Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PENDAHULUAN”

Mata Kuliah Pembelajaran Budi Pekerti

Disusun Oleh

Kelompok 1

1. Ilhami Robbi (2019406405029)


2. Anggia Destri Susanti(2019406405038)
3. Adea Prastiana (2019406405039)
4. Devi Fitriani (2019406405045)
5. Bening Ayu Nastiti (2019406405052)
6. Rosaliana (2019406405063)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan Islam sebagai
rahmat di seluruh alam. Shalawat dan salam kepada Rasulullah, Nabi Muhammad
SAW. Ilmu pengetahuan sebagai cahaya penerang, memberikan manusia jalan
keluar atas ketidaktahuan, memberikan manusia solusi atas permasalahan.Ilmu
pengetahuan di tangan orang yang bijak menjadi manfaat tetapi menjadi alat
kejahatan jika disalah gunakan.

Pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata


kuliahPembelajaran Budi Pekert.Dengan segala upaya serta bantuan, bimbingan
maupun pengarahan dan hasil diskusi dari berbagai pihak dalam proses penulisan
makalah ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Ibu Santi Hendayani, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah


pembelajaran budi pekertyang telah membimbing dalam penulisan
makalah ini.
2. Rekan-rekan yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini membahas tentang “Pembelajaran Budi Pekerti” antara lain


Pengertian budi pekerti, sejarah pemikiran tentang budi pekerti, teori
perkembangan moral dalam budi pekerti, pendidikan budi Pekerti dalam proses
edukasi dan transformasi, pendidikan budi pekerti di era reformasi-
globalisasipenulis berharap pembaca dapat memberi kritik dan saran sebagai
perbaikan makalah ini.

Pringsewu, 18 September 2021

Kelompok 1

ii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

KATA PENGANTAR .........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................3

2.1 Pengertian budi pekerti ...........................................................................3


2.2 Sejarah Perkembangan Pemikiran Budi Pekerti......................................3
2.3 Teori Perkembangan Moral Dalam Pendidikan Budi Pekerti.................4
2.4 Pendidikan Budi Pekerti Dalam Proses Edukasi Dan Trasformasi ........6
2.5 Pendidikan Budi Pekerti Di Era Reformasi Globalisasi .........................8

BAB III PENUTUP ............................................................................................11

3.1 Kesimpulan ............................................................................................11


3.2 Saran.......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Ki Hajar Suprijoko ternyata yang menarik dan dihargai peserta


sidang saat itu adalah pendidikan budi pekerti yang ada di Indonesia. Secara
etimologi budi pekerti berasal dari 2 kata yaitu Budi yang berarti nalar dan pekerti
yaitu Perilaku, jadi budi pekerti dapat diartikan sebagai akhlak.

Dalam bahasa sansakerta kata budi berasal dari akar kata buddh yaitu kata
kerja yang berarti sadar, bangkit yang bersifat kejiwaan, sedangkan pekerti berasal
dari kata Kr yang berarti berkarya, pada hakekatnya adalah karya penyadaran jiwa
tentang berperilaku baik.

Ki hajar Dewantara menyatakan bahwa budi pekerti berbasis yang tumbuh


kembang dalam kehidupan keluarga, beliau selanjutnya menyebutkan ilmu adab
atau etika sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan / keburukan di dalam hidup
manusia pada umumnya (Ki Hajar Dewantara).

Adab adalah sifat ketertiban dalam hidup manusia lahir dan bathin
sehingga hidup manusia itu terlihat beda di banding makhluk yang lain. Hidup
menunjukan ada arti kekal yaitu jiwa dan bathinnya, sedangkan jasmani atau rasa
adalah sebagaian bagian wujud yang tampak oleh panca indra akan lenyap.
Sesungguhnya sebagai makhluk sosial, ia menghubungkan dirinya dengan orang
lain serta ikut dalam kerjasama sosial (Adler).

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang penulis


dapatkan antara lain sebagai berikut:

1. Apa Pengertian budi pekerti?

2. Bagaimana Sejarah Pemikiran Tentang Budi Pekerti?

3. Apa saja Teori Perkembangan Moral dalam Budi Pekerti?

4. Bagaimana Pendidikan Budi Pekerti dalam Proses Edukasi dan


Transformasi?

5. Bagaimana Pendidikan Budi Pekerti di Era Reformasi-Globalisasi?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana di atas, maka tujuan penulisan


makalah ini adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui pengertian budi pekerti


2. Untuk Mengetahui Sejarah Pemikiran Tentang Budi Pekerti

3. Untuk Mengetahui Teori Perkembangan Moral Dalam Budi Pekerti

4. Untuk Mengetahui Pendidikan Budi Pekerti Dalam Proses Edukasi Dan


Transformasi

5. Untuk Mengetahui Pendidikan Budi Pekerti Di Era Reformasi-Globalisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tentang Budi Pekerti

Secara etimologi Budi Pekerti berasal dari 2 kata yaitu Budi yang berarti
nalar dan Pekertiyaitu perilaku, budi pekerti dapat di artikan sebagai Ahlak.

Dalam bahasa Sanskerta kata budi berasal dari akar kata buddh yaitu kata
kerja yang berarti sadar, bangkit yang bersipat kejiwaan, sedangkan pekerti
berasal dari kata Kr yang berarti berkarya, jadi pada hakekatnya adalah karya
penyadaran jiwa tentang berperilaku baik.

2.2 Sejarah Pemikiran Tentang Budi Pekerti

Sejarah perkembangan budi pekerti sama tuanya dengan peradaban


manusia, semanjak ada perintah berbuat baik dan larangan berbuat jahat, sesuai
ajaran agama.

Pembahasan filosofis tentang budi pekerti khususnya dan segi pendidikan


moral sebagai mana dikemukakan oleh Kilpatrick (1948:470-486) terus
berkembang dengan berbagai pendapat dan aspek budi pekerti itu sendiri.Ia
mengutip beberapa pendapat tentang hal ini yang menyangkut perkembangan
maupun latar belakang sulitnya pengembangan budi pekerti. Salah satu penyebab
adalah siswa mencampakkan norma moral atau budi pekerti yang diajarkan dalam
bentuk himpunan perintah dan larangan.

Kilpatrick menyatakan bahwa budi pekerti seseorang dapat dikembangkan


dengan menggunakan landasan kemampuan dan kebiasaan hidup orang itu
berdasarkan norma masyarakat tempat hidupnya. Kebahagiaan itu tidak bersipat
umum, melainkan terukur untuk diri sendiri yang bersifat unik dan tidak ternilai
harganya sepanjang selaras dengan norma moral masyarakat.

3
Istilah budi pekerti atau moral dalam pengertian yang terluas adalah
pendidikan. Dengan kata lain, budi pekerti mempelajari arti diri sendiri (kesadaran
diri) dan penerapan arti diri itu dalam bentuk tindakan.

Perkembangan budi pekerti merupakan aneka ragam pengalaman peran


berdasarkan situasi tertentu sehingga mampu mengatasi masalah budi pekerti atas
prakarsanya sendiri secara bebas (tanpa di awasi orang lain) dan memilih objek
budi pekerti yang penting dan berguna bagi dirinya.

Dari berbagi hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan siswa


yang berasal dari keluarga mendidik kejujuran dengan keluarga yang mendidik
penuh dengan pelanggaran.Pendidikan budi pekerti tidak sekedar menambah-
nambah unsur jumlah watak atau tabiat, melainkan memberikan arahan kembali
kepada sasaran yang lebih benar.

Naluri tidak lain merupakan warisan hati nurani para leluhur dan masa
dahulu yang mudah menjatuhkan hukuman terhadap perilaku yang salah. Adat
istiadat menempatkan hukum dan paksaan itu di rumah dan di sekolah. Hukuman
sebaiknya di pertimbangkan dengan mengutamakan perlakuan yang lebih baik
utuk mengarahkan perilaku seseorang kepada hal yang benar. Sumbangan terbaik
dan pertimbangan ini adalah perilaku berbudi pekerti luhur tidak akan pernah di
capai seseorang dan pergulatan menegakkan budi pekerti tidak pernah selesai.

2.3 Teori Pengembangan Moral Dalam Pendidikan Budi Pekerti

Terhadap dukungan moral atau budi pekerti yang melahirkan pertentangan


antara perlu dan tidak perlu akhirnya memunculkan 3 jenis teori hukuman moral
budi pekerti yang oleh Brubacher (1978:210) teori balas dendam, teori
perlindungn, dan teori pendidikan.

a) Teori Balas Dendam

Teori balas dendam mengandung prinsip bahwa hukuman merupakan jenis


balas dendam. Prinsip ini di dasarkan atas ketentuan hukum moral zaman
kuno yang menyatakan:

4
“utang darah di ganti darah”. Di dukung oleh bukti bahwa seseorang
melakukan pelanggaran atau kejahatan di landasi oleh penuh
kesadaran.Hukum moral harus menunjukan fungsinya dengan menjatuhkan
hukuman yang memadai sebagai penebus dosa.

b) Teori Perlindungan

Bahwa hukuman dapat dijatuhkan kepada seseorang untuk melindungi


masyarakat denganmemberi contoh hukuman kepada si pelanggar.Hukuman
ini tidak bermaksud menghapus kesalahan si pelanggar, melainkan lebih
meyakinkan masyarakat untuk melawan pelanggaran sejenis bagi kepentingan
hidup yang aman dan damai.Kelemahan teori ini adalah balas dendam sebagai
dorongan untuk menghukum seseorang mungkin terlalu keras sehingga
mengakibatkan orang yang dihukum malahan sakit hati dan bukannya
memperoleh peringatan.

c) Teori Pendidikan

Teori ini umumnya dianut oleh sekolah.Yaitu terlalu buruk atau terlalu
keras sehingga menyingkirkan aspek rehabilitasi anak yang keras
kepala.Prinsip yang dianut oleh teori ini adalah hukuman tidak boleh
dijatuhkan kepada seseorang jika tidak mengandung upaya membina atau
mendidik kembali sesuai dengan kehendak masyarakat yang berharap moral
harus ditegakkan dalam masyarakat.

“Tampaknya formalisme dan disorganisasi atau kekacauan terpisah sangat


jauh, namun dalam kenyataannya keduanya sangat berkaitan erat. Pada
hakikat formalisme berlangsung dengan penuh hawa nafsu, keserakahan,
ambisi, pribadi, dan watak lain dan kekacauan karena hampir semua pranata
formal tidak memperoleh bantuan dan disiplin kejiwaan individu. Dalam
pengertian yang lebih umum dapat dikemukakan contoh individualisme yang
bermutu rendah pada saat ini, misalnya bidang perusahaan, merupakan
pranata yang tid ak terpisah dengan kita, namun menunjukan kenyataan

5
bahwa mereka sangat formal dan tidak manusiawi, dan tidak mengisi dan
membesarkan jiwa individu.

2.4 Pendidikan Budi Pekerti Dalam Proses Edukasi Dan Transformasi

Pendidikan pada umumnya dan Pendidkan Budi Pekerti pada khususnya


merupakan sarana untuk mengadakan perubahan secara mendasar, karena
membawa perubahan individu samapai ke akar-akarnya.Pada saat pertumbuhan
anak, perlu ditanamkan nilai-nilai tersebut sejak dini sehingga sejalan dengan
fitrah Allah SWT.Anak bagaikan benih yang harus ditanamdi tempat
persemaian yang cocok, agar dapat berkembang, dan orang tua (pendidik) dapat
memeliharanya. Allah SWT berfirman:

Artinya: “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, di muka dan di belakngnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak da pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS.
Ar_ra`d ayat 11)

Dalam ayat tersebut, ada dua perubahan, yaitu pertama perubahan pada
individu; kedua, perubahan pada kelompok.Hikmah Allah telah mengatakan
bahwa perubahan yang kedua (pada kelompok) tergantung pada masing-masing
individu.Keduanya saling berkaitan.Perubahan pertama merupakan sebab
perubahan kedua, sedangkan perubahan kedua merupakan hassil dan perubahan
pertama.

Masih ada hal lain yang dapat mengubah kondisi social, misalnya
pergantian kekuasaan, revolusi social, atau peristiwa-peristiwa alam. Namun,
semua itu tidak begitu berpengaruh kecuali pada keadaan fisik masyarakat,
sedangkan pada jiwa perorangan tidak akan dapat berubah kecuali dengan
pendidikan.

6
Mari kita tengok mengenai kehidupan Islami dalam Al-Qur`an Surah Al-
Mujadalah ayat 21,

Artinya: “Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti


menang”. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.

Kondisi Masyarakat muslim di atas terus berlangsung setelah masa


sahabat, sampai pada akhirnya masuk berbagai aib dan fitnah yang mengakibatkan
perubahan pada individu-individunya. Pada decade sekarang, banyak orang Islam
yang ingin kembali kepada kehidupan ala Islami.Kesadaran ini merebak di
sebagian besar Negara Islam.Satu-satunya jalan yang memungkinkan kembali
kepada kondisi tersebut adalah melalui jalur pendidikan.

Secara lebih khusus lagi, peranan pendidikan (edukasi) dalam mengadakan


perubahan (transformasi) masyarakat, tampak sebagai berikut.

Menjaga generasi sejak masa kecil dan berbagai penyelewengan ala


jahiliah.Mengembangkan pola hidup, perasaaan dan pemikiran mereka sesuai
dengan fitrah, agar mereka menjadi fondasi yang kukuh dan sempurna di
masyarakat.

Lebih lanjut dalam Penjelasan Undang-undang Sistem Pendidikan


Nasional Nomor 20 Tahun 3003 dikemukakan bahwa manusia membutuhkan
pendidikan dalam kehidupannya. Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga Negara
berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan Negara
Indonesia.

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan


tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan, termassuk dalam system pendidikan.

7
Tuntutan tersebut menyangkut pembaruan system pendidikan, yakni sebagai
berikut:

a) Pembaruan kurikulum, yaitu diversifikasi kurikulum untuk melayani


peserta didik dan potensi daerah yang beragam, diversifikasi jenis
pendidikan yang dilakukan secara professional, penyusunan standar
kompetensi tamatan yang berlaku secara nasional dan daerah
menyesuaikan dengan kondisi setempat.

b) Penyusunan standar pendanaan pendidikan untuk setiap satuan pendidikan


sesuai prinsip pemerataan dan keadilan.

c) Pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah dan otonomi


perguruan tinggi.

Pembaruan system pendidikan nasional dilakukan untuk memperbarui visi,


misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

2.5 Pendidikan Budi Pekerti Di Era Reformasi-Globalisasi

Beberapa tahun terakhir ini sering kita lihat dan alami terjadinya tawuran
antarsekolah, konflik antar sekolah yang mengakibatkan perkelahian dan
pembunuhan, kenakalan remaja yang berlebihan, siswa-siswi yang dianggaap
tidak sopan, tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya, dan juga banyak
siswa sekolah yang menjadi korban narkoba. Siswa SMU tertentu dengan mudah
tawur dengan SMU lain meskipun sebenarnya mereka tidak mengerti sebabnya
bahkan sebenarnya mereka belum pernah bertemu dan kenal. Mereka hanya
dipanasi oleh angkatan sebelumnya bahkan sekolah lain itu adalah musuh mereka.
Banyak siswa-siswi sekolah menengah yang merasa bangga bila ikut mengacau

8
dan melanggar aturan lalu lintas bahkan sampai menodong bus kota dan
merusaknya bila bus tidak mau berhenti. Siswa ikut terlibat dengan konflik
masyarakat, saling membenci kelompok lain, cukup banyak. Dan di banyak kota
besar, bahkan juga sudah sampai di banyak desa, siswa-siswi terlibat pada
narkoba dan menjadi malas untuk belajar. Beberapa lembaga pemasyarakatan
dipenuhi oleh siswa dan mahasiswa yang menjadi korban narkoba, sampai-sampai
pimpinan lembaga pemasyarakatan disebut rektor karena anggotanya banyak
mahasiswa/siswa. Mengapa mereka sampai seperti itu? Siapa yang bertanggung
jawab? Siapa yang bersalah?

Sekolah nampaknya kurang dapat membantu siswa untuk lebih


berkembang sebagai manusia yang lebih utuh, bukan hanya pandai dalam hal
pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi juga menjadi manusia yang
bertanggung jawab, dan mempunyai nilai kesopanan, yang memperlakukan orang
lain secara manusiawi. Menurut undang-undang pendidikan sebenarnya sudah
dicantumkan bahwa pendidikan nasional kita ini bertujuan untuk membantu
generasi muda agar berkembang menjadi manusia yang utuh, yang
berpengetahuan tinggi, bermoral, beriman, berbudi luhur, bersosialitas, dan lain-
lain.Namun nyatanya cukup lama segi non pengetahuan itu kurang mendapatkan
perhatian sehingga yang dihasilkan adalah siswa yang sungguh pandai dalam hal
pengetahuan tetapi tidak bermoral atau tidak seimbang dalam segi kehidupan yang
lain. Secara ekstrem malah dapat terjadi bahwa dengan pengetahuannya yang
begitu tinggi dimanfaatkan untuk berbuat hal-hal yang tidak baik.
Dari keinginan dan dambaan orang tua dan para pendidik pada umumnya
manusia seperti apa yang mereka inginkan terjadi dalam diri anak didik. Yang
jelas mereka menginginkan bahwa anak didik menjadi manusia yang utuh, yang
berkembang bukan hanya ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan nilai
kemanusiaan yang lain. Lebih jelasnya manusia macam apa yang didambakan
dengan pendidikan budi pekerti dijelaskan oleh  Suparno, sebagai berikut:
1) Manusia sebagai makhluk yang berakal budi
2) Manusia sebagai pribadi

9
3) Manusia adalah makhluk sosial
4) Manusia sebagai makhluk yang berbudaya
Ada hal-hal tertentu yang hanya akan dapat diselesaikan secara nasional.
Lalu ada hal-hal tertentu yang hanya akan dapat diselesaikan secara nasional. Lalu
ada hal-hal tertentu yang hanya akan dapat diselesaikan dengan baik kalau kita
hadapi secara regional bersama bangsa-bangsa lain di kawasan bersama kita. Dan
akhirnya ada masalah-masalah yang bersifata global tadi, yang hanya dapat
diselesaikan dengan baik apabila antara bangsa-bangsa di dunia ini benar-benar
terdapat kerjasama yang baik.
Sudahkah keempat jenis wawasan ini ditanamkan secara seimbang dalam
diri anak didik kita? Pada umumnya sekolah kita hanya memperhatikan dan
memupuk wawasan nasional saja. Pemupukan wawasan lokal tampaknya
dipandang sebagai suatu soal yang terlampau kecil bagi agenda pendidikan di
sekolah kita. Sebaliknya pemupukan wawasan regional dan global rupanya
dipandang suatu pekerjaan yang tidak terjangkau bagi kebanyakan sekolah kita.
Dalam keadaan seperti ini yang terpuruk pada anak-anak kita adalah wawasan
nasional yang tidak dilapisi oleh wawasan lokal serta tidak dilengkapi pula oleh
wawasan regional dan wawasan global.
Apa yang harus dilakukan sekolah untuk membimbing anak didik
memahami situasi yang terdapat di dunia dewasa ini? Apa yang harus dilakukan
sekolah untuk membekalai anak didik dengan empat jenis wawasan: lokal,
nasional, regional dan global maka menurut Buchori ada tiga hal yang perlu
dianalisis, antara lain:
1) Masalah pendekatan atau approach
2) Masalah susunan Substansi
3) Masalah Metode.
Selain fokus pada siswa pola fikir pembelajaran perlu diubah dari sekedar
memahi konsep dan prinsip keilmuan, siswa juga harus memiliki kemampuan
untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang
telah dikuasai.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :


Pendidikan budi pekerti perlu diberikan di sekolah, sejak Taman Kanak-
Kanak sampai dengan Sekolah Menengah. Budi pekerti membantu perkembangan
manusia muda untuk menjadi manusia lebih utuh, terlebih manusia sebagai
makhluk sosial. Juga melalui pendidikan budi pekerti siswa disadarkan akan
tanggung jawabnya terhadap dirinya, Tuhan, orang lain, dan juga alam semesta.

Paradigma pendidikan nasional harus bertumpu pada akar kebudayaan


nasional yang bersumber dan kearifan-kearifan lokal yang diperoleh dan nilai-
nilai budaya, moral dan budi pekerti yang berkembang dalam masyarakat.
Penerapan pendidikan budi pekerti tersebut dapat diwujudkan melalui upaya
keteladanan, pembiasaan, dan pengkondisian lingkungan.

3.2 Saran

Penulis masih menyadari akan ketidak sempurnaan pembuatan makalah


ini, maka dari itu penulis meminta saran dan kritik yang mendukung untuk
makalah ini, agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya bisa lebih baik

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Pengantar Pendidikan Budi Pekerti


2. http://carapedia.com/
pengertian_definisi_pendidiakan_menurut_para_ahli_info405.html
3. http://guru-iskandar.blogspot.com/2007/10/apa-itu-budi-pekerti.html
4. http://hanajadeh.blogspot.com/2013/06/pengertian-pendidikan-moral-budi-
pekerti.html
5. http://belajarpsikologi.com/pendidikan-budi-pekerti/

12

Anda mungkin juga menyukai