Anda di halaman 1dari 25

Pengkajian Mutu

Produk (PMP)
Product Quality Review (PQR)

By Suprapto
PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAN
KE-39 FAKULTAS FARMASI UMS 2022
PENDAHULUAN

 Mutu industri farmasi telah menjadi topik hangat; penerbitan current good
manufacturing practice (c-GMP) telah meningkatkan kesadaran akan
pentingnya mutu bagi produk farmasi.
 Suatu obat harus memiliki efikasi, manfaat, dan mutu yang konsisten.
 Mutu memengaruhi hubungan dengan pelanggan (customers).
 Mutu dapat diartikan sebagai kepuasan pelanggan dalam hal service,
produk, dan proses.
 Mutu produk juga diperlukan agar suatu perusahaan dapat unggul dalam
persaingan global.
PENDAHULUAN
 Salah satu penerapan aspek management mutu yang diatur dalam CPOB
2018 adalah pengkajian mutu produk (PMP).
 Pengkajian mutu produk / product quality review (PQR) adalah evaluasi
yang dilakukan secara berkala dari semua produk obat farmasi terdaftar
termasuk ekspor, untuk menilai standar kualitas masing-masing produk obat
dengan melihat konsistensi proses yang ada, memeriksa kelayakan
spesifikasi saat ini serta kecenderungan apapun untuk menentukan kebutuhan
untuk mengubah spesifikasi produk obat, proses manufaktur maupun
prosedur kontrol.
PENDAHULUAN
• Pengkajian mutu produk (PMP) adalah sarana yang efektif dalam meningkatkan
konsistensi proses dan kualitas produk secara keseluruhan.
• Product quality review (PQR) dilakukan berkala pada tiap tahun terhadap produk yang
diproduksi setahun sebelumnya dan didokumentasikan. Di Amerika Serikat, istilah
PQR dikenal dengan sebutan annual product review (APR).
• Menurut CPOB tahun 2018, hasil kajian PQR hendaknya meliputi paling sedikit meliputi kajian
terhadap bahan awal dan pengemas, pengawasan pada saat proses dan hasil produk jadi yang kritis,
semua hasil produksi bets yang tidak memenuhi spesifikasi, semua penyimpangan, perubahan,
dokumen registrasi, pemantauan stabilitas, produk kembalian, keluhan, penarikan obat, kajian
kelayakan terhadap perbaikan proses, komitmen pasca pemasaran, kualifikasi peralatan dan sarana
yang relevan, dan kesepakatan teknis.
Perbedaan
antara
APR dan PQR
PENDAHULUAN
• Salah satu hal yang sering disorot dan ditanyakan oleh inspektor Badan
POM pada saat audit industri farmasi adalah pelaksanaan pengkajian
mutu produk (PMP).
• Istilah PMP merupakan istilah baru yang digunakan di dalam CPOB 2012.
• Pada CPOB sebelumnya, istilah yang digunakan adalah peninjauan produk
tahunan (PPT).
• Pembuatan laporan PQR merupakan kebjiakan masing-masing industri
farmasi sehingga akan dihasilkan laporan yang berbeda-beda antar
perusahaan, namun masih sesuai dengan persyaratan CPOB.
TUJUAN PEMBUATAN PQR
Berdasarkan FDA, hal ini tertuang dalam code of federal regulations title 21 sub-
bagian J bagian 211.180 poin e. Tujuan dari pembuatan PQR adalah:
• Untuk memastikan bahwa prosedur telah terverifikasi dan mengkaji kualitas suatu
produk obat. Standar mutu setiap produk harus dievaluasi minimal 1 tahun sekali
sesuai GMP dan berdasarkan spesifikasi produk, instruksi produksi atau kontrol
prosedur yang diperlukan.
• Untuk meminimalisasi risiko yang terdapat dalam produksi obat, dimana risiko tersebut tidak
dapat dieliminasi melalui pengujian pada produk akhir.
• Untuk identifikasi produk dan perbaikan proses
• Untuk meningkatkan ketangguhan dari proses melalui pengurangan variabilitas
(keragamaman) proses dan peningkatan reprodusibilitas pada berbagai tahapan dalam siklus
produk (Sanjeevaiah dan Munaga, 2017).
SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM
PENYUSUNAN PRODUCT QUALITY REVIEW (PQR)?

• Dalam pelaksanannya, departemen yang bertanggung jawab


terhadap penyusunan laporan PQR adalah departemen quality
assurance (QA). Departemen QA bertanggung jawab atas koordinasi
dan administrasi PQR secara keseluruhan.
• Departemen QA memastikan jadwal penyelesaian laporan setelah
melakukan pengumpulan data dan bertanggung jawab dengan
memastikan bahwa semua departemen telah menyediakan data yang
dipersyaratkan.
PENTINGNYA PRODUCT QUALITY REVIEW (PQR)
Setiap industri farmasi perlu melaksanakan product quality review (PQR) karena:
1. Memverifikasikan konsistensi proses produksi suatu produk;
2. Menentukan kualitas dan cacat proses dari produk;
3. Memungkinkan perbaikan dari metode dan proses yang cacat;
4. Menentukan tren dari yield, hasil analisis, dan parameter produksi;
5. Meninjau kualitas bahan baku dan bahan kemas dari produk;
6. Kuantitas dari produk jadi ditinjau dari nilai yield setiap bets;
7. OOS (Out of Specification) dapat menentukan kecacatan produk;
8. Menentukan stabilitas produk;
9. Meninjau CAPA (Corrective Action and Preventive Action) dan dampaknya terhadap mutu
produk.
KEUNTUNGAN PQR

Keuntungan pembuatan laporan PQR (Sibulo, 2013):


• Pengurangan risiko, seperti keluhan pelanggan terkait produk,
penarikan kembali produk, hasil uji di luar spesifikasi (HULS), kesalahan
produksi dan pengujian;
• Peningkatan produktivitas melalui peningkatan proses produksi dan
pengujian, pengurangan parameter uji non kritis, pengurangan waktu
kalibrasi dan pemeliharaan, optimasi nilai rendemen; dan
• Verifikasi status validasi
PENYUSUNAN PRODUCT QUALITY REVIEW (PQR)
Penyusunan Product Quality Review (PQR) tergantung kebijakan dari masing-masing industri. Laporan Product
Quality Review setidaknya harus terdiri dari:
1. Tinjauan dari bahan baku termasuk bahan kemas yang digunakan untuk produk terutama untuk bahan yang
berasal dari sumber yang baru.
2. Tinjauan In Process Control (IPC) dan hasil produk jadi.
3. Tinjauan investigasi dari semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi.
4. Tinjauan semua penyimpangan beserta investigasinya dan CAPA yang dilakukan.
5. Tinjauan semua perubahan pada proses dan metode analisis.
6. Tinjauan izin pemasaran.
7. Tinjauan hasil program stabilitas dan tren.
8. Tinjauan mengenai pengembalian produk baik komplain, retur, dan recall beserta investigasinya.
9. Status kualifikasi peralatan seperti HVAC, air, compressed gas, dan sebagainya.
PQR akan menentukan apakah perlu dilakukan revalidasi metode atau proses, perubahan pada spesifikasi
produk, kontrol produksi sesuai yang dibutuhkan oleh badan regulator.
CAKUPAN PMP (PQR)
Pengkajian mutu produk (PMP) secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan
didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya dan hendaklah
meliputi paling sedikit:
1. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk, terutama yang
dipasok dari sumber baru;

2. Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil pengujian produk jadi;
3. Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan investigasi
yang dilakukan;
4. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan, dan efektivitas
hasil tindakan perbaikan dan pencegahan;
5. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode analisis;
6. Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang telah
disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk ekspor;
CAKUPAN PMP
7. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak diinginkan;
8. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang terkait dengan
mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;
9. Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang sebelumnya;

10. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru mendapatkan
persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran;
11. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara (HVAC), air, gas
bertekanan, dan lain-lain; dan
12. Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikannya selalu mutakhir.

Pengkajian mutu produk, dilaksanakan untuk tiap produk, oleh departemen/bagian pemastian
mutu (QA) bekerja sama dengan bagian produksi dan bagian pengawasan mutu (QC). Pengkajian
secara berkala dilaksanakan untuk memudahkan proses PMP, dengan minimum tiga bets
produksi.
PELAKSANAAN PMP
Beberapa aspek/data yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan PMP:
1. Jumlah semua bets yang dibuat;
2. Bahan awal dan bahan pengemas yang akan digunakan untuk produk, terutama yang dipasok dari sumber
baru.
3. Jumlah bets yang ditolak / diproses ulang dan bila ada bets bermasalah;
4. Hasil dari:
a. Pengujian analisis dan mikrobiologi dari produk akhir dan / atau pemeriksaan selama-proses; dan
b. Pemantauan lingkungan (terutama dalam hal produk steril).
5. Status validasi dari proses terutama dari tahap-tahap yang kritis.
6. Perubahan dibandingkan dengan pengkajian yang dibuat sebelumnya pada aspek:
a. Peralatan;
b. Formulasi dan proses;
c. Laboratorium; dan
d. Termasuk validasi mikrobiologis (yaitu autoklaf; sterilisator panas kering, media fill, sistem pengolahan air).
PELAKSANAAN PMP
7. Kajian terhadap semua perubahan;
8. Penyimpangan (termasuk HULS) dan hasil dari investigasinya dan evaluasi efektivitas tindakan perbaikan;
9. Keluhan produk yang diterima;
10. Produk kembalian dan penarikan kembali produk jadi;
11. Data stabilitas terdiri dari pascapemasaran, produk dengan pengolahan ulang, stabilitas sesudah perubahan;
12. Variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registrasi yang telah disetujui;
13. Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan sebelumnya;
14. Kajian komitmen pascapemasaran dilakukan pada obat yang baru mendapatkan persetujuan pendaftaran
dan variasi persetujuan pendaftaran;
15. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara (HVAC), sistem pengolahan air,
sistem udara bertekanan; dan
16. Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikannya selalu mutakhir, bila ada.
Sesudah mengkaji semua data atau aspek terkait, buat laporan yang bersifat konklusif. Hasil dinyatakan dalam
bentuk tabel dan / atau grafik serta rekomendasi untuk tindakan perbaikan bila ada.
KEMAMPUAN PROSES (Process Capability)
 Salah satu “parameter kritikal” dalam pelaksanaan PMP adalah kemampuan process (process
capability).
 Kemampuan proses adalah suatu perhitungan melalui perbandingan antara output produk
dengan spesifikasi disain.
 Jika peralatan mempunyai kemampuan secara konsisten memenuhi batas rentang kualitas yang
diharapkan, maka kualitas dan biaya produksi dapat optimal.
 Jika mesin tidak mampu secara konsisten memenuhi tingkat kualitas yang diharapkan, maka
biaya akan menjadi tinggi karena produk cacat (reject) dan pengerjaan ulang (rework).
 Penggunaan analisa kemampuan proses, antara lain:

1. Memperkirakan variasi output dari proses.


2. Mempermudah pemilihan proses produksi.

3. Menentukan pemilihan mesin.


4. Membantu program pengendalian kualitas.
KEMAMPUAN PROSES (Process Capability)
• Hubungan antara kemampuan proses dengan batas spesifikasi dapat dinyatakan
dengan rasio kemampuan (Cp).
• Penggunaan Cp dalam menilai kemampuan proses berdasarkan asumsi bahwa
rata-rata proses tepat berada di pertengahan batas spesifikasi.
• Dalam kenyataan, hal ini jarang tercapai. Untuk memperbaiki kelemahan diatas,
digunakan rasio Cpk, yang menyatakan posisi rata-rata proses dibandingkan
dengan batas spesifikasi.
• Makin tinggi nilai Cpk makin kecil presentasi produk yang terletak di luar batas
spesifikasi.
METODE ANALISIS PQR
Metode analisis untuk peningkatan kualitas biasanya menggunakan kriteria kapabilitas proses
untuk nilai Cp dan Cpk sebagai berikut:
1. Nilai Cp = Cpk, menandakan bahwa proses tersebut berada di tengah-tengah spesifikasinya.
2. Nilai Cp > 1.33, menandakan bahwa kapabilitas proses sangat baik.

3. Nilai Cp < 1.00, menandakan bahwa proses tersebut menghasilkan produk yang tidak sesuai
dengan spesifikasi dan tidak capable.
4. Nilai Cpk negatif, menandakan rata-rata proses berada di luar batas spesifikasi
5. Nilai Cpk = 1.0, menandakan satu variasi proses berada pada salah satu batas spesifikasi.
6. Nilai Cpk < 1.0, menandakan bahwa proses menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan
spesifikasi.
7. Nilai Cpk = 0, menandakan rata-rata, nilai Cpk sama dengan 1 berarti sama dengan batas
spesifikasi.
METODE ANALISIS PQR
Contoh laporan PMP
Contoh Hasil Perhitungan Cp dan Cpk pada Sediaan Kaplet
Amoksilin 500 mg
KESIMPULAN
• Keberlangsungan dan eksistensi suatu industri farmasi dapat diukur dari
kualitas produknya.
• Penerapan PQR menggunakan konsep digitalisasi dapat menunjang
peningkatan mutu produk dengan cara memverifikasi konsistensi proses dan
memeriksa kelayakan spesifikasi menggunakan konsep teknologi digitalisasi
dalam pengumpulan data yang dibutuhkan.
• Secara signifikan juga meningkatkan produktivitas, ketahanan kualitas produk,
dan keamanan bagi pasien.
• Berdasarkan hal tersebut maka penerapan PQR di suatu industri farmasi
penting untuk menghasilkan produk berkualitas, sehingga dapat
mempertahankan persaingan global di era industri 4.0
REFERENSI
• Https://priyambodo1971.Wordpress.Com/2014/09/23/pengkajia
n-mutu-produk-pmpproduct-quality-review-pqr/

• https://www.Gmpsop.Com/pdfmanualsamples/manual
-022-annual-product-reviews.Pdf

• Jignes shah et al. 2015. Annual product quality review:


regulatory aspect. Jgtps., Vol. 6 (1) : 2345-2350
CONTACT
US
sup215@ums.ac.id

Anda mungkin juga menyukai