Anda di halaman 1dari 25

FARMASI INDUSTRI DAN

CPOB
TUGAS INDIVIDU DARI KELOMPOK 6:
ZELLA SILFIYANI (2243700357)
NOVA YULI ROHANI WARUWU (2243700362)
ARESA ROMAPSARI (2243700363)
PRINSIP
Pembuatan obat yang benar mengandalkan sumber daya manusia. Oleh sebab itu industri farmasi harus
bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan semua tugas. Tanggung jawab individual secara jelas dipahami oleh masing-masing dan
didokumentasikan. Seluruh personel hendaklah memahami prinsip CPOB yang menyangkut tugasnya serta
memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi higiene yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
PERSONEL KUNCI
Manajemen puncak hendaklah menunjuk Personel Kunci termasuk Kepala Produksi, Kepala Pengawasan
Mutu, dan Kepala Pemastian Mutu. Posisi kunci tersebut dijabat oleh Apoteker purnawaktu. Kepala
Produksi, Kepala Pengawasan Mutu dan Kepala Pemastian Mutu harus independen satu terhadap yang
lain.
PELATIHAN
• Industri farmasi hendaklah mengadakan pelatihan bagi seluruh personel yang karena tugasnya berada di
area produksi dan gudang penyimpanan atau laboratorium.
• Personel baru hendaklah memperoleh pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya.
• Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personel yang bekerja di area di mana kontaminasi
menimbulkan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik, bersifat
infeksius atau menimbulkan sensitisasi.
• Pengunjung atau personel yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak dibawa masuk ke area produksi
dan laboratorium pengawasan mutu.
• Sistem Mutu Industri Farmasi dan semua tindakan yang tepat untuk meningkatkan pemahaman dan
penerapannya hendaklah dibahas secara mendalam selama pelatihan
• Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.
HIGIENE PERORANGAN
• Program higiene yang rinci hendaklah disiapkan dan disesuaikan dengan berbagai kebutuhan di pabrik.
• Semua personel hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat proses perekrutan.
• memastikan bahwa tidak ada orang yang berpenyakit menular atau memiliki lesi terbuka pada tubuh terlibat dalam
pembuatan obat.
• Setiap orang yang memasuki area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian pelindung sesuai dengan kegiatan yang
akan dilakukan.
• dilarang melakukan kegiatan yang tidak higienis di dalam area pembuatan atau di area lain yang dapat memengaruhi
mutu produk.
• dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan produk yang terbuka dan juga dengan bagian
peralatan yang bersentuhan dengan produk.
• Personel hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana cuci tangan.
• Persyaratan khusus untuk pembuatan produk tertentu.
PEMBUATAN PRODUK STERIL
Produk steril
Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan
memperkecil risiko kontaminasi mikroba, partikulat dan pirogen, yang sangat
tergantung dari keterampilan, pelatihan dan sikap personel yang terlibat.
Pemastian Mutu sangatlah penting dan pembuatan produk steril harus sepenuhnya
mengikuti secara ketat metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan
seksama dan tervalidasi. Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk jadi tidak
dapat dijadikan sebagai satu-satunya andalan untuk menjamin sterilitas atau aspek
mutu lain.
PADA PEMBUATAN PRODUK STERIL
DIBEDAKAN 4 KELAS KEBERSIHAN:

• Kelas A: Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah tutup karet, ampul dan
vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran
udara laminar (laminar air flow) di tempat kerja.
• Kelas B: Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan latar belakang
untuk zona Kelas A.
• Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung risiko lebih
rendah.
KLASIFIKASI RUANG BERSIH DAN SARANA
UDARA BERSIH:
PEMANTAUAN RUANG BERSIH DAN SARANA
UDARA BERSIH
• Dipantau secara rutin pada saat kegiatan berlangsung dan penentuan lokasi pengambilan sampel.
• Untuk zona Kelas A, pemantauan partikel hendaklah dilakukan selama proses kritis berlangsung. Frekuensi pengambilan
sampel dan ukuran sampel dalam pemantauan zona Kelas A hendaklah ditetapkan sedemikian rupa sehingga mudah
diintervensi.
• Sistem yang sama dianjurkan untuk Kelas B, walaupun frekuensi pengambilan sampel dapat dikurangi.
• Sistem pemantauan partikel udara dapat terdiri dari beberapa alat penghitung partikel yang independen.
• Pada zona Kelas A dan B, pemantauan jumlah partikel ukuran > 5,0 μm menjadi penting karena merupakan sarana untuk
deteksi dini kegagalan.
• Pemantauan area Kelas C dan D pada saat kegiatan rutin hendaklah dilakukan sesuai dengan prinsip manajemen risiko
mutu.
• Suhu dan kelembaban udara akan tergantung pada jenis produk dan proses yang dilakukan.
BATAS MIKROBA YANG DISARANKAN UNTUK PEMANTAUAN
AREA BERSIH SELAMA KEGIATAN BERLANGSUNG:
TEKNOLOGI ISOLATOR
Penggunaan teknologi isolator dimaksudkan untuk memperkecil intervensi manusia pada area proses yang
mungkin dapat mengakibatkan penurunan risiko kontaminasi mikroba, dari lingkungan, secara signifikan
terhadap produk yang dibuat secara aseptis. Kelas udara yang diperlukan untuk lingkungan latar belakang
tergantung pada desain isolator tersebut serta penggunaannya. Hal tersebut hendaklah dikendalikan dan
untuk proses aseptis setidaknya Kelas D. Isolator hendaklah digunakan hanya setelah dilakukan validasi
yang sesuai. Validasi hendaklah mempertimbangkan semua faktor kritis dari teknologi isolator, misal mutu
udara di dalam dan di luar (latar belakang) isolator, sanitasi isolator, proses transfer dan kekedapan isolator.
TEKNOLOGI
PENIUPAN/PENGISIAN/PENYEGELAN
Mesin peniup/pengisi/penyegel me-rupakan satu rangkaian mesin, di mana, dalam suatu operasi yang
kontinu, wadah produk dibentuk dari granulat termoplastis, diisi dan kemudian disegel, semua ini dilakukan
oleh satu unit mesin otomatis. digunakan untuk produksi aseptis yang dilengkapi dengan air shower yang
efektivitasnya sama dengan Kelas A dapat dipasang dalam lingkungan minimal Kelas C, dengan syarat
mengenakan pakaian kerja Kelas A/B. Mesin yang digunakan untuk pembuatan produk dengan sterilisasi
akhir hendaklah dipasang dalam lingkungan minimal Kelas D.
PRODUK YANG DISTERILISASI AKHIR

Penyiapan komponen dan sebagian besar produk, yang memungkinkan untuk disaring dan disterilisasi,
hendaklah dilakukan di lingkungan minimal Kelas D untuk mengurangi risiko kontaminasi mikroba dan
partikulat. Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir hendaklah dilakukan di lingkungan minimal Kelas
C.
PEMBUATAN SECARA ASEPTIS
• Komponen, setelah dicuci, hendaklah ditangani di lingkungan minimal Kelas D. Penanganan bahan awal dan
komponen steril, kecuali pada proses selanjutnya untuk disterilisasi atau disaring dengan menggunakan
filter mikroba, hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B.
• Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas C;
bila tidak dilakukan filtrasi, penyiapan bahan dan produk hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan
latar belakang Kelas B.
• Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A
dengan latar belakang Kelas B.
PERSONALIA
• Hanya personel dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh berada di area bersih.
• Personel yang bekerja di area bersih dan steril hendaklah dipilih secara seksama untuk memastikan bahwa
mereka dapat diandalkan.
• Semua personel (termasuk bagian pembersihan dan perawatan) yang akan bekerja di area tersebut
hendaklah mendapat pelatihan teratur.
• Pakaian rumah dan pakaian kerja reguler tidak boleh dibawa masuk ke dalam kamar ganti pakaian yang
berhubungan dengan ruang ber-Kelas B dan C.
• Penggantian dan pencucian hendaklah mengikuti prosedur tertulis yang didesain untuk meminimalkan
kontaminasi pada pakaian area bersih atau membawa masuk kontaminan ke area bersih.
• Arloji, kosmetika dan perhiasan tidak boleh dipakai di area bersih.
• Personel diharapkan memakai APD dengan baik dan benar.
BANGUNAN-FASILITAS
• Di area bersih, semua permukaan yang terpapar hendaklah halus, kedap air dan tidak retak untuk mengurangi pelepasan atau
akumulasi partikel atau mikroba dan untuk memungkinkan penggunaan berulang bahan pembersih dan bahan disinfektan.
• False ceilings hendaklah disegel untuk mencegah kontaminasi dari ruang di atasnya.
• Pipa dan saluran serta sarana penunjang lain hendaklah dipasang dengan tepat sehingga tidak menimbulkan tempat
tersembunyi yang sukar dibersihkan.
• Bak cuci dan drainase hendaklah dilarang di area Kelas A/B. Di area lain, penyekat udara hendaklah dipasang di antara mesin
atau bak cuci dan drainase.
• Ruang ganti pakaian hendaklah hanya digunakan untuk personel dan tidak digunakan untuk lalu lintas bahan, wadah dan
peralatan.
• Pasokan udara yang disaring.
• Suhu dan kelembaban ruangan hendaklah dijaga.
• Area bersih untuk kegiatan produksi steril tidak boleh digunakan untuk melaksanakan kegiatan pengujian ste-rilitas dan
pengujian mikrobiologis lain.
PERALATAN
• Ban berjalan tidak boleh menembus sekat yang membatasi area Kelas A atau B.
• Peralatan disterilisasi secara efektif dengan menggunakan uap, atau panas kering atau metode lain.
• Bila standar kebersihan tidak dapat dipertahankan saat dilakukan pekerjaan perawatan yang diperlukan
di dalam ruang bersih, ruang tersebut hendaklah dibersihkan, didisinfeksi dan/atau disterilkan sebelum
proses dimulai kembali.
• Instalasi pengolahan dan sistem distribusi air hendaklah didesain, dikonstruksi dan dirawat
• Hendaklah dilakukan validasi dan perawatan terencana terhadap semua peralatan.
SANITASI
• Disinfektan dan detergen hendaklah dipantau terhadap kontaminasi mikroba.
• Fumigasi dalam area bersih dapat bermanfaat untuk mengurangi kontaminasi mikrobiologis pada
tempat yang tidak terjangkau.
• Hendaklah ditentukan batas deteksi cemaran mikrobiologis untuk batas waspada dan batas bertindak,
serta untuk pemantauan tren mutu udara di dalam area bersih.
PENGOLAHAN
• Hendaklah dilakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi kontaminasi pada seluruh tahap pengolahan termasuk
tahap sebelum proses sterilisasi.
• Validasi proses aseptis hendaklah mencakup uji simulasi proses menggunakan media pertumbuhan (media fill).
• Uji simulasi proses sebagai validasi awal hendaklah dilakukan dengan tiga uji simulasi berturut-turut yang berhasil per
shift, dan diulangi dengan interval yang ditetapkan dan bila ada perubahan signifikan pada sistem tata udara, peralatan,
proses dan jumlah shift.
• Suhu dan kelembaban lingkungan tidak boleh tinggi sehingga mengganggu kenyamanan akibat sifat pakaian yang
dikenakan.
• Komponen, wadah dan peralatan, setelah proses pembersihan/pencucian akhir, hendaklah ditangani sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi rekontaminasi.
• Bioburden hendaklah dipantau sebelum proses sterilisasi.
STERILISASI
Sterilisasi dapat dicapai dengan penggunaan panas basah atau panas kering, dengan radiasi pengionan,
dengan etilen oksida atau dengan filtrasi yang dilanjutkan dengan pengisian secara aseptis ke dalam wadah
akhir yang steril. Masing-masing cara sterilisasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di mana
memungkinkan dan dapat dilaksanakan, sterilisasi cara panas merupakan pilihan utama.
FILTRASI PRODUK YANG TIDAK DAPAT
DISTERILKAN DALAM WADAH AKHIRNYA

Filtrasi saja dianggap tidak cukup apabila sterilisasi dalam wadah akhir dapat dilakukan. Bila produk tidak dapat
disterilkan dalam wadah akhirnya, larutan atau cairan dapat difiltrasi ke dalam wadah yang telah disterilkan
sebelumnya melalui filter steril dengan ukuran pori nominal 0,22 mikron (atau lebih kecil), atau paling tidak
melalui filter yang mempunyai kemampuan menahan mikroba yang ekuivalen.
PENYELESAIAN PRODUK STERIL

• Vial setengah-tertutup dari produk beku kering hendaklah selalu ditangani di lingkungan Kelas A sampai
stopper ditutupkan dengan sempurna.
• Penutupan wadah hendaklah divalidasi dengan metode yang sesuai.
• Wadah terisi produk parenteral hendaklah satu per satu diinspeksi terhadap kontaminasi oleh benda asing
atau cacat lain.
PENGAWASAN MUTU

Sampel yang diambil untuk pengujian sterilitas hendaklah mewakili keseluruhan bets, tetapi secara khusus
hendaklah mencakup sampel yang diambil dari bagian bets yang dianggap paling berisiko terhadap
kontaminasi, misal:
a) untuk produk yang diisi secara aseptis, sampel hendaklah mencakup wadah yang diisi pada awal dan
akhir proses pengisian bets serta setelah intervensi yang signifikan;
b) untuk produk yang disterilisasi cara panas dalam wadah akhir, sampel hendaklah diambil dari bagian
muatan dengan suhu terendah
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai