Anda di halaman 1dari 19

SUNGAI BUDI GROUP

Kriteria Sistem Jaminan Halal


Dan Kebijakan Perusahaan

HAS 23000:1
1. Kebijakan Halal
2. Tim Manajemen Halal
3. Pelatihan dan Edukasi
4. Bahan
5. Produk
6. Fasilitas Produksi
7. Prosedur Tertulis untuk Aktivitas Kritis
8. Penanganan Produk untuk yang tidak memenuhi kriteria
9. Mampu Telusur (Traceability)
10.Internal Audit
11.Kaji Ulang Manajemen (Management Review)
Pimpinan perusahaan/Manajemen
Puncak harus membuat kebijakan
halal tertulis.
® komitmen untuk memproduksi produk halal

Kebijakan halal disosialisasikan


kepada semua pihak yang
berkepentingan.
Terdapat prosedur tertulis untuk melatih semua personil
yang terlibat dalam produksi halal, termasuk karyawan
baru
Pelatihan (internal & eksternal) terjadwal sedikitnya sekali
dalam setahun.
Perusahaan harus mengikuti pelatihan LPPOM MUI
• Perusahaan Baru yang sebelum dilakukan audit
• Perusahaan pemegang sertifikat halal yang belum pernah mengikuti
pelatihan
• Perusahaan pemegang sertifikat halal yang mengikuti pelatihan sekurang-
kurangnya 2 tahun sekali
Pelaksanaan training memenuhi kriteria untuk menjamin
kompetensi personil.
Bukti pelatihan dipelihara.
Kategori Bahan :
Bahan baku, tambahan dan penolong
1.Bahan bukan dari babi dan tidak mengandung
bahan dari babi dan turunannya.
2.Bahan bukan khamr (minuman beralkohol) dan
tidak mengandung Khamr dan turunannya yang
diperoleh melalui pemisahan secara fisik.
3.Bahan bukan darah, bangkai, dan bagian dari
tubuh manusia dan tidak mengandung darah,
bangkai dan bagian dari tubuh manusia
4. Bahan tidak boleh dihasilkan dari fasilitas produksi
yang juga digunakan untuk produk yang menggunakan
babi atau turunannya.
5. Bahan tidak bercampur dengan bahan haram dan najis.
6. Bahan yang memiliki kemungkinan diproduksi dengan
fasilitas yang sama dengan bahan dari babi dan atau
turunannya harus didukung dengan surat pernyataan
bahwa fasilitas bebas bahan babi.
7. Untuk bahan turunan hewani  harus dari hewan halal
yang disembelih sesuai syariat Islam (dibuktikan
dengan sertifikat halal yang valid).
Bahan tidak menyebabkan infeksi dan intoksikasi bagi
manusia.
Media pertumbuhan, bahan aditif dan bahan penolong tidak
mengandung bahan dari babi atau turunannya.
Untuk produk mikrobial yang diperoleh tanpa pemisahan,
maka media pertumbuhan harus suci dan dari bahan halal.
Produk mikrobial yang tumbuh pada media yg terkena najis
(namun bukan berasal dari babi) adalah halal jika produk
dapat dipisahkan dan disucikan menggunakan tathir syar’i
(pembersihan menggunakan air sejumlah tertentu untuk
membersihkan najis).
Produk Mikrobial yang menggunakan mikroba rekombinan,
tidak menggunakan gen yang berasal dari babi atau manusia.
Bukan berasal dari industri minuman ber-alkohol (khamr)
Pada produk yang dikonsumsi langsung, maka kadar alkohol
harus tidak terdeteksi.
Kadar ethanol pada produk intermediet tidak lebih dari 1 %
Produk samping dari industri minuman beralkohol atau
turunannya:
- Jika dalam bentuk cair, maka tidak boleh digunakan jika
diperoleh melalui pemisahan secara fisik.
- Jika dalam bentuk padatan, seperti brewer yeast, maka dapat
digunakan jika telah dicuci untuk menghilangkan rasa, bau dan
warna.
- Dapat digunakan jika bahan dihasilkan dari reaksi kimia atau
biotransformasi (menggunakan enzim atau mikroba)
10.Perusahaan memiliki dokumen pendukung
terhadap semua bahan yang digunakan.
11.Perusahaan memiliki prosedur untuk
meyakinkan semua dokumen bahan yang
digunakan adalah valid.
12.Bahan yang memiliki potensi diproduksi pada
fasilitas produksi yang sama dari bahan babi &
turunannya, harus disertai pernyataan pork free
facility dari produsennya
VI. FASILITAS PRODUKSI
1. Semua nama dan alamat pabrik/fasilitas yang digunakan
harus terdaftar, baik dimiliki perusahaan itu sendiri atau
menyewa dari perusahaan lain.
2. Lini dan peralatan produksi tidak boleh digunakan bergantian
untuk memproduksi produk halal dengan produk yang
mengandung babi atau turunannya.
3. Lini dan peralatan produksi yang pernah digunakan untuk
memproduksi produk yang mengandung babi dan turunannya,
jika akan digunakan untuk memproduksi produk halal, harus
dibersihkan dengan dicuci sebanyak 7x yang salah satunya
menggunakan tanah atau bahan lain yang dapat
menghilangkan rasa, bau dan warna. Setelah proses ini,
proses produksi tidak boleh digunakan bergantian dengan
produk yang mengandung babi atau turunannya.
4. Lini dan peralatan produksi yang digunakan secara
bersamaan antara produk yang disertifikasi dan tidak
disertifikasi (note: bukan bahan dari babi atau turunannya)
harus dicuci/dibersihkan untuk meyakinkan tidak terjadi
kontaminasi silang.
5. Bahan dan produk yang disimpan di gudang sementara
harus menjamin tidak terjadi kontaminasi silang dengan
bahan atau produk yang berasal dari babi atau turunannya.
6. Metode sampling (untuk bahan dan produk) menjamin
bahwa tidak terjadi kontaminasi dengan bahan dari babi dan
turunannya.
7. Fasilitas pencucian tidak digunakan bersamaan atau
bergantian dengan peralatan yang kontak dengan bahan
mengandung babi atau turunannya.
Aktivitas Kritis :
Proses produksi yang terkait yang dapat berpengaruh
terhadap status kehalalan dari produk.

•Terdapat prosedur tertulis yang terkait dengan penerapan


akitivitas kritis.
•Prosedur tertulis dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang
terlibat pada aktivitas kritis dan dievaluasi sedikitnya sekali
setahun.
•Hasil evaluasi diberikan kepada semua pihak yang
bertanggung jawab pada tiap aktivitas kritis.
•Tindakan koreksi dijalankan dengan batas waktu yang jelas.
Produksi
•Terdapat prosedur produksi yang tertulis.
•Prosedur produksi menjamin bahwa semua bahan yang
digunakan disetujui oleh LPPOM MUI.
•Prosedur menjamin bahwa formula yang digunakan
sesuai dengan formula standar.
•Bukti/catatan produksi dipelihara.
Pencucian Alat (Cleaning)
•Terdapat prosedur tertulis pencucian fasilitas dan alat
produksi.
•Prosedur menjamin tidak terjadi kontaminasi dari bahan
haram/najis.
•Bahan pembersih tidak mengandung najis.
•Bukti pembersihan dipelihara.
Penyimpanan (Storage)
•Terdapat prosedur tertulis penyimpanan bahan dan
produk.
•Prosedur penyimpanan menjamin tidak terjadi
kontaminasi bahan haram/najis.
•Bukti penyimpanan bahan dan produk dipelihara.
• Terdapat prosedur tertulis untuk menangani produk
yang telah dibuat dari bahan dan fasilitas yang tidak
memenuhi kriteria.
• Produk yang tidak memenuhi kriteria tidak dijual kepada
konsumen yang membutuhkan produk halal.
• Produk yang telah dijual ditarik kembali.
• Bukti penanganan produk untuk produk yang tidak
memenuhi kriteria dipelihara.
• Terdapat prosedur tertulis untuk menjamin mampu telusur
dari produk yang disertifikasi.
• Prosedur dapat meyakinkan bahwa produk yang
disertifikasi berasal dari bahan yang telah disetujui dan
diproduksi pada fasilitas yang sesuai dengan kriteria.
• Jika menerapkan sistem pengkodean, maka harus
menjamin bahwa : (i) bahan dengan kode yang sama
memiliki status halal yg sama, dan (ii) Mampu telusur dari
informasi bahan pada aktivitas kritis.
• Jika terdapat bahan re-label , maka kesesuaian informasi
yang tercantum pada label baru dengan label asli harus
terjamin.
Terdapat prosedur tertulis audit internal pelaksanaan SJH.
Dilaksanakan minimal setiap enam bulan.
Dilakukan oleh Auditor Halal Internal yang independen pada
wilayah yang akan diaudit.
Hasil audit internal disampaikan kepada pihak yang
bertanggung jawab terhadap kegiatan audit.
Tindakan koreksi dan batas waktu pelaksanaanya harus
ditetapkan.
Hasil tindakan koreksi harus dipastikan menyelesaikan
kelemahan dan menghindari terulangnya kembali.
Hasil audit internal dilaporkan ke LPPOM MUI dalam bentuk
laporan berkala (Laporan enam bulanan).
Bukti pelaksanaan audit internal harus dipelihara.
Pimpinan perusahaan/Manajemen puncak melakukan
kaji ulang terhadap efektifitas SJH sedikitnya satu tahun
sekali.
Hasil evaluasi disampaikan kepada semua pihak yang
bertanggung jawab.
Tindaklanjut penyelesaian dan batas waktunya
ditetapkan dengan jelas.
Bukti kaji ulang manajemen di pelihara.

Anda mungkin juga menyukai