Anda di halaman 1dari 11

LANDASAN PENGEMBANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN DASAR

Disusun oleh:
Muhammad naufal hilmi(2220019)
Muhamamad sodi( )
Ahmad rizki latif(

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ISLAM NAHDLATUL UlAMA
TEMANGGUNG 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan hidayah Nya dan memberi saya kesempatan dalam
menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Makalah ini disusun sebagai dasar penilaian tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Dasar bagi mahasiswa jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Institut Islam Nadhlatul Ulama (INISNU)
Temanggung Tahun Ajaran 2020/2021.Makalah ini berisi tentang fungsi
pendidik dalam pendidikan dasar.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak terkait
yang telah memberi dukungan demi terselesaikannya makalah ini.Ucapan
terimakasih saya tujukan kepada faizah,M.pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Filsafat Pendidikan Dasar.
Makalah ini sudah disusun sebaik-baiknya, jika terdapat kekurangan
dalam penulisan, isi dan segalanya penulisan, saya meminta maaf setulusnya.
Kritik dan saran masih saya perlukan untuk memperbaiki dalam pembuatan
makalah dengan senang hati akan saya terima.

Temanggung, 11 oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LANDASAN PENGEMBANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN DASAR


KATA PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan filosofis pendidikan
C. Landasan ontologisme
D. Landasan episitemologis
E. Landasan Aksiologis
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu isu yang senantiasa menarik untuk dikaji, sepanjang masih
ada kehidupan manusia di planet bumi ini. Semua bangsa di dunia pasti berkepentingan
dengan pendidikan, sebab dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan budayanya
dan mewariskannya kepada generasi penerus mereka, sehingga pendidikan sering disebut
juga sebagai agent of culture. Karena dengan pendidikan, manusia dapat menentukan
sikap dan perilaku serta langkah ke depan yang harus diambil..dalam pendidikan pasti
kita akan mempelajari Filsafat, bersifat preskriptif artinya filsafat pendidikan
mengkhususkan tujuan-tujuannya,yaitu bahwa pendidikan seharusnya mengikuti tujuan-
tujuan itu dan cara-cara yang umum harus digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut. Filsafat pendidikan bersifat analitik tatkala filsafat pendidikan berupaya
menjelaskan pernyataan-pernyataan spekulatif dan preskriptif,menguji rasionalitas ide-ide
pendidikan, baik konsistensinya dengan ide-ide yang lain maupun cara-cara yang
berkaitan dengan adanya distorsi pemikiran. Konsep-konsep pendidikan diuji secara kritis
demikian pula dikaji juga apakah konsep-konsep tersebut memadai ataukah tidak ketika
berhadapan dengan fakta yang sebenarnya.Filsafat pendidikan berusaha menjelaskan
banyak makna yang berbeda yang berhubungan dengan istilah-istilah yang banyak
digunakan dalam lapangan pendidikan seperti kebebasan, penyesuaian, pertumbuhan,
pengalaman, kebutuhan, dan pengetahuan. Penjernihan istilah-istilah akan sampai pada
hal-hal yang bersifat hakiki, maka kajian filsafat tentang pendidikan akan ditelaah oleh
cabang filsafat yang bernama metafisika atau ontologi. Ontologi menjadi salah satu
landasan dalam filsafat pendidikan. Selain itu, kajian pendidikan secara filsafati
memerlukan pula landasan epistemologis dan landasan aksiologis. Oleh karena itu,
filsafat pendidikan memiliki kaitan dengan pendidikan modern antara satu sama lain.
Demikian makalah ini dibuat untuk membahas aliran filsafat pendidikan modern ditinjau
dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud landasan filsafat?
2. Bagaimana penerapannya dalam pendidikan?
3.Bagaimana hubungan filsafat pendidikan modern ditinjau dari ontologi,
epistemologi, dan aksiologi ?
C. Tujuan penelitian

1. Mendalami AL QUR’AN
2. Mengetahui isi dan bacaan dalam al qur’an
3. Memgetahui fungsi al qur’an bagi umat manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Landasan Filosofis Pendidikan

Ada dua istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka memahami pengertian
landasan pendidikan, yaitu istilah landasan dan istilah pendidikan.Landasan. Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:260) istilah landasan diartikan sebagai alas, dasar,
atau tumpuan. Adapun istilah landasan sebagai dasar dikenal pula sebagai fundasi.
Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu
alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal;
atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal.Berdasarkan sifat wujudnya terdapat dua
jenis landasan, yaitu: (1) landasan yang bersifat material, dan (2) landasan yang bersifat
konseptual. Contoh landasan yang bersifat material antara lain berupa landasan pacu
pesawat terbang dan fundasi bangunan gedung. Adapun contoh landasan yang bersifat
konseptual antara lain berupa dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun
1945; landasan pendidikan, dsb.Dari contoh di atas telah Anda ketahui bahwa landasan
pendidikan tergolong ke dalam jenis landasan yang bersifat konseptual. Selanjutnya, mari
kita kaji lebih lanjut pengertian landasan yang bersifat konseptual tersebut. Landasan
yang bersifat konseptual pada dasarnya identik dengan asumsi, yaitu suatu gagasan,
kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar, yang
dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan suatu studi) dan/atau dalam
rangka bertindak (melakukan suatu praktek).Menurut Troy Wilson Organ, “asumsi dapat
dibedakan dalam tiga macam, yaitu:aksioma, postulat, dan premis tersembunyi” (Redja
Mudyahardjo, 1995).

· Aksioma adalah asumsi yang diterima kebenarannya tanpa perlu pembuktian,atau suatu
pernyataan yang kebenarannya diterima secara universal. Contoh:“dalam hidupnya
manusia tumbuh dan berkembang”. Terhadap pernyataan ini tidak akan ada orang yang
menyangkal kebenarannya, sebab kebenarannya dapat diterima secara universal tanpa
perlu dibuktikan lagi.

Postulat yaitu asumsi yang diterima kelompok orang tertentu atas dasar persetujuan.
Contoh: “Perkembangan individu ditentukan oleh faktor hereditas maupun oleh faktor
pengaruh lingkungannya (pengalaman)”.Asumsi ini disetujui/diterima benar oleh
kelompok orang tertentu, tetapi tentu saja ditolak oleh kelompok orang lainnya yang
menyetujui asumsi bahwa perkembangan individu sepenuhnya ditentukan oleh faktor
hereditas saja, atau oleh faktor pengaruh lingkungan saja.

· Premis Tersembunyi yaitu asumsi yang tidak dinyatakan secara tersurat yang
diharapkan dipahami atau diterima secara umum. Premis tersembunyi biasanya
merupakan premis mayor dan premis minor dalam silogisme yang tidak dinyatakan
secara tersurat, dalam hal ini pembaca atau pendengar diharapkan melengkapinya.
Contoh: Armin perlu dididik (dinyatakan). Dalam pernyataan ini terdapat premis
tersembunyi yang tidak dinyatakan,yaitu semua manusia perlu dididik (premis mayor),
dan Armin adalah manusia (premis minor). maka kesimpulanya seperti pernyataan di atas
adalah Armin perlu dididik.

Filosofis, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos yang
artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan,hikmah, ilmu, kebenaran.
Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk
memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Untuk
mencapai dan menemukan kebenaran tersebut, masing-masing filosof memiliki
karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Demikian pula kajian yang
dijadikan obyek telaahan akan berbeda selaras dengan cara pandang terhadap hakikat
segala sesuatu.

Pendidikan. Sebagaimana telah dikemukakan dalam pendahuluan, hakikat pendidikan


tiada lain adalah humanisasi. Tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia ideal atau
manusia yang dicita-citakan sesuai nilai-nilai dan norma-
norma yang dianut. Contoh manusia ideal yang menjadi tujuan pendidikan tersebut antara
lain: manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,berakhlak mulia, sehat,
cerdas, terampil, dst. Sebab itu, pendidikan bersifat normatif dan mesti dapat
dipertanggungjawabkan. Mengingat hal di atas,pendidikan tidak boleh dilaksanakan
secara sembarang, melainkan harus dilaksanakan secara bijaksana. Maksudnya,
pendidikan harus dilaksanakan secara disadari dengan mengacu kepada suatu landasan
yang kokoh, sehingga jelas tujuannya, tepat isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif
cara-cara pelaksanaannya. Implikasinya, dalam pendidikan, menurut Tatang S
(1994)mesti terdapat momen berpikir dan momen bertindak. Secara lebih luas dapat
dikatakan bahwa dalam rangka pendidikan itu (Redja M; 1994), terdapat momen studi
pendidikan dan momen praktek pendidikan. Momen studi pendidikan yaitu saat berpikir
atau saat mempelajari pendidikan dengan tujuan untuk memahami/menghasilkan sistem
konsep pendidikan. Contoh: mahasiswa UPI sedang membaca buku Landasan Filosofis
Pendidikan. Para guru sedangmelakukan konferensi kasus untuk mencari pemecahan
masalah bagi murid B yang sering membolos, dsb. Momen praktek pendidikan yaitu
saatdilaksanakannya berbagai tindakan/praktek pendidikan atas dasar hasil studi
pendidikan, yang bertujuan membantu seseorang atau sekelompok orang (peserta didik)
agar mencapai tujuan pendidikan. Contoh: Berdasarkan hasil konferensi kasus, Pak Agus
membimbing siswa B agar menyadari kekeliruannya dan memperbaiki diri sehingga tidak
membolos lagi. Ibu Ani sedang melatih para siswanya agar dapat memecahkan soal-soal
matematika, dsb. Coba Anda berikan contoh-contoh lainnya yang tergolong studi
pendidikan dan contoh-contoh lainnya yang tergolong praktek pendidikan.
Landasan Filosofis Pendidikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam
rangka studi dan praktek pendidikan. Sebagaimana telah Anda pahami, dalam pendidikan
mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Melalui studi
pendidikan antara lain kita akan memperoleh pemahaman tentang landasan-landasan
pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan. Dengan demikian,
landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik
tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang lebih
komprehensif, spekulatif, dan normati

B. Landasan Ontologisme(teori)

Landasan ontologi merupakan bidang filsafat yang mengkaji hakikat keberadaan sesuatu
sesuai dengan tata hubungan yang sistematis berdasarkan hukum sebab akibat.

Menurut istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani Episteme yang memiliki arti
pengetahuan dan logos yang berarti teori. Epismologi adalah cabang filsafat yang
mengkaji tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validasi pengetahuan
yang bersifat evaluative,normative, dan kritis.

Kata ontologi berasal dari perkataan yunani, yaitu Ontos: being, dan Logos:logic.
Jadi,ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan) atau ilmu tentang yang ada. Ontologi diartikan sebagai suatu cabang
metafisika yang berhubungan dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri. Ontologi
mengkaji sesuai yang ada, sepanjang sesuatu itu ada. Clauberg menyebut ontologi
sebagai “ilmu pertama,” yaitu studi tentang yang ada sejauhada. Studi ini dianggap
berlaku untuk semua entitas, termasuk Allah dan semua ciptaan, dan mendasari teologi
serta fisika. Pertanyaan yang berhubungan obyek apa yang dikaji oleh pengetahuan itu
(ontologi), bagaimana cara mengetahui pengetahuan tersebut (epistemologi), dan apa
fungsi pengetahuan tersebut (aksiologi). Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat
yang paling kuno dan berasal dari Yunani.Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu
yang bersifat konkret. Tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis
adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Thales,misalnya, melalui perenungannya terhadap
air yang ada di mana-mana, ia sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan “substansi
terdalam” yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Yang penting bagi kita
sesungguhnya bukanlah ajarannya yang mengatakan air itulah asal mula segala sesuatu,
melainkan pendiriannya bahwa “mungkin sekali segala sesuatu berasal dari satu substansi
belaka.”Menurut The Liang Gie, ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang
mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-
persoalan berikut:

(a)apakah artinya ada, hal yang ada?;

(b) apakah golongan-golongan dari hal yang ada?;

(c) apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada?;

(d) apakah cara-cara yang berbeda dalam entitas dari


kategori-kategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian
unuiversal,abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada?

Kemudian dalam Ensiklopedi Britannica dijelaskan bahwa ontologi adalah teori atau
studi tentang yang ada (being/wujud) seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas.
Ontologi sinonim dengan metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata
yang asli (realnature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip benda
tersebut

C. Landasan Epistemologi

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “Episteme” dan “Logos”. “Episteme” berarti
pengetahuan (knowledge), “logos” berarti teori. Dengan demikian, epistemologi secara
etimologis berarti teori pengetahuan. Epistemologi mengkaji mengenai apa sesungguhnya
ilmu,dari mana sumber ilmu, serta bagaimana proses terjadinya. Dengan
menyederhanakan batasan tersebut, Brameld mendefinisikan epistimologi sebagai “it is
epistemologi that gives the teacher the assurance that he is conveying the truth to his
student”. Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai “epistemologi memberikan
kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran kepada murid-
muridnya”. Disamping itu banyak sumber yang mendefinisikan pengertian epistemologi
di antaranya:

a. Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang mengenarahi masalah-masalah


filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan.

b. Epistemologi adalah pengetahuan sistematis yang membahas tentang terjadinya


pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas, dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).

c. Epistemologi adalah cabang atau bagian filsafat yang membicarakan tentang


pengetahuan, yaitu tentang terjadinya pengetahuan dan kesahihan atau kebenaran
pengetahuan.

d. Epistemologi adalah cara bagaimana mendapatkan pengetahuan, sumber-sumber


pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan. Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-
kebutuhan, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal? Bagaimana terjadinya proses
penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolak ukur kebaikan dan keburukan bagi
manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia? Mana pemerintahan yang benar dan
adil? Mengapa keadilan itu ialah baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah bumi
mengelilingi matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Tuntutan
fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan
solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinya. Pada
dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang
tidak diketahuinya

D. Landasan aksiologi esensialisme


Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji nilai kebenaran, keindahan,
kebaikan, danreligious yang berasal dari nilai-nilai leluhur hidup manusia. Hakikat nilai
merupakan kualitas yang melekat dan menjadi ciri sesuatu yang sudah ada di alam
semesta dan dihubungkan dengan kehidupan manusia. Harakhi nilai dikelompokkan
menjadi empat tingkatan yakni:

(1) nilai kenikmatan,meliputi nilai-nilai yang menyebabkan sesorang senang dan


mengenakkan secara jasmani, (2)nilai kehidupan, meliputi nilai-nilai yang sangat penting
untuk pribadi dalam berkehidupan di masyarakat,

(3) nilai spiritual, merupakan nilai kejiwaan yang tidak bergantung pada kebenaran,
keindahan, dan kebaikan. Landasan ontologi dan landasan epistemologi sangat
mempengaruhi landasan aksiologi esensialisme. Nilai etika merupakan hukum kosmos
yang bersifat objektif, dimana manusia harus bisa dianggap baik jika banyak
berhubungan dan melaksanakan hukum yang tersedia. Manusia esensialisme
bernggapan bahwa sikap, tingkah laku dan ekspresi yang timbul dari perasaan dan yang
memiliki hubungan terhadap kualitas baik dan buruk.pemikiran paham esensialisme
sependapat dengan pandangan realisme terkait dengan etika dimana semua pengetahuan
manusia terdapat pada keteraturan lingkup hidupnya. Dengan kata lain perilaku baik atau
buruknya manusia pada dasarnya mendapat pengaruh dari keturunan dan lingkungannya.
Perilaku manusia merupakan hasil kolaborasi yang muncul karena adanya interaksi
antara unsur-unsur pembawa hidup dan pengaruh lingkungan (Rukiyati & Purwastuti
L.A, 2015:47)

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Filsafat pendidikan adalah hasil renungan yang mendalam tentang asumsi dasar
teoripendidikan dan mengkritisi masalah-masalah pendidikan Aliran filsafat esensialisme
merupakan aliran filsafat yang mengharapkan manusia untuk kembali atau tidak
kebudayaan lama yang dianggap berkontribusi membuat kebaikan-kebaikan bagi
kehidupan manusia.Esensialisme juga menyebutkan pendidikan sebagai pemeliharaan
kebudayaan karena aliran ini memandang bahwa adanya gejala-gejala penyimpangan
kebudayaan masa lalu dalam kebudyaan modern. Landasan ontologis filsafat esensialisme
menganggap bahwa dunia dikuasai oleh aturan-aturan baik yang disesuaikan dengan tata
alam, epistemologi esensialisme dapat dilalui dengan teori kepribadian manusia
dimana manusia sebagai refleksi Tuhan, dan landasan aksiologi esensialisme. nilai
etika merupakan hukum kosmos yang bersifat objektif, dimana manusia harus bisa
dianggap baik jika banyak berhubungan dan melaksanakan hukum yang tersedia.
Pandangan aliran filsafat esensialisme terhadap pendidikan yakni pendidikan
dianjurkan tetap melaksanakan metode-metode pembelajaran tradisional yang
hgbt6berpusat pada guru dan dalam prossesnyakedisiplinan harus tetap ditegakkan.

B.Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Kami sangat menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini belum mendekati sempurna bahkan
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan.
Semoga makalah ini bisa menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Langeveld, M.J., (1980), Beknopte Theoritische Paedagogiek,(Terj.:Simajuntak),


Jemmars, Bandung.
Matsushita, Konosuke, (1982), Thoughts of Man, (terj. HB Yassin), PustakaJaya,
Jakarta.
Muchtar, O., (1976), Pendidikan Nasional Indonesia, Pengertia dan Sejarah
Perkembangan, Balai penelitian, IKIP Bandung.Mudyahardjo, R. (1995), Filsafat
Pendidikan (Sebuah Studi Akademik) Bagian I Orientasi Umum: Landasan Filosofis
Pendidikan dan Filsafat Pendidikan sebagai Suatu teori Pendidikan, Jurusan Filsafat
Dan sosiologi Pendidikan, FIP, IKIP Bandung.
Abas, E. (2015). Asas Filosofi Teori Belajar Esensialisme Dan Implikasimya dalam
Pendidikan. Lentera, 2, 104-120.

Habibah, S. (2019). Kritik Dan Komentar Pendidikan Esensialisme. Al-Riwayah,11, 32-


44.

Helaluddin. (2018). Restrukturisasi Pendidikan Berbasis Budaya:Penerapan Teori


Esensialisme Di Indonesia. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan Pembelajaran, 6, 75-82

Anda mungkin juga menyukai