Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM


“PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DILIHAT DARI ASPEK
EPISTIMOLOGY, ONTOLOGY, DAN AKSIOLOGI”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Pemikiran Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Dr. sunarto,M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelompok 1:
Kelas: i

1. Fatur Rohman (2211010288)


2. Hani Avisha (2211010292)
3. Mey sheila (2211010319)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita hidayah serta
rahmat sehingga bisa menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu
dengan judul “Hadits Sebagai Sumber Ajaran Islam”. Sholawat serta salam
semoga tetap senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬semoga
kelak kita mendapatkan syafaatnya di hari yaumil akhir nanti.

Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas kelompok dari mata


kuliahPemikiran Pendidikan Islam dengan Dosen Pengampu Dr.
Sunarto,M.Pd.I. Dalam penyusunannya, kami mengambil sumber dari
beberapa literatur yang biasa dipakai di kampus UIN Raden Intan Lampung.

Kami menyadari ada beberapa kekurangan dan kesalahan penulisan


kata dalam makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun selalu kami harapkan untuk perbaikan makalah di kemudian
hari. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah ikut serta membantu dalam menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Akhir kata semoga makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi mata kuliah pemikiran Pendidikan islam.

Bandar Lampung, September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................

A. LATAR BELAKANG ............................................................


B. RUMUSAN MASALAH ........................................................
C. TUJUAN PEMBAHASAN .....................................................
D. MANFAAT PEMBAHASAN .................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................

A. PENGERTIAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM ........


B. TUJUAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM ..................
C. PRINSIP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM ..................

BAB III PENUTUP ............................................................................

A. KESIMPULAN.......................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses berpikir merupakan rangkaian aktifitas manusia di dalam
membentuk peradaban dunia. Maka dengan berpikir dan
berkeinginan, manusia menciptakan konstruksi peradaban di
sepanjang sejarah kehidupannya di dunia. Elaborasi berpikir,
berhasrat, berkemauan inilah yang kemudian akan melahirkan ilmu
sehingga dalam tataran praktis, ilmu tersebut membentuk konstruk
yang menjadi instrument dalam melahirkan peradaban-peradaban,
produk-produk budaya yang hebat di bumi ini. Proses tersebutlah
yang membedakan antara manusia dan makhluk lainnya, sehingga
dalam tataran teologis, Allah swt. menyebutkan manusia sebagai
kreator budaya dan peradaban di Bumi ini yang representatif,
meskipun terjadi proses dialektika ketika itu antara Allah swt. dan
para malaikatNya mengenai pantas dan tidaknya laqab sebagai
khalifah yang diberikan Allah swt. kepada manusia ketika itu.¹ Dalam
proses berpikir tersebut mengalami perkembangan- perkembangan
yang signifikan hingga membentuk beragam aliran- aliran pemikiran.
Aliran-aliran pemikiran tersebut merupakan dinamisasi yang ideal
terjadi di dalam diri seorang pemikir yang lebih dikenal sebagai
filosof. Aliran-aliran pemikiran tersebut juga kemudian menghasilkan
berbagai disiplin ilmu. Salah satunya adalah teologi. Teologi
merupakan produk dari dinamisasi berpikirnya manusia yang
ditempuh melalui aliran pemikiran dalam sebuah perenungan yang
mendalam. Produk pemikiran teologi tersebut kemudian akan menjadi
landasan idiologis dari lahirnya beragam bidang di dalam
kompleksitas kehidupan dunia. Salah satunya adalah bidang
pemikiran pendidikan Islam

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Pemikiran Pendidikan Islam dilihat dari aspek
epistimologi, ontology, dan aksiologi
2. Apa saja tujuan pemikiran Pendidikan islam
3. Apa saja prinsip-prinsip pemikiran Pendidikan islam
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian pemikiran Pendidikan
islam
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan pemikiran Pendidikan islam
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip pemikiran
Pendidikan islam

D. MANFAAT PEMBAHASAN
1. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian pemikiran
Pendidikan islam dilihat dari aspek epistimologi, ontology, dan
aksiologi
2. Mahasiswa mampu memahami tujuan pemikiran Pendidikan islam
dilihat dari aspek epistimologi, ontology, dan aksiologi
3. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip pemikiran Pendidikan
islam dilihat dari aspek epistimologi, ontology, dan aksiologi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemikiran Pendidikan Islam


Secara etimologi, pemikiran berasal dari kata "pikir" yang berarti proses,
cara, atau perbuatan memikir, yakni menggunakan akal budi untuk
memutuskan suatu persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu
secara bijaksana. Dalam konteks ini, pemikiran dapat juga diartikan
sebagai upaya yang cerdas dari proses kerja akal dan kalbu untuk melihat
fenomena dan berusaha mencari penyelesaiannya secara bijaksana.

Secara terminologis, menurut Muhammad Labib An- Najihi, pemikiran


Pendidikan Islam merupakan aktivitas pikiran yang teratur dengan
mempergunakan metode filsafat. Pendekatan tersebut digunakan untuk
mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan dalam
sebuah sistem yang integral.' Dengan berpijak pada definisi diatas, yang
dimaksud dengan pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian proses
kerja akal dan kalbu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam
melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islam dan
berupaya untuk membangun sebuah paradigma pendidikan yang mampu
menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan peserta didik secara
paripurna.

Pengertian tersebut menggambarkan bahwa pemikiran dapat diartikan


dari dua aspek, yaitu sebagai proses dan sebagai hasil. Dari aspek
pertama, maka pemikiran dapat diartikan sebagai proses kerja akal untuk
melihat fenomena dan berusaha mencari penyelesaiannya secara
bijaksana. Sedangkan dari aspek kedua, maka pemikiran merupakan hasil
dari proses ijtihadi upaya manusia menyelesaikan segenap persoalan
kehidupannya.

Dua cara mendefinisikan pemikiran tersebut sebenarnya tidaklah berbeda,


paling tidak keduanya dapat diartikan dalam satu pengertian, yakni
pemikiran adalah hasil upaya cerdas (ijtihadi) dari proses kerja akal dan
kalbu untuk melihat feno- mena dan berusaha mencari penyelesaiannya
secara bijaksana.21 Namun demikian, dua cara mendefinisikan tersebut
tentu saja akan mengakibatkan perbedaan arah, fokus dan orientasi
bahasan pemikiran pendidikan Islam. Apabila pemikiran diartikan
sebagai proses, maka arah, fokus dan orientasi bahasan pemikiran
bertumpu pada eksplorasi epistemologis dari pemikiran tersebut. Artinya
pembicaraan tentang pemikiran pendidikan Islam misalkan di dalamnya
akan dibicarakan tentang posisi pemikiran pendidikan Islam dibanding
dengan filsafat dan ilmu pendidikan Islam. Sedangkan apabila pemikiran
diartikan sebagai hasil, maka arah, fokus dan orientasi bahasan pemikiran
bertumpu pada eksplorasi sejarah dan khazanah dari pemikiran tersebut.
Pembicaraan tentang pemikiran pendidikan Islam dari sisi ini berarti di
dalamnya diungkap bagaimana dinamika sejarah pemikiran pendidikan
Islam.

Untuk memahami pemikiran pendidikan Islam, perlu ditegaskan kembali


bahwa kata Islam merupakan kata kunci yang berfungsi sebagai sifat,
penegas dan pemberi ciri khas pada kata pemikiran pendidikan. Dengan
demikian, pengertian pemikiran pendidikan Islam berarti pemikiran
pendidikan yang secara khas memiliki ciri islami, yang dengan ciri khas
itu ia membedakan dirinya dengan model pemikiran pendidikan lainnya.

Pemahaman tersebut membawa konsekuensi logis bahwa penempatan


kata Islam setelah kata pemikiran pendidikan meng- indikasikan adanya
pemikiran pendidikan dalam ajaran Islam. Pemikiran pendidikan yang
didefinisikan secara akurat dan ber- sumber pada ajaran (agama) Islam,
itulah pemikiran pendidikan Islam. Hal ini perlu ditegaskan untuk
menghindari akulturasi pemikiran pendidikan non-Islam yang "terpaksa"
dilegitimasi oleh Islam sebagai pemikiran pendidikan Islam, padahal isi
dan semangatnya tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Sampai sekarang masih banyak orang yang mempertanyakan tentang


istilah mana yang paling tepat digunakan antara "Pemikiran Pendidikan
Islam" dan "Pemikiran Pendidikan Islami". Istilah "Pemikiran Pendidikan
Islam" biasanya diartiku- lasikan untuk menggambarkan keseluruhan
pemikiran pen- didikan yang dihasilkan oleh umat Islam, tetapi belum
tentu sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Sedangkan istilah "Pemi- kiran
Pendidikan Islami" digunakan untuk menggambarkan hasil pemikiran
pendidikan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, tetapi belum tentu
dihasilkan oleh umat Islam. Memang seharus- nya pemikiran pendidikan
yang dihasilkan oleh umat Islam sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, dan
istilah yang paling tepat untuk itu mungkin adalah "Pemikiran Pendidikan
Islam yang Islami". Dalam buku ini, akan dipilih istilah "pemikiran
pendidikan Islam" dalam makna seperti diutarakan terakhir tadi, yakni
pemikiran pendidikan yang sesuai dengan prinsip Islam dan sebaiknya
dihasilkan oleh umat Islam.
Melalui upaya tersebut diharapkan agar pendidikan yang ditawarkan
mampu berapresiasi terhadap dinamika peradaban modern secara adaptik
dan proporsional, tanpa harus melepaskan nilai-nilai ilahiyah sebagai nilai
warna dan nilai kontrol. Melalui pendekatan tersebut dimungkinkan akan
menjadi Pendidikan Islam sebagai sarana efektif dalam mengantarkan
peserta didik sebagai insan intelektual dan insan moral secara kaffah." 2

B. Tujuan Pemikiran Pendidikan Islam

Menurut Samsul Nizar, pemikiran pendidikan Islam memiliki tujuan yang


sangat kompleks, yakni:
1. Membangun kebiasaan berpikir ilmiah, dinamis dan kritis terhadap
persolan-persoalan seputar pendidikan Islam.

2. Memberikan dasar berpikir inklusif terhadap ajaran Islam dan


akomodatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang
dikembangkan oleh intelektual di luar Islam.

3. Menumbuhkan semangat berijtihad, sebagaimana yang ditunjukkan


oleh Rasulullah dan para kaum intelektual muslim pada abad pertama
sampai pertengahan, terutama merekontruksi sistem pendidikan Islam
agar lebih baik.

4. Memberikan kontribusi pemikiran bagi perkembangan sistem


pendidikan nasional. Kajian ini berupaya untuk menyoroti konsep al-
insaniyah yang dititik beratkan pada aspek peserta didik dan nilai-nilai
kemanusiaan yang fitri sebagaimana dikembangkan oleh filsafat
pendidikan Islam. Akan tetapi juga diharapkan mampu memberikan
sumbangan bagi pengembangan sistem pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari


pemikiran pendidikan Islam adalah untuk mengungkap dan merumuskan
paradigma pendidikan Islam dan peranannya dalam pengembangan
sistem pendidikan di Indonesia. Pemikiran pendidikan islam ini
diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam merekontruksi
pola atau model pengembangan sistem pendidikan nasional, serta ikut
memperkaya khazanah perkembangan pemikiran ilmu pengetahuan, baik
pengetahuan keislaman maupun pengetahuan umum.

b. Ruang Lingkup Pemikiran Pendidikan Islam Pendidikan dalam


pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai suatu proses
pembelajaran kepada peserta didik dalam upaya mencerdaskan dan
mendewasakan peserta didik. Islam memandang manusia adalah sebagai
makhluk Allah dengan segala potensinya yang sempurna sebagai
Khalifah fil ardh, dan yang terbaik diantara makhluk lainnya. Kelebihan
dari manusia tersebut bukan hanya berbeda susunan fisik, akan tetapi akan
jauh dari hal tersebut. Manusia memiliki kelebihan dari segi aspek
psikisnya.

Kedua aspek manusia tersebut memiliki potensi masing-masing yang


sangat mendukung bagi proses aktualisasi dari pada posisinya sebagai
makhluk yang paling mulia. Dengan potensi fisik dan psikis yang
dimiliki, atau bisa disebut dengan potensi material dan spiritual tersebut
menjadikan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling baik.
Oleh karena itu peserta didik dalam kapasitasnya sebagai manusia yang
merupakan makhluk individual dan sosial, harus terus berkembang dan
memiliki pengalaman-pengalaman transendental yang menjadikannya
harus menyempurnakan diri sejalan dengan totalitas potensi yang
dimilikinya dengan tetap bersandar terhadap nilai- nilai Agama.

Pengembangan kepribadian peserta didik sebagai makhluk dinamis harus


di lakukan dengan mempertimbangkan potensi dan kondisi objektif
alamiah, sehingga akan tersusun secara sistematis pengetahuan yang
mencerminkan pengembangan totalitas kepribadian manusia secara utuh.
Proses pendidikan harus membantu peserta didik mampu berinteraksi
secara sosial dan memanfaatkan alam bagi kehidupan. Dengan demikian,
kebudayaan dan peradaban manusia akan lahir dari proses akumulasi dari
perjalanan kehidupannya yang berhadapan dengan proses dialektik antara
nomativitas ajaran wahyu yang permanen secara historis dan pengalaman
ke Khalifahannya di muka bumi secara dinamis. Dalam sejarah
kebudayaan Islam akumulasi operasional pendidikan Islam yang
berpedoman pada Al- Qur'an dan Hadits serasi dan seimbang, dan telah
mampu memberikan motivasi serta inspirasi umat Islam pada masa Klasik
dalam merumuskan berbagai persepsi

C. Prinsip-prinsip pemikiran pendidikan Islam

Prinsip-prinsip dasar yang dapat digunakan dalam pemikiran pendidikan


Islam yaitu meliputi prinsip ontologi, prinsip epistimologi, dan prinsip
aksiologi."

1. Prinsip ontologi
Ontologi menurut bahasa berasal dari kata "ontos- being" yang
mempunyai arti ada, dan "logos" yang berarti ilmu. Ontologi merupakan
cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat apa yang terjadi.8
Dalam kaitannya dengan pemikiran pendidikan Islam, memberikan arti
bahwa segala sesuatu yang menjadi objek kajian pemikiran tidak
selamanya bersifat realistis, akan tetapi ada kalanya yang bersifat abstrak.
Ketika membicarakan apa tujuan pendidikan Islam yang sesungguhnya,
maka seseorang intelektual muslim harus melihat kedua pendekatan
tersebut secara seksama. Dan juga harus memperhatikan kondisi realitas
yang bersifat kekinian serta eksistensi kemakhlukannya sebagai tujuan
penciptaan Allah. Maka harus mempertimbangkan runtutan kebudayaan
yang unik dan dinamis secara seimbang.
objek kajian ontologi meliputi, ada individu, ada umum, ada terbatas, ada
tidak terbatas, ada universal, ada mutlak-Tuhan Yang Maha Esa. Istilah
ontologi ini lebih banyak digunakan ketika membahas yang ada dalam
konteks filsafat. Dari apa yang telah dipaparkan di atas dapat dipahami
bahwa ontologi adalah hakikat tentang keberadaan yang meliputi
keberadaan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Untuk lebih
jelasnya mengenai konsep ontologi di sini adalah upaya untuk membahas
tentang pendidikan Islam.

Sedangkan pendidikan Islam menurut pandangan Ali Ashraf dalam Toto


Suharto, pendidikan Islam adalah pendidikan yang ditujukan untuk
melatih sensibilitas siswa atau anak didik sedemikian rupa sehingga
dalam perilaku mereka tentang berbagai macam makna dari kehidupan ini
diatur oleh nilai – nilai etika islam.

Secara ontologis, Pendidikan Islam adalah hakikat dari kehidupan


manusia sebagai makhluk berakal dan berfikir. Jika manusia bukan
makluk berfikir. tidak ada pendidikan. Selanjutnya pendidikan sebagai
usaha pengembangan diri manusia, dijadikan alat untuk mendidik. Kajian
ontologi ini tidak dapat dipisahkan dengan Sang Pencipta. Allah telah
membekalkan beberapa potensi kepada kita untuk berfikir. Hakikat
pendidikan islam memiliki tiga kata kunci, yaitu:
a. Ta'lim, kata ini telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan
pendidikan Islam. Mengacu pada pengetahuan, berupa pengenalan dan
pemahaman terhadap segenap nama-nama atau benda ciptaan Allah.
Rasyid Ridha, mengartikan ta'lim sebagai proses transmisi berbagai Ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu.
b. Tarbiyah, kata ini berasal dari kata Rabb, mengandung arti memelihara,
membesarkan dan mendidik yang kedalamannya sudah termasuk makna
mengajar.

c. Ta'dib, Syed Muhammad Naquib al-Attas mengungkapkan istilah yang


paling tepat untuk menunjukan pendidikan Islam adalah al-Ta'dib, kata
ini berarti pengenalalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat
yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan

4. Prinsip epistimologi
Epistimologi berasal dari kata yaitu "episteme" yang bearti pengetahuan,
dan "logos" bearti ilmu. Epistimologi secara etimologi berarti teori
pengetahuan. Epistimologi merupakan cabang ilmu filsafat yang
mengkaji secara mendalam tentang asal mula pengetahuan, struktur,
metode, dan validitas pengetahuan." Dalam kaitannya dengan pemikiran
pendidikan Islam, pendekatan tersebut memberi makna tentang
bagaimana proses internalisasi yang efektif dalam mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan sebagai sebuah kebenaran. Proses yang
dilakukan harus mengandung makna, sesuai dengan posisi, fungsi dan
kemampuan peserta didik, baik secara vertikal dan horizontal.

Di dalam epistemologi dibicarakan tentang sumber pengetahuan dan


sistematikanya, di samping itu pula epistemologi hadir guna
memperbincangkan tentang hakikat ketepatan susunan berpikir yang
secara akut pula digunakan untuk masalah-masalah yang memiliki
korelasi dengan maksud untuk menemukan kebenaran isi sebuah
pertanyaan. Sedangkan isi pertanyaan itu adalah sesuatu yang ingin
diketahui. Oleh karena itu, epistemologi relevan dengan ilmu
pengetahuan yang disebut dengan filsafat ilmu.

Epistemologi dalam hal ini adalah mencoba mempertanyakan tentang


pengetahuan, maka juga harus mengenal tentang pengetahuan itu sendiri.
Dalam hal ini kebenaran pengetahuan dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu kebenaran mutlak atau absolut dan kebenaran relatif atau nisbi.
Kebenaran absolut adalah kebenaran yang abadi tidak berubah-ubah dan
tidak bisa dipengaruhi oleh yang lain (kebenaran tentang adanya Tuhan).
Sedangkan kebenaran nisbi, adalah kebenaran yang dapat berubah-ubah
(misalkan seperti penglihatan) akan dipengaruhi oleh keadaan yang
dilihatnya.
Menyimak dari pernyataan tersebut maka dalam pendidikan Islam harus
mengetahui pendekatan dan metode yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan. Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk
membangun pengetahuan tentang pendidikan Islam diantaranya sebagai
berikut:
1. Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman kegamaan
kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.

2. Pendekatan pembiasaan yaitu suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya


otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang
ada kala tanpa dipikirkan.

3. Pendekatan emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan


emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan
mana yang baik dan mana yang buruk.

4. Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan menggunakan rasio (akal)


dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah.

5. Pendekatan fungsional adalah usaha memberikan materi agama dengan


menekankan kepada segi kemanfaatn pada peserta didik dalam kehidupan
sehari- hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya,

6. Pendekatan ketauladanan adalah memperlihatkan ketauladanan,baik


yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab ntara
personal sekolah, perilaku pendidikan dan perilaku pendidik yang
mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui
suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah ketauladanan.

5. Prinsip aksiologi
Aksiologi berasal dari istilah Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau
wajar. Sedangkan logos berari ilmu, akan tetapi aksiologi juga dapat
disebut juga dengan teori nilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu
yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan
bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Dalam hal ini yang ingin
dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam
suatu pengetahuan. Jadi aksiologi di sini adalah menyangkut masalah nilai
kegunaan ilmu. Dewasa ini, istilah axios = nilai dan logos = teori istilah
ini sebenarnya lebih akrab dipakai dalam istilah filosofi." Adapun
aksiologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aksiologi adalah
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia; atau kajian tentang
nilai, khususnya etika.

Lebih lanjut aksiologi meliputi nilai-nilai parameter bagi apa yang disebut
dengan kebenaran atau kenyataan. Sebagaimana kehidupan yang kita
jalani berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materi dan
kawasan simbolik yang masing-masing menunjukkan aspeknya sendiri.
Lebih dari itu, aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa yang harus
kita perhatikan di dalam menjalankan ilmu praktis. Dalam pendekatan
aksiologis ini ilmu harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia
dengan cara melihat berbagai aspek kehidupan yang melingkupinya.

Macam-macam nilai dalam aksiologi


Brameld dalam Syom (1988) membagi nilai dalam aksiologi menjadi.
1. Moral conduct, tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus
yaitu Ethika.
2. Esthetic expression, ekspresi keindahan, yang melahirkan Esthetika.. 3.
Socio-polical life, kehidupan sosio-politik, yang melahirkan ilmu filsofat
sosio-politik.

Masalah-masalah aksiologi di atas menjelaskan dengan kriteria atau


prinsip tertentu, apakah yang dianggap baik di dalam tingkah laku
manusia itu, apakah yang dimaksud indah dalam seni dan apakah yang
benar dan diinginkan dalam organisasi social kemasyarakatan-
kenegaraan.

Aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang membahas tentang hakikat


nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan.
Dalam 10 kaitannya dengan pemikiran pendidikan Islam, pendekatan
tersebut memberikan makna bahwa objek kajian dan rangkaian proses
yang dilakukan harus memiliki nilai dan tidak merusak nilai-nilai yang
ada. Baik nilai kemanusiaan (moral) maupun nilai ketuhanan (agama).
Pendekatan ini merupakan alat kontrol yang efektif dalam melihat
kebermaknaan dan ketidakbermaknaan, serta ideal dan tidaknya konsep
pendidikan yang ditawarkan bagi umat manusia.
Ada dua kategori dasar aksiologis, yaitu (1) objektivisme dan (2)
subjektivisme. Keduanya beranjak dari pertanyaan yang sama, yaitu,
apakah nilai itu bersifat bergantung atau tidak bergantung pada manusia?
Dari sini, muncul empat pendekatan etika, dua yang pertama beraliran
objektivisme dan dua berikutnya beraliran subjektivisme. Adapun yang
dimaksud adalah (1) teori nilai intuitif, (2) teori nilai rasional, (3) teori
nilai alamiah dan (4) teori nilai emotif.
Akan tetapi aksiologi pendidikan berkaitan dengan masalah ilmu dan
pengetahuan (kognitio), maksudnya adalah memikirkan segala hakikat
pengetahuan atau hakikat keberadaan segala sesuatu yang bersifat fisikal
dan metafisikal, baik yang umum maupun yang khusus. Oleh karena itu,
kajiannya mengarahkan diri pada dasar- dasar pengetahuan dalam bentuk
penalaran, logika, sumber pengetahuan, dan kriteria kebenaran. Untuk itu
perlu dipahami bahwa aksiologi pendidikan secara esensial adalah
terwujudnya anak didik yang memahami ilmu dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.

Implikasi aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menguji dan


mengintegrasikan nilai dalam kehidupan manusia dan menanamkan sikap
dalam kepribadian peserta didik. Memang untuk menjelaskan apakah
yang baik itu, benar, buruk dan jahat bukanlah sesuatu yang mudah.
Apalagi, baik, benar, indah dan buruk, dalam arti mendalam dimaksudkan
untuk membina kepribadian ideal anak, jelas merupakan tugas utama
pendidikan. Pendidikan harus memberikan pemahaman atau pengertian
baik, benar, bagus, buruk dan sejenisnya kepada peserta didik secara
komprehensif dalam arti dilihat dari segi etika, estetika dan nilai sosial.
Dalam masyarakat, nilai-nilai itu terintegrasi dan saling berinteraksi.
Nilai-nilai di dalam rumah tangga atau keluarga, tetangga, kota, negara
adalah nilai-nilai yang tidak mungkin diabaikan dunia pendidikan bahkan
sebaliknya harus mendapat perhatian. Ajaran Islam merupakan perangkat
sistem nilai yaitu pedoman hidup secara Islami, sesuai dengan tuntunan
Allah SWT. Aksiologi Pendidikan Islam berkaitan dengan nilai-nilai,
tujuan, dan target yang akan dicapai dalam pendidikan Islam. Sedangkan
tujuan pendidikan Islam menurut Abuddin Nata dalam kutipan ini adalah
untuk mewujudkan manusia yang shaleh, taat beribadah dan gemar
beramal untuk tujuan akhirat.

Implikasi aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menguji dan


mengintegrasikan nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan
membinakannya dalam kepribadian anak didik. Memang untuk
menjelaskan apakah yang baik itu, benar, buruk dan jahat bukanlah
sesuatu yang mudah. Apalagi, baik, benar, indah dan buruk, dalam arti
mendalam dimaksudkan untuk membina kepribadian ideal anak, jelas
merupakan tugas utama pendidikan.

Pendidikan harus memberikan pemahaman/pengertian baik, benar, bagus,


buruk dan sejenisnya kepada peserta didik secara komprehensif dalam arti
dilihat dari segi etika, estetika dan nilai sosial. Dalam masyarakat, nilai-
nilai itu terintegrasi dan saling berinteraksi. Nilai-nilai di dalam rumah
tangga/keluarga, tetangga, kota, negara adalah nilai-nilai yang tak
mungkin diabaikan dunia pendidikan bahkan sebaliknya harus mendapat
perhatian.

Ajaran Islam merupakan perangkat sistem nilai yaitu pedoman hidup


secara Islami, sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Aksiologi Pendidikan
Islam berkaitan dengan nilai-nilai, tujuan,dan target yang akan dicapai
dalam pendidikan Islam. Nilai- nilai tersebut harus dimuat dalam
kurikulum pendidikan Islam, diantaranya:

1. Mengandung petunjuk Akhlak


2. Mengandung upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia
dibumi kebahagiaan di akherat.
3. Mengandung usaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.
4. Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan
kehidupan dunia dan akhirat.

Beberapa indikator dari tercapainya tujuan pendidikan islam dapat dibagi


menjadi tiga tujuan mendasar, yaitu:

1. Tercapainya anak didik yang cerdas. Ciri-cirinya adalah memiliki


tingkat kecerdasan intelektualitas yang tinggi sehingga mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun
membantu menyelesaikan masalah orang lain yang membutuhkannya.

2. Tercapainya anak didik yang memiliki kesabaran dan kesalehan


emosional, sehingga tercermin dalam kedewasaan menghadapi masalah
di kehidupannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
 Ontologi pendidikan Islam membahas hakekat tentang
pendidikan Islam. Dirumuskan dalam tiga konsep yaitu ta'lim,
tarbiyah, dan ta'dib. Pendidikan Islam merupakan suatu sistem
yang dapat mengarahkan kehidupan peserta didik sesuai
dengan ideologi Islam.
 Epistemologi pendidikan Islam membahas seluk beluk dan
sumber-sumber pendidikan Islam. Pendidikan Islam
bersumber dari Allah SWT, yaitu Al-Qur'an dan hadist.
 Aksiologi pendidikan Islam berkaitan dengan nilai-nilai,
tujuan dan target yang akan dicapai dalam pendidikan Islam
tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk mencapai Ridha
Allah SWT.

Dengan pendidikan Islam, diharapkan lahir individu-indidivu yang


baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat bagi diri, keluaga,
masyarakat, negara dan ummat manusia secara keseluruhan. Meraih
kebahagiaan dunia dan akherat.
DAFTAR PUSTAKA

Abid, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi,


dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basri, Hasin. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Jalaluddin. 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Nata, Abuddin, 2008. Manajemen Pendidikan. Jakata:Kencana.

Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai