Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TELAAH KURIKULUM

“LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULIM”

Disusun Oleh :

1. Derti Dangga Uma { 2019005006 }

2. Cameliana Hartini Leki { 2019005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

{ 2019 }
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya,
tugas makalah mata kuliah Telaah Kurikulum yang membahas tentang Landasan
Filosofis dan Psikologi Pengembangan Kurukulum dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
Kurikulum, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Kurikulum.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu kami harapkan
berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2

C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ……..............................................................................................3

A. Pengertian Landasan, Filosofis, dan


Psikologi………….....................................................................................................3

B. Landasan Filosofis ..................................................................................................4

C. Landasan Psikologi ...............................................................................................5

BAB III PENUTUP............................................................................................................8

KESIMPULAN............................................................................................................. 9

SARAN................................................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat


penting dalam seluruh kegiatan pendidikan. Misalkan menentukan proses pelaksanaan dan
hasil belajar. Mengingat hal tersebut, penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan dengan
sembarangan. Tentunya membutuhkan landasan yang kuat yang didasari oleh pemikiran
dan penelitian yang mendalam. Makalah kami ini akan mencoba menguraikan tentang
“Landasan Filosofis dan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa maksud dari landasan, filosofis, dan psikologis?

2. Bagaimana landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum?

3. Bagaimana landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum?

C. Tujuan Penulisan

1. Pengertian landasan, filosofis, dan psikologis

2. Landasan filosofis pengembangan kurikulum

3. Landasan psikologis pengembangan kurikulum


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan, Filosofis, dan Psikologis

Landasan dapat diartikan dasar, alas, atau bantalan. Selanjutnya, kata Filosofis
(Filsafat) bararti pengetahun dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab, asal, dan hukumya. Juga bisa diartikan dengan ilmu yang berintikan logika,
estetika, metafisika, dan epistemology. Sedangkan arti Psikologis adalah ilmu yang
berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada
perilaku (ilmu jiwa).

B. Landasan Filosofis

Pendidikan berintikan interaksi antara manusia, terutama antara pendidik dan


terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang
interaksikan serta proses bagaiman interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi
tujuan pendidikan, siapa pendidik dan terdiik, apa isi pendidikan dan bagaiman proses
interaksi pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan
jawaban yang mendasar, yang esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.

Secara bahasa, Filosofis (Filsafat) dapat diartikan dengan cinta akan kebijakan. Orang
yang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat secara bijak.
Berfilsafat juga sering disebut dengan berpikir secara radikal, berpikir sampai ke akar. Orang
yang bijak harus memiliki pengetahuan. Pengetahuan akan didapatkan dari berpikir secara
mendalam. Selanjutnya, berpikir secara mendalam ini disebut sebagai pemikiran radikal,
pemikiran sampai keakar-akarnya. Berfilsafat diartikan pula berpikir secara radikal, berpikir
sampai ke akar. Secara akademik, filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan
menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam semesta dan
kedudukan manusia di dalamnya.
Sebagai induk dari semua pengetahuan (the mother of knowledge), filsafat dapat
dirumuskan sebagai kajian tentang:

a. Metafisika, yakni studi tentang hakikat kenyataan atau realitas

b. Epistemologi, yakni studi tentang hakikat pengetahuan

c. Aksiologi, yakni studi tentang nilai

d. Etika, yakni studi tentang hakikat kebaikan

e. Estetika, yakni studi tentang hakikat keindahan

f. Logika, yakni studi tentang hakikat penalaran[2]

Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia, termasuk


masalah pendidikan. Kemudian muncul Filsafat Pendidikan. Donald Butler
mengungkapkan, filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktis pendidikan,
sedangkan praktik pendidikan memberiakan bahan bagi pertimbangan filosofis.

John Dewey mempunyai pandangan yang hampir sama dengan Donald Butler.
Bagi Dewey filsafat dan filsafat pendidikan adalah sama. Dalam Filsafat Pendidikan juga
dikenal banyak pandangan dan aliran. Setiap landasan memiliki landasan metafisika,
epistemilogi, dan aksiologi tentang masalah pendidikan yang berbeda.

1. Dasar Filsafat Dewey

Ciri utama filsafat Dewey adalah konsepsinya tentang dunia yang selalu berubah,
mengalir, atau on going-ness. Filsafat Dewey lebih berkenan dengan epistemologidan
tekanannya terhadap proses berpikir. Proses berpikir merupakan salah satu dengan
pemecahan yang bersifat tentatif, antara ide dan fakta, antara hipotesis dengan hasil.

Pengertian pengalaman Dewey berbeda dengan kaum empiris lainnya, yang


mengartikanny sebagai pengalaman melalui pengindraan. Instrumentalisme Dewey
menganggap bahwa rohani itu adalah interelasi yang kreatif antara organisme dengan
lingkungannya, dengan waktu dan tempat.

Tujuan perkembangan manusia adalah self realization. Yaitu, suatu yang


kongkret bersifat empiris tidak dapat dipisahkan dari pengalaman dan lingkungan.
Hanya saja dapat diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan yang lain.

2. Teori Pendidikan Dewey

Pendidikan menurut John Dewey adalah perkembangan dari sejak lahir sampai
menjelang kematiannya. Sehingga, pendidikan juga dikatakan kehidupan. Proses
pendidikan bersifat kontinu, merupakan reorganisasi, rekontruksi, dan pengubahan
pengalaman hidup.

Pendidikan merupakan reorganisasi dan rekontruksi yang konstan dari


pengalaman. Pada Setiap saat ada tujuan, perbuatan pendidikan selalu di tujukan untuk
mencapai tujuan. Pada setiap fase perkembangan kehidupan merupakan fase
pendidikan. Mulai dari masa kanak-kanak, masa muda, dan dewasa, semuanya adalah
fase pendidikan. Pendidikan itu tidak berakhir, kecuali kalau seseorang itu telah mati.

Tujuan pendidikan diarahkan unuk mencapai suatu kehidupan yang demokratis.


Demokratis bukan dalam arti politik, melainkan sebagai cara hidup bersama sebagai
pengalaman bersama dan komunikasi bersama.

Syarat menyusun bahan ajaran menurut Dewey adalah:

a. Bahan ajaran hendaknya kongkret, dipilih yang betul-betul berguna dan dibutuhkan,
dipersiapkan secara sitematis dan mendetai.

b. Pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil belajar, hendaknya ditempatkandalam


kedudukan yang berarti, yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru, dan
kegiatan kegiatan yang lebih menyeluruh.
Bahan pelajaran harus mendorong anak untuk bergiat dan berbuat. Kita
mengharapkan anak-anak yang aktif, yang bekerja, dan bereksperimen. Guru harus
menempatkan dirinya dalam seluruh interaksinya dengan kebutuhan, kemampuan, dan
kegiatan siswa. Guru juga harus memilih bahan-bahan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan lingkungan.

Al ‘Ainain (1980) menyatakan bahwa Filsafat Pendidikan merupakan aktivitas


yang teratur (sistematis) yang menggunakan filsafat sebagai alat untuk mengatur dan
menyusun pelaksanaan pendidikan, dan menjelaskan nilai-nilai serta tujuan-tujuan yang
mengarahkan berlangsungnya pelaksanaan pendidikan secara tepat.

Kemudian, sekolah memiliki fungsi khusus sebagai bagian dari lingkungan manusia.
Antara lain:

1. Menyediakan lingkungan yang disederhanakan. Tidak mungkin kita memasukkan


seluruh peradaban manusia yang sangat kompleks ke sekolah. Demikian pula, para
siswa tidak mungkin dapat memahami seluruh masyarakat yang sangat kompleks itu.
Itulah sebabnya sekolah merupakan masyarakat atau lingkungan hidup manusia yang
disederhanakan.

2. Membentuk masyarakat yang akan datang yang lebih baik. Siswa tidak belajar dari masa
lampau, tetapi belajar dari masa sekarang untuk memperbaiki masa yang akan datang.

3. Mencari keseimbangan dari bermacam-macam unsur yang ada di dalam lingkungan.


Sekolah memberi kesempatan kepada setiap individu/ siswa untuk memperoleh
lingkungan hidupnya.

C. Landasan Psikologis

Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam setiap proses


pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, baik lingkungan
yang bersifat fisik maupun lingkungan sosial. Melalui pendidikan diharapkan adanya
perubahan perilaku peserta didik menuju kedewasaan, baik dewasa dari segi fisik,
mental, emosional, moral, intelektual, maupun sosial. Harus diingat bahwa walaupun
pendidikan dan pembelajaran adalah upaya untuk mengubah perilaku manusia, akan
tetapi tidak semua perubahan perilaku manusia/peserta didik mutlak sebagai akibat dari
intervensi program pendidikan.

Perubahan perilaku peserta didik dipengaruhi oleh faktor kematangan dan


faktor dari luar program pendidikan atau lingkungan. Kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan/program pendidikan, sudah pasti berhubungan dengan proses
perubahan perilaku peserta didik. Kurikulum diharapkan dapat menjadi alat untuk
mengembangkan kemampuan potensial menjadi kemampuan aktual peserta didik
serta kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama.

Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal


dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta
didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Kondisi Psikologis adalah kondisi
karakteristik psikofisik seseorang sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai
bentuk prilaku dalam interaksinya dengan lingkungan. Prilakunya merupakan ciri dari
kehidupannya yang tampak maupun yang tidak tampak, yakni prilaku kognitif, afektif
maupun psikomotorik.

Minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan


kurikulum yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat
diperlukan, baik didalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar,
memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian. Psikologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu pribadi
anak didik berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan yang
dalam term tertentu disamakan dengan ilmu Jiwa Perkembangan, di dalamnya dikaji
tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan anak, aspek-aspek
perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang
berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.

Untuk dijadikan landasan dalam mempertimbangkan bobot belajar pada masing-


masing tingkatan dan jenjang serta beban belajar yang mesti diselaraskan dengan
tingkat perkembangan psikologi dan kejiwaan peserta didik.

1. Psikologi perkembangan

Psikologi perkembangan membahas perkembanga individu yang dimulai sejak


masa konsepsi hingga dewasa. Individu ialah anak ataupun orang dewasa yang
merupakan kesatuan jasmani dan rohani yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan
menunjukkan karakteristik-karakteristik tertentu yang khas. Individu adalah manusia
adalah sesuatu yang sangat kompleks tetapi unik.ia memiliki banyak aspek seperti
jasmani, intelektual, social, emosional, moral, tetapi keseluruhannya membentuk satu
kesatuan yang khas.

Dikenal terdapat tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu,


yaitu pendekatan pentahapan (stage approach), pendekatan diferensial (differential
approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative approach). Menurut pendekatan
pentahapan, perkembangan invidu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Setiap
tahap perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan tahap
yang lainnya. Pendekatan diferensial melihat bahwa individu memiliki persamaan dan
perbedaan. Atas dasar persamaan dan perbedaan tersebut individu dikatagorikan atas
kelompok-kelompok yang berbeda. Kita mengenal ada kelompok individu berdasarkan
jenis kelamin, ras, agama, status social-ekonomi, dan sebagainya. Kedua pendekatan
tersebut berusaha untuk menarik atau membuat generalisasi yang berlaku untuk semua
individu. Namun dalam kenyataannya seringkali ditemukan adanya sifat-sifat individual,
yang hanya dimiliki oleh seorang individu dan tidak dimiliki oleh yang lainnya.
Pendekatan yang berusaha melihat karakteristik individu-individu inilah yang
dikelompokkan sebagai pendekatan isaptif.
2. Psikologi belajar

Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar.


Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi
melalui pengalaman. Segala perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif,
afektif, maupun psikomotor dan terjadi karena proses pengalaman dapat dikatagorikan
sebagai perilaku belajar. Menurut Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt ada tiga rumpun
teori belajar, yaitu teori disiplin mental, behaviorisme, dan Cognitive Gestalt Field.

Menurut rumpun teori disiplin mental dari kelahirannya anak telah memiliki
potensi-potensi tertentu seperti daya untuk mengamati, menanggap, mengingat,
berpikir, memecah masalah, dan sebagainya. Belajar merupakan upaya
mengembangkan potensi-potensi tersebut. Pada teori behaviorisme berangkat dari
asumsi bahwa anak atau individu tidak memiliki/membawa potensi apa-apa dari
kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh factor-faktor dari lingkungan.
Rumpun ketiga ialah Cognitive Gestalt Field, menurut teori ini belajar adalah proses
mengembangkan insight atau pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama.
Pemahaman terjadi apabila individu menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-
unsur yang ada dalam lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri. Gestalt Field
melihat bahwa belajar itu merupakan perbuatan yang bertujuan, eksploratif, imajinatif,
dan kreatif.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Filosofis berperan sebagai sudut pandang pemikiran-pemikiran yang diterapkan


pada proses dan pelaksanaan pemecahan masalah pendidikan. Serta dijadikan salah
satu dasar penentuan rencana dan konsep kurikulum agar tercapai segala cita-cita dan
tujuan sebagai konten dari kurikulum yang dibuat. Pengembangan kurikulum
membutuhkan filsafat sebagai acuan atau landasan berpikir.

Aspek psikologi dalam pengembangan kurikulum perlu dipertimbangkan. Proses


pelaksanaan kurikulum factor psikologi sangat perlu diperhatikan. Psikologi dalam hal ini
ada dua aspek yakni psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi
Perkembangan memandang aspek kesiapan peserta didik dalam proses pelaksanaan
kurikulum. Sedangkan Psikologi Belajar mengkaji bagaimana peserta didik dalam
melakukan kegiatan balajar. Misalkan cara dia menerima suatu rangsangan atau
informasi sehingga terjadi suatu proses belajar.

SARAN

Agar pembaca dapat mengetahui lebih jelas dan lebih luas tentang pembahasan
makalah kami alangkah baiknya jika pembaca mencoba membaca buku-buku yang
selain dari referensi kami. Misalkan buku “Kurikulum dan Pembelajaran” karya Oemar
Hamalik, “Landasan-Landasan Filosofis Pendidikan” karya Redja Mudyahardo dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai