Anda di halaman 1dari 44

RUTE-RUTE PENYUNTIKAN

HESTIARY RATIH
SEDIAAN PARENTERAL

A. Penggolongan sediaan steril untuk parenteral (menurut FI IV)


1. Larutan atau emulsi yang cocok untuk injeksi ditandai
dengan nama “injeksi......”; Contoh : Injeksi Insulin
2. Sediaan padat kering atau cairan kental, yang tidak
mengandung zat tambahan ( tidak mengandung dapar,
pengencer atau bahan tambahan lain) dengan pelarut
yang cocok untuk injeksi, “.......steril”; Contoh : Ampicillin
Sodium steril
3. Sediaan seperti tertera nomor 2, tetapi mengandung satu
atau lebih dapar, pengencer atau bahan tambahan lain
dan dapat dibedakan dari nama bentuknya “.......untuk
injeksi”; Contoh Methicillin Sodium untuk injeksi
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam media cair yang cocok dan
tidak disuntikkan secara iv atau ke dalam kolom spinal “........suspensi
steril” Contoh : Cortison suspensi steril
5. Sediaan padat kering yang dengan penambahan pelarut yang cocok
menjadi sediaan steril bentuk suspensi. “............ steril untuk suspensi”.
Contoh : Ampisilin steril untuk suspensi
SEDIAAN PARENTERAL

B. Definisi Sediaan Parenteral


Sediaan obat steril, dapat berupa larutan atau suspensi, yang dikemas
sedemikian rupa hingga cocok untuk diberikan dalam bentuk injeksi
hipodermis dengan pembawa atau zat pensuspensi yang cocok.
RUTE, MASALAH DAN CATATAN YANG
HARUS DIPERHATIKAN PADA PEMBERIAN
OBAT SECARA PARENTERAL

 Pemberian obat secara parenteral : pemberian


langsung ke dalam jaringan, rongga jaringan,
atau kompartemen-kompartemen tubuh
secara suntikan/ injeksi atau infus.
 Perkembangan teknik-teknik untuk pemberian
obat secara parenteral dan penggunaannya
telah berkembang pesat beberapa tahun
terakhir ini.
KEUNTUNGAN PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

1. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.


Contoh : Pemberian injeksi antibiotik golongan
aminoglikosida secara intraventrikular
sulit menembus lapisan pembatas darah-otak-
selaput otak dapat dilakukan pada penderita
radang selaput otak/rongga otak akibat bakteri
dan jamur.
2. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat
KEUNTUNGAN PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
3. Pengendalian langsung terhadap
beberapa parameter farmakologi tertentu,
seperti waktu tunda, kadar puncak dalam
darah, kadar dalam jaringan dll.
4. Menjamin dosis dan kepatuhan terhadap
obat (khusus untuk penderita rawat jalan)
5. Kerusakan obat dalam tractus
gastrointestinalis dapat dihindarkan: obat
tidak dapat diabsorpsi/rusak oleh asam
lambung atau enzim jika diberikan secara
oral contoh insulin.
KEUNTUNGAN PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

6. Bioavailabilitas sempurna atau hampir


sempurna
7. Untuk menghasilkan efek secara lokal jika
diinginkan yaitu untuk mencegah
/meminimumkan reaksi toksik sistemik :
pemberian metotreksat secara injeksi intra
tekal pada penderitan leukemia.
8. Penderita yang tidak sadarkan diri/tidak dapat
kerja sama (gila)
KEUNTUNGAN PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

9. Memperbaiki dengan cepat cairan tubuh atau ketidakseimbangan


elektrolit/ mensuplai kebutuhan nutrisi.
10. Mendapatkan efek lokal yang diinginkan : anastesi lokal pada
pencabutan gigi.
KELEMAHAN PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

1. Harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan


membutuhkan waktu lebih banyak daripada
pemberian obat bentuk lain.
2. Rasa nyeri pada lokasi penyuntikan
3. Sukar sekali untuk merubah/menghilangkan efek
fisiologisnya jika obat sudah berada dalam
sirkulasi sistemik.
4. Harga sediaan parenteral lebih mahal
dibandingkan sediaan yang lain karena
persyaratan manufaktur dan pengemasan
KELEMAHAN PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

5. Masalah yang timbul setelah pemberian parenteral : septisemia, infeksi


jamur, inkompatibilitas karena pencampuran sediaan parentera dan
antaraksi obat.
6. Pemberian obat secara parenteral mengikuti prosedur aseptik.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

1. Kelarutan obat dan volume injeksi


- Obat harus terlarut sempurna, lebih disukai
dalam air, sebelum dapat diberikan secara injeksi
intra vena.
- Kelarutan obat dalam pembawa dan dosis
yang diperlukan untuk menghasilkan efek
terapetik akan menentukan volume injeksi yang
harus diberikan.
- Rute pemberian obat secara parenteral selain iv
memiliki keterbatasan dalam hal volume injeksi
yang dapat diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

2. Karakteristik Bahan Pembawa


- Pembawa air : dapat diberikan melalui rute
parenteral apa saja.
- Pembawa non air : yang dapat bercampur atau
tidak dengan air biasanya diberikan dengan intra
muskular.
- Larutan suntik dengan pelarut campur
(diazepam, digoksin, fenitoin) dapat iv, hati-hati
pengaturan kecepatan penyuntikan untuk
mencegah terjadinya pengendapan senyawa
obat pada daerah penyuntikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

3. pH atau osmolaritas larutan injeksi


 Larutan suntik harus diformulasi pada pH dan
osmolaritas yang sama dengan cairan tubuh
(isohidri dan isotoni).
 Tidak dapat dipenuhi oleh semua obat karena
masalah stabilitas, kelarutan atau dosis.
- Misal : diazoksid dibuat pada pH 11,6 karena pH
tersebut pH stabilitasnya. Difenilhidantoin (pH 12)
dan tetrasiklin HCl (pH 2) untuk mendapatkan
larutan yang sempurna dalam dosis yang
dibutuhkan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

 Kadang-kadang larutan parenteral hipertonis


karena mengandung kadar obat yang tinggi untuk
mencapai kadar obat dalam darah yang efektif,
misal :
- Obat tetes mata sulfasetamid
- Larutan nutrisi yang mengandung dosis tinggi
asam amino, dekstrosa dll.
 Larutan yang sangat hipertonis : harus diberikan
melalui vena yang sangat besar (subclevian)
vena tsb akan masuk langsung ke dalam jantung
cepat diencerkan dengan vol. besar
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

 Pada umumnya larutan parenteral hipertonis


dikontraindikasikan untuk penyuntikan sub kutan.
4. Jenis bentuk sediaan obat
 Suspensi : hanya intramuskular atau sub kutan.
Tidak boleh iv atau rute parenteral selain diatas 
obat langsung masuk ke cairan biologis atau
jaringan sensitif (otak dan mata).
 Serbuk untuk injeksi harus dilarutkan sempurna
dalam pembawa yang sesuai sebelum diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

5. Komposisi bahan pembantu


- Sediaan parenteral untuk pemakaian berulang
mengandung antimikroba sebagai pengawet.
Bahan pengawet dikontraindikasikan untuk
pemberian ke dalam cairan serebrospinal atau
intra okular  dapat terjadi efek toksik.
- Dapat mengandung surfaktan  mendapatkan
kelarutan yang sesuai. Surfaktan dapat merubah
permeabilitas membran, sehingga harus diketahui
keberadaannya ketika akan diberikan secara sk
atau im.
RUTE-RUTE SPESIFIK

 Rute Utama : Intramuskular, intravena dan sub


kutan.
 Ketiga rute utama tersebut memuaskan untuk
keempat alasan pemberian obat secara
parenteral : pengobatan, pencegahan, diagnosis
dan mengubah sementara fungsi jaringan untuk
mempermudah pengobatan.
 Rute lain : intraokular, intratekal dll.
MACAM-MACAM PEMBERIAN INJEKSI
RUTE-RUTE UTAMA -
INTRAMUSKULAR

 I. Intramuskular
- Injeksi langsung ke dalam bagian otot relaksasi, meliputi
otot gluteal, deltoid, trisep, pektoral dan vastus lateralis.
Otot gluteal : dapat diinjeksikan dengan volume besar.
Vastus lateralis : mentolerir volume besar, jauh dari
pembuluh darah dan syaraf-syaraf.
- Untuk sediaan kerja diperlama. Sediaan dalam bentuk
larutan lebih cepat diabsorpsi daripada suspensi atau
larutan dengan pembawa minyak.
INTRAMUSKULAR

 Larutan sedapat mungkin dibuat isotoni


 Zat aktif dengan kerja lambat serta mudah terakumulasi dapat
menimbulkan keracunan.
 Sediaan dapat berupa larutan, emulsi atau suspensi
 Onset bervariasi tergantung besar kecilnya partikel
 Volume sediaan umumnya 2 -20 mL dapat disuntikkan ke dalam otot
dada, sedangkan volume yang lebih kecil dapat disuntikkan ke otot-otot
lain
 Contoh : injeksi penicillin G 3.000.000 unit, injeksi serum antitetanus 10.000
atau 20.000 unit, injeksi vitamin B kompleks
INTRAVENA

II. Intravena
 Injeksi langsung ke dalam vena (pembuluh darah).
 Dalam jumlah kecil (< 5mL) tidak mutlak harus isotoni dan
isohidri.
 Dalam jumlah besar (infus) harus isotoni dan isohidri
 Tidak tepat untuk zat aktif yang merangsang dinding
pembuluh darah.
 Tidak diperkenankan penggunaan zat aktif penyebab
hemolisa seperti plasmokhin, saponin, nitrobenzol, nitrit dan
sulfonal.
INTRAVENA

 Sediaan yang diberikan umumnya berbentuk


larutan sejati dengan pembawa air.
Penggunaan suspensi masih dipertentangkan
dengan membatasi ukuran partikel zat aktif <
0,1 µm, ukuran yang lebih besar dapat
menyebabkan emboli.
 Pemberian larutan 10 mL atau lebih besar sekali
suntik, harus bebas pirogen.
.

 Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam vena, onset
of actio segera
 Obat bekerja paling efisien, bioavailabilitas 100%
 Obat harus berada dalam larutan air, bila emulsi lemak partikel tidak
boleh lebih besar dari ukuran partikel eritrosit, sediaan suspensi tidak
dianjurkan
 Adanya partikel dapat menyebabkan emboli
 Contoh : injeksi ampicilin 500 mg, 1 gram; infus sodium chloride 0,9% 25
mL, 50 mL, 500 mL.
SUB KUTAN
III. Sub Kutan
 Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan
longgar di bawah kulit (dermis), disuntikkan
ke dalam tubuh melalui bagian yang sedikit
lemaknya. Volume yang diberikan tidak
lebih dari 1 mL.
 Larutan yang disuntikkan sebaiknya isotoni
dan isohidri dengan kerja zat aktif lebih
lambat dibandingkan dengan pemberian
intravena dan intramuskular.
 Absorpsi obat dapat diperlambat dengan menambahkan adrenalin
(1:100000 – 200000) yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah lokal
sehingga difusi obat tertahan atau diperlambat.
 Contoh : injeksi lidocaine adrenalin untuk cabut gigi  dikehendaki efek
lokal yang lama serta efek sistemik yang minimum
 Sebaliknya, absorpsi obat dapat dipercepat dengan penambahan
hyaluronidase, yaitu suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari
matriks jaringan yang menyebabkan penyebaran dipercepat
 Bila ada infeksi, maka bahayanya lebih besar daripada penyuntikan ke
dalam pembuluh darah karena pada pemberian subkutan mikroba
menetap di jaringan dan membentuk abses.
 Zat aktif bekerja lebih lambat daripada secara iv.
 Larutan yang sangat menyimpang isotonisnya dapat menimbulkan rasa
nyeri dan nekrosis, dan absorpsi zat aktif tidak optimal
 Pemberian sk dalam jumlah besar dikenal dengan nama hipodermoklise
 Contohnya : injeksi Neutral Insulin (Human monocomponent) 4 iu/mL; inj
Fondaparinox Sodium 2,5 mg/0,5 prefiled syringe
 Larutan yang sangat menyimpang isotoninya
dapat menimbulkan rasa nyeri atau nekrosis dan
absorpsi zat aktif tidak optimal.
 Obat yang diberikan melalui rute sk : insulin, vaksin,
narkotika, epinefrin, vit B12.
 Obat yang tidak boleh diberikan melalui rute sk :
yang bersifat asam kuat, basa kuat, iritan, yang
dapat menimbulkan rasa sakit, inflamasi, nekrosis
jaringan.
RUTE LAIN- Hipodermoklisis

1. Hipodermoklisis
- Pemberian sediaan larutan injeksi dalam jumlah
besar/infus melalui rute subkutan.
- Dilakukan jika absorpsi dengan kecepatan yang
rendah diinginkan jika tidak ada vena yang cocok
yang dapat dipakai (pada bayi atau lansia).
- Penyuntikan harus perlahan untuk mencegah
terjadinya pembengkakan.
Intraperitonial

2. Intraperitonial/intraabdominal
 Injeksi yang dilakukan ke dalam rongga peritonial (rongga
perut) dengan jarum/kateter untuk tempat memasukkan
cairan steril CAPD (Continous Ambulatory Peritonial Dialisis),
atau penyuntikan langsung ke dalam organ-organ
abdominal seperti hati, ginjal atau kandung kemih.
 Larutan harus hipertonis
 Absorpsinya cepat
 Volume diberikan dalam jumlah besar ( 1 atau 2 L)
 Infeksi mudah terjadi karena pemakaian yang terus menerus dan
penanganan yang tidak steril
 Biasa sebagai cuci darah dengan cara CAPD
 Contoh : infus Dianeal 1,5% atau 2,5% 2 Liter
Intraarterial
3. Intra-arterial
- Langsung ke dalam arteri (pembuluh nadi) yang
akan membawa obat langsung ke dalam organ
sasaran.
- Untuk tujuan diagnostik
- Cukup berbahaya, karena sediaan tidak
mengalami penyaringan terlebih dahulu oleh paru-
paru, hati atau ginjal.
- Sediaan yang terkontaminasi (mikroorganisme,
endotoksin, partikel yang tidak larut) dapat
menyebabkan komplikasi atau reaksi yang serius
seperti infeksi atau penyumbatan pembuluh nadi.
Intraartikular

4. Intraartikular
 Injeksi ke dalam kantong sinovial dari sejumlah persendian yang dapat
dicapai.
 Beberapa antiobiotika, lidokain, ester kortikosteron dapat diberikan
melalui rute ini untuk pengobatan infeksi rasa nyeri, inflamasi, dsb.
 Infeksi iatrogenik (mengakibatkan rusaknya sendi): komplikasi setelah
dilakukan injeksi intraarticular
 Larutan harus isotonis dan isohidris
 Contoh : injeksi Kenacort A 10 mg/ml amp 5 mL
Intrakardiak

5. Intrakardiak
- Langsung ke dalam bilik-bilik jantung.
- Tidak direkomendasikan, kecuali kasus-kasus khusus seperti berhentinya
jantung.
- Otot jantung, pembuluh nadi koroner dapat rusak akibat pemberian
obat secara intrakardiak.
Intrasisternal

6. Intrasisternal
- Langsung ke dalam rongga sisternal (sumsum tulang belakang) sekeliling
dasar otak.
- Untuk tujuan diagnostik
- Rute ini cukup berbahaya, dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan
syaraf atau kematian.
Intradermal/Intrakutan

7. Intradermal/Intrakutan
- Disuntikkan ke dalam kulit
- Sejumlah zat diagnostik antigen (misal tuberkulin Mantoux tes), vaksin
(misal smallpox), tes alergi antibiotik (diberikan 1 mL) diberikan melalui rute
ini.
- Volume yang diinjeksikan tidak lebih dari 0,1 mL – 0,2 mL
- Absorpsi sangat lambat.
Intralesional, intraokular

8. Intralesional
- Injeksi yang dilakukan langsung ke dalam atau
sekitar luka, yang biasanya terdapat pada kulit.
- Diberikan jika diinginkan efek lokal yang kuat :
tetanus, antisera rabies.
9. Intraokular
- Ke dalam mata meliputi 3 daerah : ruang anterior,
intravitreal, retrobulbar.
- Untuk infeksi dan inflamasi mata.
Intrapleural

10. Intrapleural
- Ke dalam rongga selaput dada, biasanya dilakukan hanya 1 kali (single
injection).
- Untuk infeksi atau penyakit berbahaya yang berkaitan dengan rongga
selaput dada.
- Komplikasi yang dapat terjadi : pneumothorax, perdarahan intrapleural.
Intratekal

11. Intratekal
- Langsung ke dalam kantung lumbar (sumsum
tulang belakang), terletak pada ujung kaudal dari
spinal cord
- Larutan harus isotoni dan isohidri.
- Untuk maksud anastesi digunakan larutan yang
hipertoni.
- Untuk tujuan diagnostik, dapat juga untuk
pengobatan infeksi atau tumor pada sepanjang
jaringan syaraf tulang punggung.
Intrauterin

12. Intra-uterin
- Injeksi/infus dilakukan ke dalam uterus pada keadaan hamil.
- Pada minggu keenambelas kehamilan untuk tujuan aborsi.
- Tujuan diagnostik
- Komplikasi : amnionitis dan myometritis
Intraventrikular

13. Intraventrikular
- Injeksi/infus ke dalam rongga-rongga sisi otak.
- Untuk pengobatan infeksi atau penyakit kanker
yang melibatkan membran atau cairan
serebrospinal sekeliling sistem syaraf pusat. Misal
pada pengobatan meningitis jamur dengan
amfoterisin B atau pengobatan sel-sel leukemia
yang masuk dengan metotreksat.
- Pemakaian rute ini sangat berbahaya, dapat
menyebabkan kelumpuhan/kematian, inflamasi
dari sistem.
MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN
BERKAITAN DENGAN PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

1. Bahaya atau komplikasi umum


- Sepsis, Trombosis (intravena, intra- arterial),
flebitis (iv), pendarahan (tergantung kondisi
pasien), reaksi terhadap bahan asing yang tidak
terlarut (terutama iv atau intra arterial),
ketidaktercampuran, reaksi karena pH dan
tonisitas ekstrim, reaksi hipersensitivitas, over dosis,
emboli udara ( iv dan intraarterial), demam dan
keracunan.
MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN
BERKAITAN DENGAN PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

2. Bahaya dan komplikasi khusus


- Disebabkan oleh senyawa yang disuntikkan, meliputi beberapa efek
samping yang sifatnya idiosinkratik terhadap senyawa yang diberikan
(trombositopenia, anemia, neutropenia), imunosupresi, aritmia, rasa nyeri.
METODE DAN PERALATAN UNTUK
MEMBANTU PEMBERIAN OBAT
 Pompa (dapat ditanam atau eksternal)
 Kanula dan kateter
 Alat suntik (disposable atau reusable)
 Filter akhir untuk intravena
 Heparin lock
 Stopcock
 Piggybacks
 Penghubung “Y”
 Pengendali aliran
 Kawat pembimbing untuk pemasangan kateter, dll.

Anda mungkin juga menyukai