Anda di halaman 1dari 12

Infus Intravena

A. Pengertian
Infundabilia atau Infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhdap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena
dalam volume relatif banyak

B. Tujuan Pemberian Infus Intravena


1. Mengganti cairan tubuh dan mengimbangi jumlah elektrolit dalam tubuh, misalnya Sol. Glukosa
isotonis, Sol.Physiologica Ringeri, Sol. Ringeri lactat ( RL ), Sol. NaCl 0,9 % b/v.
2. Dalam bentuk larutan koloid dapat dipakai mengganti darah manusia, misalnya larutan koloid
PVP 3,5 % ( Polivinylpirolidone / Povidon )
3. Dapat diberikan dengan maksud untuk penambahan kalori, misalnya Aminovel-600, 1000 (
produksi Otsuka, tiap liter mengandung asam amino 5 %, sorbitol 10 % , vitamin dan elektrolit
), Aminofusin-600, 850, 1000 ( produksi Pfrimer, tiap infusintravena mengandung asam amino
3 %, sorbitol 10 %, vitamin dan elektrolit )
4. Sebagai obat, diberikan dalam jumlah besar dan terus menerus bila tidak dapat disuntikkan
secara biasa, misalnya obat anti kanker, antibiotika, anestetika, hormon yang larut dalam air,
vitamin.

C. Perbedaan Injeksi Dengan Infus Intravena

Keterangan Injeksi Infus intravena

1. Maksud bentuk injeksi infus tujuan infusi

2. Volume antara 1ml - 10 ml lebih dari 10 ml

3. Alat dan Cara Injeksi Infusi / tranfusi

4. Waktu sebentar lama

5. Pembawa air, etanol, minyak hanya air


6. Isohidris sedapat mungkin harus

7. Isotonis sedapat mungkin harus

8. Isoioni tidak selalu harus

9. Bebas Pirogen tidak selalu harus

10. Kemasan wadah tunggal atau ganda wadah tunggal

D. Syarat-syarat Infus intravena


1. Jika bentuk emulsi, dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase dalam tidak lebih dari 5
m.
2. Tidak boleh mengandung bakterisida dan zat dapar.
3. Harus jernih dan bebas partikel.
4. Bentuk emulsi jika dikocok harus tetap homogen dan tidak menunjukkan pemisahan.

Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900 C
selama 15 menit.

SEDIAAN PARENTERAL
Oleh : Haiyul Fadhli

o
Pengertian
Sediaan parenteral yaitu sediaan yang digunakan tanpa melalui mulut atau dapat dikatakan obat
dimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna (langsung ke pembuluh darah) sehingga
memperoleh efek yang cepat dan langsung sampai sasaran. Misal suntikan atau insulin.
Injeksi dan infus termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara parentral. Injeksi dapat
berupa larutan, suspensi, atau emulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat
dalam bentuk sediaan kering. Apabila mau dipakai baru ditambahkan aqua steril untuk
memperoleh larutan atau suspensi injeksi.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilakukan
atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, suntikan dengan cara
menembus, atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir.
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus hati-hati untuk menghindari
kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan
pula tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu persatu secara fisik. Kemudian, kita harus
menolak tiap wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual.
Bentuk suatu obat yang dibuat sebagai obat suntik tergantung pada sifat obat sendiri dengan
memperhitungkan sifat kimia dan fisika serta pertimbangan terapetik tertentu. Pada umumnya,
bila obat tidak stabil didalam larutan, maka obat tersebut harus membuatnya sebagai serbuk
kering yang bertujuan dibentuk dengan penambahan pelarut yang tepat pada saat akan diberikan.
Cara lainnya adalah membuatnya dengan bentuk suspensi partikel obat dalam pembawa yang
tidak melarutkan obat. Bila obat tidak stabil dengan adanya air, maka pelarut dapat diganti
sebagian atau seluruhnya dengan pelarut yang tepat untuk obat agar stabil. Bila obat tidak larut
dalam air, maka obat suntik dapat dibuat sebagai suspensi air atau larutan obat dalam pelarut
bukan air, seperti minyak nabati. Bila larutan air yang diinginkan, maka dapat digunakan garam
yang dapat larut dari obat yang tidak larut untuk memenuhi sifat-sifat kelarutan yang diisyratkan.
Larutan air atau larutan yang bercampur dengan darah dapat disuntikan langsung kedalam aliran
darah. Cairan yang tidak bercampur dengan darah, seperti obat suntik berminyak atau suspensi,
dapat menghambat aliran darah normal dalam sistem peredaran darah dan umumnya digunakan
terbatas untuk pemberian bukan intravena.
Waktu mulai dan lamanya obat dapat diatur sesuai dengan bentuk kimia obat yang digunakan.
Keadaan fisik obat suntik (larutan atau suspensi), dan pembawa yang digunakan. Obat yang
sangat larut dalam cairan tubuh umumnya paling cepat diabsorbsi dan mula kerjanya paling
cepat. Artinya, obat dalam larutan air mempunyai mula kerja yang lebih cepat dari pada obat
dalam larutan minyak. Alasanya adalah sediaan dalam air lebih mduah bercampur dengan cairan
tubuh sesudah disuntikkan dan kemudian kontak partikel obat dengan cairan tubuh menjadi lebih
cepat. Kita seringkali, membutuhkan kerja obat yang lebih panjang untuk mengurangi
pengulangan pemberian suntikan. Jenis suntikan dengan kerja yang panjang biasa disebut jenis
sediaan “depot” atau “repository”. Dalam pembuatan obat suntik, syarat utamanya ialah obat
harus steril, tidak terkonaminasi bahan asing, dan disimpan dalam wadah yang menjamin
sterilitas.
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat
mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume
relatif banyak. Emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar. Diameter fase dalam tidak lebih dari 5
μm. kecuali dinyatakan lain, infus intravenous tidak diperbolehkan mengandung bakterisida dan
zat dapar. Larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk
infus intravenous setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan pemisahan fase (FI III)
Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam
wadah bertanda volume lebih dari 100 ml (FI IV)
Menurut definisi dalam Farmakope, sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan
menjadi 5 jenis yang berbeda, yaitu:
1) Obat, larutan, atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandai dengan nama: injeksi.
Contoh: Injeksi Insulin
2) Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar, pengencer, atau bahan
tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang memenuhi
persyaratan injeksi. Kita dapat membedakan dari nama bentuknya: steril. Contoh: Sodium steril
3) Sediaan seperti tertera pada no. 2, tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer, atau
bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama bentuknya: untuk injeksi. Contoh:
Methicillin Sodium untuk injeksi.
4) Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara
intravena atau ke dalam saluran spinal. Kita dapat membedakannya dari nama bentuknya:
suspensi steril. Contoh: Cortison Suspensi steril
5) Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang memenuhi
semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan pembawa yang sesuai. kita dapat
membedakan dari nama bentuknya: steril untuk suspensi
Ada keuntungan dan kelemahan pemberian obat secara parental diantaranya :
Keuntungan :
1. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
2. Bioavabiltas sempurna atau hampir sempurna.
3. Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinalis dapat dihindarkan .
4. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sedang sakit keras ataupun koma.

Kelemahan :
1. Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personal yang terlatih dan membutuuhkan
waktu pemberian yang lebih lama
2. Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur aseptic rasa
nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari
3. Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk menghilangkan/merubah efek
fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi sistemik
4. Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan manufaktur dan pegemasan
5. Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral dan interaksi obat secara
parenteral seperti septisema, infeksi jamur, inkompatibilitas karena pencampuran sediaan
parenteral dan interaksi obat
6. Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikulat, bebas dari pirogen, dan
stabilitas parenteral harus oleh semua personel yang terlihat.
Persyaratan sediaan parenteral
1. Sesuai antara kandungan bahan obat yang ada didalam sediaan dengan pernyataan tertulis
pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan akibat kerusakan obat
secara kimiawi dan sebagainya.
2. Penggunaan wadah yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril ,
tetapi juga mencegah terjadinya ineraksi antara bahn obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas kuman.
5. Bebas Pirogen.
6. Isotonis.
7. Isohidris.
8. Bebas partikel melayang
Cara Pemberian obat Parenteral
1. Subkutan atau dibawah kulit (s.c), yaitu disuntikkan kedalam tubuh melalui bagian yang
sedikit lemaknya dan masuk kedalam jaringan bawah kulit. Volume yang diberikan tidak lebih
dari 1 ml.
2. Intramuskular (i.m) yaitu disuntikan kedalam jaringan otot,umumnya otot paha atau pantat.
3. Intravena (i.v) yaitu disuntikkan kedalam pembuluh darah.
4. Intraspinal, yaitu disuntikkan kedalam sumsum tulang belakang.
5. Peritoneal, yaitu kateter dimasukkan kedalam rongga perut dengan operasi untuk tempat
memasukkan cairan steril CAPD ( Continous Ambulatory Peritoneal Dialisis ).
6. Intra artikular, yaitu disuntikkan kedalam sendi.
7. Intradermal, yaitu disuntikkan kedalam kulit.
Sediaan parental dibagi menjadi 2 macam yaitu :
A. Sediaan Parenteral Volume Kecil
Sediaan parenteral volume kecil diartikan sebagai obat steril yang dikemas dalam wadah di
bawah 100 ml.
Kategori sediaan parenteral volume kecil :
1. Produk Farmaseutikal yang terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik dalam larutan,
suspensi, emulsi, produk freezedried atau sebagai serbuk steril.
2. Produk Biologi yang disiapkan dari sumber biologi meliputi vaksin, toksoid, ekstrak biologi.
3. Zat pendiagnosa seperti media kontras sinar x.
4. Produk radiofarmasi untuk deteksi dan diagnosis.
5. Produk gigi seperti anestetik lokal.
6. Produk bioteknologi.
7. Produk liposom dan lipid.
B. Sediaan Parenteral Volume Besar
Sediaan cair steril yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan
ditujukan untuk manusia
Tujuan Penggunaan
1. Bila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat maka kebutuhan tersebut harus cepat
diganti.
2. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik pasien berulangkali.
3.. Mudah mengatur keseimbangan keasam dan kebasaan obat dalam darah.
4. Sebagai penambah nutrisi bagi paseien yang tidak dapat makan secara oral ..
5. Berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal.
Syarat-syarat parenteral volume besar
1. Steril

2. Bebas Pirogen
Sediaan Parenteral Volume Besar harus steril dan bebas pirogen karena :
1. Sediaan diinjeksikan langsung kedalam aliran darah (i.v).
2. Sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah gigi (larutan penguras).
3. Sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi).
4. Sediaan langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal).
3. Bebas dari bahan pertikulat jernih, karena dapat menyebabkan emboli.
4. Dikemas dalam wadah dosis tunggal
5. Tidak mengadung bahan baktersid karena volume cairan terlalu besar.
6. Isotonis dan isohidris
Komposisi sediaan parenteral
1. Bahan aktif
2. Bahan tambahan
a. Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah yang
paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu digunakan :Asam askorbat, Sistein,
Monotiogliseril, Tokoferol.
b. Bahan antimikroba atau pengawet (Hanya untuk sediaan injeksi, tidak boleh ditambahkan
untuk sediaan infus)
contoh : Benzalkonium klorida, Benzil alcohol, Klorobutanol, Metakreosol, Timerosol, Butil p-
hidroksibenzoat, Metil p-hidroksibenzoat, Propil p-hidroksibenzoat, Fenol.
c. Buffer (Hanya untuk sediaan injeksi, tidak boleh ditambahkan untuk sediaan infus)
conto : Asetat, Sitrat, Fosfat.
d. Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA).
e. Gas inert : Nitrogen dan Argon.
f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alkohol, Gliserin, Polietilen glikol, Propilen
glikol, Lecithin
g. Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.
h. Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl
i. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia.
j. Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.
3. Pembawa
a. Pembawa air
b. Pembawa nonair dan campuran
Minyak nabati : Minyak jagung, Minyak biji kapas, Minyak kacang, Minyak wijen
Pelarut bercampur air : Gliserin, Etil alcohol, Propilen glikol, Polietilenglikol 300.
Dasar-Dasar Formulasi
1. Pengaruh Cara Suntik (Rute pemberian)
2. Pengaruh Pembawa
Zat Pembawa berair yaitu Air untuk injeksi digunakan sebagai zat pembawa untuk injeksi berair.
Injeksi Natrium Klorida, Injeksi Natrium klorida majemuk, injeksi Glukosa, campuran Gliserol
dan etanol atau zat pembawa berair lainnya dapat juga digunakan. Zat pembawa berair harus
memenuhi syarat Uji Pirogenitas. Air ini dapat dibuat dengan metoda destilasi atau dengan
metoda osmosis terbalik.
Air untuk injeksi atau Aqua pro Injectione dibuat dengan menyuling kembali air suling segar
dengan alat kaca netral atau wadah logam yang cocok yang diperlengkapi dengan labu percik.
Hasil sulingan pertama dibuang, sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok, dan
segera digunakan.
Air merupakan suatu pembawa utama pada sediaan parenteral. Air juga digunakan pada
pencucian, pembilasan dan pada proses sterilisasi. Suplai air harus menjamin kualitas air yang
sesuai dengan kebutuhan mulai dari proses awal hingga akhir.
Untuk kepentingan farmaseutik, air perlu perhatian khusus seperti kontaminasi elektrolit, zat
organik, partikel, gas terlarut (CO2) dan mikroorganisme.
Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan Air untuk injeksi segar selama tidak
kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin,
didinginkan, dan segera digunakan.
Uji kimia dan mikrobiologi untuk aqua pro injeksi meliputi: pH, klorida, sulfat, amonia, kalsium,
karbondioksida, logam berat, reduktor dan pirogen.
Zat pembawa tidak berair umumnya digunakan Minyak untuk Injeksi. Minyak untuk injeksi atau
olea pro injectione, meliputi minyak lemak, ester asam lemak tinggi baik alam ataupun sintetis.
Minyak untuk injeksi harus memenuhi syarat Olea Pinguia dan memenuhi syarat berikut :
1. Harus jernih pada suhu 10 0C
2. Tidak berbau tengik atau asing
3. Bilangan asam 0.2 sampai 0.9
4. Bilangan Iodium 79 sampai 128
5. Bilangan penyabunan 189 sampai 200
6. Harus bebas minyak mineral.
3. Pengaruh Eksipien
3.1. Zat Pendapar
Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena reaksi penguraian zat, pengaruh wadah gelas/plastik
dan pengaruh gas serta tekanan terhadap zat khasiat sehingga diperlukan pendapar yang dapat
mempertahankan pH sediaan. pH yang baik adalah kapasitas dapar yang dimilikinya
memungkinkan penyimpanan lama dan darah dapat menyesuaikan diri serta pH ideal = 7,4
sesuai pH darah. Bila pH > 9 terjadi nekrosis pada jaringan dan bila pH < 3 sangat sakit waktu
disuntikkan.
3.2 Pengaruh penambahan anti oksidan
Zat khasiat dapat terurai akibat oksidasi sehingga untuk mengatasinya dapat ditambahkan suatu
anti oksidan yaitu zat yang mempunyai potensial oksidasi lebih rendah dari zat khasiatnya
3.3 Pengaruh penambahan anti mikroba
Anti mikroba perlu ditambahkan untuk sediaan parenteral yang dipakai berkali-kali (dosis
terbagi). Kadang-kadang ditambahkan pada dosis tunggal yang tidak ada sterilisasi akhir
3.4 Pengaruh Tonisitas
Definisi isotonis adalah larutan parenteral yang mempunyai tekanan osmosa sama dengan
plasma darah. Bila larutan parenteral mempunyai tekanan osmosa lebih rendah dari plasma darah
disebut hipotonis sedangkan bila tekanan osmosanya lebih tinggi disebut hipertonis.
Untuk mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi serta mencegah hemolisa maka sediaan
parenteral sebaiknya harus isotonis. Sediaan yang isotonis ini tidak selalu dapat dicapai
mengingat kadang-kadang diperlukan zat khasiat dengan dosis tinggi untuk mendapatkan efek
farmakologi sehingga isotonis terlampaui (larutan sedikit hipertonis)
Faktor fisiko kimia pembuatan sediaan parenteral
1. Kelarutan
Umumnya obat untuk membuat sediaan parenteral volume besar mudah larut sehingga kelarutan
jarang menjadi hambatan. Kelarutan penting diperhatikan bila sediaan dipakai sebagai pembawa
obat lain atau terjadinya kristal dari beberapa zat seperti manitol (13 g dlm 100 ml pada suhu 14
0C).
2. pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat berpengaruh pada darah, kestabilan
obat dan berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas, plastik dan tutup karet. pH darah
normal : 7,35 – 7,45 sehingga bila sediaan parenteral volume basar mempunyai pH diluar batas
tsb dapat menyebabkan masalah. pada tubuh.
3. Pembawa
Umumnya digunakan pembawa air. Bila berupa emulsi, partikel tidak boleh lebih besar dari 0,5
μm.
4. Cahaya dan Suhu
Cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kestabilan obat. Contoh vitamin harus disimpan dalam
wadah terlindung cahaya.
5. Faktor Kemasan/ wadah
Bahan pembuat wadah sangat berpengaruh terhadap kestabilan obat parenteral volume basar
seperti gelas, plastik dan tutup karet. Kandungan mikroba dari komponen kemasan sediaan
parenteral dapat memberikan kontaminasi, misalnya dari komposisi, selama transportasi dan
kondisi penyimpanan produk parenteral.
Jenis-jenis wadah, antara lain :
Ada dua tipe utama wadah untuk injeksi yaitu dosis tunggal dan dosis ganda. Wadah dosis
tunggal yang paling sering digunakan adalah ampul dimana kisaran ukurannya dari 1-100 ml.
pada kasus tertentu, wadah dosis ganda dan sebagainya berupa vial serum atau botol serum.
Kapasitas vial serum 1-50 ml, bentuknya mirip ampul tetapi disegel dengan pemanasan. Ditutup
dengan penutup karet spiral. Botol serum juga dapat sebagai botol tipe army dengan kisaran
ukuran dari 75-100 ml dan memiliki mulut yang lebar dimana ditutup dengan penutup karet
spiral. Labu atau tutup yang lebih besar mengandung 250-2000 ml, digunakan untuk cairan
parenteral yang besar seperti NaCl isotonis.
1. Wadah Gelas
Wadah gelas masih merupakan pilihan pertama bagi sediaan parenteral volume kacil karena
tahan terhadap zat kimia, asam, basa dan garam. Wadah gelas sebelum digunakan perlu
dilakukan pemeriksaan jenis gelas untuk pemakaian parenteral.
Wadah gelas digunakan untuk sediaan parenteral dikelompokkan dalam tipe I, Tipe II, dan Tipe
III. Tipe I adalah mempunyai derajat yang paling tinggi, disusun hampir ekslusif dan barosilikat
(silikon dioksida), membuatnya resisten secara kimia terhadap kondisi asam dan basa yang
ekstrim. Gelas tipe I, meskipun paling mahal, ini lebih disukai untuk produk terbanyak yang
digunakan untuk pengemasan beberapa parenteral. Gelas tipe II adalah gelas soda-lime (dibuat
dengan natrium sulfit atau sulfida untuk menetralisasi permukaan alkalinoksida), sebaliknya
gelas tipe III tidak dibuat dari gelas soda lime. Gelas tipe II dan III digunakan untuk serbuk
kering dan sediaan parenteral larutan berminyak. Tipe II dapat digunakan untuk produk dengan
pH di bawah 7,0 sebaik sediaan asam dan netral. USP XXII memberikan uji untuk tipe-tipe gelas
berbeda.
2. Wadah Polimer
Dalam dekade terakhir banyak digunakan terutama untuk sediaan infus.
Keuntungan : pelepasan material sedikit,kemungkinan pecah kecil, mudah disimpan dan
diangkut, mudah ditangani dan suara ribut berkurang.
Kekurangan : dapat terjadi permeasi, resapan, reaksi kimia dan tidak stabilnya material polimer
selama pemakaian.
Jenis polimer yang digunakan : poliolefin,vinilresin atau polistiren .
3. Wadah Elastomerik
Wadah elastomerik memiliki beberapa keuntungan : fleksibel, elastis, dapat beradaptasi dengan
tekanan lingkungan. Bahan ini sering digunakan untuk vial, botol infus dan berbagai wadah
dengan bentuk, ukuran dan ketebalan berbeda. Dua jenis karet jenuh dan tak jenuh. Karet jenuh :
butil, etilen, propilen, dien dan silikon. Karet tak jenuh : polisopren, polibutadien, etilen nitril,
dan lain-lain.
Cara Sterilisasi Wadah
1. Ampul
Setelah dicuci letakkan terbaring dalam kaleng bersih mulut lebar, tutup sedikit terbuka.
Sterilkan dalam oven suhu 170 0C selama 30menit. Setelah disterilkan tutup kaleng dirapatkan
dan dikeluarkan dari oven.
2. Vial
Setelah dicuci dengan air suling, sterilkan dalam oven dengan posisi terbaring seperti ampul.
Tutup karet digodog dengan air suling selama 30 menit, kemudian dikeringkan dalam setangkup
kaca arloji dalam oven dan jangan sampai meleleh.
3. Botol Infus
Setelah dicuci dengan air suling masukkan ke dalam kaleng bersih mulut lebar dan biarkan
sedikit terbuka kemudian disterilkan dalam oven suhu 250 0C selama 30 menit . Tutup karet
disterilkan seperti tutup vial.
Sediaan parenteral yang dihasilkan melalui proses dan teknologi sebagai berikut:
A. Bahan baku (Material)
1. Penyediaan air demineralisata (deionized water), dengan system Reverse Osmosis yang
memenuhi syarat, dan penyediaan air untuk injeksi (water for injection) melalui unit distilasi
bertahap (multi stage distillation unit) pada suhu 121-140 0C yg bebas pirogen.
2. Bahan baku dengan bebas mikroba dan endotoksin (pirogen) tidak melebihi batas yang
dipersyaratkan.
B. Proses (Metode).
1. Proses produksi dengan semua komponen produk dan peralatan yang berhubungan langsung
dengan bahan dilakukan secara otomatis.
2. Design dan kebersihan ruang produksi memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan dipantau
secara berkala
3. Pembersihan dan sanitasi peralatan serta fasilitas produksi yang tervalidasi dan terkendali.
4. Penggunaan filter khusus untuk menjamin larutan bebas pirogen dan filter berukuran 0.22
mikron untuk menghilangkan kontaminasi mikroba dan partikel pada tahap pengolahan larutan
infus sebelum proses pengisian kedalam botol. (Catatan, pirogen tidak akan hilang hanya dengan
pemanasan 121 0C, dengan demikian pemanasan dengan suhu 121 0C tidak memjamin bebas
pirogen jika tidak difiltrasi)
5. Pembuatan botol, dengan sistem blow moulding pada suhu 185 0C dan pengisian larutan di
bawah Laminar Air Flow.
6. Proses sterilisasi akhir dari kemasan dan isi di otoklaf pada suhu yang optimal sehingga tidak
merusak zat-zat yang rentan seperti dekstrosa, asam amino, albumin dll
7. Pengendalian kualitas (quality control) yang ketat melalui pengujian secara kimia, fisika,
mikrobiologi untuk memastikan kualitas larutan dan kemasan produk sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan
Evaluasi Sediaan Parenteral
1. Potensi/Kadar
Penentuan kadar dilakukan dengan pektoskopi UV, HPLC, Spektroskopi IR.
2. pH
Adanya perubahan pH mengindikasikan telah terjadi penguraian obat atau interaksi obat dengan
wadah.
3. Warna
Perubahan warna umumnya terjadi pada sediaan parenteral yang disimpan pada suhu tinggi (> 40
0C). Suhu tinggi menyebabkan penguraian.
4. Kekeruhan
Alat yang dipakai adalah Tyndall, karena larutan dapat menyerap dan memantulkan sinar.
Idealnya larutan parenteral dapat melewatkan 92-97% pada waktu dibuat dan tidak turun menjadi
70% setelah 3-5 tahun.Terjadinya kekeruhan dapat disebabkan oleh : benda asing, terjadinya
pengendapan atau pertumbuhan mikroorganisme.

5. Bau
Pemeriksaan bau dilakukan secara periodik terutama untuk sediaan yang mengandung sulfur atau
anti oksidan.
6. Toksisistas
Lakukan uji LD 50 atau LD 0 pada sediaan parenteral selama penyimpanan.
7. Evaluasi Wadah
8. keseragaman bobot
9. keseragaman volume

Evaluasi sediaan injeksi


a) Kekedapan
Ampul dikumpulkan pada bak 3L, lalu dimasukkan larutan metilen blue (0,08-0,09%), ditambah
0,9% benzyl alcohol dan 3ppm NaCl. Bak ditutup dan divakumkan dengan tekanan 70mmHg
(0,96kg/sq.cm) selama beberapa menit, <15 menit. Lalu bak dinormalkan kembali dan dibuka.
Perhatikan apakah ampul diwarnai pewarna. Dengan adanya celah kapiler, larutan berwarna akan
masuk dan mewarnai ampul sehingga menandakan ampul rusak. Pada ampul berwarna, diuji
dengan larutan berflouresensi dan diakhiri dengan pengamatan pada sinar UV.
b) Kejernihan
Ampul diputar 180 0C secara berulang-ulang didepan latar gelap dan sisisnya diberi cahaya.
Dengan demikian, serpihan gelas akan berjatuhan yang mulka-mula turun, lalu berkumpul
didasar ampul. Bahan melayang akan berkilauan jika terkena cahaya. Pencahayaan menggunakan
lampu Atherman atau lampu proyeksi dengan cahaya 1000 lux – 3500 lux dan jarak 25cm, latar
gelap/hitam.
c) Kadar Zat Aktif
Volumetrik, spektrofotometer, HPLC, atau standar farmakope.
d) Sterilitas
Pengujian dilakukan secara mikrobiologis dengan menggunakan medium pertumbuhan tertentu.
Penetepan jumlah wadah yang diuji pada setiap kelompok dan masing-masing farmakope
berbeda-beda. Produk dikatakan bebas mikroorganisme bila sterility Assurance Level (SAL) =
106 atau 12 log reduction (over kill sterilization). Bila proses pembuatan produk menggunakan
aseptic maka SAL = 104.
e) Pirogenitas
1. Secara kualitatif: Rabbit test
Berdasarkan respon demam pada kelinci. Digunakan kelinci karena kelinci menunjukkan respon
terhadap pirogen sesuai dengan keadaan manusia. Kenaikan suhu diukur melalui rektal.
2. Secara kuantitatif: LAL test
Cara uji in vitro dengan menggunakan sifat membentuk gel dari lisat amebasit dari limulus
polifemus. Uji ini 5-10 kali lebih sensitif dari Rabbit test.
f) Volume Terpindahkan
Volume didalam ampul diambil menggunakan spuit, volume yang diambil harus sesuai dengan
volume awal yang dimasukkan.
g) pH
Menggunakan indikator pH universal dan pHmeter.
h) Homogenitas
Diberlakukan untuk suspensi yang harus menunjukkan tampak luar homogen setelah
penggocokan dalam waktu tertentu menggunakan alat viscometer Brookfield, sedangkan
pengujian emulsi dilakukan secara visual.
i) Toksisitas
Menggunakan Uji BSLT LD50

KESIMPULAN

1. Sediaan parenteral yaitu sediaan yang digunakan tanpa melalui mulut atau dapat dikatakan
obat dimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna (langsung ke pembuluh darah) sehingga
memperoleh efek yang cepat dan langsung sampai sasaran.
2. Injeksi dan infus termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara parentral.
3. Sediaan parental dibagi menjadi 2 macam yaitu : sediaan parenteral volume kecil dan sediaan
parenteral volume besar
4. Faktor fisiko kimia pembuatan sediaan parenteral kelarutan, pH, pembawa, cahaya/suhu dan
faktor kemasan/ wadah.
5. Persyaratan sediaan parenteral terdiri atas : sesuai antara kandungan bahan obat yang ada
didalam sediaan dengan pernyataan tertulis pada etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas
selama penyimpanan akibat kerusakan obat secara kimiawi dan sebagainya, penggunaan wadah
yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril, tersatukan tanpa terjadi
reaksi, bebas kuman, bebas pirogen, isotonis, isohidris dan bebas partikel melayang
6. Komposisi sediaan parenteral terdiri atas bahan aktif, bahan tambahan dan pembawa
7. Evaluasi sediaan parenteral potensi/kadar, ph, warna,kekeruhan, bau, tokterdiri atas evaluasi
terhadap sisistas, evaluasi wadah, keseragaman bobot dan keseragaman volume.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Martin, A.N. 1970. Physical Pharmacy. Second edition. Lea and Febiger, Philadelphia.
Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
http://www.csu.edu.au/division/studserv/maths/pdfs/medicationcalculationspart2
http://elizuraida.multiply.com/journal/item/3
http://pharmacistmuslim.blogspot.com/2010/07/injeksi-pelarut-non-air.html
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf

Anda mungkin juga menyukai