disusun oleh:
KELAS B
2021
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh segala puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta nikmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tanpa halangan suatu apapun sesuai waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok di mata kuliah Filsafat Pendidikan
Islam, dengan judul “Pemikiran Tentang Manusia Dan Hubungan Dengan Pendidikan Islam.”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Ali
Murtadho, M. S. I selaku dosen dari mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang telah
memberikan tugas makalah ini, serta kepada seluruh rekan rekan yang telah turut serta
membantu dan memberikan saran-saran maupun kritik dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi tata
bahasa maupun penyusunan kalimat, untuk itu kami dengan senang hati menerima saran dan
kritik yang sifatnya mendukung dari dosen maupun teman-teman sekalian.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................................... 2
KAJIAN TEORI ..................................................................................................................................... 2
A. HAKIKAT MANUSIA ............................................................................................................... 2
B. Pendidikan & Manusia ................................................................................................................ 4
C. Hubungan Filsafat Manusia dengan Berbagai Komponen Pendidikan. .................................... 10
BAB III ................................................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 14
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep pendidikan terkait dengan konsep manusia itu sendiri. Karena
konsep manusia adalah konsep pendidikan karena pendidikan merupakan upaya
untuk mewujudkan konsep manusia. Konsep Islam tentang manusia dalam
pendidikan umumnya baik. Oleh karena itu upaya pendidikan dalam Islam
seoptimal mungkin untuk memakan hakikat kemanusiaan dan mendidik para
siswa serta untuk menjaga martabat mereka dan mengembangkan keterampilan
mereka di samping dimensi hidung yang kasar. Sistem pendidikan baru dalam
Islam diciptakan oleh konsep baru manusia yang membedakan Islam.
Pada dasarnya ada banyak sekali hal yang dikemukakan oleh para ahli
muslim tapi kesemuanya pada esensinya sama dengan di atas. Selain itu bahwa
pendidikan itu juga untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dasar dan tujuan
filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan dasar dan tujuan ajaran
Islam atau tepatnya tujuan Islam itu sendiri. Hakekat dan tujuan hidup manusia
adalah Hakekat dan tujuan hidup manusia yang dihubungkan dengan hakekat dan
tujuan pendidikan Islam adalah mendidik individu yang saleh dengan
memperhatikan perkembangan rohaniah, emosional, sosial, intelektual dan fisik,
mendidik anggota kelompok sosial yang saleh, baik dalam keluarga maupun
masyarakat muslim.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Yang Dimaksud Hakikat Manusia.
2. Mengetahui Apa Yang Dimaksud Manusia Dan Pendidikan.
3. Memahami Hubungan Filsafat Manusia dengan Berbagai Komponen
Pendidikan.
1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. HAKIKAT MANUSIA
Paham materialisme memandang bahwa hakikat manusia merupakan unsur
materi, dan mereka tidak mengakui adanya unsur rohaniah dalam diri manusia itu
sendiri. Aliran ini berpandangan bahwa manusia merupakan unsur-unsur
materialisme-mekanitis yang kompleksitasnya terdiri dari aspek fisiologis,
neurologis, fisika dan biokimia. Unsur-unsur tersebut di atas bekerja di bawah
satu sistem "organisasi" yang berpusat pada sistem syaraf pusat yaitu "mind".
Namun maksud mind di sini lebih mendekati syaraf vann hersifat
neurologi akikat Manusia di sini lebih mendekati syaraf yang bersifat neurologi
dan bukan psikis (Jalaluddin, 2003: 17). Senada dengan hal tersebut di atas, Ibn
Sina mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang terdiri dari unsur jasad dan
nafs atau jiwa (Elkaisy dan Friemuth, 2006: 158-159; Syarif, 1996: 111).
Terjadinya perbedaan padangan di atas karena disebabkan oleh titik pijak
dari padangan tersebut yang sama sekali berbeda, ilmuwan Barat melihat Teori
Filsafat Pendidikan Islam manusia berdasarkan akal mereka sendiri yang sekular,
sedangkan para ilmuwan Muslim melihat manusia berdasarkan Alquran yang
telah diwahyukan kepada manusia
Sementara paham dualisme memandang bahwa manusia adalah integrasi
antara unsur yang berhubungan dengan jasmani dan rohani. Artinya, bahwa
manusia adalah makhluk yang bisa berkembang dengan kedua unsur tersebut
(Jalaluddin, 2003: 17).
