Anda di halaman 1dari 62

Ruang Produksi Sediaan Steril

Berdasarkan CPOB

apt. Dr. Hestiary Ratih, S.Si., M.Si.


apt. Wulan Anggraeni, S.Farm., M.Si.

Sumber : Cara Pembuatan Obat yang Baik 2018


Pendahuluan
• Tahun 1970 : Industri Farmasi hanya melakukan uji kualitas
produk (misal penetapan kadar) → jika telah memenuhi
syarat maka produk langsung dijual, tanpa memperhatikan
cara pembuatan sehingga memungkinkan terjadi
kontaminasi silang
• Kemudian ada GMP ASEAN/CPOB/ISO
• GMP berubah menjadi CGMP (Current Good Manufacturing
Practices) yang diterbitkan oleh FDA USA.
• Cara Pembuatan Obat yang Baik, (CPOB) adalah cara
pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar
mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
tujuan penggunaan.
• CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian
mutu.
• Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas,
proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan
yang dipakai dan personil yang terlibat → mutu harus
dibentuk ke dalam produk tersebut.
• Produk steril →dibuat dengan persyaratan khusus →tujuannya
memperkecil risiko pencemaran mikroba, partikulat dan
pirogen
• Pengujian produk jadi → tidak menjamin sterilitas/mutu
sediaan
Perubahan Fundamental

- Safety
- Product Quality - Quality
- Product Efficacy - Identity
- Patient Safety - Potency
- Purity
Sistem Mutu Industri Farmasi
• Pemegang Izin Industri Farmasi (IIF)
Pemegang Izin Industri Farmasi (IIF) harus membuat obat
sedemikian rupa agar sesuai tujuan penggunaan, memenuhi
persyaratan Izin Edar atau Persetujuan Uji Klinik, jika diperlukan,
dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan pasien
pengguna disebabkan karena keamanan, mutu atau efektifitas yang
tidak memadai.

• IIF harus menetapkan Manajemen Puncak yang :


✓ Penanggung jawab pencapaian Sasaran Mutu
✓ Mengarahkan, mengendalikan dan memobilisasi sumber daya
Perusahaan untuk mencapai kepatuhan terhadap regulasi.
Sistem Mutu Industri Farmasi
• Untuk mencapai Sasaran Mutu yang handal, diperlukan
Sistem Mutu yang didesain secara komprehensif dan
diterapkan secara benar serta mencakup Cara Pembuatan
Obat yang Baik dan Manajemen Risiko Mutu.
• Manajemen puncak memiliki tanggung jawab paling
tinggi untuk memastikan Sistem Mutu yang efektif
tersedia, berasal dari sumber yang memadai dan bahwa
peran, tanggung jawab, dan wewenang ditetapkan,
dikomunikasikan dan diimplementasikan diseluruh
organisasi.
Sistem Mutu Industri Farmasi
• Sistem Mutu hendaklah ditetapkan dan didokumentasi.
Manual Mutu atau dokumentasi setara hendaklah ditetapkan
dan mengandung deskripsi system manajemen mutu termasuk
tanggung jawab manajemen.
IIF
Manajemen Puncak
Sistem Sasaran
Mutu Mutu

Manual
Mutu
• Manajemen puncak menunjuk Personel Kunci yang
mencakup :
a. Kepala Produksi,
b. Kepala Pengawasan Mutu, dan
c. Kepala Pemastian Mutu.
• Posisi kunci tersebut dijabat oleh Apoteker purna
waktu.
• Kepala Produksi, Kepala Pengawasan Mutu dan Kepala
Pemastian Mutu harus independen satu terhadap yang
lain → tidak mempunyai kepentingan lain yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial.
PEMBAGIAN RUANG STERIL
Ruangan Keterangan
Ruangan menyimpan bahan baku/produk jadi→gudang
penyimpanan
Ruangan pencucian preparasi dalam persiapan produksi atau
kemasan produk
Ruangan preparasi preparasi peralatan yang digunakan,
penimbangan, pencampuran, penyaringan
komponen bahan aktif obat
Ruangan steril untuk produksi obat steril. Menurut CPOB,
ruangan kelas A dan B.

Ruangan pengepakan produk obat jadi yang akan


pengemasan diedarkan
Cara Mendapatkan Ruang Steril
1. Bersihkan lantai, dinding dan langit langit dari debu dan
kotoran → dengan cairan desinfektan hingga bebas
mikroorganisme
2. Bersihkan udara dengan cara pengasapan (fogging) yang
mengandung cairan air borne disinfectan of surfaces.
Contoh : Anios Special DJP, Laboratories Anios
• Komposisi : formicaldehid,
didecylmetilamoniumklorida, dimeticon
• Cairan tsb dapat membunuh mikroba, E.coli,
staphylococcus aureus, pseudomonas aeruginosa,
dalam 4 ml/m3
3. Sinari ruangan dengan UV minimal selama 24 jam
4. Setelah itu ruangan ditutup dan dialiri udara yang telah
bebas mikrorganisme sehingga didapatkan ruangan clean
area untuk produksi steril
Produksi Steril
• Produk steril dibuat dengan pengawasan khusus yang bertujuan
menghilangkan pencemaran mikroba dan partikel lain.
• Pembuatan produk steril dilakukan di area bersih
• Berbagai kegiatan persiapan komponen, pembuatan produk dan
pengisian dilakukan di ruang terpisah di dalam area bersih.
• Kegiatan pembuatan produk steril :
a. Produk disterilkan dalam wadah akhir (sterilisasi akhir)
b. Produk yang diproses secara aseptis pada sebagian atau
semua tahap.
Untuk membuat produk steril diperlukan suatu ruang
terpisah yang khusus dirancang antara lain :
1. Memasuki area ini melalui ruang penyangga udara
2. Area bersih selalu harus bebas debu dan dijaga tingkat
kebersihannya dan dipasok dengan udara yang telah
melewati filter dengan efisiensi yang sesuai.
3. Tekanan udara dalam ruangan lebih tinggi dari ruang di
sebelahnya.
4. Saringan yang digunakan harus diperiksa pada waktu
pemasangan dan secara berkala.
5. Semua permukaan dalam daerah pengolahan dirancang
dengan tepat sehingga memudahkan kebersihan dan
pembasmihamaan.
6. Penghitungan rutin mikroba dalam ruangan dilakukan
sebelum dan selama proses pengolahan.
7. Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan.
8. Data perhitungan mikroba hendaknya
didokumentasikan.
Klasifikasi Ruang Bersih pada Pembutan Produk Steril

Kelas A
• Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian,
wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara
aseptis.
• Terdapat sistem udara laminar (laminar air flow) →
mengalirkan udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54
m/detik pada posisi kerja dalam ruang bersih terbuka →divalidasi.
Kelas B
• Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis,
• Kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona Kelas A
Kelas C dan D
• Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang
mengandung risiko lebih rendah.
• Jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan
untuk tiap Kelas kebersihan
➢ Keadaan “nonoperasional” adalah kondisi di mana fasilitas
telah terpasang dan beroperasi, lengkap dengan peralatan
produksi tetapi tidak ada personil.
Jumlah partikulat (keadaan “nonoperasional”) → setelah
kegiatan selesai dan tanpa personil → dicapai segera setelah
waktu pembersihan yang berkisar 15 – 20 menit
➢ Kondisi “operasional” adalah kondisi di mana fasilitas dalam
keadaan berjalan sesuai modus pengoperasian yang
ditetapkan dengan sejumlah tertentu personil yang sedang
bekerja.
PEMANTAUAN RUANG BERSIH DAN SARANA
UDARA BERSIH
• Ruang bersih dan sarana udara bersih →dipantau secara
rutin pada saat kegiatan berlangsung dan penentuan
lokasi pengambilan sampel berdasarkan studi analisis
risiko yang dilakukan.
• Pemantauan rutin dapat dilakukan dengan cawan papar,
pengambilan sampel udara secara volumetris, dan
pengambilan sampel permukaan (dengan cara usap
dan cawan kontak)
Batas mikroba yang disarankan untuk pemantauan area
bersih selama kegiatan berlangsung

cfu = Colony Forming Unit


(*) Nilai rata-rata
(**) Cawan papar dapat dipaparkan kurang dari 4 jam
PRODUK YANG AKAN DISTERILISASI AKHIR
Penggunaan Kegiatan
Kelas Ruang
Steril
Min. Kelas D Penyiapan komponen
Kelas C. Penyiapan komponen dengan risiko terhadap produk
misal, produk yang secara aktif mendukung
pertumbuhan mikroba atau harus didiamkan selama
beberapa saat sebelum sterilisasi atau terpaksa diproses
dalam tangki tidak tertutup
Min. Kelas C Pengisian produk
Zona Kelas A Pengisian produk dengan risiko terhadap produk, misal
dg latar pengisian berjalan lambat, wadah berleher-lebar, atau
belakang min. terpaksa terpapar lebih dari beberapa detik sebelum ditutup
Kelas C
Kelas C Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi
Pembuatan dengan Cara Aseptis
Penggunaan Kegiatan
Kelas Ruangan Steril
Min. Kelas D Penyiapan komponen yg telah dicuci
Kelas A dengan latar Penanganan bahan awal dan komponen steril,
belakang Kelas B kecuali pada proses selanjutnya untuk disterilisasi
atau disaring dengan menggunakan filter mikroba
Kelas C Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi
secara filtrasi
Kelas A dengan latar Penyiapan bahan dan produk yang tidak akan
belakang Kelas B dilakukan filtrasi (cara sterilisasasi)

Kelas A dengan latar Penanganan dan pengisian produk


belakang Kelas B
Kelas A dengan latar Pembuatan & pengisian salep, krim, suspensi ,
belakang Kelas B emulsi apabila produk terpapar & tidak akan disaring
PERSONALIA
• Personil tidak menderita suatu penyakit yang dapat
menimbulkan pencemaran mikrobiologi terhadap
produk → dilakukan pemeriksaan kesehatan
karyawan secara berkala.
• Hanya personil yang bekerja yang berada dalam
ruangan (jumlah terbatas), untuk pemeriksaan dan
pengawasan sedapat mungkin dilaksanakan dari luar.
• Pelatihan personil dalam bidang yang berkaitan
dengan pembuatan produksi steril, termasuk higiene
dan dasar mikrobiologi.
Pakaian
• Pakaian rumah dan pakaian kerja reguler tidak dibawa masuk
ke dalam kamar ganti pakaian yang berhubungan dengan ruang
Kelas B dan C
• Personil yang memasuki area bersih atau area steril
hendaklah mengganti dan mengenakan pakaian khusus
• Pakaian ini tidak boleh melepaskan serat/bahan partikulat
dan mampu menahan partikel yang dilepaskan oleh tubuh.
• Pakaian nyaman dipakai dan agak longgar untuk mengurangi
gesekan. Pakaian ini hanya boleh dipakai di area bersih atau
area steril yang relevan.
• Sarung tangan secara rutin didisinfeksi selama bekerja.
• Arloji, kosmetika dan perhiasan hendaklah tidak dipakai di area
bersih.
Pakaian untuk daerah steril meliputi :

1. Tutup kepala, yang menutupi seluruh bagian kepala


termasuk seluruh rambut.
2. Baju dan celana model terusan.
3. Penutup kaki
4. Masker, yang menutupi mulut, hidung dan janggut
5. Kaca mata pelindung.
BANGUNAN DAN FASILITAS

• Produk steril diolah di ruang produksi yang terpisah dari daerah


produksi lain.
• Daerah untuk masing-masing jenis pekerjaan yang berbeda
dilakukan di ruangan terpisah seperti penyiapan bahan awal,
penyiapan larutan, pengisian larutan dan sterilisasi.
• Semua bangunan dan fasilitas didesain untuk personil yang
melakukan pengawasan/pengendalian dapat dilakukan dari
luar (terutama Area Kelas A dan B)
• Untuk mengurangi akumulasi debu & memudahkan pembersihan →
tidak ada bagian yang sukar dibersihkan dan lis yang menonjol,
rak, lemari serta peralatan hendaklah dalam jumlah terbatas.
• Pipa dan saluran serta sarana pendukung lain → dipasang dengan
tepat sehingga tidak menimbulkan tempat tersembunyi yang sukar
dibersihkan.
• Bak cuci dan drainase dilarang di area Kelas A/B.
• Ruang ganti pakaian hendaklah hanya digunakan untuk personil
dan tidak digunakan untuk lalu lintas bahan, wadah dan peralatan.
• Ruang ganti pakaian didesain seperti ruang penyangga udara
dan dialiri udara yang telah tersaring.
• Pintu-pintu ruang penyangga udara tidak dibuka secara
bersamaan. Sistem interlock atau sistem peringatan visual
dan/atau audio dioperasikan untuk mencegah lebih dari satu pintu
terbuka pada saat yang bersamaan.
• Pasokan udara ke ruangan yang disaring (saringan udara
memiliki efisiensi tertentu), dapat menjaga perbedaan tekanan
positif dan aliran udara ke area sekelilingnya yang berkelas
kebersihan lebih rendah
• Perbedaan tekanan udara dari ruangan yg bersebelahan
dengan kelas kebersihan yang berbeda berkisar 10 - 15
pascal.
• Suhu dan kelembaban ruangan dijaga pada tingkat yang
tidak menyebabkan personil berkeringat secara berlebihan
dalam pakaian kerjanya.
PERALATAN
• Sedapat mungkin peralatan yang digunakan dalam pembuatan
sediaan dipilih sedemikian rupa supaya dapat disterilisasi
secara efektif dengan menggunakan metode sterilisasi yg
sesuai.

• Peralatan, fiting dan sarana lain, dirancang dan dipasang


sedemikian rupa sehingga kegiatan, perawatan dan perbaikan
dapat dilaksanakan dari luar area bersih.

• Validasi terhadap hasil pemasangan, pemeliharaan berkala dan


pemeriksaan terhadap kemampuan peralatan yang kritis seperti
sterilisator, sistem saringan udara dan alat penyuling adalah
sangat penting. Hasil validasi harus didokumentasikan.
PENGOLAHAN
• Persyaratan bahan awal termasuk kandungan jasad
renik/pirogen.
• Dilakukan tindakan pencegahan cemaran produk oleh mikroba
pada semua tahap pengolahan baik sebelum maupun sesudah
sterilisasi.
• Untuk mencegah penyebaran partikel dan mikroba secara
berlebihan, kegiatan di daerah bersih dan daerah steril dibatasi
sesedikit mungkin, demikian pula dengan gerakan petugasnya.
• Wadah dan bahan yang dapat melepaskan partikel atau serat
jangan dibawa ke daerah bersih atau daerah steril.
• Setelah pembersihan terakhir, wadah dan komponen lainnya
ditangani dengan tepat untuk mencegah pencemaran
kembali. Pembilasan terakhir dilakukan dengan air suling.
• Jarak waktu antara pencucian dan sterilisasi peralatan wadah
dan komponen lain sesingkat mungkin. Demikian pula jika
dilakukan proses aseptis.
• Sumber air, peralatan pengolahan air, dan air olahan
dipantau secara teratur terhadap pencemaran kimiawi dan
mikroba dan jika perlu terhadap endotoksin bakteri.
• Instalasi pengolahan air dirancang bangun, dikonstruksi dan
dirawat dengan tepat untuk menjamin agar air yang
dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas yang ditentukan.
SANITASI
• Sanitasi area bersih dibersihkan secara menyeluruh sesuai SOP.
• Gunakan disinfektan lebih dari satu jenis → Pemantauan dilakukan
secara berkala untuk mendeteksi perkembangan galur mikroba yang
resisten.
• Dengan mempertimbangkan efektivitasnya yang terbatas, lampu
ultraviolet hendaklah tidak digunakan untuk menggantikan disinfektan
kimiawi.
• Fumigasi dalam area bersih dapat bermanfaat untuk mengurangi
kontaminasi mikrobiologis pada tempat yang tidak terjangkau.
• Daerah bersih dan daerah steril sering dipantau secara mikrobiologi
dengan cara pemaparan cawan petri, cara apus pada permukaan benda,
pengambilan contoh dari udara. Pemantauan dilakukan ketika proses
produksi sedang berlangsung dan didokumentasikan.
AIR
• Air untuk Injeksi (WFI) diproduksi melalui cara penyulingan atau
cara lain yang akan menghasilkan mutu yang sama.
• Air untuk Injeksi (WFI) diproduksi, disimpan dan didistribusikan
dengan cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, misal
disirkulasi dengan konstan pada suhu di atas 70°C. Air yang tidak
disirkulasi hanya boleh digunakan dalam waktu tidak lebih dari 24
jam.
• Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah disimpan dalam wadah yang
bersih, steril, nonreaktif, nonabsorptif, nonaditif dan terlindung
dari pencemaran.
• Sumber air, peralatan pengolahan air dan air hasil
pengolahan→dipantau terhadap pencemaran kimiawi, biologis dan,
bila perlu, terhadap cemaran endotoksin untuk menjamin agar air
memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan peruntukannya.
Cara Sterilisasi
• Penggunaan panas basah
• Panas kering,
• Radiasi pengionan
• etilen oksida
• Filtrasi yang dilanjutkan dengan pengisian secara
aseptis ke dalam wadah akhir yang steril

• Masing-masing cara sterilisasi mempunyai


kelebihan dan kekurangan.
• Jika memungkinkan → sterilisasi cara panas
merupakan pilihan utama
Sterilisasi akhir
• Produk yang ditujukan untuk menjadi steril, bilamana
memungkinkan, diutamakan disterilisasi akhir dengan
cara panas dalam wadah akhir.
• Bila sterilisasi cara panas tidak memungkinkan karena
stabilitas dari formula produk hendaklah dipakai metode
sterilisasi akhir yang lain setelah dilakukan filtrasi
dan/atau proses aseptis.
Sterilisasi Cara Panas
• Pengukuran waktu sterilisasi dimulai, saat seluruh muatan
sterilisasi mencapai suhu yang dipersyaratkan.
• Setelah fase suhu tinggi dari siklus sterilisasi cara panas,
perlu dilakukan tindakan pencegahan terhadap
pencemaran muatan yang telah disterilkan selama fase
pendinginan.
Sterilisasi Cara Panas Basah
• Suhu dan tekanan → digunakan untuk memantau proses
sterilisasi.
• Selain produk dalam wadah yang disegel, produk yang akan
disterilkan hendaklah dibungkus dengan bahan yang
memungkinkan penghilangan udara dan penetrasi uap, tapi
dapat mencegah rekontaminasi setelah sterilisasi. Semua
bagian muatan hendaklah bersentuhan dengan agen pensteril
pada suhu dan waktu yang disyaratkan.
• Hendaklah diperhatikan agar uap yang dipakai pada proses
sterilisasi mempunyai mutu yang tepat (kimiawi,
mikrobiologis dan endotoksin pada analisis kondensat) dan
tidak mengandung zat tambahan dalam kadar yang dapat
mencemari produk atau peralatan.
Sterilisasi Cara Panas Kering
• Sterilisasi cara panas kering cocok untuk cairan nonair
atau serbuk kering. Proses ini hendaklah dilakukan dengan
menyirkulasikan udara dalam chamber dan menjaga tekanan
positif untuk mencegah udara nonsteril masuk. Udara yang
masuk hendaklah melalui filter HEPA.
• Bila proses ini juga digunakan untuk menghilangkan
pirogen, uji tantang menggunakan endotoksin hendaklah
dilakukan sebagai bagian dari validasi.
Sterilisasi Cara Radiasi
• Sterilisasi dengan cara radiasi terutama digunakan untuk
bahan dan produk yang peka terhadap panas. Banyak obat
dan bahan pengemas peka terhadap radiasi, sehingga metode
ini hanya dipakai jika terbukti tidak berdampak merusak
yang dibuktikan melalui eksperimen.
• Biasanya radiasi ultraviolet tidak diterima sebagai metode
sterilisasi
Sterilisasi dengan Etilen Oksida
• Metode sterilisasi ini hendaklah hanya digunakan bila cara
lain tidak dapat diterapkan. Selama proses validasi
hendaklah dibuktikan bahwa tidak ada akibat yang merusak
produk. Kondisi dan waktu yang diberikan untuk
menghilangkan gas hendaklah ditentukan untuk mengurangi
gas residu dan zat hasil reaksi sampai pada batas yang
dapat diterima yang sudah ditetapkan untuk tiap produk atau
bahan.
• Semua siklus sterilisasi hendaklah dipantau dengan indikator
biologis yang sesuai dalam jumlah yang cukup dan tersebar
untuk semua muatan.
• Tersedia indikator kimiawi untuk sterilisasi cara panas, gas
etilen oksida dan radiasi, biasanya dalam bentuk pita atau
lembaran adhesif, kartu bercak-warna, tabung kecil atau sachet.
Indikator tersebut akan berubah warna akibat reaksi kimiawi
karena proses sterilisasi. Karena ada kemungkinan perubahan
warna terjadi sebelum proses sterilisasi selesai, indikator
tersebut tidak cocok untuk pembuktian sterilisasi sempurna,
kecuali dosimeter plastik yang digunakan pada proses
sterilisasi cara radiasi.
FILTRASI PRODUK YANG TIDAK DAPAT
DISTERILKAN DALAM WADAH AKHIRNYA

• Filtrasi saja dianggap tidak cukup apabila sterilisasi dalam


wadah akhir dapat dilakukan.
• Larutan atau cairan dapat difiltrasi ke dalam wadah yang telah
disterilkan sebelumnya melalui filter steril dengan ukuran
pori nominal 0,22 mikron (atau lebih kecil), atau paling tidak
melalui filter yang mempunyai kemampuan menahan mikroba
yang ekuivalen. Filter tertentu dapat menghilangkan bakteri
dan kapang, tapi tidak menghilangkan semua virus atau
mikoplasma.
• Dipertimbangkan untuk melakukan pemanasan pada suhu
tertentu sebagai pelengkap proses filtrasi.
• Metode filtrasi memiliki potensi risiko tambahan
dibandingkan dengan proses sterilisasi lain → dianjurkan
untuk melakukan filtrasi kedua dengan filter yang sudah
disterilkan, yang mampu menahan mikroba, segera sebelum
pengisian. Filtrasi steril akhir hendaklah dilakukan sedekat
mungkin ke titik pengisian.
• Karakteristik filter hendaklah yang seminimal mungkin
melepaskan serat (bahkan nol). Filter yang mengandung asbes
sama sekali tidak boleh digunakan.
• Filter hendaklah tidak memengaruhi mutu produk
dengan menghilangkan bahan produk atau dengan melepaskan
bahan filter ke dalam produk.
PENGAWASAN MUTU
• Uji sterilitas yang dilakukan terhadap produk jadi hendaklah dianggap
hanya sebagai bagian akhir dari rangkaian tindakan pengendalian
untuk memastikan sterilitas dari produk
• Sampel yang diambil untuk pengujian sterilitas mewakili keseluruhan
bets, mencakup sampel yang diambil dari bagian bets yang dianggap
paling berisiko terhadap kontaminasi, misal:
a. untuk produk yang diisi secara aseptis → sampel mencakup wadah
yang diisi pada awal dan akhir proses pengisian bets
b. untuk produk yang disterilisasi cara panas dalam wadah akhir →
sampel hendaklah diambil dari bagian muatan dengan suhu
terendah.
• Untuk produk injeksi, Air untuk Injeksi (WFI), produk antara dan
produk jadi → dipantau terhadap endotoksin
Pengontrolan Lingkungan

• Ruang bersih adalah ruang yang lingkungannya dikontrol


secara total misalnya temperatur ruangan, kelembaban,
kontaminasi partikel dan mempunyai tekanan udara yang
cukup.
• Sumber pencemaran partikel dan mikroorganisme yang
utama adalah :
1. Pasokan udara ke ruangan
2. Penyusupan udara luar ke dalam ruangan
3. Pencemaran yang berasal dari ruangan itu sendiri
1. Pasokan Udara ke Dalam Ruang

• Untuk mendapatkan lingkungan udara yang bersih, bebas


dari kontaminasi debu dan mikroorganisme maka udara
yang akan dipasok ke ruang bersih/steril harus disaring
terlebih dahulu.
• Aliran udara tidak boleh kurang dari 20 pertukaran udara
per jam, oleh karena itu harus dikontrol dengan baik
terutama pada saat umur dari alat penyaring sudah
mendekati batas pemakaian. Tidak boleh terjadi aliran
turbulensi.
Jenis-jenis Alat Penyaring
a. Alat penyaring HEPA (High Efficiency Particulate Air)
• Berbentuk kotak dg alat penyaring berupa serat gelas tipis
yang terlipat seperti akordeon agar permukaannya menjadi
sangat luas. Ukuran 61 x 61 cm dan kedalaman 30,5 cm.
• Mampu menghilangkan partikel dengan ukuran 0,3µm dari
aliran udara.
• Efisiensi HEPA 99,97%, ultra HEPA dapat menyaring
sampai 99,98%.
• Penempatan HEPA : pada jalan masuk menuju daerah
bersih.
• Untuk memperpanjang umur HEPA, udara dialirkan dulu
melalui pre filter
b. Alat Penyaring Menengah (Intermediater filter)
• Merupakan alat penyaring dengan jenis extended
surface pocket.
• Menggunakan serat gelas halus sebagai medium
penyaring yang efisiensinya tergantung pada density
dari serat.
• Mempunyai efisiensi 80-90%
2. Penyusupan Udara Luar

Dapat dicegah dengan menjaga tekanan udara yang ada


dalam ruangan agar selalu lebih tinggi dari tekanan udara
di ruang-ruang lain sekitarnya. Perbedaan tekanan udara tsb
tidak boleh kurang dari 15 PA. Misal daerah steril harus
mempunyai tekanan udara lebih tinggi
3. Pencemaran yang Berasal dari Dalam
Ruangan Sendiri
Hal ini dapat dikurangi dengan melakukan
a. Program pembersihan yang ketat
b. Prosedur kerja yang sesuai petunjuk
c. Penggunaan pakaian kerja pelindung.
LAMINAR AIR FLOW SEBAGAI
PROTOTYPE RUANGAN STERIL
• Ruangan steril yang terdapat di industri farmasi secara
prototype dalam bentuk mini dapat dipelajari dari alat
LAF
• Di dalam LAF terdapat HEPA filter yang berguna untuk
menyaring udara yang ada dalam LAF steril, lampu UV :
menjaga ruangan tetap steril, blower yang mengatur alur
udara dan tekanan udara menjadi positif
• LAF merupakan tempat bekerja secara aseptik untuk uji
sterilitas, aseptic dispensing dan iv mixture
(pencampuran obat suntik)
• Petugas yang akan bekerja di dalam ruangan produksi
steril harus mengganti baju dan membersihkan diri
menggunakan cairan antiseptik di dalam ruangan clean
changing area→ bilas dengan udara steril
• Petugas memasuki clean filling room atau ruang
preparation area
3.a. Program Pembersihan
Metode pembersihan ada dua metode :
1. Metode vakum : untuk menghilangkan kontaminasi
partikel dengan ukuran > 100µm
2. Menyeka permukaan dengan kain basah/lembab untuk
menghilangkan partikel yang tertinggal.
• Zat pembersih yang digunakan harus memenuhi
persyaratan : dekontaminan yang efektif, tidak toksik,
tidak mudah terbakar, cepat kering, tidak merusak
permukaan, harga terjangkau.
3.b. Penggunaan Ruang Bersih
• Peralatan ventilasi harus dinyalakan sekurang-
kurangnya 30 menit sebelum petugas memasuki
ruangan dan dimatikan sekurang-kurangnya 30
menit setelah petugas meninggalkan ruangan.
• Petugas harus dilatih dan diberi motivasi untuk
bekerja dengan kontrol yang ketat.
• Operasi yang menghasilkan kontaminasi tinggi
tidak boleh dilaksanakan di ruang bersih
3.c. Pakaian Pelindung
• Sumber pencemaran terbesar (80%) partikel dan
mikroorganisme pada setiap daerah bersih adalah
karyawan.
• Sehingga perlu dirancang pakaian khusus yang dapat
melindungi lingkungan dari pencemaran oleh karyawan
yang tidak melepaskan serat dan mampu menahan
partikel yang dilepaskan oleh tubuh.
• Untuk mencuci pakaian pelindung dapat digunakan
metode pencucian basah atau pencucian kering. Setelah
itu disterilisasi.
Metode sterilisasi untuk pakaian :
1. Autoklaf
• Efektif, murah dan mudah dilakukan.
• Kerugian : bahan yang tidak panas (serat sintetik) akan mengkerut,
cepat rusak dan membuat bahan keras sehingga menjadi keras
sehingga tidak enak dipakai.
• Umur pakaian ini 50% lebih pendek dari yang disterilkan dengan cara
tidak menggunakan panas.
2. Etilen Oksida
• tidak baik digunakan karena sifat gas yang toksik dan mudah
meledak. Sterilisasi dengan cara ini tidak merusak serat. Umur
pakaian 2-3x lebih lama dari cara autoklaf.
3. Radiasi Gamma
• Sinar gamma berasal dari 60Co dengan dosis 2,5 Mrad. Cara ini efektif
untuk membunuh mikroorganisme hidup.
Pemantauan Lingkungan
A. Uji Mikrobiologi :
✓ Cawan petri
✓ Pengambilan contoh dari permukaan (uji Swab)
✓ Pengambilan contoh dari udara
B. Pemantauan Karyawan
C. Dokumentasi
KONTROL KUALITAS
1. Kontrol udara : HEPA filter, bila berasap
menggunakan smoke detector
2. Temperatur & kelembaban : suhu 20 – 25oC dan
kelembaban relatif 35 – 45% dengan tekanan positf
3. Pencahayaan → harus memenuhi persyaratan
pencahayaan produksi steril

Anda mungkin juga menyukai