Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu,
dapat juga oleh individu dengan kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari
kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang di lakukan itu akan mencerminkan
kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang
positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang
positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, Hal itulah
yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja
ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan remaja
ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak.

Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas”
yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan
bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa.

Hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal yang
terjadi dalam pergaulan bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak belakang dengan aturan-
aturan yang telah Tuhan tetapkan dalam etika pergaulan. Karena dalam pergaulan bebas itu
tidak dapat menjamin kesucian seseorang. System komunikasi, pengaruh media masa,
kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai bidang dengan cepat memepengaruhi anak-
anak kita. Budaya hidup kaum muda masa kini, berbeda dengan jamanpara orang tua masih
remaja dulu.

Anak-anak muda jaman sekarang cenderung meninggalkan orang tua, termasuk dalam
menentukan bagaimana mereka akan bergaul. Sementara orang tua tidak menyadari
kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha mengatasinya. Faktor kekurang kepedulian orang tua
kurang perduli terhadap pergaulan muda-mudi. Remaja cenderung menganggap bahwa
masalah pergaulan adalah urusan anak anak muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika
telah terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu sudah terlambat
factor ketidak mengertian kasus ini banyak terjadi pada para orang tua yang kurang menyadari
kondisi jaman sekarang. Remaja merasa sudah melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi
dalam urusan pergaulan anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya
tidak perduli, tetapi memang tidak tahu apa yang harus di perbuat.

Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang harus mempunyai kedisiplinan baik,
berakhlak mulia, menjaga emosi dengan baik, tangguh dan berkharakter baik. Selain itu juga
harus mempunyai kepribadian yang sehat, menghargai orang tua, guru, teman dan orang-orang
di sekitar. Remaja yang baik adalah remaja yang mampu bertutur kata sopan dan mampu
menanamkan hal-hal positif pada diri mereka sendiri supaya tidak terjerumus ke hal-hak yang
tidak diinginkan. Pada saat memilih teman, bukan memilih teman dalam arti kekasih melainkan
memilih teman yang baik untuk kedepan, yaitu teman yang bemberikan dukungan, dorongan,
motivasi, dan tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan. Remaja masa sekarang
wajib bisa memilih arus globalisasi mana yang harus mereka ikuti karena pada dasarnya
globalisasi mempunyai dampak yang positif juga dampak yang negatif.

Pelecehan Seksual adalah tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun nonfisik
dengan sasaran organ seksual atau seksualitas korban. Tindakan yang dimaksud termasuk
juga siulan ,main mata, ucapan bernuansa seksual, mempertunjukkan materi pornografi dan
keinginan seksual, colekan atau sentuhan dibagian tubuh, dangerakan atau isyarat yang
bersifat seksual sehingga dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa
direndahkan martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan dan
keselamatan. Hal ini belum dapat dikatakan sebagai kejahatan, melainkan kenakalan yang
ditimbulkan akibat dari kondisi psikologis yang tidak seimbang dan si pelaku belum sadar dan
mengerti atas tindakan yang telah dilakukannya.

Melihat ketentuan pasal 299 dan 346 sampai dengan pasal 349 KUHP, sanksi pidana
dapat di kenakan kepada orang yang melakukan dan yang menganjurkan pengguguran
kandungan serta wanita hamil yang dengan sengaja menyebabkan pengguguran kandungan.
Agar lebih efektif, perbuatan kejahatan abortus yang sulit upaya pembuktiannya, pembuat
undang-undang mengatur masalah tersebut dalam pasal 299 KUHP sebagai langkah yang
bersifat preventif .

KUHP tidak membedakan antara Abortus Therapeuticus dan Abortus Criminalis. Semua
aborsi, tanpa memandang alasan-alasannya, merupakan suatu tindakan yang dapat dikenai
sanksi pidana. Namun demikian, praktik pengguguran kandungan yang dilakukan oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab berjalan terus secara gelap. Bahkan akhir-akhir ini media
massa menulis tentang pengguguran kandungan yang dilakukan tenaga medis. Praktik abortus
sudah bukan rahasia lagi, terutama sebagai akibat dari semakin meluasnya budaya pergaulan
bebas dan prostitusi dewasa ini. Juga dengan semakin meningkatnya kasus-kasus kehamilan
diluar nikah dan multiplikasi keragaman motivasi. Hal tersebut pada gilirannya mendorong
orang-orang tertentu cenderung menggugurkan kandungan sebagai solusi untuk
menghilangkan aib.

Sebenarnya, tindakan penggugurkan kandungan sebagaimana tersebut di atas dapat


dicegah. Terutama jika kalangan medis secara kokoh berpedoman pada kode etik kedokteran
dan hukum yang berlaku di Indonesia serta sumpah dokter yang di ucapkannya, Asumsi
tersebut dapat dibuktikan melalui kode etiket kedokteran yang termuat dalam peraturan Menteri
Kesehatan No. 434lMen.Kes/SK/X/1 983 pasal 3 : "Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya
seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi". Hal ini
diperkuat oleh pasal 10 peraturan yang sama, yaitu: "Setiap dokter harus senantiasa
mengingatkan kewajiban melindungi hidup makhluk insani".

Demikian juga isi lafal sumpah dokter yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 26
Tahun l960 te1ah menyebutkan: "Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat
pembuahan". Hadirnya Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun.2009, juga mengupas
masalah abortus, yaitu pada pasal 75 ayat 1 “setiap orang dilarang melakukan aborsi ”9.
Namun dikecualikan dalam ayat 2, yaitu :
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak dini kehamilan baik yang mengancam
nyawa ibu dan/ atau janin yang yang menderita cacat bawaan maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan , atau
b. Kehamilan akibat perkosaan. Perbuatan aborsi sukar sekali dibuktikan oleh yang
berwajib. Meskipun dalam kenyataannya banyak yang melakukan perbuatan ini, tetapi
selalu di lakukan secara sembunyi-sembunyi. Alasan yang bisa dikemukakan antara
lain adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Dalih tersebut terutama dipengaruhi oleh
berbagai latar belakang seperti kesehatan, sosial, ekonomi dan budaya.

Oleh karena itu, dalam rangka tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas dan
mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945
anak tetap mendapatkan haknya, berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Pemerintah dan Lembaga Negara lainnya
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak
yang berhadapan dengan hukum dilaksanakan melalui perlakuan atas anak secara manusiawi
sesuai dengan martabat dan hak anak, penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak
dini, penyediaan sarana dan prasarana khusus, penjatuhan sanksi yang tepat untuk kalangan
remaja

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mendeskripsikan tentang persepsi orang tua terhadap pendidikan seks pada
remaja

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi orangtua terhadap


pendidikan seks pada remaja

MANFAAT PENELITIAN

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi orang tua dalam
mendidik remaja

1. Manfaat Teoritis atau Kegunaan Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi perkembangan kepribadian remaja, untuk
orang tua dan masyarakat sekitar.
b. Hasil penelitian ini mampu digunakan sebagai pedoman bagi penelitian yang sejenis dan
memberikan manfaat bagi pembaca terutama orang tua untuk meningkatkan kepribadian
remaja yang baik pada anak.

2. Manfaat Praktis atau Kegunaan Praktis

a. Bagi remaja

1) Untuk berhati-hati dalam bergaul serta selalu bersikap terbuka dengan orang tua

2) Memberi masukan bagi remaja untuk selalu mempunyai kepribadian yang baik

b. Bagi orang tua

1) Lebih meningkatkan intensitas komunikasi dengan anak remajanya.

2) Memberikan inspirasi dan rujukan bagi orang tua dalam rangka

perbaikan kepribadian remaja

c. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang menyangkut latar belakang pendidikan
formal orang tua dan intensitas komunikasi dalam keluarga terhadap kepribadian remaja

Anda mungkin juga menyukai