“PENDAHULUAN”
Disusun Oleh
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan Islam sebagai
rahmat di seluruh alam. Shalawat dan salam kepada Rasulullah, Nabi Muhammad
SAW. Ilmu pengetahuan sebagai cahaya penerang, memberikan manusia jalan
keluar atas ketidaktahuan, memberikan manusia solusi atas permasalahan.Ilmu
pengetahuan di tangan orang yang bijak menjadi manfaat tetapi menjadi alat
kejahatan jika disalah gunakan.
Kelompok 1
ii
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bahasa sansakerta kata budi berasal dari akar kata buddh yaitu kata
kerja yang berarti sadar, bangkit yang bersifat kejiwaan, sedangkan pekerti berasal
dari kata Kr yang berarti berkarya, pada hakekatnya adalah karya penyadaran jiwa
tentang berperilaku baik.
Adab adalah sifat ketertiban dalam hidup manusia lahir dan bathin
sehingga hidup manusia itu terlihat beda di banding makhluk yang lain. Hidup
menunjukan ada arti kekal yaitu jiwa dan bathinnya, sedangkan jasmani atau rasa
adalah sebagaian bagian wujud yang tampak oleh panca indra akan lenyap.
Sesungguhnya sebagai makhluk sosial, ia menghubungkan dirinya dengan orang
lain serta ikut dalam kerjasama sosial (Adler).
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi Budi Pekerti berasal dari 2 kata yaitu Budi yang berarti
nalar dan Pekertiyaitu perilaku, budi pekerti dapat di artikan sebagai Ahlak.
Dalam bahasa Sanskerta kata budi berasal dari akar kata buddh yaitu kata
kerja yang berarti sadar, bangkit yang bersipat kejiwaan, sedangkan pekerti
berasal dari kata Kr yang berarti berkarya, jadi pada hakekatnya adalah karya
penyadaran jiwa tentang berperilaku baik.
3
Istilah budi pekerti atau moral dalam pengertian yang terluas adalah
pendidikan. Dengan kata lain, budi pekerti mempelajari arti diri sendiri (kesadaran
diri) dan penerapan arti diri itu dalam bentuk tindakan.
Naluri tidak lain merupakan warisan hati nurani para leluhur dan masa
dahulu yang mudah menjatuhkan hukuman terhadap perilaku yang salah. Adat
istiadat menempatkan hukum dan paksaan itu di rumah dan di sekolah. Hukuman
sebaiknya di pertimbangkan dengan mengutamakan perlakuan yang lebih baik
utuk mengarahkan perilaku seseorang kepada hal yang benar. Sumbangan terbaik
dan pertimbangan ini adalah perilaku berbudi pekerti luhur tidak akan pernah di
capai seseorang dan pergulatan menegakkan budi pekerti tidak pernah selesai.
4
“utang darah di ganti darah”. Di dukung oleh bukti bahwa seseorang
melakukan pelanggaran atau kejahatan di landasi oleh penuh
kesadaran.Hukum moral harus menunjukan fungsinya dengan menjatuhkan
hukuman yang memadai sebagai penebus dosa.
b) Teori Perlindungan
c) Teori Pendidikan
Teori ini umumnya dianut oleh sekolah.Yaitu terlalu buruk atau terlalu
keras sehingga menyingkirkan aspek rehabilitasi anak yang keras
kepala.Prinsip yang dianut oleh teori ini adalah hukuman tidak boleh
dijatuhkan kepada seseorang jika tidak mengandung upaya membina atau
mendidik kembali sesuai dengan kehendak masyarakat yang berharap moral
harus ditegakkan dalam masyarakat.
5
bahwa mereka sangat formal dan tidak manusiawi, dan tidak mengisi dan
membesarkan jiwa individu.
Dalam ayat tersebut, ada dua perubahan, yaitu pertama perubahan pada
individu; kedua, perubahan pada kelompok.Hikmah Allah telah mengatakan
bahwa perubahan yang kedua (pada kelompok) tergantung pada masing-masing
individu.Keduanya saling berkaitan.Perubahan pertama merupakan sebab
perubahan kedua, sedangkan perubahan kedua merupakan hassil dan perubahan
pertama.
Masih ada hal lain yang dapat mengubah kondisi social, misalnya
pergantian kekuasaan, revolusi social, atau peristiwa-peristiwa alam. Namun,
semua itu tidak begitu berpengaruh kecuali pada keadaan fisik masyarakat,
sedangkan pada jiwa perorangan tidak akan dapat berubah kecuali dengan
pendidikan.
6
Mari kita tengok mengenai kehidupan Islami dalam Al-Qur`an Surah Al-
Mujadalah ayat 21,
7
Tuntutan tersebut menyangkut pembaruan system pendidikan, yakni sebagai
berikut:
Beberapa tahun terakhir ini sering kita lihat dan alami terjadinya tawuran
antarsekolah, konflik antar sekolah yang mengakibatkan perkelahian dan
pembunuhan, kenakalan remaja yang berlebihan, siswa-siswi yang dianggaap
tidak sopan, tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya, dan juga banyak
siswa sekolah yang menjadi korban narkoba. Siswa SMU tertentu dengan mudah
tawur dengan SMU lain meskipun sebenarnya mereka tidak mengerti sebabnya
bahkan sebenarnya mereka belum pernah bertemu dan kenal. Mereka hanya
dipanasi oleh angkatan sebelumnya bahkan sekolah lain itu adalah musuh mereka.
Banyak siswa-siswi sekolah menengah yang merasa bangga bila ikut mengacau
8
dan melanggar aturan lalu lintas bahkan sampai menodong bus kota dan
merusaknya bila bus tidak mau berhenti. Siswa ikut terlibat dengan konflik
masyarakat, saling membenci kelompok lain, cukup banyak. Dan di banyak kota
besar, bahkan juga sudah sampai di banyak desa, siswa-siswi terlibat pada
narkoba dan menjadi malas untuk belajar. Beberapa lembaga pemasyarakatan
dipenuhi oleh siswa dan mahasiswa yang menjadi korban narkoba, sampai-sampai
pimpinan lembaga pemasyarakatan disebut rektor karena anggotanya banyak
mahasiswa/siswa. Mengapa mereka sampai seperti itu? Siapa yang bertanggung
jawab? Siapa yang bersalah?
9
3) Manusia adalah makhluk sosial
4) Manusia sebagai makhluk yang berbudaya
Ada hal-hal tertentu yang hanya akan dapat diselesaikan secara nasional.
Lalu ada hal-hal tertentu yang hanya akan dapat diselesaikan secara nasional. Lalu
ada hal-hal tertentu yang hanya akan dapat diselesaikan dengan baik kalau kita
hadapi secara regional bersama bangsa-bangsa lain di kawasan bersama kita. Dan
akhirnya ada masalah-masalah yang bersifata global tadi, yang hanya dapat
diselesaikan dengan baik apabila antara bangsa-bangsa di dunia ini benar-benar
terdapat kerjasama yang baik.
Sudahkah keempat jenis wawasan ini ditanamkan secara seimbang dalam
diri anak didik kita? Pada umumnya sekolah kita hanya memperhatikan dan
memupuk wawasan nasional saja. Pemupukan wawasan lokal tampaknya
dipandang sebagai suatu soal yang terlampau kecil bagi agenda pendidikan di
sekolah kita. Sebaliknya pemupukan wawasan regional dan global rupanya
dipandang suatu pekerjaan yang tidak terjangkau bagi kebanyakan sekolah kita.
Dalam keadaan seperti ini yang terpuruk pada anak-anak kita adalah wawasan
nasional yang tidak dilapisi oleh wawasan lokal serta tidak dilengkapi pula oleh
wawasan regional dan wawasan global.
Apa yang harus dilakukan sekolah untuk membimbing anak didik
memahami situasi yang terdapat di dunia dewasa ini? Apa yang harus dilakukan
sekolah untuk membekalai anak didik dengan empat jenis wawasan: lokal,
nasional, regional dan global maka menurut Buchori ada tiga hal yang perlu
dianalisis, antara lain:
1) Masalah pendekatan atau approach
2) Masalah susunan Substansi
3) Masalah Metode.
Selain fokus pada siswa pola fikir pembelajaran perlu diubah dari sekedar
memahi konsep dan prinsip keilmuan, siswa juga harus memiliki kemampuan
untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang
telah dikuasai.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12