Disusun oleh :
1. MELANI AZZAHRA (P17451223050)
2. AKBAR MAULANA DINDRA (P17451224051)
3. ADIKSA HARIST ANGGORO (P17451224064)
4. WIDELIA AISHA NATASHA PUTRI (P17451224071)
5. ADHIA AZZAHROUN NISA’ (P17451224072)
Dosen :
Nafilatul Fitri, S.ST., M. KKK
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia dan
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga tugas makalah dengan judul “Implementasi
Karakter Mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat” ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan ini tak lupa pula penyusun menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak yang membantu penyusunan makalah dengan baik. Ucapan terima kasih yang
tak terhingga khususnya penyusun sampaikan kepada :
1. Ibu Nafilatul Fitri, S.ST., M.KKK selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan Karakter.
2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini.
3. Seluruh anggota kelompok yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
4. Semua teman yang telah berpartisipasi dalam memberikan kritik dan saran terhadap
makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari
kekurangan, terutama disebabkan oleh kurangnya sumber informasi yang penyusun dapatkan,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diperlukan oleh
penulis untuk perbaikan penulisan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Judul ................................................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan teori......................................................................................................... 2
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
I.3Tujuan Penulisan
1. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Pendidikan Karakter.
2. Mengetahui Konsep Pendidikan Karakter dan Moral.
3. Mengetahui Implementasi Keteladanan Karakter yang baik
4. Mengetahui Metode-Metode Pengimplementasian Karakter yang baik.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Perspektif pengambilan keputusan adalah kemampuan untuk mengambil sudut
pandang orang lain, melihat situasi seperti yang mereka lihat, menggambarkan
bagaimana mereka mungkin berpikir, bereaksi, dan merasakan.
d. Moral Reasoning (penalaran moral).
Penalaran moral melibatkan memahami apa yang dimaksud menjadi bermoral
dan mengapa kita harus bermoral.
e. Decision Making (pengambilan keputusan).
Mampu berpikir satu cara melalui masalah moral dalam cara ini adalah
keterampilan pengambilan keputusan reflektif. Sebuah pertanyaan apa yang saya
pilih, apa yang konsekuensi pendekatan untukmembuat keputusan moral telah
diajarkan bahkan untuk anak-anak prasekolah.
f. Self-knowledge (pengetahuan diri sendiri).
Mengetahui diri sendiri adalah cara yang paling sulit untuk memperoleh
pengetahuan moral, tetapi perlu untuk pengembangan karakter. Menjadiorang yang
bermoral membutuhkan kemampuan untuk meninjau perilaku kita sendiri dan kritis
mengevaluasinya.
2.1.2 Moral feeling (perasaan tentang moral).
a. Conscience (hati nurani) memiliki 2 sisi : sisi kognitif – tahu apa yang benar dan
sisi emosional- merasa wajib melakukan apa yang benar. Banyak orang tahu apa yang
benar tetapi merasa sedikit kewajiban untuk bertindak sesuai dengan kebenaran
tersebut.
b. Self –esteem (harga diri). Ketika kita memiliki ukuran yang sehat untuk harga diri;
kita menilai diri sendiri. Ketika kita menilai diri sendiri, kita menghargai diri kita.
Kita tidak akan menganiaya diri dan pikiran atau membiarkan orang lain menganiaya
kita. Ketika kita memiliki harga diri, kita tidak tergantung persetujuan orang lain.
c. Empathy (empati). Empati adalah memahami dan mengamati keadaan orang
lain,dan mencintai kebaikan. Bentuk tertinggi dari karakter adalah menjadi benar-
benar dengan sesuatu kebaikan.
d. Self –control (pengendalian diri). Emosi dapat terjadi karena berbagai alasan. Itulah
satu alasan mengapa kontrol diri adalah penting dalam moral.
e. Humility (rendah hati). Rendah hati adalah moral yang terabaikan tetapi merupakan
bagian penting dari karakter baik. Rendah hati adalah sisi afektif dari pemahaman diri.
Ia terbuka terhadap keaslian kebenaran dan kemauan untuk memperbaiki kegagalan
kita. Kesadaran, penghargaan diri, empati, mencintai kebenaran, kontrol diri, dan
4
rendah hati ini membentuk sisi emosional dari moral itu sendiri. Perasaan-perasaan
tentang diri, orang lain, dan kebaikan itu sendiri berkombinasi dengan pengetahuan
moral untuk membentuk sumber dari motivasi moral seseorang; mereka membantu
kita menyeberangi jembatan dari tahu apa yang benar ke melakukannya. Kehadiran
atau ketidak adanya perasaan-perasan moral ini menjelaskan dalam kerangka yang
lebih luas mengapa sebagian orang mempraktikkan prinsip moral mereka dan
sebagian lainnya.Untuk alasan ini, pendidikan nilai yang sangat intelektualyang
menyentuh pikiran tetapi tidak hati kehilangan bagian penting dari karakter.
2.1.3 Moral action (tindakan moral)
Tindakan moral merupakan hasil (outcome) dari dua bagian karakter di atas.
Jika orang memiliki kualitas moral dari kepandaian dan emosi yang telah dijelaskan,
mereka cenderung melakukan apa yang mereka tahu dan rasakan itu benar. Hubungan
antara ketiga dimensi tersebut, yang nampak pada gambar bawah ini mengidentifikasi
kualitas moral tertentu tentang ciri-ciri karakter positif yang membentuk pengetahuan
moral, perasaan moral, dan tindakan moral.
2.2 Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-
kultural menurut Kemendiknas (2010:8-9) dapat dikelompokkan dalam: (1) olah hati
(spiritual & emotional development); (2) olah pikir (intellectual development); (3)
olah raga dan kinestetik (physical & kinesthetic development); dan (4) olah rasa dan
karsa (effective and creativity development).
Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling
melengkapi, serta masing-masingnya secara konseptual merupakan gugus nilai luhur
yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai sebagaimana dapat di lihat pada gambar
di atas (Kemendiknas, 2010:8-9).
2.2.1 Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan
pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai karakter yang bersumber dari agama,
pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yang selanjutnya disebut sebagai
prinsip ABITA, yaitu: (1) religius, (2) jujur, toleransi, (4) disiplin, (5) kerjasama, (6)
kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan,
(11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta
damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18)
5
tanggung jawab (Sumber: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Pedoman Pelaksanaan
Pendidikan Karakter Kemdikbud, 2011:).
2.2.2 TIga Fungsi Utama Pendidikan Karakter
a. Pembentukan dan Pengembangan Potensi
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi
manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan
berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila.
b. Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga
negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan
bertanggungjawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju
bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera.
3. Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilih nilai-nilai budaya bangsa
sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi
karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.
Tujuan pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional yaitu untuk berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab(Kemendiknas, 2010:5).
Abdul Majid dan Dian Andayani (2011:30) menyatakan bahwa tujuan
pendidikan karakter adalah “merubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahuan,
sikap, keterampilan”. Pendidikan berfungsi untuk menciptakan manusia cerdadalam
aspekintelektual, dan aspek afektif. Dengan demikian, manusia cerdas secara
intelektual dalam penerapan intelektualannya dapat dilakukan secara cerdas dan
beretika agar segala intelektual yang dimiliki dapat digunakan untuk kebaikan baik
untuk diri sendiri maupun kepeda orang lain.
2.3 Membangun Karakter melalui Pembiasaan
Aristotles (Covey, 1997) mengatakan “Kita adalah apa yang kita kerjakan
berulang-ulang, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan”.
Karakter kita pada dasarnya adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. “taburlah
6
gagasan, tuailah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan; taburlah kebiasaan,
tuailah karakter; taburlah karakter, tuailah nasib” begitu bunyi pepatah.
Gagasan yang kita ketahui akan kita aktualisasikan dalam perbuatan,
perbuatan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan, kebiasaan yang
dilakukan secara berulang/kontiniu akan membentuk suatu karakter.
Ary Ginanjar dalam bukunya ESQ mengatakan bahwa pembangunan karakter
tidaklah cukup hanya dengan penetapan misi saja. Itu perlu dilanjutkan dengan proses
yang terus menerus sepanjang hidup (Ary, 2007). Pembentukan suatu karakter dalam
diri seseorang (peserta didik) tidaklah cukup dengan mengetahui nilai-nilai karakter apa
saja yang akan dilakukan, namun harus disertai dengan perbuatan terus menerus
sehingga menjadi suatu kebiasaan yang akan berujung kepada terbentuknya karakter.
Karakter, pada hakikatnya dapat dipandang sebagai sekumpulan kebiasaan
yang terkoordinasi, apa yang kita pikirkan, rasakan, dan kerjakan, agar suatu tugas
terlaksana. Pendapat ini sekiranya bisa menegaskan bahwa hakikat dari suatu karakter
bukanlah hanya pada pemahaman, melainkan juga metode internalisasi kebiasaan.
Seperti pandangan tentang penciptaan karakter dari buku Stephen R Covey,
“taburlah gagasan, tuailah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan; taburlah
kebiasaan, tuailah karakter; taburlah karakter, tuailah nasib”. Artinya, untuk membangun
karakter, tidak cukup dengan hanya menyampaikan apa saja yang harus kita lakukan,
namun dibutuhkan sebuah mekanisme perbuatan yang terarah dan tiada henti secara
berkesinambungan.
Daryanto (2013) dalam bukunya Implementasi Pendidikan Karakter di
Sekolah menuliskan contoh pembiasaan karakter yang dapat kita lakukan di sekolah
adalah sebagai berikut:
a. Religius: 1) berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, 2) merayakan hari-hari besar
keagamaan, 3 )memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk
melaksanakan ibadah.
b. Jujur: 1) menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang, tempat pengumuman
barang temuan atau hilang, 2) transparasi laporan keuangan dan penilaian kelas secara
berkala, 3) larangan menyontek.
c. Toleransi: 1) memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa
memebedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi, 2)
memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus, 3) bekerja dalam kelompok
yang berbeda.
7
d. Disiplin: 1) memiliki catatan kehadiran, 2) memberikan penghargaan kepada warga
sekolah yang disiplin, 3) memiliki tata tertib sekolah, 4) menegakkan aturan dengan
memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib, 5) membiasakan hadir tepat
waktu.
e. Kerja Keras: 1) menciptakan suasana kompetisi yang sehat, 2) memiliki pajangan
tentang slogan atau motto tentang giat bekerja dan belajar, 3) menciptakan kondisi etos
kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar.
f. Kreatif: 1) menciptakan situasi belajar yang menumbuhkan daya berpikir dan
bertindak kreatif, 2) pemberian tugas yang menantang munculnya karyakarya baru baik
yang autentik maupun modifikasi.
g. Mandiri: 1) menciptakan suasana sekolah yang membangun kemandirian peserta
didik.
h. Demokrasi: 1) mengambil keputusan secara bersama melalui musyawarah dan
mufakat, 2) pemilihan pengurus kelas secara terbuka, 3) mengimplementasikan
modelmodel pembelajaran yang dialogis dan interaktif.
i. Rasa Ingin Tahu: 1) menciptakan suasan kelas yang mengundang rasa ingin tahu, 2)
tersedia media komunikasi atau informasi.
j. Semangat Kebangsaan: 1) melakukan upacara rutin sekolah, 2) melakukan upacara
hari-hari besar nasional, 3) menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional,
4) memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah, 5) mengikuti lomba
pada hari besar nasional, 6) bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku,
etnis, status sosial-ekonomi.
k. Cinta Tanah Air: 1) menggunakan produk buatan dalam negeri, 2) menyediakan
informasi tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia, 3) menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, 4)memajangkan foto presiden dan wakil presiden,
bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat
Indonesia (gambar pakaian adat, tarian adat, rumah tradisional, senjata tradisional, dan
alat musik tradisional).
l. Menghargai Prestasi: 1) memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik, 2)
memajang tanda-tanda penghargaan prestasi, 3) menciptakan suasan pembelajaran untuk
memotivasi peserta didk berprestasi.
m. Bersahabat/Komunikatif: 1) berkomunikasi dengan bahasa yang santun, 2)
pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik, 3) pembelajaran
dialogis, 4) guru mendengarkan keluhankeluhan peserta didik.
8
n. Cinta Damai: 1) menciptakan suasana kelas yang damai, 2) membiasakan perilaku
yang anti kekerasan, 3) pembelajaran yang tidak bisa gender, 4) kekerabatan di kelas
yang penuh kasih sayang.
o. Gemar Membaca: 1) program wajib baca, 2) frekuensi kunjungan perpustakaan, 3)
menyediakan fasilitas dan suasan menyenangkan untuk membaca, saling tukar bacaan,
4) pembelajaran yang meotivasi anak menggunakan referensi.
p. Peduli Lingkungan: 1) pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan
sekolah, 2) tersedianya tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan, 3)
menyediakan kamar mandi dan air bersih, 4) pembiasaan hemat energi, 5) membangun
saluran pembuangan air limbah dengan baik, 6) menyediakan peralatan kebersihan.
q. Peduli Sosial: 1) memfasilitasi kegiatan yang bersifat sosial, 2) melakukan aksi sosial,
3) menyediakan fasilitas untuk menyumbang, 4) berempati kepada sesama warga
sekolah, 5) membangun kerukunan warga kelas.
r. Tanggung Jawab: 1) melakukan tugas tanpa disuruh, 2) pelaksanaan tugas piket secara
teratur, 3) peran serta aktif dalam kegiatan sekolah, 4) mengajukan usul pemecahan
masalah.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/450719774/MAKALAH-PENDIDIKAN-
KARAKTER-docx#
Ahmad Sudrajat, Pengembangan Karakter.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/26/.pengembangan-karakter/
Hendriana, E. C., & Jacobus, A. (2016). Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan. Jurnal
Pendidikan Dasar Indonesia. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 1(2), 25–29.
11