STATUS : K2 Apt. PENDIDIKAN : SMF YAYASAN PEMBINA 1996 S1 UII JOGJA 1999 PROFESI APOTEKER UNPAD 2006 PRINSIP Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. RUANG LINGKUP SANITASI Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi a. Personil, b. Peralatan dan Perlengkapan, c. Bahan produksi serta wadahnya, d. Bahan pembersih dan desinfeksi, e. Segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. PROGRAM SANITASI DAN HIGIENE Sumber pencemaran potensial harus dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. HIGIENE PERORANGAN SANITASI DAN HIGIENE PAKAIAN PELINDUNG Tiap personil yang masuk ke area pembuatan harus mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Prosedur higiene perorangan termasuk persyaratan untuk mengenakan pakaian pelindung harus diberlakukan bagi semua personil yang memasuki area produksi, baik a. Karyawan purnawaktu, b. Paruhwaktu atau c. Bukan karyawan yang berada di area pabrik, misal karyawan kontraktor, pengunjung, anggota manajemen senior dan inspektur. PAKAIAN BERSIH Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keselamatan personil, personil harus mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) harus disimpan dalam wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau disterilisasi. PEMERIKSAAN KESEHATAN Semua personil harus menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Merupakan suatu kewajiban bagi industri farmasi agar tersedia instruksi yang memastikan bahwa keadaan kesehatan personil yang dapat mempengaruhi mutu produk diberitahukan kepada manajemen industri. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal harus dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personil secara berkala. Petugas pemeriksa visual harus menjalani pemeriksaan mata secara berkala. MENGIDAP PENYAKIT Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk dilarang menangani a. Bahan awal, b. Bahan pengemas, c. Bahan yang sedang diproses, d. Obat jadi Sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan risiko. PERSENTUHAN LANGSUNG Harus dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan a. Bahan awal, b. Produk antara dan c. Produk ruahan yang terbuka, d. Bahan pengemas primer, e. Bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk. MENCUCI TANGAN Personil harus diintruksikan supaya menggunakan sarana mencuci tangan dan mencuci tangannya sebelum memasuki area produksi. Untuk tujuan itu perlu dipasang poster yang sesuai. LARANGAN Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, bahan untuk merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboratorium, area gudang dan area lain yang mungkin berdampak terhadap mutu produk. SANITASI BANGUNAN DAN FASILITAS SANITASI DAN HIGIENE MEMUDAHKAN SANITASI Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat harus didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. TOILET Harus tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya mudah diakses dari area pembuatan. PENYIMPANAN MILIK PRIBADI Harus disediakan sarana yang memadai untuk penyimpanan pakaian personil dan milik pribadinya di tempat yang tepat. MAKANAN DAN MINUMAN Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan dan minuman dibatasi di area khusus, misalnya kantin. Sarana ini harus memenuhi standar saniter. SAMPAH Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Sampah harus dikumpulkan di dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan di luar bangunan dan dibuang secara teratur dan berkala dengan mengindahkan persyaratan saniter. PROSEDUR TERTULIS PEMAKAIAN RODENTISIDA DLL. Harus ada prosedur tertulis untuk pemakaian rodentisida, insektisida, fungisida, agens fumigasi, pembersih dan sanitasi yang tepat. Prosedur tertulis tersebut harus disusun dan dipatuhi untuk mencegah pencemaran terhadap peralatan, bahan awal, wadah obat, tutup wadah, bahan pengemas dan label atau produk jadi. Rodentisida, insektisida dan fungisida harus tidak digunakan kecuali yang sudah terdaftar dan digunakan sesuai peraturan terkait. PEMBERSIHAN DAN SANITASI PERALATAN SANITASI DAN HIGIENE KEBERSIHAN Setelah digunakan, peralatan harus dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam dan dijaga sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. METODE PEMBERSIHAN PERALATAN Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan. Udara bertekanan dan sikat harus digunakan dengan hati-hati dan bila mungkin dihindarkan karena menambah risiko pencemaran produk. Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindahkan dan penyimpanan bahan pembersih harus dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengolahan. PROSEDUR PEMBERSIHAN DAN SANITASI PERALATAN Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan dalam pembuatan obat harus dibuat, divalidasi dan ditaati. Prosedur ini harus dirancang agar pencemaran peralatan oleh agens pembersih atau sanitasi dapat dicegah. DISINFEKTAN DAN DETERJEN Disinfektan dan deterjen harus dipantau terhadap pencemaran mikroba, enceran disinfektan dan deterjen harus disimpan dalam wadah yang sebelumnya telah dibersihkan dan harus disimpan untuk jangka waktu tertentu kecuali bila disterilkan. VALIDASI PROSEDUR PEMBERSIHAN DAN SANITASI SANITASI DAN HIGIENE PROSEDUR TERTULIS PEMBERSIHAN PERALATAN Prosedur tertulis harus ditetapkan untuk pembersihan alat dan persetujuan untuk penggunan bagi produksi obat, termasuk produk antara. Prosedur pembersihan harus rinci supaya operator dapat melakukan pembersihan tiap jenis alat secara konsisten dan efektif. ISI PROSEDUR PEMBERSIHAN DAN SANITASI Prosedur hendaklah mencantumkan : a. Penanggung jawab untuk pembersih alat; b. Jadwal pembersihan, termasuk sanitasi, bila perlu c. Deskripsi lengkap dari metode pembersihan dan bahan pembersih yang digunakan termasuk pengenceran bahan pembersih yang digunakan. d. Instruksi pembongkaran dan pemasangan kembali tiap bagian alat, bila perlu, untuk memastikan pembersihan yang benar. e. Instruksi untuk menghilangkan atau meniadakan identitas bets sebelumnya. f. Instruksi untuk melindungi alat yang sudah bersih terhadap kontaminasi sebelum digunakan. g. Inspeksi kebersihan alat segera sebelum digunakan dan h. Menetapkan jangka waktu maksimum yang sesuai untuk pelaksanaan pembersihan alat setelah selesai digunakan produksi. VALIDASI PROSEDUR PEMBERSIHAN DAN SANITASI Tanpa kecuali, prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene harus divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektifitas prosedur memenuhi persyaratan. CATATAN PEMBERSIHAN DAN SANITASI Harus tersedia prosedur tertulis dan catatan pelaksanaan tindakan dan, bila perlu, a. Kesimpulan yang dicapai untuk pembersihan dan sanitasi, b. Hal – hal tentang personel termasuk pelatihan, seragam kerja, higiene; c. Pemantauan lingkungan dan d. Pengendalian hama. PEMBASMIAN HAMA SANITASI DAN HIGIENE PEMBASMI HAMA Serangga dan binatang pengerat dapat masuk ke dalam pabrik bersama bahan-bahan yang datang atau melalui bagian-bagian bangunan yang terbuka. Pembasmian hama dapat disempurnakan dengan suatu jadwal pemeriksaan teratur di pabrik oleh petugas berkualifikasi yang terlatih baik. PEMERIKSAAN TERATUR Lakukan pemeriksaan segera pada bagian luar dan bangunan pabrik, periksa adanya keretakan, lubang atau kerusakan bangunan lainnya yang memungkinkan masuknya serangga, binatang mengerat dan hama lainnya. Lakukan inspeksi segera pada bagian dalam pabrik. Umumnya dimulai dari lantai dan atap gedung. Hal-hal yang diperiksa antara lain kerusakan bahan pengemas, kebocoran, kotoran hewan atau bercak- bercak kencing. TINDAKAN PERBAIKAN Semua kelainan yang diketemukan pada pemeriksaan pabrik harus segera diperbaiki atau dihilangkan pada kesempatan pertama. Penanganan perbaikan harus didokumentasikan pada laporan pembasmian hama. PENANGANAN TERHADAP SERANGGA Penanganan terhadap serangga secara mekanis dilaksanakan dengan pemasangan penghalang seperti saringan kawat pada jendela dan pintu masuk. Harus diyakini bahwa semua pintu dipasang dengan benar, jendela tidak rusak, celah – celah dan keretakan ditambal dengan baik. Penangkap serangga elektronik (insect trapper) dipasang pada tempat-tempat datangnya serangga. INSEKTISIDA Penanganan serangga secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida merupakan tindakan yang paling efektif. Insektisida digolongkan sesuai dengan penggunaannya : a. Insektisida umum, memiliki efek berbahaya kecil terhadap manusia dan lingkungan. b. Insektisida dibatasi, dapat berbahaya pada manusia dan lingkungan. TATACARA PEMAKAIAN INSEKTISIDA Pada daerah-daerah non produksi seperti kamar kecil, kamar mandi, ruang penyimpanan, kantor dll. insektisida digunakan sekali tiap bulan, dibatasi pada waktu jam kerja saja. Di daerah produksi dan gudang tempat produk masih terbuka, tidak boleh digunakan insektisida kecuali ada masalah timbulnya hama. Penanganan harus diikuti dengan pembersihan yang memadai. Di laboratorium, insektisida tidak perlu digunakan, kecuali ada masalah hama. Penanganan dibatasi pada tempat celah atau keretakan saja. Dilakukan pada waktu jam kerja. PENGAWASAN BINATANG MENGERAT Penanganan secara mekanis dilakukan dengan memasang perangkap yang diletakkan sepanjang dinding dan daerah lain tempat aktifitas mereka. Pencegahan secara kimiawi dengan menggunakan racun tikus, harus dilakukan dengan hati-hati. UMPAN BERACUN Umpan beracun digunakan hanya pada tempat-tempat terkunci, dalam kotak umpan yang kuat, pada bagian luar bangunan. Daerah di sekitar semua umpan diletakkan harus diperiksa setiap hari untuk : a. Menyingkirkan binatang mengerat yang mati. b. Menjamin bahwa tidak ada gangguan serangga pada umpan-umpan tersebut. RUJUKAN 1. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan POM RI, 2012. 2. Plant Sanitation. 3. Pelatihan Petunjuk Operasional CPOB. 4. Petunjuk Operasional Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan POM RI Cetakan 2012.