NPM : 184302031
PRODI : Apoteker
Salah satu hal yang sering disorot dan ditanyakan oleh Inspektor Badan POM pada saat
audit industri farmasi adalah pelaksanaan Pengkajian Mutu Produk (PMP). Istilah PMP
merupakan istilah baru yang digunakan di dalam CPOB 2012. Pada CPOB sebelumnya, istilah
yang digunakan adalah Peninjauan Produk Tahunan (PPT) atau Annual Product Review (APR).
Di dalam CPOB 2012 disebutkan bahwa Pengkajian Mutu Produk (PMP) secara berkala
hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan
untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas
dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk
produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan
didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya dan hendaklah
meliputi paling sedikit:
1. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk, terutama
yang dipasok dari sumber baru;
2. kajian terhadap pengawasan selama-proses yang kritis dan hasil pengujian produk jadi;
3. kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan
investigasi yang dilakukan;
4. kajian terhadap semua penyim-pangan atau ketidaksesuaian yang signifikan, dan
efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan;
5. kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode analisis;
6. kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang
telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk ekspor;
7. kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak
diinginkan;
8. kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang terkait
dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;
9. kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang
sebelumnya;
10. kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru mendapatkan
persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran;
11. status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara (HVAC), air,
gas bertekanan, dan lain-lain; dan
12. kajian terhadap Kesepakatan Teknis untuk memastikannya selalu mutakhir.
Industri dan pemegang izin edar hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil tinjauan
ini, dan membuat suatu penilaian untuk menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan
ataupun validasi ulang harus dilakukan. Alasan tindakan perbaikan yang dilakukan harus
didokumentasikan. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang telah disetujui hendaklah
diselesaikan dengan cara yang efektif sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Tinjauan mutu dapat
dikelompokkan menurut jenis produk, misal sediaan padat, cair, steril, dan lain-lain (Anonim,
2009).
PELAKSANAAN PMP
Sesudah mengkaji semua data atau aspek terkait, buat laporan yang bersifat konklusif. Hasil
dinyatakan dalam bentuk tabel dan / atau grafik serta rekomendasi untuk tindakan perbaikan bila
ada.
Salah satu “parameter kritikal” dalam pelaksanaan PMP adalah Kemampuan Process (Process
Capability). Kemampuan proses adalah suatu perhitungan melalui perbandingan antara output
produk dengan spesifikasi disain. Jika peralatan mempunyai kemampuan secara konsisten
memenuhi batas rentang kualitas yang diharapkan, maka kualitas dan biaya produksi dapat
optimal. Jika mesin tidak mampu secara konsisten memenuhi tingkat kualitas yang diharapkan,
maka biaya akan menjadi tinggi karena produk cacat (reject) dan pengerjaan ulang (rework).
Penggunaan analisa kemampuan proses, antara lain:
Hubungan antara kemampuan proses dengan batas spesifikasi dapat dinyatakan dengan rasio
kemampuan (Cp). Penggunaan Cp dalam menilai kemampuan proses berdasarkan asumsi bahwa
rata-rata proses tepat berada di pertengahan batas spesifikasi. Dalam kenyataan, hal ini jarang
tercapai. Untuk memperbaiki kelemahan diatas, digunakan rasio Cpk, yang menyatakan posisi
rata-rata proses dibandingkan dengan batas spesifikasi. Makin tinggi nilai Cpk makin kecil
presentasi produk yang terletak di luar batas spesifikasi.
Syarat melalukan analisa kapabilitias proses adalah data yang digunakan harus terkendali
secara statistika. Bila data tidak terkendali seharusnya tidak usah dilakukan analisa kapabilitas
proses. Kebanyakan orang tetap melalukan perhitungan analisa kapabilitas walaupun datanya
tidak terkendali secara statistik
Proses/data dikatakan tidak terkendali secara statistik apabila tidak memenuhi persyaratan
berikut:
1. Satu titik berada diluar batas tiga sigma (tiga standar deviasi)
2. Dua dari tiga titik yang berurutan terletak pada area two sigma warning limits
3. Empat dari lima titik berurutan terplot lbih dari 1sigma atau diluar center line
4. Delapan titik berurutan terletak pada satu sisi center line
Selama bertahun-tahun industri telah menggunakan Cp, Cpk, Pp dan Ppk untuk
mengukur kemampuan proses. Beberapa segmen di bidang manufaktur telah ditentukan
persyaratan minimal untuk parameter ini.
Definisi Kapabilitas Proses adalah kemampuan suatu proses untuk menghasilkan suatu
produk yang sesuai dengan kebutuhan atau persyaratan dari konsumen atau spesifikasi yang
diharapkan. Untuk mengetahui suatu proses berjalan secara stabil dan mampu (menghasilkan
produk/jasa yang sesuai spesifikasinya) dipakailah Statistic Process Control yang didalamnya
terdapat istilah Cpk dan Ppk.
Jika nilai Cpk > 1 maka proses performance masih baik (capable)
Jika nilai Cpk < 1 maka proses performance tidak baik (not capable)
Penggunaan Software Minitab
1. Masukkan data pada pada kolom minitab meliputi data pengukuran actual, batas
minimum (LCL=Lower Control Limit) dan batas maksimal (UCL= Upper Control
Limit)
2. Pilih menu Stat – Time Series – Time Series Plot – Multiple – OK, kemudian
select bobot tablet, Min dan Max, seperti pada gambar di bawah ini :
3. Lalu klik OK, ganti nama index dengan nama yang dinginkan.
Note : Grafik ini menunjukkan bahwa bobot tablet berada pada rentang spesifikasi
bobot yang dipersyaratkan (terlihat grafik bobot berada diantara UCL dan LCL)
Note : Cpk merupakan index yang menunjukkan seberapa baik suatu proses
memenuhi spesifikasi limit. Biasanya dipakai nilai Cpk >1 untuk menunjukkan
seberapa baik proses, semakin besar semakin bagus. Apabila nilai Cpk <1, kita dapat
memodifikasi proses atau merubah spesifikasi untuk mendapatkan nilai Cpk >1.
SYARAT CPK
Jika nilai Cpk > 1 maka proses performance masih baik (capable)
Jika nilai Cpk < 1 maka proses performance tidak baik (not capable)
PERBEDAAN KESERAGAMAN KANDUNGAN DAN KESERAGAMAN BOBOT
Keseragaman Bobot
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan
atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih,
dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat
(termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang
telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan
pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini (Depkes RI, 1995).
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai
berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya
lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang
lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.
Keseragaman Kandungan
Menurut Depkes RI (1995), untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara
keseragaman kandungan, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk
sediaan yang dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu,
dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan
anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman dosis
dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang
ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara
85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau
sama dengan 6,0% (Depkes RI, 1995).
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera pada
etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada
etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak
dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari
30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada
satuan yang terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8% (Depkes RI, 1995).