Alhamdulillah dengan memanjatkan puja dan puji syukur kami atas segala Rahmat &
Ridho Allah SWT. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok untuk mengerjakan
makalah yang berjudul Landasan Pengembangan Kurikulum dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah kami ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihakyang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah kami
dapat terselesaikan.
Mungkin dari pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka
dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Makalah 4
BAB II 5
2.1 Landasan Pengembangan Kurikulum5
2.1.1 Landasan Filosofis5
2.1.2 Landasan Psikologis6
2.1.3 Landasan Sosiologis8
2.1.4 Landasan Sosial-Budaya8
2.1.5 Landasan IPTEK9
BAB III11
3.1 Kesimpulan11
DAFTAR PUSTAKA12
3
BAB I
PENDAHULUAN
Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan
system penyampaian penuangan, maka sekarang kurikulum lebih banyak di orientasikan pada
dimensi-dimensi baru, seperti kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi
dan industri, era globalisasi dengan berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam
praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi.
Jika anda ingin membangun suatu bangsa, maka bangunlah yang pertama system
pendidikannya dan jika anda ingin membangun pendidikan maka bagunlah yang pertama
sistem kurikulumnya. Kurikulum pada hakikatnya merupakan ilmu tentang proses
mencerdaskan anak bangsa agar memiliki kehidupan dan masa depan yang berjalan sesuai
harapannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Pengembangan Kurikulum
A. Landasan Filosofis
Dalam pengembangan kurikulum, salah satu landasan yang dijadikan pegangan atau
acuan adalah landasan filosofis. Filosofis dalam arti sebenarnya adalah cinta akan kebenaran,
secara harfiah terdiri dari dua kata, yakni philein (cinta) dan shopia (kebajikan) (Idi, 2014:
59). Selain itu, pengertian filsafat dikemukakan oleh Hamalik (2008: 57) bahwa falsafah atau
pandangan hidup merupakan sistem nilai dan norma-norma yang telah disepakati dan
disetujui oleh individu ataupun masyarakat suatu bangsa.
Para ahli filsafat membagi ruang lingkup filsafat berbeda-beda. Ruang lingkup filsafat
adalah segala sesuatu lapangan pemikiran manusia yang amat luas, segala sesuatu yang
mungkin ada dan benar-benar nyata (terlihat), baik material konkret maupun nonmaterial
aabstrak (todak terlihat). Jadi, objek filsafat itu tidak terbatas, meskipun demikian, will
Durant dalam Hamdani Ali (1990) membagi ruang lingkup filsafat sebagai berikut:
a. Logika
Studi mengenai metode-metode ideal mengenai berpikir (thingking) dan meneliti (research)
yang merupakan bentuk-bentuk aktifitas manusia melalui upaya logika agar bisa dipahami.
b. Estetika
Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya dan merupakan
filsafat mengenai kesenian.
c. Etika
Studi mengenai tingkah laku yang terpuji (teladan) yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan
yang nilainya tinggi (sophisticated)
d. Politik
Studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang diperkirakan orang,
tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan kantor.
e. Metafisika
Studi mengenai realita (faktual) tertinggi dari hakikat semua benda (ultimate reality of all
thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat).
Metafisika juga mempelajari hubungan antara pikiran seseorang dan benda di dalam proses
pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).
B. Landasan Psikologis
Psikologi adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang
mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui prosedur
ilmiah. Dari pengertian tersebut bisa diketahui bahwa Pengembangan kurikulum juga dipengaruhi
oleh kondisi psikologis pada setiap individu yang terlibat didalamnya, karena apa yang ingin
disampaikan menuntut peserta didik untuk melakukan proses belajar. Untuk itu paling tidak
pengembangan kurikulum memerlukan dua landasan psikologi, yaitu psikologi belajar dan
psikologi perkembangan. Kedua landasan psikologi ini dianggap penting dalam Menyusun
perkembangan kurikulum. Berikut penjelasan dari kedua landasan psikologi tersebut:
1. Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana peserta didik
melakukan perbuatan belajar. Bergantung pada teori belajar yang dianut. Namun demikian
secara umum, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku karena
interaksi individu dengan lingkungan.
