VOLUME KECIL
0LEH
KELOMPOK IV:
SAMHARIRA
SINARITA
NI MADE SRIWAHYUNI
Sumber : Robert Tungadi, 2017. Teknologi sediaan steril. Sagung Seto. Jakarta.
pengertian sediaan injeksi
Menurut FI sediaan injeksi adalah sediaan streil
berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui
kulit atau selaput lender injeksi. Injeksi dibuat
dengan melarutkan, mengemulsikan atau
mensuspensikan sejumlah obat ke dalam
sejumlah pelarut dan disisipkan dalam wadah
takaran tunggal atau ganda.
SUMBER :Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
KELEBIhAn DAn KeKURANGAN
SEDIAAN INJEKSI
2.Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut
3.Sterilitas
7.Kestabilan
Sumber : Robert Tungadi, 2017. Teknologi sediaan steril. Sagung Seto. Jakarta.
Bentuk sediaan volume kecil (injeksi)
Ada beberapa bentuk sediaan parenteral volume kecil( injeksi) yaitu:
1. Larutan sejati dengan pembawa air
Merupakan bentuk yang paling sederhana dan banyak digunakan. Bentuk larutan air dapat digunakan untuk semua
rute pemberian.
Contoh:Injeksi Vitamin C
Dibuat bila zat aktif tidak larut air tetapi larut dalam minyak dan diberikan melalui i.m.
Larutan minyak menimbulkan efek depo, untuk masalah iritasi dan sensitisasi, suspensi air lebih dipilih dibanding
larutan minyak.
Untuk zat yang sukar larut dalam air, maka selain digunakan dalam bentuk garam atau diformulasi dalam pH tinggi
atau rendah, beberapa zat dapat pula diformulasi dalam pelarut campur. Kosolvent digunakan untuk menurunkan
polaritas pembawa sehingga zat lebih larut.
Ukuran partikel suspensi biasanya kecil dan distribusi ukuran partikel harus dikontrol untuk meyakinkan partikel dapat
melewati jarum suntik saat pemberian
Ukuran partikel tidak boleh membesar dan tidak boleh terjadi caking saat penyimpanan.
` Injeksi suspensi bisa juga dibuat dalam pembawa minyak, meskipun pembuatannya lebih jarang dibanding suspensi air.
Suspensi minyak dapat menimbulkan efek depot/lepas lambat pada rute pemberian im
Contoh: Bismuthsubsalsilat
6. Emulsi steril
Zat yang bersifat lipofilik juga dapat dibuat dalam bentuk emulsi o/w. Zat dapat dilarutkan dalam larutan minyak atau
zatnya sendiri sudah benbentuk minyak.
Droplet minyak harus dikontrol dengan hati-hati dan pada saat penyimpanan agar emulsi tidak pecah. Ukuran droplet ideal
3 μm. Biasanya dalam bentuk nutrisi parenteral.
Beberapa zat yang tidak stabil dalam air, sehingga dibuat dalam bentuk serbuk untuk injeksi. Sediaan ini bisa berupa
serbuk ‘dry filled’ atau serbuk liofilisasi (‘freeze dried’).
2. Pemberian intramuskuler Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat.
Rute intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih
normal daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute
subkutan. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan bagian atas. Volume
injeksi 1 samapi 3 ml dengan batas sampai 10 ml (PTM—volume
injeksi tetap dijaga kecil, biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik
Sumber : Robert Tungadi, 2017. Teknologi sediaan steril. Sagung Seto. Jakarta.
Lanjutan…
3.Pemberian intravena
4. Pemberian intrathekal-intraspinal
Sumber : Robert Tungadi, 2017. Teknologi sediaan steril. Sagung Seto. Jakarta.
Lanjutan….
5. Intraperitoneal
Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut,
dimana obat secara cepat diabsorbsi. Sediaan
intraperitoneal dapat juga diberikan secara
intraspinal, im,sc, dan intradermal
6. Intradermal
Cara penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian lebih kecil
dan sc, absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat dicapai sangat lambat.
7. Intratekal
Bahan baku
Harus memiliki spesifikasi:
1 Derajat farmakope
Derajat tambahan: pro-injectioneous dengan asumsi bahan
tersebut bersifat steril dan atau dengan bioburden seminimal
mungkin
zat tambahan
ganda
Beberapa contoh zat tambahan yang diberikan dalam sediaan steril yaitu,
antara lain:
SYARAT- SYARAT ZAT PEMBAWA
Adapun syarat dari zat pembawa pada sediaan parenteral adalah
3. Tidak toksik
6. Tidak menggiritasi
c. Cara pemberian
e. Zat pengawet
f. Bentuk sediaan
g. Tonisitas
h. Ph
i.Stabilitas
Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta
LANJUTAN…
1. Wadah dosis tunggal
•Tutup wadah dosis berganda harus memungkinkan pengambilan isi
tanpa merusak tutup, mudah ditusuk jarum suntik tanpa
melepaskan pecahannya dan segera menutup kembali
•Wadah kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril
dengan tujuan pemberian parenteral sebagai dosis tunggal
dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali
dengan jamninan tetap steril
•Ukuran 1ml-20 ml
Prefieled Syringe
Semipolyethene
menyublimasi air dari sampel beku untuk menghasilkan sebuah produk bubuk yang stabil. Metode ini telah menjadi standar praktek
Pengeringan beku (freeze drying) adalah salah satu metode pengeringan yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan
mutu hasil pengeringan, khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap panas. Pengeringan beku merupakan salah satu
metode pengeringan yang dianggap paling baik saat ini adalah metode freeze drying atau yang lebih dikenal dengan nama metode
pengeringan beku.
Adapun tahapan-tahapan yang terjadi di dalam mesin freeze dryer, sebagai berikut:
2) Vacum : Setelah beku, produk ini ditempatkan di bawah vakum. Hal ini memungkinkan pelarut beku dalam produk untuk
menguap tanpa melalui fase cair, proses yang dikenal sebagai sublimasi.
4) Kondensasi: Kondensor dengan suhu rendah akan menghapus pelarut yang menguap di ruang vakum dengan mengubahnya
kembali ke padat.
Metode Sterilisasi Injeksi
2. Panas kering
Tingkat pembunuhan mikroorganisme dan penetrasinya tergantung pada energi yang digunakan.
1.Evaluasi fisika
- Penetapan pH
Tujuan : Untuk memastikan larutan injeksi termasuk dalam larutan yang di konstitusi
dari zat padat steril untuk penggunaan parenteral, bebas dari partikel yang dapat diamati
Tujuan : Utuk menetapkan volume injeksi yang di masukan dalam wadah sudah sesuai
- Keseragaman Volume
- Uji Kebocoran
Tujuan : Untuk memeriksa keutuhan kemasan agar menjaga sterilitas dan volume serta
kestabilan sediaan.
Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta
Lanjutan…
2. Evaluasi biologi
-Uji Sterilitas
Tujuan : Untuk menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat uji sterilitas
seperti yang tertera pada masing- masing monografi.
Tujuan : Untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada dalam atau pada
bahan uji.
- Uji Pirogen
Tujuan : Untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh
pasien pada pemberian sediaan injeksi.
Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta
Lanjutan…
3. Evaluasi kimia
a. Uji identifikasi
menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada
Manitol BPFI.
b. Penetapan kadar
Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta