Anda di halaman 1dari 91

PRAFORMULASI SEDIAAN

PARENTERAL
Tujuan Perkuliahan
Praformulasi Sediaan Steril :
Peserta kuliah akan dapat :
1. Menjelaskan sediaan steril dari aspek :
keuntungan-kerugian, macam-macam sediaan
parenteral sesuai dengan bentuk dan rute
pemakaiannya
2. Menjelaskan aspek praformulasi sediaan steril
Pustaka :

1. Jones D.,Parenteral Formulation in Pharmaceutic Dosage form


and Design, Pharmaceutical press.2008
2. Banker, G.S. and Rhodes C.T. Modern Pharmaceutics, Marcel
Dekker Inc., New York. 1979
3. Gibson, M. (Ed). Pharmaceutical Preformulation and Formulation.
CRC Press, Florida. 2004.
4. Lukas Stefanus. Formulasi Steril. Penerbit Andi. 2006
SEDIAAN STERIL
PERSYARATAN :
1. BEBAS MIKROORGANISME
2. BEBAS PARTIKEL
3. BEBAS PIROGEN

PEMAKAIANNYA LANGSUNG , PADA JARINGAN TUBUH


ATAU DIGUNAKAN PADA BAGIAN TUBUH LAIN YANG
TIDAK MEMPUNYAI SISTEM PERTAHANAN TUBUH
PRIMER( KULIT DAN MEMBRAN MUKUS)
SEDIAAN STERIL

1. SEDIAAN PARENTERAL

2. SEDIAAN OPTHALMIK
Key point (Jones,p103)

 Sediaan parenteral digunakan untuk terapi dan


mengontrol banyak penyakit seperti diabetes,
infeksi dan nyeri
 Formulasi parenteral dibagi menjadi 3 bentuk
sediaan larutan, suspense dan emulsi. Berdasar
volume dibagi menjadi large volume dan small
volume parenteral
 Parenteral kebanyakan diberikan pada 3 rute
yaitu intravena, intramuscular dan subkutan
 Volume injeksi dan kecepatan onset ditentukan
oleh bentuk sediaan apakah larutan suspense
atau emulsi
 Parenteral steril dan bebas pirogen
KEUNTUNGAN PENGGUNAAN SEDIAAN
PARENTERAL

1. Respon fisiologis cepat, penting untuk beberapa


penyakit : serangan jantung, asma, shock
2. Parenteral untuk obat yang bioavailabilitas
rendah atau dengan cepat tergradasi dalam GI
trac contohnya insulin dan peptida
3. Sebagai alternatif bila pasien tidak dapat
menggunakan sediaan oral
4. Ketergantungan pada dokter, dapat digunakan
untuk memaksa agar pasien kontrol ulang
Kecuali pada pemberian insulin
Lanjutan …

4. Dapat digunakan untuk terapi lokal (gigi, anestesi)


5. Efektif untuk terapi pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
6. Efektif untuk membantu pemberian nutrisi
7. Parenteral dapat diformulasikan untuk memberikan profil
pelepasan obat yang luas meliputi :
Formulasi untuk onset cepat contohnya IV
Formulasi long acting umumnya suspense obat yang diberikan
secara IM atu SC contohnya intermediate/longacting insulin dan
injeksi steroid.
KERUGIAN PENGGUNAAN SEDIAAN
PARENTERAL

1. Memerlukan tenaga kesehatan yang terampil


2. Memerlukan kondisi khusus ( aseptis untuk
pembuatan obat dengan sterilisasi filtrasi.)
3. Lebih mahal
4. Bila muncul efek samping, sulit mencegah atau
mengatasinya
MACAM BENTUK SEDIAAN
PARENTERAL
1. Larutan (aqueous or oil
based)
2. Padatan kering
(direkonstitusi menjadi
larutan atau suspensi
3. Suspensi (aueous or oil
based)
4. Emulsi

PERTIMBANGAN / ALASAN ??
 Pemilihan bentuk sediaan tergantung sifat fisika
dan kimia obat serta pertimbangan terapetik
 Secara umum obat yang larut air dibuat dalam
bentuk larutan dengan pembawa air
 Obat yang tidak larut dibuat dalam bentuk
suspensi atau menggunakan pembawa non
aqua yang sesuai seperti vegetable oil
 Obat yang tidak stabil dalam air dibuat dalam
bentuk serbuk kering untuk direkonstitusi dalam
bentuk larutan atau suspensinya.
Pembagian parenteral
menurut USP (Ansel 436)
 Injection : Liquid preparation that are drug substance or
solutions thereof ( e.g insulin injection, USP)
 For injection : dry solid that upon addition of suitable
vehicles, yield solution conforming in all respect to the
requirements for injection (e.g. cefurotaxime for Injection, USP)
 Injection emulsion : Liquid preparation of drug
substance dissolved or dispersed in a suitable emulsion
medium (e.g Profofol, USP)
 Injectable suspension : Liquid preparation of solid
suspended in a suitable liquid medium ( e.g Methylprednisolon
acetate suspension, USP)
 For injection suspension : Dry solid that upon
addition of suitable vehicle, yields preparation conforming in
all respect to the requirement for injectables suspension (e.g
Imipenem and cilastin for injectable suspension, USP)
Rute Pemakaian Sediaan
Parenteral
1. Intravena ( IV ) : dalam vena
2. Intra muskular : dalam otot
3. Subcutan (SC ) : bawah kulit
4. Intraderma/Intrakutan : dalam kulit
5. Intraartikular : dalam sendi
6. Intraarterial : dalam arteri
7. Intralumbal : antara ruas tulang belakang
8. Intraspinal : dalam sumsum tulang belakang
9. Intrapertonial : dalam rongga perut
10. Intrapleural : dalam selaput dada
11. Inrakardial : dalam jantung
SEDIAAN PARENTERAL :
I. Intravena

IV bolus : digunakan langsung secara intra vena


dalam waktu yang cepat (hanya beberapa
detik-menit)

IV drips : diberikan perlahan, dalam waktu yang


lama (infus)

- Onset of action cepat


- Dapat diprediksi
- Availabilitas100%
Lanjutan intravena…..
 Larutan dalm volume kecil (di bawah 5 ml)sebaiknya
isotonis dan isohidris, sedangkan volume besar (infus)
harus isotonis dan isohidris
 Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke
vena, onset of action segera
 Obat bekerja paling efisien, bioavaibilitas 100 %
 Obat harus berada dalam larutan air, bila emulsi
lemak partikel minyak tidak boleh lebih besar dari
ukuran partikel eritrosit, sediaan suspensi tidak
dianjurkan
 Contoh : Injeksi ampicillin 500 mg, 1 g
 Infus sodium Chlorida 0,9% 25 ml, 50 ml, 500 ml
 Larutan hipertonis disuntikkan secara lambat,
sehingga sel-sel darah tidak banyak terpengaruh
II. Intramuskular ( otot)

 Sediaan dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorbsi daripada


suspense pembawa air atau minyak.
 Larutan sebaiknya isotonis
 Onset bervariasi tergantung besarkecilnya partikel
 Sediaan dapat berupa larutan, emulsi, atau suspense
 Disuntikkan kedalam otot , dibawah sub kutan
 Tempat penyuntikan (a.l):
a. Otot gluteus(pantat),
b. Deltoid (lengan atas)
c. Otot vastus lateralis (paha)
 Volume 1 – 3 ml ( bila diperlukan 10 ml, dosis terbagi ,
penyuntikan dilakukan di otot gluteus)
Vastus
Lateralis
Muscle
Lanjutan intramuskular…….

Jarum : 1-1 ½ in ; 19-22 gauge


Sering terjadi kerusakan jaringan.
Untuk mengurangi rasa sakit, otot harus relaks,
disuntikkan perlahan
Contohnya : injeksi penicillin G 3000.000 unit
injeksi serum antitetanus 10.000 atau 20.000 unit
injeksi vitamin B kompleks
III. Sub Kutan / Hipoderma
( Bawah Kulit)

 Lapisan lemak di bawah kulit merupakan bagian yg. aman untuk injeksi
 Volume maksimal 1 ml.
 larutan sebaiknya isotonis dan isiohidris
 Larutan yang menyimpang isotonisnya dapat menimbulkan rasa
nyeri atau nekrosis dan absorpsi zat aktif tidak optimal
 Onset of action obat berupa larutan dalam air lebih cepat daripada
sediaan suspense
 Absorpsi obat dapat diperlambat dengan menambahkan adrenalin
(cukup 1:100.000-200.000) yang menyebabkan konstriksi pembuluh
darah local, sehingga difusi obat tertahan atau diperlambat.
Contohnya injeksi Lidocaine Adrenaline untuk cabut gigi
 Sebaliknya absorpsi obat dapat dipercepat dengan penambahan
hyaluronidase, suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari
matriks jaringan yang menyebabkan penyebaran dipercepat.
 Contoh : Injeksi neutral insulin 40 iu/ml

Lanjutan sub kutan …….

Lokasi penyuntikan dapat dipijat untuk


membantu absorbsi. Efek lebih lambat
dibanding IM

Penyuntikan sub kutan dapat


mengakibatkan terjadinya abses, nekrosis
atau radang

Tempat penyuntikan : lengan, kaki atau


abdomen. ( bila diperlukan penyuntikan
rutin, lokasi dapat diganti-ganti)
IV. Intra arterial

Diinjeksikan pada arteri, misal : contrast radiopague


1. Harus hati-hati
2. Resiko Terjadinya kerusakan serabut syaraf
3. Dosis harus minimal dan diberikan bertahap
V. INTRA ARTIKULAR
 Disuntikkan pada Joint (persendian)
 Misalkan unutk lokal anestesi pada
rekonstruksi Ligamen.
 Larutan harus isotonis dan isohidris contoh
injeksi kenacort A 10 mg/ml amp 5 ml
VI. Intraderma/Intrakutan

 Disuntikkan pada lapisan dermis dari kulit


 Larutan sebaiknya isotonis dan isohidris
 Misalkan untuk test alergi, antigen, vaksin, diagnostic mantoux
tes
 Volume sangat kecil : 100-200 ul ( biasanya 50 ul)
 Jarum yang digunakan ½ in atau 5/8 in; 25-26 Gauge
 Contoh : tes alergi antiobiotik
VII. INTRA SPINAL

 Disuntikkan pada tulang belakang, misalkan


daerah epidural dan intra thekal
 Larutan harus isotonis dan isohidris

 Epidural = daerah diluar dural, jadi tidak


pada cairal cerebrospinalis

 Intrathekal = langsung pada cairan


serebrospinalis
 Contoh injeksi xylocain heavy 0,5 % 2 ml
(Bupivacaine HCL)
SEDIAAN PARENTERAL
BERDASARKAN VOLUME

1. Small Volume Parenteral (Volume < 100 ml )


Ampul 1 ml ,2 ml dll
Rute im, iv, intradermal, subkutan, intraspinal dan
intratekal

2. Large Volume Parenteral ( Volume > 100 ml )


biasanya intravena.
Large Volume Parenteral

1. Hiperalimentasi Parenteral/Total Parenteral


Nutrition:
Penggunaan nutrisi dalam jumlah besar, misal :
karbohidrat, asam amino dan vitamin) yang
diberikan kepada pasien yang tidak mendapat
asupan nutrisi per oral
Lanjutan large volume …..

2. Larutan Dialisis Peritoneal (kateter dimasukkan ke


dalam rongga perut dengan operasi untuk
tempat memasukkan cairan steril CAPD
=continuous Ambulatory peritoneal Dialisis)
a. Disuntikkan langsung pada perut, selanjutnya
dikeluarkan lagi (cuci darah)
b. Tujuan : mengeluarkan bahan toksik pada tubuh
meningkatkan kerja ginjal
c. Kandungan larutan dialisis peritonial :
glukosa, ion-ion lain yang terkandung pada
cairan ekstraseluler
Lanjutan large volume …..

3. Larutan Irigasi
a. Digunakan untuk mencuci, menyemprot atau
membersihkan body cavity maupun luka
Larutan irigasi NaCl 0,9 %
TUGAS

 Jelaskan biofarmasetika obat parenteral


Formulasi steril Lukas hal 14-23
PRAFORMULASI
Karakterisasi sifat fisika, kimia dan
mekanis bahan aktif dalam rangka
mengembangkan bentuk sediaan yang
aman, efektif dan stabil
1. Kelarutan

Penentuan kelarutan penting , sebab :


1. Berpengaruh pada bioavailabilitas obat
2. Berpengaruh pada laju pelepasan
3. Berpengaruh pada efektifitas terapi

Kelarutan diuji dengan menggunakan berbagai


solven yang digunakan dalam formulasi.
 Kelarutan baik pada pelarut yang terpilih maka
dibuat dalam bentuk larutan
 Kelarutan moderate tapi cukup bisa membuat
larutan bisa dengan bantuan kosolven.
 Kelarutan rendah pada pelarut dapat dibuat
suspensi
2. Stabilitas

- Stabilitas terhadap suhu


- Stabilitas terhadap cahaya
- Stabilitas terhadap oksigen
- Sabilitas terhadap pH
PEDOMAN DASAR UNTUK
PEMBUATAN LARUTAN PARENTERAL
read Gibson page 332
1. Pemilihan Volume
- Small Volume Parenteral biasanya untuk sekali
penggunaan, dan disebut bolus
- Bila small volume parenteral digunakan untuk
dicampur dengan infus, biasanya dibuat lebih
pekat ( larutan infus yang mengencerkan)
Pertimbangan Pemilihan
Volume :
1. Rute pemakaian
2. Kelarutan
3. Stabilitas
2. Pemilihan pH

Pertimbangan :
1. pH stabilitas
2. pH kelarutan
3. Target pH = 7,4 sesuai dengan pH tubuh
Toleransi tubuh terhadap pH cukup luas,
khususnya penggunaan intra vena
( pH 2-12 bisa ditolerir walaupun tidak
direkomendasi)
Lanjutan pemilihan pH…..
4. Untuk rute intra muskuler dan sub kutan, toleransi lebih sempit, yaitu : 3
– 11, walaupun tidak direkomendasikan karena pH < 3 : menimbulkan
rasa sakit dan pheblitis
pH > 9: nekrosis pada jaringan
5. Penggunaan buffer dihindari. Buffer digunakan jika perubahan pH
mempengaruhi kelarutan dan stabilitas secara bermakna
Untuk mengatasi permasalahan stabilitas, konsentrasi larutan buffer
harus rendah, agar dapat dinetralisir oleh darah
Untuk mengatasi permasalahan kelarutan, konsentrasi larutan buffer
harus tinggi, agar waktu terjadi pengenceran, tidak terjadi presipitasi
6. Larutan buffer yang dapat digunakan adalah :
- Buffer Citrat dan Acetat : untuk larutan pH rendah
- Buffer Phosphat : untuk larutan pH tinggi
7. Kapasitas buffer harus menjadi pertimbangan
3. Pertimbangan Sterilitas

Proses sterilitas merupakan hal mutlak dan


harus menjadi perhitungan pada setiap
tahap.
1. Stabilitas terhadap sterilitasi panas basah.
Faktor-faktor lain yang terkait dengan kenaikan
suhu, harus dipertimbangkan, misalnya pH
2. Preservatif dihindari, kecuali pada multiple dose
4. PERTIMBANGAN
TONISITAS
Diusahakan sediaan parenteral isotonis ( =
0,9% Na Cl)
atau Osmolaritas = 280-290 m Osm/l

Toleransi tonisitas untuk Small Volume


Parenteral, cukup luas

Larutan hipotonik dapat dibuat isotoni


dengan menambahkan eksipien :
- Na Cl
- Mannitol
- Dekstrose
PERMASALAHAN DALAM
PRAFORMULASI
1. KELARUTAN RENDAH

2. STABILITAS RENDAH
1. UPAYA MENINGKATKAN
KELARUTAN
1. Kosolven
Penggunaan kosolven, secara umum 10%
Kosolven merupakan upaya awal
mengatasi permasalahan kelarutan

Jenis kosolven yang digunakan tergantung


pada :
- Rute pemakaian
- Kecepatan penggunaan
- Untuk terapi penyakit kronis
(penggunaan jangka lama) atau tidak
Lanjutan upaya
meningkatkan kelarutan …..
2. Mengatur pH :
- Obat bentuk garam dapat ditingkat
kelarutannyadengan mengatur pH larutan
- Sediaan yang digunakan secara im dan sc,
harus diperhatikan karena pH yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi dapat menimblkan
rasa sakit
Lanjutan upaya
meningkatkan kelarutan …..
3. Pembawa Non Aqua
Untuk intra muskular, dapat digunakan pembawa
non aqua, (misalkan: sediaan lepas lambat)
Yang sering digunakan : oleum sesami
Karena minyak tumbuhan sering menimbulkan
alergi, maka jenis pembawa dari minyak
tumbuhan harus dicantumkan pada label
Lanjutan upaya
meningkatkan kelarutan …..
4. Penambahan surfaktan
Surfaktan yang sering digunakan = polisorbat
Konsentrasi penggunaannya untuk iv sangat rendah, yaitu :
0,5 %
Sediaan yang mengandung surfaktan kadar tinggi, harus
diencerkan sampai kadar tertentu
Contoh Cordarone (intravena) mengandung polisorbat 10%,
harus diencerkan sampai 1,2%
 Etoposide (antikanker, iv) , mengandung
polisorbat 8% Harus diencerkan sampai 0,6%
Lanjutan upaya
meningkatkan kelarutan …..
-----sediaan parenteral im dan sc dapat
menggunakan polisorbat 80 dengan kadar lebih
besar, 12% contoh aquasol A (berisi vitamin A
palmitat/retinol)
akan sedikit bercerita tentang obat yg super "BANDEL" dalam 7 bulan kebelakang.
Docetaxel..
Saat pertama kali mendapat resep berisi docetaxel sih awalnya masih kalem aja. Pas waktu istirahat
iseng baca brosur sm Handbook of Injectable (berasa kena supertrap -__-" )
Gimana nggak! Boleh sy bilang obat ini adalah obat yg PALING ISTIMEWA dan serba KHUSUS dari
obat sitotoksik lainnya.
Nih yg bikin istimewa..
1. Segi FARMASETIK:
- Docetaxel ini masuk golongan obat sitotoksik yang "berbasis minyak" (yg kebayang pas itu…eaaaa
pasti ini nanti susah ngambil obat di vialnya) grin emotikonhaha
Ternyata benar sodara-sodara...berat dan lama bgt turun ke spuitnya. squint emotikon"
- Doce ini 1 box terdiri dari 2 vial : 1 vial yg berisi docetaxel (yg kental melekat macam lem gitu) dan
1 vial berisi pelarut.
Setelah ditelusuri..larutan konsentrat docetaxel ini mengandung surfaktan polysorbate 80 dan
pelarutnyapun KHUSUS yg terbuat dari ethanol 13% dalam WFI. So, ud ada gambaran kan ya
gimana cara rekonstitusinya?? Benar…karena polysorbate 80 ini, saat rekons..doce tidak boleh
dibiarkan sampai berbusa. Caranya? Saat menyuntikkan pelarut kedalam vial BA harus benar2
melalui dinding vial dan harus pelan. Kuncinya lagi jangan smp DIKOCOK. Dia hanya bisa diputar
pelan2 90-180⁰. Klo sampai berbusa gimana dong? Tenang…jangan khawatir!! Dia bisa hilang jika
didiamkan selama 5-10menit kok (andai sj ruang steril boleh bawa MP3..bisa lah yaah nunggu
buihnya ilang sambil dengerin musik. Wkwkwkwk..)
- Inkompaktibilitas
Ternyatanya lagi…Polysorbate 80 yang terkandung dalam formulasi docetaxel ini mampu
melepaskan senyawa komponen PVC yaitu DEHP ({di(2-ethylhexyl) phthalate). Jumlah DEHP yang
terlepas akan ekuivalen dengan konsentrasi dan lamanya larutan docetaxel disimpan dalam wadah
yang mengandung PVC.
Jadii…sy harus mencari plabot infus non PVC. Karena di RS blm ada infusan NaCl dari botol kaca,
sy cari infusan yg paling aman dipakai saat itu adalah Infusan S*N**
Naaaah...karena kebanyakan pasien kemo ini BPJS (wajib hukumnnya Kendali Mutu Kendali Biaya)
hahaha. Akhirnya sy pun tlpn ke beberapa pabrik infus untuk menanyakan kandungan dari plabot yg
mereka produksi. Alhamdulillah…masalah BPJSan aman. Hehe
2. Segi Farmakologi dan Farmakognosi
- Obat ini hanya stabil 8 jam setelah rekons dengan NaCL 0,9%. Artinya apa?? Sy
harus memastikan ke perawat, bahwa premedikasi HARUS sudah diberikan
sebelum doce ini selesai saya rekons. Karena request dokter docetaxel diberikan
selama 3 jam iv drip. Jadi sisa waktu stabilitasnya 5 jam. Jadi dia harus di rekons
terakhir khir khir dari obat sitotoksik lainnya. (yah..ini obat tidak pernah
memberikan sy waktu leha2 squint emotikon")
- Nah…tadi kan ud disebutin diatas (jangan berbusa) "yaaa…AWAS aja klo
ngerekons aku smp berbusa. Mau pasienmu emboli?" kata si doce judes.
OK!! Pastikan g berbusa ya guys..biar pasien g gelembung2 pembuluh darahnya
(alias emboli) saat didrip.
- FYI - -> Doce ini berasal dari pohon cemara Taxus baccata (coba googling deh..)
lumayan cantik loh tanamanya.. Oleh FDA, pada tahun 1999 obat ini diindikasikan
untuk Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Tahun 2004 nambah lagi nih..bisa
buat breast and prostate cancer. Dan baru2 ini 2006 sih tapi..hehe nambah lagi
bisa buat head, neck and gastric cancer.
Yaah…itu dia sederet ISTIMEWAnya DOCE disbanding obat lainnya.
Semoga bisa membantu ya infonya. 😘💊💉😎
Referensi :
Handbook of Injectable Drugs 15th edition
FDA Approval for Docetaxel
AHFS Drug Information Essentials, 2011
By:
Nabilah Nadhif
FORMULASI SEDIAAN
PARENTERAL
PENDAHULUAN

Keberhasilan formulasi suatu sediaan parenteral


memerlukan pengetahuan yang luas tentang
prinsip-prinsip fisika, kimia dan biologi serta
keahlian menerapkan tersebut

Keputusan profesional :
- Pembawa yang sesuai
- Bahan tambahan
- Kemasan
I. PEMILIHAN PEMBAWA

Tugas : baca pelarut dan


pembawa Formulasi sediaan steril
Lukas hal 42-49, ansel 437-439
1. AIR
Air banyak digunakan sebagai pembawa
parenteral karena
a. Diterima oleh tubuh
b. Harga konstanta dielektrik tinggi sehingga
dapat melarutkan sebagian besar senyawa
c. Mampu membentuk ikatan hidrogen, sehingga
membantu kelarutan alkohol, aldehid, keton dan
amina
AIR (FI V)

 Air murni adalah air yang memenuhi persyaratan


air minum, yang dimurnikan dengan cara
destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses
lain yang sesuai. Tidak mengandung zat
tambahan lain.
 Air murni digunkan untuk pembuatan sediaan-
sediaan. Bila digunakan untuk sediaan steril,
selain untuk sediaan parenteral, air harus
memenuhi persyaratan Uji sterilitas (71), atau
gunkan air murni steril yang dilindungai terhadap
kontaminasi mikroba. Tidak boleh menggunakan
air murni untuk sediaan parenteral. Untuk
keperluan ini gunakan air untuk Injeksi, air untuk
injeksi bakteriostatik atau air steril untuk injeksi
Persyaratan

 Jernih, tidak berwarna, tidak berbau


 pH (1071) antara 5,0 -7,0
 Tidak mengandung klorida, sulfar, ammonia,
kalsium, karbondioksida, logam berat, zat mudah
teroksidas
 Zat padat total tidak lebih dari 0,001%
 Kemurnian bakteriologi memnuhi syarat air minum
 Memenuhi uji pH, sulfat, kalsium, karbondioksida
dan logam berat seperti tertera pada air murni
PROSES AIR UNTUK INJEKSI

 Air sumur
 Proses klorinasi
 Sand filter
 Karbon filter
 Softener(resin Kation anion menghilangkan logam
)
 Reverse osmosis
 Electrolite deionisasi
AIR MURNI-------PROSES DESTILASI----MENJADI AIR
UNTUK INJEKSI
WATER FOR INJECTION
(WFI)
Persyaratan :
- Bersih
- Tidak berwarna
- Tidak berbau
- Kandungan padatan total < 10 ppm
- pH = 5,0 – 7,0
- Tidak mengandung Cl- , SO4= , Ca 2+ , NH4 +
- Logam berat tertentu (Cu, Fe dan Pb)
- Bebas pirogen
TUGAS : Diskusikan pembuatan water for injeksi dan sterile water for
injeksi hal 45
Pembuatan WFI

1. Destilasi
2. Reverse Osmosis

Sebelum destilasi, air ditreatment :


- Klorinasi
- Carbon treatment
- Deionisasi
Reverse osmosis???
Penyimpanan WFI

Setelah didestilasi, disaring dan disimpan :


- Tanki terbuat dari gelas atau stainless
steel
- Suhu dingin ( 50C )
- Suhu panas ( 650C atau 850C) untuk
mencegah pembentukan pirogen
- Air disirkulasi secara kontinyu
- Air disaring sebelum digunakan
WFI disterilkan atau ditambah bakteristatik
Sterile WFI
Bacteriostatic WFI
Air steril untuk injeksi
Sterile water for injection
 Air steril untuk injeksi adalah air murni yang
disterilkan dan dikemas dengan cara yang
sesuai. Tidak mengandung bahan anti mikroba
atau bahan tambahan lainnya.
persyaratan

 Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau


 Endotoksin bakteri<201> tidak boleh lebih dari
0,25 unit Endotoksin FI per ml
 Tidak mengandung klorida, ammonia, zat yang
mudah teroksidasi
 Tidak mengandung bahan partikulat <751>
memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi
volume kecil
 Zat padat total. Tidak lebih dari 0,004; untuk air
steril untuk injeksi dengan kemasan kurang dari 30
ml; tidak lebih dari 0,003 % untuk kemasan 30 ml
atau lebih, tetapi kurang dari 100 ml; tidak lebih
dari 0,002 % untuk kemasan 100 ml atau lebih;
lakukan penetapan seperti tertera pada Zat
2. PELARUT NON AIR

Obat yang tidak larut dalam air dapat dilarutkan


dalam pembawa non air, seperti minyak.
Minyak-minyak nabati, seperti : minyak kacang,
minyak wijen, minyak jagung, minak biji kapas dan
minyak olivarum sering digunakan sebagai
pembawa sediaan parenteral.
Rute pemakaian : intra muskular
Jenis minyak yang digunakan harus tertera pada
etiket, karena beberapa penderita alergi
Minyak Wijen :

- Minyak nabati yang paling stabil , kecuali terhadap cahaya


- Mengandung antioksidan alami
- Banyak digunakan dalam formula injeksi
- Sediaan injeksi dengan pembawa minyak harus disimpan di
bawah suhu kamar
Pembawa minyak juga dapat digunakan untuk depo
-Minyak mineral (parafin) tidak dapat digunakan karena tidak
dapat diabsorbsi oleh tubuh
II. BAHAN TAMBAHAN

Bahan tambahan yang digunakan untuk sediaan


parenteral meliputi :

1. Antioksidan 5. Antimikroba
2. Dapar 6. Solubilizing Agent
3. Bulking Agent 7. Pengisotoni
4. Chelating Agent
I. ANTIOKSIDAN

Beberapa bahan obat dalam larutan


dapat
mengalami degradasi oksidatif, yang
dimediasi oleh radikal bebas atau
oksigen
Dekomposisi oksidatif dikatalisa oleh :
- Ion logam
- Hidrogen
- Hidroksil
Untuk sediaan-sediaan yang melibatkan Oksigen
langsung dalam degradasi (autooksidasi) :
Mengganti oksigen dengan nitrogen (N2) atau
karbondioksida (CO2)

ANTIOKSIDAN = bahan yang mempunyai potensial


oksidasi yang lebih rendah : ditambahkan dalam
bentuk tunggal atau kombinasi dengan chelating
agent atau antioksidan lain
Mekanisme kerja antioksidan:

1. Mengalami reaksi oksidasi oleh oksidator (karena


potensial oksidasi lebih rendah)
2. Memblok rantai reaksi oksidasi

Contoh Antioksidan :
- Sulfit
- Metabisulfit dsb.
DAFTAR ANTIOKSIDAN
KADAR YANG DIGUNAKAN

N ANTIOKSIDAN KADAR ( % )
O
1 Acetone sodium bisulfite 0,2
2 Ascorbic acid 0,1
3 Ascorbic acid ester 0,015
4 Butylhydroxylanisole (BHA) 0,02
5 Butylhydroxytoluene (BHT) 0,02
6 Cysteine 0,5
7 Nordihydrogualaretic acid (NDG 0,01
8 Sodium Bisulfite 0,15
9 Sodium formaldhyde sulfoxylate 0,1
10 Sodium metabisulfite 0,2
- Etilenediaminetetraacetic acid (EDTA) bentuk
garam dan derivatnya, digunakan untuk
membentuk kompleks (chelating agent) dan
akhirnya menginaktivasi spora logam yang
berperan dalam sebagai katalisa reaksi
degradasi oksidasi
- Asam Citrat
- Asam Tartrat
2. DAPAR
Perubahan pH dapat terjadi selama penyimpanan
1. Degradasi
2. Interaksi dengan kemasan ( gelas, karet)
3. Kelarutan gas/uap

Untuk mencegah perubahan pH : BUFFER


pH ideal = 7,4 sesuai pH darah
pH > 9 : nekrosis jaringan
pH< 3 : rasa sakit dan phlebitis
pH Small Volume Parenteral :
intravena : 3 – 10,5
lainnya :4–9
Dengan mengetahui profil pH suatu obat, dapat dipilih sistem
dapar dan berapa pH yang menghasilkan klarutan dan
stabilitas yang optimal
Contoh : injeksi suspensi procain penicillin G mempunyai pH 6-7
karena kelarutan procain penicilin G paling rendah
KAPASITAS DAPAR

Kapasitas Dapar ( β ) : resistensi terhadap


perubahan pH pada penambahan asam
maupun basa
Kapasitas dapar terbesar : pH = pKa
Sistem dapar :
- asam lemah dan garamnya
- basa lemah dan garamnya
Contoh : Asetat, Citrat, Fosfat dan Glutamat
Manfaat pengaturan pH :

1. Mencegah terjadinya perubahan warna


2. Mengurangi terjadinya iritasi
3. Mendapatkan efek terapi yang maksimal
4. Mencegah tejadinya reaksi dari sediaan
DAFTAR DAPAR

NO DAPAR pH KADAR (%)


1 ASAM ASETAT- 3,5 – 5,7 1-2
GARAMNYA
2 ASAM CITRAT- 2,5 - 6 1–3
GARAMNYA
3 ASAM 8,2 – 10,2 1–2
GLUTAMAT-

4 ASAM FOSFAT 6 – 8,2 0,8 - 2



GARAMNYA
3. BAHAN ANTIMIKROBA
. 4. TONISITAS
Perhitungan didasarkan pada sifat koligatif larutan
( misal penurunan titik beku, tekanan osmose dsb)
Pada larutan encer, sifat koligatif berbanding
langsung dengan jumlah partikel dalam larutan
Titik beku darah dan airmata = - 0,520 C karena
dalam darah ada komponen bahan terlarut
maupun bahan lain.
Larutan yang mempunyai Titik Beku = - 0,520 C
disebut mempunyai tekanan osmose yang
dengan sama darah atau airmata = isoosmotik
Bahan pengisotoni yang sering digunakan adalah
NaCl atau Glukose
1. EKIVALENSI NaCl
 E ( ekivalensi NaCl) adalah jumlah gram NaCl yang
memberikan tekanan osmotik yang sama dengan 1 gram zat
terlarut
 Konsentrasi NaCl yang isoosmotik dengan plasma darah
sebesar 0,9%
 CONTOH SOAL:Ansel 443
How much sodium chloride to make the following prescription
isotonic?
Ephedrine sulfate 2 %
Sterile water qs 30 ml
Make isoton with sodium chloride
Answer………………?
2. Metode penurunan titik
beku (FI V hal 1787)
 Buat laratan dapar hepes 2 % yang isotonic
dengan mata.
 Berapa mg NaCl yang harus ditambah?

Anda mungkin juga menyukai