DI INDONESIA
Kelompok 6 :
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dalam segi penyusunan, penulisan maupun materinya. Oleh karena itu, diharapkan
adanya kritik yang membangun dan saran demi perbaikan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
A. Aksiologi Pendidikan...................................................................................................2
B. Pendidikan Karakter.....................................................................................................3
C. Mengemas pendidikan yang menarik.........................................................................10
D. Homeschooling...........................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP.................................................................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................................16
B. Saran...........................................................................................................................16
Daftar Pustaka...........................................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan sebagai ilmu bersifat multidimensional baik dari segi filsafat maupun
secara ilmiah. Teori yang dianut dalam sebuah praktrek pendidikan sangat penting, karena
pendidikan menyangkut pembentukan generasi dan semestinya harus dapat
dipertanggungjawabkan.
Proses pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi peserta didik dan pendidik
dan memerlukan pendidikan dapt menghayati nilai-nilai agar mampu menata perilaku
serta pribadi yang semestinya. Sebagai contoh, dalam wacana ke Indonesiaan pendidikan
semestinya barakar dari konteks budaya dan karakteristik masyarakat indonesia, dan
untuk kebutuhan masyarakat indonesia yang terus berubah, hal ini berarti bahwa
sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggu
jawab secara rasional, sosial dan moral
Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti berkenaaan dengan tujuan filosofit
suatu praktik pendidikan adalah dengan mengunakan pendekatan filsafat ilmu yang
meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Aksiologi sendiri
mempunyai cakupan yaitu pendidikan karakter, pendidikan dinegara maju, mengemas
pendidikan yang menarik, persaingan antar lembaga pendidikan di Indonesia, dan home
schooling.
B. Rumusan masalah
1. Apa Yang Dimaksud Aksiologi ?
2. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan karakter?
3. Bagaimana cara mengemas pendidikan yang menarik?
4. Bagaimana persaingan antar lembaga pendidikan di Indonesia?
5. Apakah yang dimaksud dengan home schooling?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Aksiologi
2. Untuk mengetahui pendidikan karakter
3. Untuk mengetahui cara mengemas pendidikan yang menarik
4. Untuk mengetahui persingan antar lembaga pendidikan di Indonesia
5. Untuk mengetahui home schooling
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aksiologi Pendidikan
Aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan apakah yang baik
atau yang bagus itu. Dalam definisi lain, aksiologi merupakan suatu pendidikan yang
menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia.
Untuk selanjutnya, nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak
(Muhammad Noor Syam, 1986: 95).
Landasan aksiologis pendidikan akan membekali para pendidik berpikir
klarifikatif tentang hubungan antara tujuan-tujuan hidup dan pendidikan sehingga
akan mampu memberi bimbingan dalam mengembangkan suatu program pendidikan
yang berhubungan secara realitas dengan konteks dunia global. Manfaat mendalami
landasan aksiologis pendidikan adalah untuk secara konsisten merumuskan landasan
epistemologis pendidikan. Landasan epistemologis pendidikan akan membantu para
pendidik untuk dapat mengevaluasi secara lebih baik mengenai tawaran-tawaran
teori-teori yang merupakan solusi bagi persoalan persoalan utama pendidikan
(Suharto, 2011:43)
B. Pendidikan Karakter
vi
inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai
waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan
(estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk
berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi
dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif
sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan,
bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan
potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya
(perasaannya).
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter
dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people
understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the
kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to
judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to
be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang
dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku
vii
guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi,
dan berbagai hal terkait lainnya.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari
nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut
sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti,
apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog,
beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya
(alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang,
peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah,
keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta
persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari:
dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab;
kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya
integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada
nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang
lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai
dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan
pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan
pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja
dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral
lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf
yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah
resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam
pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas
pendidikan karakter.
1. Keteladanan
2. Intervensi
3. Pembiasaan yang dilakukan secara Konsisten
4. Penguatan.
ix
2. memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
3. meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha,
dan media massa.
Ada sebuah kata bijak mengatakan “ ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu
adalah lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan
karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan
asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan
dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka
akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain.
Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik.
xi
2. Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan
begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah
terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
3. Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar
sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu
mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam
mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar
penghormatan atas komitmen yang dipilih.
xii
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan
metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan
keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter.
Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari
sistem pendidikan karakter.
xiii
tidak perlu berisi aturan pelaksanan terperinci karena yang penting mempunyai
kejelasan konsep dasar dan nilai-nilai budaya yang menjadi landasan di setiap
pelaksanan jenjang pelaksanan (Tilaar, 2010:10)
3. Proses pendidikan terutama pendidikan di sekolah perlu disesuaikan dengan
perkembangan pemikiran rasional yang ditandai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi yang akan disampaikan perlu mempertimbangkan peningkatan dan
martabat manusia. Permasalahan utama yang dihadapi dalam proses pendidikan
ialah pemilihan nilai-nilai yang harus dikembangkan dalam diri anak didik
(Arifin, 2000:75)
Ada beberapa hal yang menunjang agar pendidikan lebih menarik dari segi
pembelajaran:
1. Adanya timbal balik antara pendidik dan peserta didik
Pada saat pembelajaran berlangsung timbal balik antara pendidik dan perserta
didik sangatlah diperlukan karena hal tersebut dapat memberikan motifasi
belajar dan para peserta didik lebih tertarik untuk belajar, mereka tidak merasa
diacuhkan.
2. Penggunaan metode, strategi dan model pembelajaran yang sesuai
Sebelum penyampaian materi pelajaran seorang pendidik seharusnya sudah
menyusun metode, strategi dan model pembelajaran yang sesuai materi yang
disampaikan dan sesuai dengan kondisi peserta didik.
3. Sarana dan prasarana harus mendukung
4. Media pembelajaran dalam penyampaian materi haruslah ada
xiv
D. Persaingan Antar Lembaga Pendidikan di Indonesia
xv
D. Homeschooling
Secara etimologis, homeschooling adalah sekolah adalah sekolah yang
diadakan dirumah, akan tetapi, secara harkiki, homeschooling adalah sebuah sekolah
alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan
pendidikan secara “at home”. Dengan pendekatan at home inilah anak-anak merasa
nyaman belajar karena mereka bisa belajar apa saja sesuai dengan keinginannya,
kapan saja dimana saja seperti ia berjalan dirumahnya. Jadi, meskipun disebut
homeschooling, tidak berarti anakharus belajar terus menerus dirumah, tetapi anak-
anak bisa belajar di mana saja dan kapan aja asal situasi dan kondisinya benar-benar
nyaman seperti at home, sehingga jam pelajaran fleksibel, mulai dari bangun tidur
sampai berangkat tidur kembali (Mulyadi, dalam Harun Al Rasyid, 2014:131).
Rumah merupakan lingkungan terdekat anak dan tempat belajar yang paling
baik buat anak. Di rumah anak bisa belajar selaras dengan keinginannya sendiri. Ia
tidak perlu duduk menunggu sampai bel berbunyi, tidak perlu harus bersaing dengan
anak-anak lain, tidak perlu ketakutan menjawab salah di depan kelas, dan langsung
bisa mendapat penghargaan atau pembetulan kalau membuat kesalahan.
Disini peran orang tua menjadi sangat penting, karena tugas utama dan
pertama bagi orang tua sebetulnya adalah mendidik anak. Pertanyaan yang kemudian
muncul adalah bagaimana dengan saran belajar anak? Di dalam rumah banyak sekali
sarana-sarana yang bisa dipakai untuk pembelajaran anak. Anak dapat belajar banyak
sekali konsep tentang benda, warna, bentuk dan sebagainnya sembari bermain dan
diawasi langsung oleh orang tua.
Oleh sebab itu, rumah merupakan lingkungan yang tepat dalam
penyenggaraan pendidikan untuk anak. Dengan menggunakan metode
homeschooling potensi anak-anak dapat dioptimalkan dengan pengawasan langsung
keluarga. Keluarga juga dapat menamkan nilai-nilai luhur yang dianut, yang kelak
akan sangat berguna bagi kelangsungan hidup anak. Di samping itu, lingkungan
sosial yang menjadi tempat bagi anak untuk bergaul dan bersosalisasi dapat terjaga,
artinya lingkungan sosial yang menjadi tempat bagi anak untuk bergaul dan
bersosialisasi dapat terjaga, artinya lingkungan yang memberikan pengaruh buruk
bagi anak dapat kita minimalisir.
Homeschooling merupakan pendidikan yang berbasis rumah, yang
memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-masing.
xvi
Teori multiple intelligences atau kecerdasan majemuk telah membuka mata kita
bahwa ada begitu banyak cara untuk membuat anak-anak memahami suatu materi
pelajaran. Kita harus menyadari bahwa anak-anak mungkin bisa belajar dengan
sangat baik dengan cara mereka sendiri.
Menurut pakar psikologi pendidikan anak, Hawadi (dalam Harun Al Rasyid,
2014:133) menyatakan bahwa homeschooling memungkinkan pendidikan anak yang
efisien, dalam arti tidak memerlukan biaya tinggi, anak memperoleh kurikulum
spesifik dan teknik mengajar yang sesuai dengan kebutuhan anak. Di samping itu,
anak-anak akan mendapatkan teladan yang lebih baik dari orang tua (Kho dalam
Harun Al Rasyid, 2014:133)
Homeschooling dipilih sebagai alternatif pendidikan karena dinilai memiliki
kelebihan-kelebihan berikut:
a. Efisien. Homeschooling jauh lebih efisien karena anak bisa memiliki waktu yang
lebih banyak untuk belajar dan mengerjakan sesuatu dibanding di sekolah. Dengan
belajar dirumah anak tak perlu lagi menghabiskan waktu yang tak efektif untuk
perjalanan menuju ke dan kembali dari sekolah dan melakukan persiapan-persiapan
rutin lainnya.
b. Mencegah pelajaran berulang. Dalam kurikulum sekolah konvensional, seringkali
anak-anak dihadapkan pada bahan pelajaran yang disampaikan berulang-ulang dalam
waktu cukup lama.
c. Kesempatan memperoleh perhatian yang lebih personal. Dengan homeschooling
orang tua dapat mudah memberikan bantuan lebih personal pada anak-anaknya,
misalnya dengan memberikan perhatian lebih pada mata pelajaran yang masih sulit
untuk dikuasai dan mengurangi waktu untuk mempelajari hal-hal yang sudah
dikuasai dengan baik oleh anak. Walaupun memiliki banyak kelebihan
homeschooling yang mengambil tempat belajar di rumah sering menimbulakan
kekhawatiran orang tua pada kemampuan anak bersosialisasi.
1. Kurikulum homeschooling
Orang tua yang ingin menyelenggarakan homeschooling bagi anaknya dapat
menggunakan sumber-sumber apapun yang ada dekat dengan limgkungannya. Di AS
dikenal istilah All-in-one Curricula atau lebih dikenal dengan School in a Box yang
isinya paket pelajaran lengkap dengan buku tulis dan pensil untuk setahun penuh.
Materi yang diberikan dikembangkan untuk lingkungan sekolah, namun dapat
xvii
dipakai dalam lingkup rumah. Dengan demikian, jika sewaktu-waktu ingin pindah ke
sekolah formal, transisi akan mudah dilakukan. Cara ini mungkin paling mahal
namun paling mudah diterapkan dan tidak banyak persiapan apapun. Di samping itu
program ini juga meliputi tes yang standar sehingga anak akan memperoleh ijazah
yang terakreditasi.
Di indonesia, kurikulum yang digunakan sangat bervariasi, mulai dari
kurikulum lokal, nasional, kecuali standar penilaian, akan disetarakan dengan
pendidikan jalur formal dan nonformal sebagaimana yang dinyatakan dala Undang-
undang No. 20 tahun 2003 pasal 27 ayat (2). Memang belum ada standar mengenai
kurikulum yang digunakan. Dengan demikian untuk kesetaraan untuk anak-anak usia
sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
A. Saran
Penulis menyadari bahwa karya ini belum sempurna. Oleh karena itu, dalam
rangka penyempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Daftar Pustaka
Arifin, H.M. 2000. Kapita Selekta Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
RasyidJalaluddin & Idi Abdullah. 2013. FILSAFAT PENDIDIKAN (Manusia, Filsfat, dan
Pendidikan). Jakarta: Rajawali Pers.
xix
Kotler, Philip. (2000). Marketing management, 10th edition. Upper Saddle River: Prentice
Hall, Inc.
Jalaluddin & Idi Abdullah. 2013. FILSAFAT PENDIDIKAN (Manusia, Filsfat, dan
Pendidikan). Jakarta: Rajawali Pers.
http://dakwahmuhammadiyah.blogspot.co.id/2013/02/persaingan-terbuka-antar-sekolah.html
xx