Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

PRODUKSI SEDIAAN INJEKSI PHENOBARBITAL YANG BAIK

Dosen :
Prof. Dr. Teti Indrawati, MS., Apt

Kelompok 5

Disusun Oleh :

Siska Mulyaningsih 20340019

Ni Putu Sugi Maharani 20340020

Nita Usikatul Janah 20340021

Entin suwarni 20340022

FAKULTAS FARMASI

PROFESI APOTEKER

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, disuntikan
dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput
lendir.
Phenobarbital Natrium merupakan golongan obat pendepresi susunan syaraf pusat
(SPP). Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang/
kantuk, menidurkan hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anastesi, koma
dan mati.Pada dosis terapi, obat sedative menekan aktivitas mental, menurunkan respon
terhadap rangsangan emosi, sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk, dan
mempermudah tidur serta memepertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.
Phenobarbital Natrium ini selama beberapa waktu telah digunakan secara ekstensif
sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang selain untuk beberapa penggunaan yang
spesifik , golongan obat ini telah digantikan oleh benzodiazepin yang lebih aman. Dosis yang
digunakan untuk Antikonvulsi, intramuscular, intravena 1x = 200–320 mg, prn diulang/
6jam; untuk Hipnotik intramuscular, intravena 1x=130mg–200mg; dan untuk
Sedativintramuscular, intravena 1x= 100mg-130mg , prn diulang/6jam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana alur bahan, alur proses, alur produksi dan alur SDM pada sediaan injeksi
phenobarbital ?
2. Bagaimana komponen yang digunakan dalam sediaan injeksi phenobarbital ?
3. Bagaimana ruangan, metode dan alat yang digunakan dalam sediaan injeksi
Phenobarbital ?
4. Bagaimana evaluasi yang digunakan dalam sediaan injeksi Phenobarbital?
5. Bagaimana karakteristik yang digunakan dalam sediaan injeksi Phenobarbital ?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami alur bahan, alur proses, alur produksi dan alur SDM pada sediaan
injeksi phenobarbital.
2. Untuk memahami komponen yang digunakan dalam sediaan injeksi phenobarbital.
3. Untuk memahami ruangan, metode dan alat yang digunakan dalam sediaan injeksi
Phenobarbital.
4. Untuk memahami evaluasi yang digunakan dalam sediaan injeksi Phenobarbital.
5. Untuk memahami karakteristik yang digunakan dalam sediaan injeksi Phenobarbital.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Injeksi
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,
emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit atau melalui selaput lendir (FI.III.1979).
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang dikemas
dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bias
diberikan secara intravena. Suspensi tidak bias diberikan karena berbahaya yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler (FI IV 1995)
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah
satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas
atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda
dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume
sebanyak 5 mL atau pun lebih.
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah
satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas
atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda
dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume
sebanyak 5 mL atau pun lebih.
Berdasarkan R.VOIGHT (hal 464), menyatakan bahwa botol injeksi vial ditutup dengan
sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan
injeksi. Injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan :
1.      Efek terapi lebih cepat .
2.      Dapat memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan.
3.      Cocok untuk keadaan darurat.
4.      Untuk obat-obat yang rusak oleh cairan lambung.
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara
tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran
dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah
istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak
bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian
mikroba (Lachman hal.1254).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sediaan injeksi adalah
sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disusupensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara perenteral, suntikan dengan cara
menembus, atau merobek jaringan kedalam atau melalui kulit atau selaput lendir.
2.1.1 Tujuan dan Fungsi Injeksi

Tujuan obat dibuat steril (seperti injeksi) karena berhubungan langsung dengan darah
atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lain dimana pertahanan terhadap zat asing tidak
selengkap yang berada di saluran cerna/gastrointestinal, misalnya hati yang dapat
berfungsi untuk menetralisir/menawarkan racun (detoksikasi = detoksifikasi). Pada
umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan
(absorpsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.

Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik/injeksi, tablet implant,
tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata/ guttae ophth, cuci
mata/collyrium dan salep mata/oculenta.
2.1.2 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Injeksi
Keuntungan :

a. Bekerja cepat, misalnya pada injeksi Adrenalin pada schock anfilaksis.


b. Dapat digunakanjika : obat rusak jika kena cairan lambung, merangsang jika ke
cairan lambung, tidak diabsorpsi secara baik oleh cairan lambung.
c. Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin.
d. Dapat digunakan sebagai depo terapi.

Kerugian :

a. Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukar dilakukan pencegahan.


b. Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga khusus.
c. Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan.
d. Secara ekonomis lebih mahal dibanding dengan sediaan yang digunakan per oral.

2.1.3 Penggolongan Injeksi


1. Injeksi subkutan ( s.c )
Umumnya larutan isotonus, jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml.
Disuntikkan ke dalam “alveola”, kulit mula-mula diusap dengan cairan desinfektan
(etanol 70%).
2. Injeksi intrakutan atau intradermal ( i.c )
Biasanya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan sedikit
(0,1 – 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnostik. Biasanya yang digunakan adalah
ekstrak alergenik
3. Injeksi intramuskulus ( i.m )
Merupakan larutan atau suspensi dalam air atau minyak atau emulsi.Disuntikkan
masuk ke dalam otot daging dan volume sedapat mungkin tidak lebih dari 4ml.
Penyuntikan volume besar dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa
sakit, sedapat mungkin tidak lebih dari 4 ml.
4. Injeksi intravena ( i.v )
Merupakan larutan, dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang
dapat bercampur dengan air,volume 1 ml sampai 10ml. Larutan ini biasanya isotonus
atau hipertonus. Larutan injeksi intravena harus jernih betul, bebas dari endapan atau
partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian.
5. Injeksi intraarterium ( i.a )
Umumnya berupa larutan, dapat mengandung cairan non-iritan yang dapat
bercampur dengan air, volume yang disuntikkan 1 ml sampai 10 ml dan digunakan
bila diperlukan efek obat yang segera dalam daerah perifer. Tidak boleh mengandung
bakterisida
6. Intrakardial
Disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan terancam dalam
keadaan darurat seperti gagal jantung.
7. Intraserebral
Injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana
penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.
8. Intraspinal
Injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah
lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia.
9. Intraperitoneal dan intrapleural
Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies.Rute inijuga
digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.
10. Intra-artikular
Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasi
secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.
11. Intrasisternal dan peridual
Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal. Keduanya
merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk injeksi.
12. Intratekal
Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh larutan
injeksi ke dalam ruang subarachnoid.Cairan serebrospinal biasanya diam pada
mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam
serabut saraf spinal.Volume 1-2 ml biasa digunakan.Berat jenis dari larutan dapat
diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai
keadaan tubuh pasien.

2.1.4 Komponen injeksi


1. Bahan obat / zat berkhasiat
a. Memenuhi syarat yang tercantum sesuai monografinya masing-masing dalam
Farmakope Indonesia.
b. Pada etiketnya tercantum : p.i (pro injection)
c. Obat yang beretiket p.a ( pro analisa ) walaupun secara kimiawi terjamin kualitasnya,
tetapi belum tentu memenuhi syarat untuk injeksi.
2. Zat pembawa / pelarut
Dibedakan menjadi 2 bagian :
1) Zat pembawa berair
Umumnya digunakan air (aqua pro injeksi) untuk injeksi. Disamping itu dapat
pula digunakan injeksi NaCl, injeksi glukosa, injeksi NaCl compositus, Sol.Petit.
Menurut FI.ed.IV, zat pembawa mengandung air, menggunakan air untuk injeksi,
sebagai zat pembawa injeksi harus memenuhi syarat Uji pirogen dan uji
Endotoksin Bakteri. NaCl dapat ditambahkan untuk memperoleh isotonik.
Kecuali dinyatakan lain, Injeksi NaCl atau injeksi Ringer dapat digunakan untuk
pengganti air untuk injeksi.
Air untuk injeksi ( aqua pro injection ) dibuat dengan cara menyuling kembali air
suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang dilengkapi dengan
labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang, sulingan selanjutnya ditampung
dalam wadah yang cocok dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai
pelarut serbuk untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C
segera setelah diwadahkan.
Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar
selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan dengan udara
sesempurna mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika dimaksudkan
sebagai pelarut serbuk untuk injeksi , harus disterilkan dengan cara sterilisasi A,
segera setelah diwadahkan.
2) Zat pembawa tidak berair
Umumnya digunakan minyak untuk injeksi (olea pro injection) misalnya Ol.
Sesami, Ol. Olivarum, Ol. Arachidis.
Pembawa tidak berair diperlukan apabila :
- Bahan obatnya sukar larut dalam air
- Bahan obatnya tidak stabil / terurai dalam air
- Dikehendaki efek depo terapi.
Syarat-syarat minyak untuk injeksi adalah :

- Harus jernih pada suhu 100


- Tidak berbau asing / tengik
- Bilangan asam 0,2 - 0,9
- Bilangan iodium 79 – 128
- Bilangan penyabunan 185 – 200
- Harus bebas minyak mineral
- Memenuhi syarat sebagai Olea Pinguia yaitu cairan jernih atau massa
padat yang menjadi jernih diatas suhu leburnya dan tidak berbau asing
atau tengik.
- Obat suntik dengan pembawa minyak, tidak boleh disuntikkan secara i.v ,
hanya boleh secara i.m.
3) Bahan pembantu/ zat tambahan
Ditambahkan pada pembuatan injeksi dengan maksud :
- Untuk mendapatkan pH yang optimal
- Untuk mendapatkan larutan yang isotonis
- Untuk mendapatkan larutan isoioni
- Sebagai zat bakterisida
- Sebagai pemati rasa setempat ( anestetika lokal )
- Sebagai stabilisator.

Menurut FI.ed.IV, bahan tambahan untuk mempertinggi stabilitas dan efektivitas


harus memenuhi syarat antara lain tidak berbahaya dalam jumlah yang digunakan,
tidak mempengaruhi efek terapetik atau respon pada uji penetapan kadar.

Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, jika hanya mewarnai sediaan akhir.
Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk injeksi yang
diberikan lebih dari 5 ml.

Kecuali dinyatakan lain berlaku sebagai berikut :

- Zat yang mengandung raksa dan surfaktan kationik, tidak lebih dari 0,01
- Golongan Klorbutanol, kreosol dan fenol tidak lebih dari 0,5 %
- Belerang dioksida atau sejumlah setara dengan Kalium atau Natrium
Sulfit, bisulfit atau metabisulfit , tidak lebih dari 0,2 %
a. Untuk mendapatkan pH yang optimal
pH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain adalah 7,4 dan
disebut Isohidri. Karena tidak semua bahan obat stabil pada pH cairan
tubuh, sering injeksi dibuat di luar pH cairan tubuh dan berdasarkan
kestabilan bahan tersebut.Pengaturan pH larutan injeksi diperlukan untuk :
- Menjamin stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi
optimal obat, menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari
obat.
- Mencegah terjadinya rangsangan / rasa sakit waktu disuntikkan.
- Jika pH terlalu tinggi (lebih dari 9) dapat menyebabkan nekrosis
jaringan (jaringan menjadi mati), sedangkan pH yang terlalu
rendah (di bawah 3) menyebabkan rasa sakit jika disuntikkan.
misalnya beberapa obat yang stabil dalam lingkungan asam :
Adrenalin HCl, Vit.C, Vit.B1.
pH dapat diatur dengan cara :
- Penambahan zat tunggal , misalnya asam untuk alkaloida, basa
untuk golongan sulfa.
- Penambahan larutan dapar, misalnya dapar fosfat untuk injeksi,
dapar borat untuk obat tetes mata.
Yang perlu diperhatikan pada penambahan dapar adalah :
- Kecuali darah, cairan tubuh lainnya tidak mempunyai kapasitas
dapar.
- Pada umumnya larutan dapar menyebabkan larutan injeksi menjadi
hipertonis.
- Bahan obat akan diabsorpsi bila kapasitas dapar sudah hilang,
maka sebaiknya obat didapar pada pH yang tidak jauh dari isohidri.
Jika kestabilan obat pada pH yang jauh dari pH isohidri, sebaiknya
obat tidak usah didapar, karena perlu waktu lama untuk
meniadakan kapasitas dapar.
b. Untuk mendapatkan larutan yang isotonis
Larutan obat suntik dikatakan isotonis jika :
- Mempunyai tekanan osmotis sama dengan tekanan osmotis cairan
tubuh ( darah, cairan lumbal, air mata ) yang nilainya sama dengan
tekanan osmotis larutan NaCl 0,9 % b/v.
- Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh, yaitu -
0,520C. Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmotis lebih
besar dari larutan NaCl 0,9 % b/v, disebut " hipertonis ", jika lebih
kecil dari larutan NaCl 0,9 % b/v disebut " hipotonis".

Jika larutan injeksi yang hipertonis disuntikkan, air dalam sel akan
ditarik keluar dari sel , sehingga sel akan mengkerut, tetapi keadaan ini
bersifat sementara dan tidak akan menyebabkan rusaknya sel tersebut.

Jika larutan injeksi yang hipotonis disuntikkan, air dari larutan


injeksi akan diserap dan masuk ke dalam sel, akibatnya dia akan
mengembang dan menyebabkan pecahnya sel itu dan keadaan ini
bersifat tetap. Jika yang pecah itu sel darah merah, disebut " Haemolisa
". Pecahnya sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat
pembuluh darah yang kecil.
Jadi sebaiknya larutan injeksi harus isotonis, kalau terpaksa dapat
sedikit hipertonis, tetapi jangan sampai hipotonis.Cairan tubuh kita
masih dapat menahan tekanan osmotis larutan injeksi yang sama
nilainya dengan larutan NaCl 0,6 - 2,0 % b/v.
Larutan injeksi dibuat isotonis terutama pada penyuntikan:
1. Subkutan : jika tidak isotonis dapat menimbulkan rasa sakit, sel-sel
sekitar penyuntikan dapat rusak, penyerapan bahan obat tidak dapat
lancar.
2. Intralumbal , jika terjadi perubahan tekanan osmotis pada cairan
lumbal, dapat menimbulkan perangsangan pada selaput otak.
3. Intravenus, terutama pada Infus intravena, dapat menimbulkan
haemolisa.
c. Untuk mendapatkan isoioni
Yang dimaksud isoioni a dalah larutan injeksi tersebut
mengandung ion-ion yang sama dengan ion-ion yang terdapat dalam
darah, yaitu : K+, Na+, Mg++, Ca++, Cl-. Isoioni diperlukan pada
penyuntikan dalam jumlah besar, misalnya pada infus intravena.
d. Sebagai zat bakterisida / bakteriostatik
Zat bakterisida perlu ditambahkan jika :
- Bahan obat tidak disterilkan, larutan injeksi dibuat secara aseptik.
- Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara penyaringan melalui
penyaring bakteri steril.
- Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara pemanasan pada suhu
98°-100° selama 30 menit.
- Bila larutan injeksi diberikan dalam wadah takaran berganda.

Zat bakterisida tidak perlu ditambahkan jika :

1. Sekali penyuntikan melebihi 15 ml.


2. Bila larutan injeksi tersebut sudah cukup daya bakteriostatikanya
( tetes mata Atropin Sulfat dalam pembawa asam borat, tak perlu
ditambah bakterisida, karena asam borat dapat berfungsi pula sebagai
antiseptik).
3. Pada penyuntikan : intralumbal, intratekal, peridural, intrasisternal,
intraarterium dan intrakor.
e. Sebagai zat pemati rasa setempat / anestetika local
Digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada tempat dilakukan
penyuntikan , yang disebabkan larutan injeksi tersebut terlalu asam.
Misalnya Procain dalam injeksi Penicillin dalam minyak, Novocain dalam
injeksi Vit.B-compleks, Benzilalkohol dalam injeksi Luminal-Na.
f. Sebagai Stabilisator
Digunakan untuk menjaga stabilitas larutan injeksi dalam penyimpanan.
Stabilisator digunakan untuk:
1) Mencegah terjadinya oksidasi oleh udara, dengan cara :
a. Mengganti udara di atas larutan injeksi dengan gas inert, misalnya
gas N2 atau gas CO2.
b. Menambah antioksidant untuk larutan injeksi yang tidak tahan
terhadap O2 dari udara. Contohnya : penambahan Na-
metabisulfit/Na-pirosulfit 0,1 % b/v pada larutan injeksi Vit.C,
Adrenalin dan Apomorfin.
2) Mencegah terjadinya endapan alkaloid oleh sifat alkalis dari gelas.
Untuk ini dapat dengan menambah chelating agent EDTA ( Etilen
Diamin Tetra Asetat ) untuk mengikat ion logam yang lepas dari
gelas/wadah kaca atau menambah HCl sehingga bersuasana asam.
3) Mencegah terjadinya perubahan pH dengan menambah larutan dapar.
4) Menambah/menaikkan kelarutan bahan obat, misalnya injeksi Luminal
dalam Sol.Petit,penambahan Etilendiamin pada injeksi Thiophyllin.

Anda mungkin juga menyukai