Sedangkan dalam pandangan ilmuwan muslim sangat berbeda dengan
kedua pandangan di atas, karena pendapat mereka didasarkan kepada ajaran
agamanya (Islam). Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh al Ghazali dan al-
Farabi yang mengatakan bahwa manusia merupakan makhkuk yang terdiri atas
unsur badan (jasad) dan roh atau jiwa. Dengan unsur jasad manusia dapat
bergerak dan merasa, sedangkan dengan jiwa manusia dapat berpikir mengetahui
dan lain sebagainya (Jalaluddin, 2003: 17).
Hakekat manusia dalam konsep Islam adalah makhluk yang diciptakan
oleh Allah SWT, memiliki berbagai potensi untuk tumbuh berkembang menuju
kepada kesempurnaan. Adapun implikasi konsep Islam tentang hakekat manusia
dan hubungannya dengan pendidikan Islam adalah:
Pertama, Sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep kesatuan
antara qalbiyah dan aqliyah untuk dapat menghasilkan manusia intelektual dan
berakhlak.
2
Kedua, pendidikan Islam harus berupaya mengembangkan potensi yang
dimiliki manusia secara maksimal, sehingga dapat diwujudkan bermuatan hard
skill dan soft skill.
Ketiga, pendidikan Islam harus dijadikan sarana yang kondusif bagi proses
transformasi ilmu pengetahuan dan budaya Islami.
Keempat, konsep hakekat manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam
semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam perumusan teori-teori
pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empirik keilmuan dan rasional
filosofis.
Kelima, proses internalisasi nilai-nilai Islam kedalam pribadi seseorang
harus dapat dipadukan melalui peran individu maupun orang lain (guru), sehingga
dapat meperkuat terwujudnya kesatuan pola dan kesatuan tujuan menuju
terbentuknya mentalitas insan kamil.
Manusia yang utuh yaitu manusia yang potensi jasmani dan rohaninya
berkembang dengan baik dan dan mengamalkan ilmunya, hal tersebut
menggambarkan bagaimana hakikat manusia yang sesungguh nya dan utuh.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk religius. Beragama
merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah
sehinggamemerlukan tempat bertopang.Manusia memerlukan agama demi
keselamatanhidupnya. Dapat dikatan bahwa agama menjadi sandaran vertikal
manusia.
Hal tersebut seperti di jekaskan dalam Al-Quran surat Qaf Ayat 16
َْ ْ َ ْ َْ ُ َْ ُ ْ ََ ُ ُ َْ َ َ ْ ْ ََْ َ ْ ََ َ
ُ ان َو َن ْع َل ُم َما ُت َو ْسو
ِ س ِب ِه نفسه ۖ ونحن أق َرب ِإلي ِه ِمن حب ِل الو ِر
يد ِ َلقد خلقنا ِاْلنس
„‟Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya‟‟
3
A. Pendidikan & Manusia
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai yang ditandai oleh
adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat,
sedangkan pandai di tandai oleh banyak memiliki pengetahuan dan informasi.
1. Pendidikan
Pendidikan pada hakikatnya adalah mencakup kegiatan mendidik,
mengajar dan melatih peserta didik. Istilah mendidik menunjukkan usaha yang
lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat,
kecinataan, rasa kesusilaan, ketakwaan dan lain-lain (Usman, 2010: 16). Dalam
kaitan ini, Muchtar Buchori mengemukakan bahwa pendidikan yang baik dan
ideal adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tiga
tugas kehidupan, yaitu:
Untuk dapat hidup (to make living), untuk mengembangkan kehidupan
yang bermakna (to lead a meaningful live), dan untuk turut memuliakan
kehidupan (to ennoble life) (Usman, 2010: 18). Mortimer J. Adler seorang tokoh
ahli pendidikan di Barat mengartikan pendidikan sebagai proses di mana semua
kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat
dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang
baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk
membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu
kebiasaan yang baik (Muzayyin Arifin, 2009: 13).
Sedangkan Herman H. Horne berpendapat bahwa pendidikan harus
dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik
dengan alam sekitar, dengan sesama manusia, dengan tabi‟at tertinggi dari
kosmos. John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual)
maupun daya perasaan (emotional) menuju kearah tabi‟at manusia
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu
peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiannya. Ciri
khas manusia membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu
(integrated) dari apa yang disebut sifat hakekat manusia. Disebut hakekat manusia
karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak dapat
pada hewan.
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan selalu
berkembang, selalu dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu, mau tak mau
pendidikan harus didisain mengikuti irama perubahan tersebut, kalau tidak akan
ketinggalan. Dengan demikian, siklus perubahan pendidikan selalu mengikuti
perubahan zaman.
4
Siklus perubahan dapat digambarkan sebagai berikut: Perubahan
pendidikan relevan dengan kebutuhanmasyarakat baik pada konsep, materi atau
kurikulum, proses, fungsi dan tujuan lembaga-lembaga pendidikan, mengikuti
irama perubahan peradaban masyarakat, karena pendidikan dari masyarakat untuk
masyarakat, dan siklusnya selalu demikian. Misainya; pada peradaban agraris
pendidikan didisain agar relevan dengan kebutuhan dan mengikuti perkembangan
masyarakat pada era tersebut.
Begitu juga perubahan peradaban masyarakat yang menjadi masyarakat
industri dan informasi pendidikan juga didisain mengikuti irama perkembangan
masyarakat industri dan informasi, dan seterusnya, demikian sikius perkembangan
perubahan pendidikan. Kalau tidak maka pendidikan akan ketinggalan dari
perubahan zaman yang begitu cepat. Pendidikan Islam sekarangini dihadapkan
pada tantangan kehidupan manusia modern. Dengan demikian, pendidikan Islam
harus diarahkan pada kebutuhan perubahan masyarakat modern.
Dalam menghadapi suatu perubahan, "diperiukan suatu disain paradigma
baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, demikian kata filosuf
Kuhn. Menurutnya, apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan
menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan akan
memenuhi kegagalan" (H.A.R. Tilar, 1998: 245). 1
Untuk itu, pendidikan Islam periu didisain untuk menjawab tantangan
perubahan zaman tersebut, balk pada sisi konsepnya, kurikulum,
kualitassumberdaya insaninya, lembaga-lembaga dan organisasinya, serta
mengkonstruksinya agar dapat relevan dengan perubahan masyarakat tersebut.
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap
sampai ke titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan
fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.
Secara garis besarnya pengertian itu mencakup tiga aspek, yaitu:
1
H. A. Sanaky. JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume VTahun FVAgustus 1999. Studi Pemikiran
Pendidikan, 1999 5-4.
2
Lihat Lihat M. Arifin,, Ilmu Pendidikan Islam Cet.II; Jakarta : Bumi Aksara, 1993), h. 18-19
5
Untuk mencapai kesempurnaan manusia dalam mendekatkan diri
kepada Tuhan
Sekaligus untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam
menjalani hidup dan penghidupannya guna mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.3
Mengutip Sayyid Quth, bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan adalah
untuk mewujudkan manusia yang baik (al-insan al-shalih) yang sudah pasti
bersifat universal dan sudah pasti diakui semua orang dan semua aliran tanpa
mempersoalkan di manapun negerinya dan apapun agamanya . Banyak sekali
sebetulnya apa yang dikemukakan oleh para ahli muslim tapi kesemuanya pada
esensinya sama dengan di atas. Selain itu bahwa pendidikan itu juga untuk
menyempurnakan akhlak manusia.
Dasar dan tujuan filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan
dasar dan tujuan ajaran Islam atau tepatnya tujuan Islam itu sendiri. Dari kedua
sumber ini kemudian timbul pemikiran- pemikiran mengenai masalah-masalah
keislaman dalam berbagai aspek, termasuk filsafat pendidikan.4 Lebih lengkap
kongres se-Dunia ke II tantang pendidikan Islam tahun 1980 di Islam abad,
merumuskan bahwa:
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang
dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (inteletual), diri manusia yang
rasional; perasaan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup
pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spritual, intelektual,
imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif; dan
mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan
kesempurnaan.
Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan
yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh
umat manusia.Pendidikan.5 Jika dipahami dari pengertiannya maka kita bisa
menggolongkan sebagai satu disiplin keilmuan yang mandiri, yaitu ilmu
pendidikan. Ilmu pendidikan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang
pendidikan yang diperoleh melalui riset. Riset tersaji dalam bentuk konsep-
konsep, maka ilmu pendidikan dapat dibataskan sebagai sistem konsep pendidikan
yang dihasilkan melalui riset.6
2. Manusia
3
Lihat dalam , Munzir Hitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam (Yogyakarta: Infinite Press,
2004), h.56-57.
4
Lihat Sayyid Quthub, Sistem Pendidikan Islam (Cet.IV; Jakarta: Bina Ilmu, 1998), h. 7-9
5
Lihat dalam Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Cet.V; Jakarta : Bumi Aksara, 2004), h.
25-27
6
Lihat M.Arifin, op.cit., h. 9
6
Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa
manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan
dan lingkungan. Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan di dunia barat,
dikatakan bahwa perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh
pembawaan (nativisme) sebagai lawannya berkembang pula teori yang
mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh
lingkungannya (empirisme), sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang
mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan
lingkungannya (konvergensi).7
Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani
sebagai potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan
dalam surah al Qashash ( 28 ) ; 77 :
َ َ َ َ َُ َٓ َْ َ َ ه َ ْ ُّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ُ َ ٓ َ َ ٰ َ ه َ
ٱَّلل ِإل ْيك ۖ َوَل ت ْب ِغ نس ن ِص َيبك ِم َن ٱلدن َيا ۖ َوأ ْح ِسن كما أح َسنَو ْٱبت ِغ ِفيما ءاتىك ٱَّلل ٱلدار ٱلء ِاخرة ۖ وَل ت
َب ْٱل ُم ْفسدين ُ َ َ ه َّ ْ ِ َ
ُّ ٱلف َساد ف ٱْل ْرض ۖ إن ٱَّلل َل يح َ ْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Terjemahnya: Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.8
Manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek jasmani yang tidak
dapat dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia masih hidup di dunia. Manusia
mempunyai aspek akal. Kata yang digunakan al-Qur‟an untuk menunjukkan
kepada akal tidak hanya satu macam. Harun Nasution menerangkan ada tujuh kata
yang digunakan :
1. Kata Nadzara, dalam surat al Ghasiyyah ayat 17 :“Maka apakah
mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan”
2. Kata Tadabbara, dalam surat Muhammad ayat 24 : “Maka apakah
mereka tidak memperhatikan al Qur‟an ataukah hati mereka terkunci?”
3. Kata Tafakkara, dalam surat an Nahl ayat 68 : “Dan Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah : “buatlah sarang-sarang dibukit-bukit,
dipohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia”.
4. Kata Faqiha, dalam surat at Taubah 122 : “Tidak sepatutnya bagi
orang-orang yang mu‟min itu pergi semuanya (kemedan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
7
Lihat Sidi Gazalba, Sistematika Buku Pertama Pengantar Kepada Dunia Filsafat (Cet.V; Jakarta :
Bulan Bintang, 1990), h. 67-68
8
Departemen Agama RI., Al-Quran dan Terjemahnya (Semarang: Bina Restu)
7
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”
5. Kata Tadzakkara, dalam surat an Nahl ayat 17 : “Maka apakah (Allah)
yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan apa-
apa? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”.
6. Kata Fahima, dalam surat al Anbiya ayat 78 : “Dan ingatlah kisah daud
dan Sulaiman, diwaktu keduanya memberikan keputusan mengenai
tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing
kepunyaan kaumnya. Dan adalah kami menyaksikan keputusan yang
diberikan oleh mereka itu”.
7. Kata „Aqala, dalam surat al Anfaal ayat 22 : “Sesungguhnya
binatang(makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah
orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa-pun.
Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat
al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan
meniupkan kedalamnya roh- Ku, maka sujudlah kalian kepada-
Nya”.20 Selanjutnya perlu manusia pembenahan jasmani yang sehat,
kuat serta terampil.
Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti
ajaran Islam (iman). Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan
jasmani, karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan
pembelaan Islam. Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan dengan ciri
lain yang dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna, yaitu
menguasai salah satu ketrampilan yang diperlukan dalam mencari
rezeki untuk kehidupan.
Para pendidik Muslim sejak zaman permulaan - perkembangan Islam
telah mengetahui betapa pentingnya pendidikan keterampilan berupa
pengetahuan praktis dan latihan kejuruan. Mereka menganggapnya
fardhu kifayah, sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran surat Hud
(11); 37 :
َ ُ ْ َّ َ َ َ َ ْ َ ُْْ َ َُْ َ ََ ْ َ ََ ُ َ ِْ ِ ه
ين ظل ُموا ۚ ِإن ُه ْم ُمغ َرقون اطب ِ ين ِ يف ال ِذ
ِ َاصن ِع الفلك ِبأعي ِننا ووح ِينا وَل تخ
8
Dari segi jasmani kelebihan dan kesempurnaan manusia terletak pada
bentuk ciptaan fisik dan rupa wajahnya yang sangat indah dan sempurna, serta
ditambah dengan posisi badannya yang tegak lurus ,ke atas. Dan dari segi rohani ,
manusia adalah makhl;uk yang berbudaya dan berkekuatan spiritual keagamaan,
karena manusia memiliki kemampuan akal dan kalbu yang tidak dimiliki oleh
makhluk lain. Ahsani taqwiin juga berarti orang yang beriman dan bertakwa serta
pandai bersyukur kepada Allah SWT.
Sedangkan pengertian asfala saafiliin antara lain adalah kesesatan dan
orangnya bertempat di neraka kelak, karena ia tidak beriman, ingkar dan tidak
bersyukur kepada Allah SWT, tidak seperti orang yang ahsani taqwiim.
(Mahyuddin Khazanah, Nomor 60: 7-24) Kedua, manusia sebagai makhluk yang
paling sempurna (insan kamil). Manusia dalam Islam juga dikenal dengan sebutan
insan kamil dengan potensi jasmani, akal, kalbu, akhlak, sosial dan seni serta
dimensi,psikologikal yang `dimilikinya. (Zakiah Daradjat, 1992: 23-34) Ketiga,
manusia sebagai makhluk khalifah dimuka bumi. Keberadaan manusia di bumi
adalah berfungsi sebagai khalifah yang bertugas memakmurkan penduduknya.
Oleh karena itu segala wujud psikologikal dan kesehatan mentalnya di
bumi harus sesuai dengan apa yang diajarkan Allah SWT dalam agama-Nya,
seperti difilterisasi dan disesuaikan dengan prinsip, tujuan dan kaidah-kaidah yang
terdapat dalam syariat Islam. Keempat, manusia sebagai makhluk yang paling
bagus proses kejadiaanya. Menurut Alquran surat Al-Mukminun (23) ayat 12-16
manusia diciptakan Allah dari intisari tanah yang dijadikan nutfah(sperma bagi
laki-laki dan ovum atau telur bagiwanita) dan disimpan di tempat yang kokoh
danaman.
Kemudian nutfah (campuran antarasperma laki-laki dan perempuan)
dijadikan darah beku, darah beku dijadikan mudhgah,mudhgah (zighot) dijadikan
tulang ('izhaam),tulang dibalut dengan daging (lahm), yangkemudian dijadikan
Allah makhluk manusiadalam bentuk fisik (al-basyar). Inilah 5 periodekejadian
manusia dalam Alquran.
Kelima,makhluk yang bersifat ke-Tuhanan (rohani).Dalam surat al-Hijr
(15) ayat 29 dan As-Sajadah(32) ayat 7-9 selanjutnya menjelaskan bahwasetelah
kejadian manusia dalam kandungan mengambil bentuk al-basyar, ditiupkan
kedalamnya roh (ciptaan-Ku) dan dijadikanbaginya pendengaran, penglihatan, dan
perasaan,sehingga lengkaplah proses kejadian manusia sebagai manusia khalifah
yang memiliki banyak kemuliaan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Muslim lebih lanjut lagi menyebutkan bahwa roh ditiupkan Allah
SWTke dalam fisik janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nutfah, 40
hari 'alaqah(darah beku) dan 40 hari mudhgah.
(M. RasyidRidha, 1342: 24) Keterangan Alquran dan hadisini dapat berarti
bahwa Allah SWT memberimanusia potensi berupa sifat-sifat dan akhlak-akhlak-
Nya seperti yang terdapat dalam asmaulhusna, sehingga manusia betul-betul
memilikisifat ke-Tuhanan. (Hasan Langgulung, 1991:361) Keenam, manusia
sebagai makhluk yangmulia. Dalam surat al-Isra` (17) ayat 70ditegaskan oleh
Allah bahwa manusia adalahmakhluk yang mulia dengan kemuliaan
berupakemudahan dalam penguasaan ilmupengetahuan dan teknologi, rezeki
dankelebihan-kelebihan lain dari makhluk lain.
9
B. Hubungan Filsafat Manusia dengan Berbagai Komponen Pendidikan.
10
Jasa utama dari piaget adalah uraiannya mengenai perkembangan anak
dalam hal tinggah laku yang terdiri atas empat fase, yaitu:
1. Fase Sensorimotor, berlangsung antara umur 0 tahun sampai usia
dimana caraberfikir anak masih sangat ditentukanoleh kemampuan
pengalaman sensorinya, sehingga sangat sedikit terjadi peristiwa
berfikir yang sebenarnya, dimana tanggapan tidak berperan sama
sekali dalam proses berfikir dan pikiran anak.
2. Fase Pra-operasional, pada usia kira-kira antara 5 – 8 tahun, yang
ditandai adanya kegiatan berfikir dengan mulai menggunakan
tanggapan (disebut logika fungsional).
3. Fase Operasional yang kongkrit, yaitu kegiatan berfikir untuk
memecahkan persoalan secara kongkrit dan terhadap benda-benda
yang kongkrit pula.
4. Fase Operasi Formal, pada anak dimulai usia 11 tahun. Anak telah
mulai berfikir abstrak, dengan menggunakan konsep-konsep yang
umum dengan menggunakan hipotesa serta memprosenya secara
sistematis dalam rangka menyelesaikan problema walaupun si anak
belum mampu membayangkan kemungkinan-kemungkinan bagaimana
realisasinya.
Bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari
filsafat, antara lain :
5. Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem
6. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu
pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan
dari ilmu pengetahuan itu.
7. Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang
digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.
8. Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari
semua ilmu pengetahuan. Tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan
dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang
telah ditentukan oleh filsafat.
9. Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu
pengetahuan.
11
Kegiatan-kegiatan Pendidikan Islam hendaklah ditujukan kepada
perbaikandan peningkatan kualitas hidup manusia sebagai makhluk
multidimensional dan multipotensio-nal, sehingga kegiatan pendidikan dapat
mewujudkan manusia khalifah dan insan saleh (kamil) yang menjadi dambaan
Islam. Jadi jelasnya,mesti ada aktivitas pendidikan Islam yangmemotivasi
manusia dalam mengembangkan dimensi jasmani, rohani, akhlak, sosial,
akidah,akal, dan estetika, serta mengembangkan potensi (fitrahnya) dalam segala
aspeknya.
Dengan kata lain pendidikan Islam hendak-lah mampu memotivasi umat
dalam mewujudkan manusia Islam, yaitu makhluk jasmani (al-basyar), spiritual
(al-ins), sosial (annaas),rohani atau kejiwaan (al-insaan), berakal (al-unaas),
beragama ('ibaadullah), dan berestetika (jamiil). Dalam kaitannya dengan
pembenahan lembaga pendidikan Islam maka harus adaupaya dan persepsi
pendidikan Islam untuk mengembangkan konsep pendidikan yangholistik atau
dalam bentuk pendidikan yang multidimensional dan multipotensial tersebut.
Dalam hubungan dengan pengertian ini maka isu-isu dan kegiatan yang
menyangkut dengan ekonomi (penghapusan kemiskinan), kejiwaan (kesejukan
hati), sosial, seni budaya, pengemangan pendidikan dan ilmu pengetahuan serta
industrialisasi (mengejar keterbelakangan dan membasmi kebodohan) adalah
penting diangkat menjadi tema-tema pendidikan Islam.
Kalau dunia Islam mau menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk
mewujudkan manusia dan masyarakat multidimensional dan multipotensial dalam
Islam, maka mereka harus berani melakukan kebijakan Islamisasi dunia ilmu
pengetahuan, pendidikan, dan kehidupan bermasyarakat Islam. Apakah itu dalam
bentuk mengubah sistem dan pola pelayanan pendidikan dari apa yang berlaku
sekarang,misalnya dengan mengubah kurikulum pendidikan Islam.
Dalam perubahan kurikulum penekanannya hendaklah ditekankan pada
usaha mengubah kondisi material, membangun sumber daya manusia, serta
mengembangkan dimensi dan potensi individu dan masyarakat,ataupun dari
orientasi yang tidak seimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi
seimbang dan harmonis.
Pendeknya perluasan dan pengembangan persepsi, wawasan,orientasi,
materi, fungsi, peranan, sifat, tema,sistem, metode, taktik dan strategi, serta
pendekatan pendidikan Islam di zaman yang menjunjung tinggi HAM (hak asasi
manusia) dan HMM (harkat dan martabat manusia) ini perlu diperbaharui kembali
(semacam usahatajdid) terhadap lembaga-lembaga Pendidikan dengan
memanfaatkan kemajuan ipteks yang diasimilasikan dengan keimanan dan
ketakwaan(imtak), sehingga dengan demikian dapat diatasi masalah, dihadapi
tantangan, dan dipenuhiharapan umat Islam.
Kalau tidak Era Globalisasidan Industrialisasi hanya akan membuat
umatlupa kepada Allah SWT dan agama-Nya,merusak HAM dan HMM, menjadi
beban dan masalah bagi kehidupan manusia (tidak menjadirahmat), serta menjadi
ancaman bagi kehidupan sosial-budaya umat.
Bukankah pendidikan Islamitu dalam persepsi dan orientasinya bertujuan
untuk mengantarkan manusia menjadi manusia Islam yang senantiasa
mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya di dunia dan akhirat serta
12
terpelihara dan terbebas dari azab neraka dengan menekankan keseimbangan
antara kualitas ipteks dan imtak dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
multidimensional dan multipotensial.
Hubungan antara Manusia,Filsafat, dan Pendidikan Filsafat adalah induk
dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu
pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti
didalamnya. Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral,
asal, atau pokok. Karena filsafat satu-satunya yan telah mencapai kebenaran atau
pengetahuan. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk
dijadikan pegangan manusia. Filsafat memberikan dasar-dasar yang umum bagi
semua ilmu pengetahuan,
Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang
digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.Dasar yang diberikan oleh filsafat
yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Filsafat juga
memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan Filsafat berarti
cinta akan kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah orang yang mencintai
kebijaksanaan dan hikmat yang mendorong manusia itu sendiri untuk menjadi
orang yang bijaksana dalam menjalani hidup. filsafat memberikan pedoman hidup
kepada manusia.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR ISI
Amir, D. (2012). Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 3 November 2012. KONSEP MANUSIA
DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM, 188-200.
Harisah, A. (2018). Cetakan Pertama: April 2018. In Filsafat Pendidikan Islam Prinsip dan
Dasar Pengembangan (pp. 11-17). Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Hisarma Saragih, S. H. (2021). In A. Kasim, Filsafat Pendidikan (pp. 56-60). Yayan Kita
Menulis.
Mulyasana, D. (2019). Vol. 26, No. 1, 2019. Konsep Etika Belajar , 100-119.
Pahrurrozi. (2017). MANUSIA DAN POTENSI PENDIDIKANNYA. Vol. 11, No. 2, Desember
2017, h. 83-96, 83-96.
Syarif, M. (2017). vol 2 no.20 (2017). Hakekat Manusia dan Implikasinya Pada
Pendidikan Islam, 1.
15