Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
{ 2019 }
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya,
tugas makalah mata kuliah Telaah Kurikulum yang membahas tentang Landasan
Filosofis dan Psikologi Pengembangan Kurukulum dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
Kurikulum, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Kurikulum.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu kami harapkan
berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
KESIMPULAN............................................................................................................. 9
SARAN................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Landasan dapat diartikan dasar, alas, atau bantalan. Selanjutnya, kata Filosofis
(Filsafat) bararti pengetahun dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab, asal, dan hukumya. Juga bisa diartikan dengan ilmu yang berintikan logika,
estetika, metafisika, dan epistemology. Sedangkan arti Psikologis adalah ilmu yang
berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada
perilaku (ilmu jiwa).
B. Landasan Filosofis
Secara bahasa, Filosofis (Filsafat) dapat diartikan dengan cinta akan kebijakan. Orang
yang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat secara bijak.
Berfilsafat juga sering disebut dengan berpikir secara radikal, berpikir sampai ke akar. Orang
yang bijak harus memiliki pengetahuan. Pengetahuan akan didapatkan dari berpikir secara
mendalam. Selanjutnya, berpikir secara mendalam ini disebut sebagai pemikiran radikal,
pemikiran sampai keakar-akarnya. Berfilsafat diartikan pula berpikir secara radikal, berpikir
sampai ke akar. Secara akademik, filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan
menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam semesta dan
kedudukan manusia di dalamnya.
Sebagai induk dari semua pengetahuan (the mother of knowledge), filsafat dapat
dirumuskan sebagai kajian tentang:
John Dewey mempunyai pandangan yang hampir sama dengan Donald Butler.
Bagi Dewey filsafat dan filsafat pendidikan adalah sama. Dalam Filsafat Pendidikan juga
dikenal banyak pandangan dan aliran. Setiap landasan memiliki landasan metafisika,
epistemilogi, dan aksiologi tentang masalah pendidikan yang berbeda.
Ciri utama filsafat Dewey adalah konsepsinya tentang dunia yang selalu berubah,
mengalir, atau on going-ness. Filsafat Dewey lebih berkenan dengan epistemologidan
tekanannya terhadap proses berpikir. Proses berpikir merupakan salah satu dengan
pemecahan yang bersifat tentatif, antara ide dan fakta, antara hipotesis dengan hasil.
Pendidikan menurut John Dewey adalah perkembangan dari sejak lahir sampai
menjelang kematiannya. Sehingga, pendidikan juga dikatakan kehidupan. Proses
pendidikan bersifat kontinu, merupakan reorganisasi, rekontruksi, dan pengubahan
pengalaman hidup.
a. Bahan ajaran hendaknya kongkret, dipilih yang betul-betul berguna dan dibutuhkan,
dipersiapkan secara sitematis dan mendetai.
Kemudian, sekolah memiliki fungsi khusus sebagai bagian dari lingkungan manusia.
Antara lain:
2. Membentuk masyarakat yang akan datang yang lebih baik. Siswa tidak belajar dari masa
lampau, tetapi belajar dari masa sekarang untuk memperbaiki masa yang akan datang.
C. Landasan Psikologis
1. Psikologi perkembangan
Menurut rumpun teori disiplin mental dari kelahirannya anak telah memiliki
potensi-potensi tertentu seperti daya untuk mengamati, menanggap, mengingat,
berpikir, memecah masalah, dan sebagainya. Belajar merupakan upaya
mengembangkan potensi-potensi tersebut. Pada teori behaviorisme berangkat dari
asumsi bahwa anak atau individu tidak memiliki/membawa potensi apa-apa dari
kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh factor-faktor dari lingkungan.
Rumpun ketiga ialah Cognitive Gestalt Field, menurut teori ini belajar adalah proses
mengembangkan insight atau pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama.
Pemahaman terjadi apabila individu menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-
unsur yang ada dalam lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri. Gestalt Field
melihat bahwa belajar itu merupakan perbuatan yang bertujuan, eksploratif, imajinatif,
dan kreatif.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Agar pembaca dapat mengetahui lebih jelas dan lebih luas tentang pembahasan
makalah kami alangkah baiknya jika pembaca mencoba membaca buku-buku yang
selain dari referensi kami. Misalkan buku “Kurikulum dan Pembelajaran” karya Oemar
Hamalik, “Landasan-Landasan Filosofis Pendidikan” karya Redja Mudyahardo dan lain
sebagainya.