( KELOMPOK 07 )
INJEKSI METAMIZOLE
DI SUSUN OLEH :
PRODI S1 FARMASI
IIK STRADA INDONESIA
KEDIRI
2022
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat memahami preformulasi sediaan injeksi Metamizole
2. Mahasiswa dapat merancang formula injeksi Metamizole
3. Mahasiswa dapat membuat injeksi Metamizole dalam skala laboratorium sesuai
dengan persyaratan sediaan steril yang telah ditentukan.
4. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sedian injeksi Metamizole
B. DASAR TEORI
Injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan secara parenteral, suntikan dengan cara menembus atau merobek
jaringan ke dalam selaput lender. Pada umumnya injeksi dikemas dalam
wadah di bawah 100 ml. Untuk mendapatkan formula sediaan parenteral
yang baik harus mempunyai data preformulasi yang meliputi sifat kimia, sifat
fisika dan sifat biologis sehingga dapat ditentukan:
a. Pembawa yang tepat yaitu pembawa larut air, pembawa yang tak larut air atau
pelarut campur
b. Eksipien yang dibutuhkan meliputi pengawet, komplekson, zat pengisotonis,
anti oksidan, dapar dan lain sebagainya
c. Wadah dan jenis wadah yang sesuai
Dasar-dasar formulasi:
a. Pengaruh cara suntik
Cara suntik mempengaruhi formulasi yang diperlukan untuk menentukan bentuk dan
sediaan serta volume sediaan
b. Pengaruh pembawa
Sebagian besar pembawa sediaan parenteral adalah air. Pembawa minyak kadang-
kadang dipilih untuk melarutkan zat non polar. Untuk meningkatkan kelarutan kadang-
kadang diperlukan penambahan solubilisasi ataupun digunakan campuran pelarut.
c. Pengaruh eksipien
d. Pengaruh jenis sediaan pada formula
1. FORMULA SEDIAAN STERIL
Bahan tambahan yang digunakan untuk sediaan parenteral ditujukan untuk
beberapa alasan yaitu: (1) mempertahankan kelarutan obat; (2)
mempertahankan stabilitas fisika dan kimia sediaan; (3) mempertahankan
sterilitas sediaan jika sediaan dikemas dalam wadah dosis ganda atau (4)
meningkatkan kenyamanan pada saat penghantaran sediaan kepada pasien
misalnya mengurangi iritasi.
A. FORMULASI SUSPENSI STERIL
Sediaan suspensi parenteral tidak boleh mengendap selama
penyimpanan, mudah untuk diresuspensi pada waktu pemakaian dan
ukuran partikelnya harus dapat melewati jarum denagn ukuran 18-21
gauge. Untuk mencegah terjadinya caking, penambahan flocculating agent
misalnya bensil alkohol atau fenil etanol. Adanya suspending agent
misalnya natrium karboksimetilselulosa atau hidroksi etilselulosa dapat
meningkatkan viskositas dan berperan sebagai koloidal pelindung dari
partikel tersuspensi. Penambahan wetting agent seperti polisorbat 80,
pluronic F-68 atau sorbitan trioleat juga mampu mempertahan dispersi
partikel di dalam suspensi.
B. FORMULASI LARUTAN MATA
Zat tambahan yang diperlukan di dalam larutan mata antara lain dapar,
pengawet, bahan untuk mengatur tonisitas dan bahan pengental.
C. FORMULASI EMULSI
Sediaan bentuk ini jarang karena sangat sukar membuat sediaan emulsi
parenteral stabil dengan diameter lebih kecil 1 μm, agar tak terjadi emboli
pada aliran darah.
D. WADAH
Bahan yang digunakan sebagai wadah pengemas dan wadah untuk
pemberian sediaan parenteral meliputi gelas, karet, stainless steel, dan
plastic. Wadah pengemas merupakan sumber dari masalah stabilitas sediaan,
bahan partikulat dan sumber pirogen.
I. GELAS
Wadah gelas merupakan hasil peleburan senyawa anorganik yang didinginkan pada
kondisi kaku tanpa mengalami kristalisasi
Keuntungan wadah gelas antara lain:
1. Bersifat impermeable
2. Cukup keras dan mempunyai bentuk yang stabil
3. Transparan dan mudah dicuci karena permukaannya licin
4. Dapat disterilisasi panas kering (2600C) atau autoklaf tanpa mengalami
perubahan
Jenis-jenis gelas
Type I : merupakan borosilikat
Type II : gelas natrium kalsium
modifikasi
6. gelas
BAHAN
1. Metamizole
2. Nacl 0,9 %
D. CARA KERJA
3. DATA PENIMBANGAN
Perhitungan
= 10,3ml/vial
= 51,5 + 5,15
= 56,65ml
PENIMBANGAN
3. NaCl
Perhitungan Isotonis
Kosentrasi(C) b/v zat aktif
C Metamizole = 5 g/ 10 ml = 0,5 g/100 ml = 0,005% b/v
Nilai ekivalensi Metamizole= 0,20 ( FI edisi IV hal, 1242)
Tonisitas : 0,005% X 0,20 = 0.001 %
Nacl 0,9% untuk isotonis = 0,9 %- 0,001 %
=0,899%
= 0,899 g/100 ml x 10
= 0,089gram = 0,89 b/v
Catatan :
( )
In Process Control (IPC)
1. Uji kejernihan (Lachman III, hal. 1356)
Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang
terhadap refleks dari mata, berlatar belakang hitam dan putih dengan rangkaian
isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat: semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat
dibuang dari vial, batas 50 partikel 10µm dan lebih besar 5 partikel ≥25 µm/ml
2. Uji pH (FI IV hal 1039-1040)
Cek pH larutan menggunakan pH meter atau pH indikator
universal.Syarat: Harus sama dengan pH zat aktif. (pH sediaan
= 5-8,5)
3. Uji Keseragaman Volume (FI edisi IV, hal. 1044)
Pilih 1 atau lebih wadah bila volume ≥ 1 ml. Ambil isi tiap wadah dengan alat
suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan
diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21 dengan panjang tidak
kurang dari 2,5 µm. Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik.
Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum ke dalam
gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang
diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera.
Syarat: Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu
persatu atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume
wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.
Quality Control
Pada praktikum ini dibuat sediaan injeksi dengan bahan aktif metamizole
dan NaCl sebagai pengisotonis. Dosis metamizole 500mg/ml, sediaan dibuat
untuk 5 vual dengan total volume 51,5 ml kemudian ditambahkan kelebihan
10 % sehingga total 57 ml, volume setiap vial 10,3 ml/vial. Sebelum
melakukan pembuatan dilakukan sterilisasi bahan menggunakn metode
sterilisasi basah (autoclave suhu 121 °C selama 30 menit). Sediaan injeksi
harus memenuhi persyaratan sehingga perlu dilakukan evaluasi. Dalam
praktikum ini dilakukan beberapa uji pada sediaan, uji orgaleptis yang
diamati secara visual berupa warna, bentuk, bau. Uji homogenitas pada
sediaan injeksi metamizole memenuhi syarat tercampur merata. Uji ph
dilakukan untuk menghindari terjadi iritasi atau efek yang tidak diinginkan.
Nilai ph disesuaikan dengan pH zat aktif dan sediaan (syarat pH sediaan 5-
8,5), hasil yang diperoleh dalam praktikum yang dibandingkan dengan
control positif rentang pH 6 dan 7. Uji kejernihan memastikan bahwa setiap
larutan obat suntik jernih dan bebas pengotor hasil tidak ditemukan pengotor
pada sediaan. Untuk persyartan steril dilakukan uji metode sterilisasi dengan
tujuan menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat
berkenaan dengan uji seterilitas. Sediaan diinikulasi pada medium agar dan
diamati secara visual pertumbuhan mikroba setelah inkubasi 24 jam pada
suhu 37°C. Setelah diamati pada praktikum sediaan injeksi metamizole tidak
ada pertumbuhan mikroba. Sedangkan pada sediaan metamizole sebagai
control positif terdapat beberapa tanda pertumbuhan mikroba. Hal tersebut
kemungkinan terjadi karena kurangnya teknis aseptis dalam prosedur
pengujian.
7. KESIMPULAN
Injeksi merupakan salah satu sediaan terapi melalui suntiukan dalam volume
kecil. Sedangkan injeksi metamizole dibuat dalam dosis ganda. Dalam
praktikum ini sediaan belum biasa katakan sediaan yang steril karena
terdapat beberapa uji belum dilakukan dan juga hasilnya yang diperoleh dari
hasil uji belum memenuhi syarat mutu fisik sediaan.
LAMPIRAN :
KEMASAN :
FARMAKOLOGI DOSIS
Metamizole natrium mempunyai efek analgesic. Dapat di Kecuali diresepkan lain, disarankan menggunakan dosis sebagai
injeksikan secara i.v. sehingga memungkinkan untuk berikut:
menghasilkan efek analgesic kuat dalam berbagai macam Dewasa dan remaja ≥15tahun:
kondisi dan dapat mengontrol rasa sakit yang hanya bias diatasi Sebagai dosis tunggal: 2-5ml (i.v. atau i.m.)
olehj produk yang mengandung opium. Metamizole injeksi dalam Sebagai dosis harian: sampai dengan 10ml injeksi
dosis tinggi tidak menyebabkan adiksi atau depresi pernapasan.
Metamizole tidak mempengaruhi gerak peristaltic usus, kontraksi CARA PEMBERIAN:
melahirkan maupun pengeluaran kalkuli. Persyaratan pengobatan syok harus dipenuhi.
Larutan harus dihangatkan sehingga menjasi sama dengan suhu
INDIKASI: tubuh sebelum diinjeksikan.
Metamizole injeksi harus digunakan hanya ketika pemberian oral Injeksi i.v. harus diberikan secara perlahan tidak boleh lebih dari
tidak memungkinkan untuk hal-hal berikut: 1ml/menit.
- Rasa sakit baik akut atau kronik misalnya yang berhubungan
dengan sakit kepala, sakit gigi, luka dan setelah operasi. HARUS DENGAN RESEP DOKTER
- Rasa sakit yang berhubungan dengan kejang ringan pada
otot baik akut atau kronik yang memperngaruhi saluran KEMASAN:
pencernaan, saluran empedu, ginjal atau saluran urine VIAL ISI 10mL
bawah. No. Reg.: 123456789
KONTRA-INDIKASI: PENYIMPANAN
- Pasien dengan alergi pirazolon (hipersensitivitas terhadap Simpan pada suhu dibawah 30ºC, terlindung dari cahaya.
obat-obatan yang mengandung metamizole, Jangan dibekukan.
isopropilaminofenazon, propifenazon, fenazon, atau
fenilbutazon) Dibuat oleh:
- Metamizole harus dihindari oleh wanita hamil dan menyusui. KELOMPOK 07
- Kerusakan sumsum tulang (missal pengobatan sitostatik)
atau penyakit system hematopoietic.
- Alergi terhadap salah satu bahan atau beberapa komponen
obat
- Bayi dibawah umur 3 bulan atau berat badan 5kg
EFEK SAMPING
- Reaksi anafilaktik/anakfilaktoid: pada kasus yang jarang,
metamizole dapat menyebabkan reaksi anakfilaktoid. Reaksi
anafilaktik yang lebih ringan ditunjukkan dengan gejala pada
kulit dan mukosa (seperti rasa gatal, panas, merah, urtikaria,
bengkak)
- Reaksi kulit dan mukosa lain : pada obat tertentu kadang
dapat terjadi erupsi, ruam jarang terjadi, sebagaimana
sindrom Stephen johnsos.
- Rekasi hipotensi terisolasi: kadang-kadang
- Reaksi hematologi: jarang
- Reaksi-reaksi lain:pada kejadian sangat jarang.
- Tindakan darurat yang harus dilakukan jika terjadi syok
anafilaktik. Secara umum perlu dilakukan prosedur
kedaruratan sebagai berikut. Segera hentikan injeksi dan
pastikan canula vena pada tempatnya dan pasien tetap dalam
kondisi berbaring, naikkan kaki dan jalur udara tebuka.
- Terapi darurat: efinefrin i.v. diencerkan 1ml larutan dalam
10ml. injeksikan perlahan 1ml larutan (setara dengan 0,1mG
epinefrin) waspada pada gangguan ritme jantung. Ulangi bila
diperlukan.
- Tindakan terapuitik lainnya : respiratory buatan, inhalasi
oksigen, pemberian anti histamin.
KEMASAN SEKUNDER: