Anda di halaman 1dari 27

CPOB 2018

PEMBUATAN PRODUK STERIL


CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK TAHUN 2018
 Cara Pembuatan Obat yang Baik yang selanjutnya disingkat CPOB adalah cara pembuatan obat
dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat dan/atau bahan obat
yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan.
 Pedoman CPOB wajib menjadi acuan bagi industri farmasi dan sarana yang melakukan kegiatan
pembuatan Obat dan Bahan Obat.
 Industri farmasi dan sarana yang tidak mengikuti acuan Pedoman CPOB dikenai sanksi
administratif sebagai berikut:
a. peringatan;

b. peringatan keras;

c. penghentian sementara kegiatan;

d. pembekuan Sertifikat CPOB;

e. pencabutan Sertifikat CPOB; dan/atau

f. rekomendasi pencabutan izin industri farmasi.


PERBEDAAN CPOB 2012 DAN 2018
ANEKS
CPOB 2018
Terdapat pada
Aneks 1
1. Pembuatan Produk Steril
BPOM 2018
2. Produksi Produk Biologi Untuk Penggunaan Manusia Halaman 137
3. Pembuatan Gas Medisinal
4. Pembuatan Inhalasi Dosis Terukur Bertekanan (Aerosol)
5. Pembuatan Produk Darah Atau Plasma Manusia
6. Pembuatan Obat Uji Klinik
7. Sistem Komputerisasi
8. Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik
9. Pembuatan Radiofarmaka
10. Penggunaan Radiasi Pengion Dalam Pembuatan Obat
11. Sampel Pembanding dan Sampel Pertinggal
12. Uji Pelulusan Real Time dan Pelulusan Parametris
13. Manjemen Risiko Mutu
KLASIFIKASI RUANG BERSIH DAN SARANA UDARA BERSIH

 Area bersih untuk pembuatan produk steril digolongkan berdasarkan karakteristik lingkungan
yang dipersyaratkan
 Kondisi “operasional” dan “nonoperasional” hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang bersih

 Keadaan “non-perasional” adalah kondisi di mana fasilitas telah terpasang dan beroperasi,
lengkap dengan peralatan produksi tetapi tidak ada personel.
 Kondisi “operasional” adalah kondisi di mana fasilitas dalam keadaan berjalan sesuai modus
pengoperasian yang ditetapkan dengan sejumlah tertentu personel yang sedang bekerja.
PADA PEMBUATAN PRODUK STERIL DIBEDAKAN 4 KELAS
KEBERSIHAN:
Kelas A:
Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah tutup karet, ampul dan vial
terbuka, penyambungan secara aseptis.
Umumnya kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) di
tempat kerja.
Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54
m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja dalam ruang bersih terbuka.
Kelas B
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk
zona Kelas A.
Kelas C dan D
Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung risiko lebih rendah.
JUMLAH MAKSIMUM PARTIKULAT UDARA YANG DIPERBOLEHKAN UNTUK
TIAP KELAS KEBERSIHAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT (CPOB : 2018)
REKOMENDASI SISTEM TATA UDARA UNTUK KELAS KEBERSIHAN
BATAS MIKROBA YANG DISARANKAN UNTUK PEMANTAUAN AREA
BERSIH SELAMA KEGIATAN BERLANGSUNG
TEKNOLOGI ISOLATOR
 Penggunaan teknologi isolator dimaksudkan untuk memperkecil intervensi manusia pada area
proses yang mungkin dapat mengakibatkan penurunan risiko kontaminasi mikroba, dari
lingkungan, secara signifikan terhadap produk yang dibuat secara aseptis.
 Isolator dan lingkungan sekitarnya hendaklah didesain sedemikian rupa sehingga mutu udara
yang dipersyaratkan untuk zona tersebut dapat dicapai.
 Transfer bahan ke dalam dan ke luar unit merupakan sumber kontaminasi yang paling potensial.

 Secara umum, area di dalam isolator merupakan zona lokal untuk melakukan manipulasi yang
berisiko tinggi, meskipun laminar air flow bisa tidak ada di area kerja ini.
BANGUNAN - FASILITAS

 Standar konstruksi bangunan untuk suatu Ruang


bersih (Cleanroom) lebih tinggi dari bangunan lain.
 Bahan konstruksi yang digunakan berbeda dengan
yang digunakan untuk ruang lain, antara lain:
Ruang bersih dibangun dengan struktur kedap udara
Permukaan ruang (bagian dalam) harus licin, mudah
dibersihkan dan disanitasi
BANGUNAN - FASILITAS

 Semua bangunan-fasilitas hendaklah,


sedapat mungkin, didesain untuk mencegah
personel, yang melakukan pengawasan atau
pengendalian, masuk bila tidak diperlukan.
 Area Kelas A dan B hendaklah didesain
sehingga semua kegiatan dapat diamati dari
luar.
BANGUNAN - FASILITAS

Di dalam ruang bersih (Cleanroom), semua permukaan


bangunan yang terpapar ke lingkungan hendaklah :
– Tahan/kedap air, tidak retak/berpori
– Tidak melepas serat dan mengakumulasi partikel,
debu, mikroba
– Tidak terdapat celah-celah yang sulit dibersihkan,
peralatan yang tidak diperlukan, lemari, perabot berlaci,
rak, window ledges
– Hindarkan pintu dorong
– Plafon semu (false ceiling) dilapis rapat (sealed)
BANGUNAN - FASILITAS

Ruang Ganti Pakaian


 Sistem tata udara disesuaikan dengan kelas kebersihan

 Dialiri udara tersaring secara efektif

 Didesain sebagai airlock

– Sistem interlock untuk pintu masuk/keluar


– Sistem peringatan/alarm: Visual dan/atau audio
 Rekomendasi: ruang terpisah untuk jalur masuk dan
jalur keluar ruang bersih
 Tersedia fasilitas pembersihan dan sanitasi tangan
AIRFLOW TEST

 Airflow Test digunakan untuk mengukur


Kecepatan dan keseragaman aliran udara
dan tingkat/jumlah pasokan udara
 Pengukuran distribusi kecepatan aliran
udara ini diperlukan dalam ruang aliran
udara searah (UDAF/LAF), dan jumlah
pasokan udara untuk Non-LAF
AIRFLOW TEST
PRODUK YANG DISTERILISASI AKHIR

 Penyiapan komponen dan sebagian besar produk, yang memungkinkan untuk disaring dan
disterilisasi → minimal kelas D.
 Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan yaitu karena kontaminasi mikroba, misal,
produk yang secara aktif mendukung pertumbuhan mikroba → minimal kelas C
 Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir → minimal Kelas C.

 Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan yaitu karena kontaminasi dari lingkungan,
misal karena kegiatan pengisian berjalan lambat atau wadah berleher-lebar atau terpaksa
terpapar lebih dari beberapa detik sebelum ditutup, pengisian produk → di zona Kelas A dengan
latar belakang minimal Kelas C.
 Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi → Kelas C sebelum disterilisasi
akhir.
PEMBUATAN SECARA ASEPTIS

 Penanganan bahan awal dan komponen steril, kecuali pada proses selanjutnya untuk disterilisasi
atau disaring dengan menggunakan filter mikroba → Kelas A dengan latar belakang Kelas B
 Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi → Kelas C,

 Bila tidak dilakukan filtrasi, penyiapan bahan dan produk → Kelas A dengan latar belakang Kelas B.

 Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis → Kelas A dengan latar belakang
Kelas B
 Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi → Kelas A dengan latar belakang
Kelas B, apabila produk terpapar dan tidak akan disaring.
PERSONALIA

 Hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh


berada di area bersih; hal ini penting khususnya pada proses
aseptik.
 Inspeksi dan pengawasan dilaksanakan sedapat mungkin dari luar
area bersih.
 Personil yang bekerja di area bersih dan steril dipilih secara
seksama untuk memastikan bahwa mereka dapat diandalkan
untuk bekerja dengan penuh disiplin dan tidak mengidap suatu
penyakit atau dalam kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan
bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap produk.
SANITASI

 Sanitasi area bersih sangatlah penting

 Dengan mempertimbangkan efektivitasnya yang terbatas,


lampu ultraviolet tidak boleh digunakan untuk menggantikan
disinfektan kimiawi.
 Disinfektan dan detergen hendaklah dipantau terhadap
kontaminasi mikroba
 Disinfektan dan deterjen yang digunakan untuk area Kelas A
dan B hendaklah disterilkan sebelum digunakan.
 Fumigasi dalam area bersih dapat bermanfaat untuk
mengurangi kontaminasi mikrobiologis pada tempat yang
tidak terjangkau
AIR

 Air yang dipakai untuk membuat produk steril termasuk penyimpanan dan sistem distribusinya
hendaklah selalu dikendalikan untuk menjamin bahwa spesifikasi yang sesuai dicapai tiap
pengoperasian.
 Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi melalui cara penyulingan

 Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan dengan cara yang
dapat mencegah pertumbuhan mikroba, misal disirkulasi dengan konstan pada suhu di atas
70°C (hot loop system).
 Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah disimpan dalam wadah yang bersih, steril, nonreaktif,
nonabsorptif, nonaditif dan terlindung dari kontaminasi.
 Sumber air, peralatan pengolahan air dan air hasil pengolahan hendaklah dipantau secara teratur
terhadap kontaminasi kimiawi, biologis dan, bila perlu, terhadap cemaran endotoksin untuk
menjamin agar air memenuhi spesifikasi yang sesuai.
PENGOLAHAN
 Hendaklah dilakukan tindakan pencegahan untuk
mengurangi kontaminasi pada seluruh tahap pengolahan
termasuk tahap sebelum proses sterilisasi
 Validasi proses aseptis hendaklah mencakup uji simulasi
proses menggunakan media pertumbuhan (media fill).
 Uji simulasi proses sebagai validasi awal hendaklah
dilakukan dengan tiga uji simulasi berturut-turut yang
berhasil per shift, dan diulangi dengan interval yang
ditetapkan dan bila ada perubahan signifikan pada sistem
tata udara, peralatan, proses dan jumlah shift.
 Biasanya uji simulasi proses dilakukan dua kali setahun
untuk tiap shift dan proses
PENGOLAHAN
 Bioburden adalah jumlah bakteri/kuman yang
hidup di permukaan suatu benda sebelum
disterilkan
 Pahami dan kendalikan kontribusi bioburden
berbagai bahan awal dan bahan pengemas serta
proses pembuatan sebelum sterilisasi.
 Bioburden harus dipantau sebelum proses
sterilisasi.
 Batas bioburden harus ditetapkan untuk
memantau efektifitas metode sterilisasi
 Untuk semua sediaan cair, terutama larutan infus
volume besar, harus dilewatkan melalui filter
mikroba dan dipasang sedekat mungkin sebelum
proses pengisian
SUMBER PUSTAKA

 BPOM, 2018, Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No 34 tahun 2018 tentang Cara Pembuatan Obat
Yang Baik.
 Bambang Priyambodo, 2020, CPOB Produksi Steril, https://priyambodo1971.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai