Anda di halaman 1dari 4

NAMA : AHMAD NI’AM ARAFAT

NIM : 931335618

KELAS :B

JURUSAN : EKONOMI SYARIAH

1. Sertifikat halal adalah dokumen yang menyatakan kehalalan suatu produk yang telah
menjalani proses pemeriksaan kehalalan oleh lembaga yang berwenang. Sedangkan
Labeliasasi halal adalah label yang dicantumkan pada kemasan pangan yang
mengindikasikan bahwa suatu produk telah menjalani proses pemeriksaan kehalalan dan
telah dinyatakan halal (telah memiliki sertifikat halal).

2. a. Sudah memiliki Kebijakan Halal


Pihak klien atau perusahaan harus sudah memiliki Kebijakan Halal yang juga
telah disosialisasikan kepada seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) perusahaan
tersebut.
b. Sudah memiliki Tim Manajemen Halal
perusahaan sudah memiliki Tim Manajemen Halal dengan tanggung jawab,
wewenang, dan tugas di dalam setiap aktivitas yang jelas.
c. Sudah memiliki prosedur pelatihan dan edukasi terkait ketentuan halal
Pihak klien atau perusahaan sudah memiliki prosedur tertulis tata cara pelatihan
dan edukasi terkait ketentuan halal.
Untuk pelatihan internal, minimal, pelaksanaannya setahun sekali. Sementara untuk
pelatihan eksternal, minimal, dilaksanakan dua tahun sekali.
d. Sudah menggunakan bahan-bahan yang halal
Pihak klien harus menggunakan bahan-bahan yang halal dalam pembuatan
produknya. Hal ini dibuktikan dari kepemilikan dokumen pendukung terkait informasi
semua bahan yang digunakan.
e. Produk yang dihasilkan sesuai kriteria halal
Pihak klien perlu memerhatikan tampilan produk agar tidak memiliki bau atau
rasa yang cenderung mengarah pada produk yang tidak halal atau telah dinyatakan
haram oleh fatwa MUI.
Nama atau merek produk tidak boleh menggunakan nama yang tidak sesuai,
bahkan dilarang dalam syariah Islam. Perlu diingat, produk pangan eceran dengan
merek sama yang dijual dan beredar di Indonesia harus didaftarkan sertifikasi, tidak
boleh hanya didaftarkan sebagian saja.
f. Pemenuhan kriteria halal pada fasilitas produksi
telah menetapkan standar fasilitas produksi untuk tiga kategori jika ingin
memperoleh sertifikasi halal, yaitu:
Industri pengolahan
• Adanya jaminan tidak ada kontaminasi silang dengan produk kategori haram di
dalam fasilitas produksi
• Penggunaan fasilitas produksi dapat bergantian antara produk yang disertifikasi
dengan produk yang tidak, asalkan produk tersebut tidak mengandung bahan dalam
kategori haram dan ada prosedur yang menjamin tidak terjadi kontaminasi silang dalam
fasilitas produksi :
Restoran/usaha katering/dapur
- Penggunaan dapur hanya untuk produksi halal
- Peralatan penyajian dan fasilitas lainnya hanya digunakan untuk menyajikan
produk halal
Rumah Potong Hewan
- Lokasi Rumah Potong Hewan (RPH) wajib terpisah dari peternakan atau lokasi
pemotongan hewan dalam kategori haram
- Fasilitas dalam RPH hanya untuk produksi daging hewan yang halal
- Alat penyembelih hewan wajib memenuhi persyaratan halal
- Jika proses deboning (memisahkan bagian tulang dari daging hewan) dilakukan di
luar RPH, karkas wajib dipastikan hanya berasal dari RPH kategori halal.
g. Sudah memiliki prosedur tertulis untuk aktivitas kritis
Apa yang dimaksud dengan aktivitas kritis adalah aktivitas dalam rantai produksi
yang dapat memengaruhi status kehalalan suatu produk.
Apa saja jenis-jenis aktivitas kritis ini? Berikut daftarnya.
• Seleksi pembelian bahan
• Pemeriksaan bahan yang tiba
• Formulasi produk
• Pembersihan atau pencucian fasilitas produksi dan seluruh peralatan pembantu
• Penanganan dan penyimpanan bahan yang digunakan dan produk yang
dihasilkan
• Transportasi produk
• Pemajangan (display) produk
• Peraturan untuk pengunjung
• Penentuan menu
• Penyembelihan hewan yang digunakan
• Pemingsanan
Beragam jenis aktivitas kritis ini dapat disesuaikan dengan jenis dan proses bisnis klien,
apakah sebagai pengolahan, RPH, atau restoran/katering/dapur.
h. Sudah memiliki prosedur tertulis untuk telusur bahan
Prosedur tertulis terkait telusur bahan ini penting dan sangat diperlukan agar
dapat menjamin bahan-bahan yang digunakan dalam produk yang akan disertifikasi
telah disetujui LPPOM MUI.
Tak hanya itu, prosedur telusur ini juga diperlukan untuk membuktikan bahwa produksi
dilakukan di fasilitas yang telah memenuhi kriteria kehalalan.
i. Sudah memiliki prosedur tertulis untuk menangani produk yang tak sesuai kriteria
Bagaimana klien atau perusahaan merespons produk yang tak memenuhi kriteria
pun termasuk dalam syarat pengajuan sertifikasi. Prosedur ini juga memuat bagaimana
perusahaan menangani produk yang terlanjur dijual dan harus segera ditarik.
j. Sudah memiliki prosedur tertulis untuk audit internal
Pihak klien atau perusahaan wajib memiliki prosedur tertulis audit internal
dalam pelaksanaan Sistem Jaminan Halal (SJH) yang berlaku di lingkup perusahaan.
Setidaknya, audit internal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh auditor halal yang tak
hanya kompeten, tetapi juga independen, sekalipun ia berasal dari kalangan internal.
Pihak klien juga wajib menyampaikan hasil audit dalam bentuk laporan berkala ke
LPPOM MUI tiap enam bulan sekali.
k. Bersedia melakukan kaji ulang manajemen
Pihak klien atau perusahaan dengan jajaran direksinya wajib melakukan kaji
ulang manajemen, setidaknya, satu kali dalam setahun.
Ada dua tujuan utama kaji ulang manajemen ini. Pertama, guna melihat dan menilai
efektivitas penerapan SJH. Kedua, untuk menyusun perbaikan yang berkelanjutan.
l. Memiliki dokumen yang dibutuhkan untuk sertifikasi halal MUI
Setelah memenuhi syarat-syarat di atas, pihak klien atau perusahaan juga perlu
menyiapkan dokumen-dokumen pendukung untuk pengajuan sertifikasi halal MUI. Apa
saja? Berikut daftar dokumen yang dibutuhkan.
• Daftar produk yang ingin disertifikasi
• Daftar bahan dan dokumen berisi informasi bahan yang digunakan
• Daftar penyembelih, untuk sertifikasi Rumah Pemotongan Hewan
• Matriks produk
• Manual Sistem Jaminan Halal (SJH)
• Diagram alir yang menjelaskan proses produksi
• Daftar alamat fasilitas produksi
• Bukti telah dilakukannya sosialisasi kebijakan halal
• Bukti telah dilakukannya pelatihan dan edukasi internal
• Bukti telah dilakukannya audit internal

