melden sebagai laju
perkembangan motivasinya (dalam Djahiri dan Wahab 1996;44)
salah satu dari landasannya adalah aspek
kognitif, atau menurut Loevinger (dalam Karger 1983,
dikutip Djahiri dan Wahab 1996;44)
melalui integrasi perkembangan kepribadian dengan
the inner logic of the cognitive structure.

Kohlber memberikan rumusan


pengertian moral development stages ini dengan rumusan
yang lebih melebar yakni sebagai “laju
perkembangan landasan moral seseorang dari is to
ought”. Sedangkan Richard Mleden (1977)
memberikan rumusan sebagai “sensitifity in tought
feeling and action towards others” .
Selanjutnya Melden menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan sensitifity ialah “laju
perkembangan motivasinya”, terutama perhitungan yang
menjadi
landasan sensitifity ini. Menurutnya ada
dua landasan yakni perhitungan yang menyangkut
aspek kognitif dan afektual, baik
menyangkut dirinya maupun orang lain. Loevinger
(Krager 1983) menjelaskan bahwa moral
development stages adalah ego development,
yakni perubahan kualitatif diri melalui
berbagai tahapan perkembangan.

Peter sebagai pengikut Kohlberg


beranggapan bahwa kemampuan struktur kognitif
akan lebih dominan sebagai dasar motivasi
ketetapan hati. Pandangan ini tidak selamanya
benar dan tidak selamanya bisa diterapkan.
Banyak fajtor lai berbicara dalam menentukan
ketetapan hati antara lain :

a.Kondisi diri dan lingkungan


b.Kualitas kelompok dan peringkat
kedudukan diri bila kita ada dalam satu kelompok
c.Kepentingan dan kualitas diri yang
bersangkutan dengan itu sendiri.

Dalam mempelajari teori teori


perkembangan moral, maka ada 3 sudut tinjauan yang
harus dijadikan tinjauan yaitu ;

a.Tingkah laku Normal yaitu dengan


melihat tingkah laku dari moral itu sendiri, lalu
datanya dikumpulkan kemudian
dibandingkan sehingga jadi sebuah teori.
b.Pernyataan moral caranya dengan
memperhatikan pernyataan moral, kemudian disbanding-
kan sehingga menjadi sebuah teori.
c.Pertimbangan moral caranya
dengan mencari suatu alas an, komentar yang menyakut
tingkah laku.

B. PERTIMBANGAN MORAL

Pertimbangan merupakan
suatu urusan kompleks terutama kalau berhadapan dengan
adanya dilema moral. Untuk
melakukan pertimbangan moral diperlukan adanya
kemampuan menganalisi keadaan
keadaan yang berbeda berdasarkan kriteria prinsip maupun
standard yang diakui oleh umum, yang
konsisten bukan atas dasar situasi tertentu atau
pertimbangan tentatife semata sehingga
menimbulkan suatu kesimpulan tentang karakter
moralitas. Pertimbangan moral sangat
bergantung kepada perhatian, akan tetapi pertimbangan
moral juga tidak lepas dari tuntutan
tuntutan intelektual. Untuk melakukan pertimbangan
moral diperlukan pengetahuan moral
yang memadai tentang sesuatu.
BAB IV

TEORI PERTIMBANGAN
MORAL KOHLBERT

A. TAHAP PERTIMBANGAN
MORAL

1.Tingkat pre- Konvensional


Pada tingkatan ini anak peka
terhadap peraturan peraturan yang berlatar belakang
budaya dan terhadap penilaian
baik buruk, benar salah tetapi mengertikannya dari aspek
akibat fisik suatu tindakan, atau
dimensi enak tidaknya suatu akibat akibat itu.

2. Tingkat Konvensional
Pada tingkatan ini memenuhi
harapan harapan keluarga, kelompok atau bangsa
dianggap sebagai sesuatu yang
berharga pada dirinya sendiri, tidak peduli akibat akibat
yang langsung dan yang
kelihatan. Sikap ini bukan hanya mau menyesuaikan diri
dengan harapan harapan orang
tertentu atau ketertiban sosial, tetapi sikap ingin
loyal, sikap ingin menjaga,
menunjang dan memberi pembenaran pada ketertiban
itu dan sikap ingin
mengidentifikasikan diri dengan orang lain yang ada di
sekitarnya.

3. Tingkat Post Konvensional


Pada tingkat ini ada usaha yang
jelas ingin mengartikan nilai nilai moral dan prinsip
Prinsip yang sahih serta dapta
dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau
Orang yang memegang prinsip
prinsip tersebut dan terlepas dari apakah individu
yang bersangkutan termasuk
kelompok kelompok itu atau tidak.
B. BEBERAPA KESIMPULAN DARI
TEORI KOHLBERG

1. Tahapan merupakan lintas


budaya

Dalam kajian kajian lintas budaya


melibatan beberapa pria menengah di AS, Taiwan,
Mexico dan beberapa petani kelas
bawah yang tingal di Turki dan Yukatan, hasilnya
memperkuat teori perkembangan.
Meskipun berbeda latar belakang budaya, sosial dan
Religi, para subjek bergerak dalam
perkembangan moral yang sama dan rangkaian
yang sama.

2. Pergerakan Tahapan tahapan


meningkat melaui urutan yang
sama dan tahapan
tahapan tidak dapat dilewati
BAB V

TEORI DAN KONSEP


PERKEMBANGAN KOGNITIF UNTUK
PEMBELAJARAN
MORAL

A. TEORI PERKEMBANGAN
KOGNITIF UNTUK
PEMBELAJARAN MORAL

Moralitas individu
dapat dipengaruhi oleh pengetahuan moral, kuantitas dan
kualitas pengetahuan nilai
moral,serta tidak selalu menjamin kualitas
perilaku seseorang sehingga tidak
selalu berkolerasi akan tetapi dapat membantu
perkembangan moral. Karena
pengetahuan yang mampu mempengaruhi seseorang
dan pengetahuan merupakan awal
dari perubahan perilaku.
Berdasarkan teori
perkembangan kognitif, maka perkembangan tahap kognitif
Moral menurut Kohlberg terdiri
dari 3 tingkatan yaitu :

1. Tingkat
Prekonvensional
a. Tahap pertama
berorientasi
pada hukuman
dan kepatuhan
b. Tahap kedua
berorientasi
pada relativis
instrumental

2. Tingkatan
Konvensional
a. Tahap 3
berorientasi
tahap
konformitas
terhadap citra
stereotype
mayoritas
b. Tahap 4
berorientasi
pada
ketertiban
hokum

3. Tingkat
Postkonvensiona
l
a. Tahap 5
berorientasi
pada kontrak
sosial
legalistis
b. Tahap 6
berorientasi
pada asas etika
universal
Perkembangan moral
kognitif emikian di alami oleh seorang dalam setiap
pertimbangan moral yang
dilakukan terhadap sesuatu hal, termasuk masalah
moral dan sosial, tidak terlepas
dari pertimbangan moral yang menjadi landasan
orientasi penilaian moralnya.
Karena tahapan perkembangan moral merupakan
satu sistem yang terorganisir,
yang memperkuat sekaligus mengarahkan kepada
keputusan keputusan moral
tertentu.

B. KONSEP PERKEMBANGAN
KOGNITIF UNTUK
PEMBELAJARAN MORAL

Konsep dalam
pembelajaran moral ini disebut, kognitif karena mengakui
bahwa
Pendidikan moral didasarkan
pada stimulasi berpikir aktif terhadap isu isu dan
keputusan moral. Disebut sebagai
perkembangan karena memandang tujuan
pendidikan moral adalah sebagai
upaya mengembangkan penalaran dan pertimbangan
moral adalah melalui tingkatan
dan tahapn moral.
Bebrapa konsep
perkembangan kognitif yang dapat dijadikan acuan untuk
pembelajaran moral adalah
bahwa;

1 Moilaritas
Perkembangan molaritas
seseorang terletak pada kenyataannya

Anda mungkin juga menyukai