2. Psikologi Perkembangan
Tujuan akhir dari pendidikan adalah agar peserta didik menjadi manusia yang tidak hanya
terdidik saja namun menjadi manusia yang bernilai dan berguna untuk banyak orang. Untuk
menjadi manusia yang seperti itu tentunya ada tahapan-tahapan yang dilalui dalam
perkembangannya. Seorang ahli teori psikoanalisis sekaligus sebagai seorang pendidik yaitu
Erik H. Erikson mengembangkan teori perkembangan afektif terdiri atas delapan tahap, yaitu:
a. Trust vs Mistrust, yaitu masa bayi yang membutuhkan kasih sayang, selalu dibuai dan di
manja, ingin di perlakukan sebaik-baiknya, selalu ingin bermain dan berbicara.
b. Autonomy vs Shame and Doubt , yaitu masa mulai adanya kemampuan motorik dan
mental anak.
c. Initiative vs Guilt, yaitu masa ketika anak sudah dapat menguasai badan dan gerakannya.
e. Identity vs Role Confusion, yaitu masa remaja , anak sudah menuju kematangan fisik dan
mental.
f. Intimacy vs Isolation, yaitu masa anak berkeluarga, dan untuk berbagi rasa serta
memperhatikan orang lain
g. Generativity vs Self-Absorption, yaitu masa ketika orang mulai memikirkan orang lain di
luar keluarganya sendiri, serta memikirkan generasi yang akan datang
C. Landasan Sosiologis
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup dalam
kehidupan masyarakat. landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum adalah bahwa
dalam proses pengembangan kurikulum harus memperhatikan dan mempertimbangkan
karakteristik masyarakat dimana kurikulum itu akan dilaksanakan. Setiap sistem sosial
masyarakat pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik suatu masyarakat bisa
dilihat dari berbagai kondisi, seperti kondisi sosial ekonomi, kondisi geografi, kondisi
lingkungan sosial budaya, adat istiadat, dan lain-lain. Dengan kata lain, kurikulum yang
dikembangkan harus berisi sejumlah kompetensi seperti kemampuan akademik, nilai, sikap
perilaku, kepercayaan, adat istiadat yang dibutuhkan siswa untuk dapat berdaptasi,
berkembang, berkontribusi, dan minimal untuk mempertahankan diri (survive) dalam kondisi
masyarakat dimana mereka tinggal.
D. Landasan Sosial-Budaya
Dengan pentingnya peran kurikulum tersebut, tujuan, isi, maupun proses pendidikan
harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan
yang ada di masyarakat, yang mana setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-
sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota
masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai
yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat
bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan dengan
perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut
berkembang, sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan evalusi,
pengembangan, penyesuaian, bahkan perubahan pola hidup masyarakat mengikuti tuntutan
perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat. Israel Scheffer (Nana Syaodih
Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban
masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan
datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan menjadikan perkembangan sosial-budaya dalam suatu
masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global sebagai salah satu landasan
yang harus dijadikan tempat berpijak.
Berkaitan dengan sosial budaya ini yang harus dilakukan oleh para pengembang sebelum
menyusun kurikulum adalah :
Dalam bahasa Indonesia, kata ilmu sering diidentikkan dengan sains (science) yang
berarti ilmu, bahkan sering disatukan dengan kata pengetahuan, menjadi ilmu pengetahuan.
Pengetahuan adalah seperangkat objek tertentu yang diketahui individu. Pengetahuan dan
pengalaman akan menjadi ilmu pengetahuan jika pengetahuan itu disusun secara sistematis,
menggunakan pola berpikir logis, berlandaskan prosedur kerja hukum kausalita pada masalah
yang dialami itu . Sedangkan Teknologi pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan
(technology is application of science). Teknologi memegang peranan penting dalam
kehidupan budaya manusia. Salah satu indicator kemajuan peradaban manusia dapat diukur
dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi banyak digunakan dalam berbagai
bidang kehidupan. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang efektif, efisien,
dan sinergis terhadap pola perilaku manusia.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Sukmadinata, Nana Sy. (2005) Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Tim Asisten BBE-Life Skill (2002), Buku Panduan Pendidikan Kecakapan Hidup, Jakarta:
Depdiknas.
Surapranata, S., dan Hatta, M., (2004) Penilaian Portofolio, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Drs. Zainal Arifin M.pd. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya
12