3. - Mengisi formulir pendaftaran yang disediakan LPPOM MUI. Formulir bisa diperoleh
secara online melalui website www.e-lppommui.org setelah melakukan registrasi
terlebih dahulu.
- Setelah mengisi formulir dengan memasukkan informasi tentang perusahaan,
lampirkan juga surat permohonan pengajuan sertifikasi.
- Pelaku usaha juga perlu menyertakan surat pernyataan yang berisi kesediaan untuk
menerima tim audit atau pemeriksa dari LPPOM-MUI.
- Melakukan pembayaran registrasi kepada Bendahara LPPOM MUI.
- Pelaku usaha juga harus menyerahkan contoh produk yang akan dimintakan
sertifikat halal MUI, termasuk bahan baku yang digunakan, bahan penolong dan
bahan tambahan produk lainnya.
- Setelah pendaftaran dan penyerahan data dan dokumen dilakukan, kemudian
Auditor LPPOM MUI akan menilai apakah dokumen maupun data yang diunggah
telah lengkap atau belum.
- Selanjutnya auditor yang telah ditunjuk LPPOM MUI akan melakukan kunjungan ke
tempat usaha. Auditor akan melihat dan menilai kesesuaian dokumen dengan
kenyataan di perusahaan.
- Selanjutnya auditor akan menyampaikan laporan hasil penilaiannya kepada komisi
fatwa. Jika evaluasi terhadap hasil pemeriksaan (audit) telah memenuhi syarat halal,
maka sertifikat halalnya akan diproses.

Anda mungkin juga menyukai