Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Hakikat Pendidikan Islam


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Faelasup, M. Pd. I

Disusun oleh :
Kelompok 2
Difana Leli Anggraini (21.1.13.009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SANGATTA
KUTAI TIMUR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Hakikat Pendidikan Islam”. tepat
pada waktunya.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat. Dalam
penyusunannya, saya memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan orang tua yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini .
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan saya. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, saya mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat, khususnya bagi diri saya dan umumnya bagi pembaca.
.

Sangatta, 21 Oktober 2021

Difana Leli Anggraini

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Objek Filsafat Pendidikan Islam................................................................6
B. Metode Filsafat Pendidikan Islam.............................................................8
C. Fungsi Filsafat Pendidikan Islam...............................................................9
BAB III PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memahami pendidikan Islam, terlebih dahulu perlu memahami
pengertian pendidikan Islam. Karena dalam pengertian tersebut terkandung
beberapa indikator esensial pendidikan. Pengertian pendidikan Islam, salah
satunya dapat dengan menggunakan metodologi semantik seperti yang
dilakukan oleh Izutsu seperti yang dikutip oleh Abdul Mujib (Abdul Mujib,
2006:9-10)

Filsafat pendidikan Islam berperan penting dalam pengembangan


pendidikan Islam yaitu memberikan alternatif-alternatif pemecahan berbagai
masalah yang sedang dihadapi oleh pendidikan Islam. Filsafat pendidikan
Islam memberikan pandangan tertentu tentang manusia (sebagai obyek
pendidikan). Pandangan tentang hakikat manusia yang sangat berkaitan
dengan tujuan hidup manusia dan sekaligus juga merupakan tujuan
pendidikan Islam.

Filsafat pendidikan Islam bertujuan menjabarkan tujuan umum


pendidikan Islam tersebut dalam bentuk-bentuk tujuan khusus yang
operasional. Dan tujuan yang operasioanal ini akan berperan untuk
mengarahkan secara nyata gerak aktifitas pelaksanaan pendidikan. Peranan
filsafat pendidikan Islam dalam pengembangan pendidikan Islam
menyumbangkan analisanya kepada ilmu pendidikan Islam tentang
hakikat masalah yang nyata dan rasional yang mengandung nilai-nilai
dasar yang dijadikan landasan atau petunjuk dalam proses pendidikan.
Peranan filsafat adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis dan
teoritis (bahkan spekulatif) secara mendalam dan mendasar melalui proses
pemikiran yang sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya),

4
tentang problema hidup dan kehidupan manusia. Produk pemikirannya
merupakan pandangan dasar yang berintikan kepada tiga kekuatan rohani
pokok yang berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia yang meliputi
induvidualisme, sosialisme dan moralisme.

B. Rumusan Masalah
1. Apa objek filsafat pendidikan Islam?

2. Apa metode filsafat pendidikan Islam

3. Apa fungsi filsafat islam?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Objek Filsafat Pendidikan Islam


Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi
bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal
ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang
menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai
sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan Islam harus
menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan
pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat
pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar,
sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak
hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan
menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini
memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah
masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah
tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.

Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan


pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan Islam, maka
perlu diikuti pola dan kefilsafatan pada umumnya. Adapun pola dan sistem
pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
a. Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti cara
berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan yang
dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis artinya satu
bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan.
b.    Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya
menyangkut persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.Ruang
lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan
yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung

6
generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini,
termasuk kehidupan umat manusia, baik pada masa sekarang maupun
masa mendatang.
c. Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya
 

pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan pembuktian-pembuktian


empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), akan tetapi
mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai obyektif oleh
permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada obyek
yang dipikirkannya.

Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang


lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:
a. Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan
dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia
sebagai makhluk ciptaan tuhan, serta proses kejadian kejadian dan
perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.
b.    Ontologi yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta,
dari mana dan kearah mana proses kejadiannya. Pemikiran ontologis
akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam
semesta ini, apakah pencipta itu satu zat (monisme) ataukah dua zat
(dualisme) atau banyak zat (pluralisme). Dan apakah kekuatan
penciptaan alam semesta ini bersifat kebendaan, maka paham ini disebut
materialisme.

Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu
dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam
semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi
secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi:
a. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature of
Education).

7
b.    Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek
pendidikan (The Nature Of Man).
c. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan,
 

agama dan kebudayaan.


d. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori
 

pendidikan.
e. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat
pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
f. Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian dari uraian tersebut diproleh suatu kesimpulan bahwa
yang menjadi obyek filsafat pendidikan Islam ialah semua aspek yang
berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat
pendidikan itu sendiri, yang berhungan dengan bagaimana pelaksanaan
pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-
citakan, namun kesemuanya harus berlandas-kan al-Qur’an dan Hadits.

B. Metode Filsafat Islam


Sebagai suatu metode, filsafat pendidikan Islam biasanya
memerlukan empat hal sebagai berikut : Pertama, bahan-bahan yang akan
digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa
bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama
serta para filosof dan lainnya, serta bahan yang akan di ambil dari pengalaman
empirik dalam praktek kependidikan. Kedua, metode pencarian bahan. Untuk
mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi
kepustakaan dan studi lapangan yang masingmasing prosedurnya telah diatur
sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan al Qur’an dan
al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an semacam Mu’jam al
Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi

dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink. Ketiga, metode

8
pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analsis-
sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap
sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah. Keempat,
pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula
dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut.
Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan
teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena
tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan
digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan
digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena.

C. Fungsi Filsafat Pendidikan Islam


Fungsi filsafat pendidikan Islam merupakan realisasi dari
pengertian tarbiyah al-insya yang artinya menumbuhkan atau
mengaktualisasikan potensi. Pendidikan berusaha untuk menampakkan atau
mengaktualisasikan potensi-potensi laten yang dimiliki oleh setiap peserta
didik.
Fungsi filsafat pendidikan Islam secara mikro adalah proses
penanaman nilai-nilai ilahiah pada diri anak didik, sehingga mereka mampu
mengaktualisasikan dirinya semaksimal mungkin sesuai dengan prinsip-
prinsipreligius. Secara makro pendidikan Islam berfungsi sebagai sarana
pewarisan budaya dan identitas suatu komunitas yang didalamnya manusia
melakukan interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.
Secara umum fungsi pendidikan Islam adalah membimbing dan
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke
tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara
fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas
pendidikan berjalan dengan lancar.

9
Bukhari Umar menyatakan bahwa ada beberapa fungsi dari pendidikan Islam,
diantaranya:
1. Pendidikan sebagai Pengembangan Potensi
2. Pendidikan sebagai Pewaris Budaya. Dalam pendidikan Islam, sumber
nilai budaya dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu Nilai Ilahiyyah,
nilai yang dititihkan Allah melalui para Rasul-Nya yang diabadikan pada
wahyu. Inti nilai ini adalah iman dan takwa. Dan Nilai Insaniyyah, nilai
yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari
peradaban manusia. Nilai ini bersifat dinamis, yang berkelakuan relative
dan dibatasi oleh ruang dan waktu.
3. Interaksi antara Potensi dan Budaya. Interaksi antara potensi dan budaya
harus mendapatkan tempat dalam proses pendidikan, dan jangan sampai
salah satunya ada yang diabaikan. Tanpa interaksi tersebut, harmonisasi
kehidupan akan terhambat.

Disisi lain M. Arifin menjelaskan pentingnya pendidikan Islam, antara lain :


1. Pendidikan sebagai usaha membentuk pibadi manusia harus melalui
proses panjang dengan resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui dengan
segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan
sesuai dengan keinginan “pembuatnya”.
2. Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumber pada nilai-nilai agama
Islam menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai
tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan
dengan nilai-nilai Islam yang menlandasinya adalah merupakan proses
ikhtiariyah yang secara peadogogis. Mampu mengembangkan hidup anak
didik kearah kedewasaan atau kematangan yang menguntungkan dirinya.
3. Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan
untuk mensejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan umat
manusia di dunia dan di akhirat, baru dapat mempunyai arti fungsional
dan aktul dalam diri manusia bila mana dikembangkan melalui proses
kependidikan yang sistematis

10
4. Ruang lingkup kependidikan Islam adalah mencangkup segala bidang
kehidupan manusia dimana manusia mampu memanfaat kan sebagai
tempat menanam benihbenih amaliyah yang buuahhnya akan dipetik di
akhirat nanti, maka pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliyah dalam pribadi
manusia baru dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan
yang berjalan diatas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.
5. Teori-teori, hipotesa dan asumsi-asumsi kependidikan yang bersumber ajaran
Islam sampai kini masih belum tersusun secara ilmiah meskipun bahan-bahan
bakunya telah tersedia. Baik dalam kitab suci Alquran dan Hadist maupun
qaul ulama.

Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Fungsi Pendidikan Islam adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menumbuhkan kreativitas. Secara antropologik dan sosial,
masyarakat manusia adalah masyarakat yang berkebudayaan dan
berperadaban serta membutuhkan generasi-generasi pelanjut sebagai
pengembang kebudayaan peradaban mereka. Dalam hal ini, Pendidikan
Islam menciptakan generasi yang memiliki kreativitas sehingga mampu
membangun dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban di masa
mendatang. Dari segi ini maka pendidkan menjadi sangat penting bagi
pengembangan potensi-potensi qiwam pada diri manusia sehingga benar-
benar menjadi “ahsanu taqwim” bagi pembangunan masa depan manusia
yang lebih berperadaban.
2. Untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai insan dan ilahy. Kehidupan
bersama dan interaksi dalam masyarakat membutuhkan nilai-nilai yang
disepakati antar manusia: saling percaya, kejujuran dan amanah, saling
tolong menolong, tanggung jawab, keadilan, dll. Dalam fungsi ini,
pendidikan merupakan usaha yang mampu menanamkan nilai-nilai
tersebut kepada peserta didik yang merupakan nilai-niali dasar yang
diperlukan dalam merealisasikan visi kekhalifahan dan misi manusia
sebagai hamba Allah.

11
3. Untuk menyiapkan tenaga kerja produktif. Pendidikan berfungsi
untuk menyiapkan subyek didik menjadi calon tenaga kerja
produktif, dengan pengertian tidak hanya dalam arti ekonomi tetapi
juga dalam arti sosial kultural, tidak hanya dalam rangka
menyesuaikan dengan prediksi ekonomik, melainkan mengantisipasi
masa depan lebih terstruktur. Hal ini sejalan dengan prinsip umat
Muslim yang menekankan kepentingan dunia dan akhirat secara
harmoni.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kajian hakikat pendidikan Islam, maka pendekatan yang harus
digunakan adalah perpaduan dari ketiga ilmu, yaitu filsafat, ilmu pendidikan
dan keislaman. Hal ini sejalan dengan uraian sebelumnya yang mengatakan
bahwa filsafat pendidikan itu adalah suatu kajian terhadap berbagai macam
masalah pendidikan. Kajian tersebut dilakukan secara sistematis, logis, radikal,
mendalam dan universal (filosofis, namun cirri-ciri dari berfikir filosofis ini
dibatasi atau disesuaikan dengan ketentuan ajaran Islam).29 Dari paparan
diatas, dapat kita simpulkan bahwa mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
merupakan salah satu dari mata kuliah yang ada di perguruan tinggi Islam
(IAIN). Konsep keilmuannya di bangun berdasarkan sumber ajaran Islam,
yaitu al-Qur’an dan Hadis. Hal ini tidak perlu di ragukan lagi kebenarannya,
sebagaimana dalam firman Allah SWT.Tantangan bagi kita generasi Islam
adalah mampukah kita menjabarkan konsep-konsep dari Allah tersebut? Untuk
itu diperlukan usaha yang maksimal.

B. Saran
Sebagai mahasiswa saya menyadari bahwa pentingnya mengetahui tentang
hakikat pendidikan Islam ini. Saya juga berharap semoga apa yang
dipaparkan dalam makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan
referensi demi memajukan dunia pendidikan di negeri kita yang tercinta ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Hidayat, Henni Syafrianna Nasution. (2016). Filsafat Pendidikan Islam :


Membangun Konsep Dasar Pendidikan Islam. Medan: Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Islam.

Salminawati. (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Medan.

Syafi'i, A. (2020). Filsafat Pendidikan Islam. Palangka Raya: Narasi Jaya.

Ilham, D. 2020. Persoalan-Persoalan Pendidikan dalam Kajian Filsafat


Pendidikan Islam. Didaktika: Jurnal Kependidikan. 9, 2020, 179-188.

14

Anda mungkin juga menyukai