Definisi Injeksi
Sediaan parenteral adalah sediaan obat steril, dapat berupa larutan atau suspensi yang dikemas sedemkian rupa sehingga
cocok untuk diberikan dalam bentuk injeksi hypodermis dengan pembawa atau zat pensuspensi yang cocok.
Sediaan injeksi adalah sediaan steril, berupa larutan, suspensi, emulsi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Injeksi dibuat dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke
dalam sejumlah pelarut dan disiapkan dalam wadah tyakaran tunggal atau ganda (FI III, FI IV).
Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita tidak dapat diajak kerja sama dengan baik,
tidak sadar, tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain (Ansel, 1989)
Injeksi Intravena Harus Steril karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau
membran mukosa ke dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari
tubuh yang paling efesien yakni membran kulit dan mukosa, maka sediaan tersebut harus bebas
dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis dan harus mempunyai kemurnian yang
tinggi.
Dalam FI.ed.IV, sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi 5 jenis yang
berbeda :
1. Sediaan berupa larutan dalam air / minyak / pelarut organik yang lain yang digunakan untuk
injeksi, ditandai dengan nama, Injeksi................
Dalam FI.ed.III disebut berupa Larutan. Misalnya :
Inj. Vit.C, pelarutnya aqua pro injection
Inj. Camphor oil , pelarutnya Olea neutralisata ad injection
Inj. Luminal, pelarutnya Sol Petit atau propilenglikol dan air
2. Sediaan padat kering (untuk dilarutkan) atau cairan pekat tidak mengandung dapar,
pengencer atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut
yang sesuai memenuhi persyaratan injeksi, ditandai dengan nama , ...................Steril
Dalam FI.ed..III disebut berupa zat padat kering jika akan disuntikkan ditambah zat
pembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan larutan yang memenuhi syarat larutan
injeksi. Misalnya : Inj. Dihydrostreptomycin Sulfat steril
3. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang
memenuhi persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai,
ditandai dengan nama , ............ Steril untuk Suspensi.
Dalam FI.ed.III disebut berupa zat padat kering jika akan disuntikkan ditambah zat
pembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan suspensi yang memenuhi syarat suspensi
steril. Misalnya : Inj. Procaine Penicilline G steril untuk suspensi.
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara
intravena atau ke dalam saluran spinal, ditandai dengan nama Suspensi.......... Steril.
Dalam FI.ed.III disebut Suspensi steril ( zat padat yang telah disuspensikan dalam
pembawa yang cocok dan steril) .
Misalnya : Inj. Suspensi Hydrocortisone Acetat steril
5. Sediaan berupa emulsi, mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan tambahan
lain, ditandai dengan nama, ............. Untuk Injeksi.
Dalam FI.ed.III disebut bahan obat dalam pembawa cair yang cocok, hasilnya
merupakanemulsi yang memenuhi semua persyaratan emulsi steril. Misalnya : Inj. Penicilline
Oil untuk injeksi
D. Komposisi Injeksi
1. Bahan aktif
2. Bahan tambahan
a. Antioksidan
Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain
itu digunakan :
Asam askorbat
Sistein
Monotiogliseril
Tokoferol
b. Bahan antimikroba atau pengawet
Benzalkonium klorida
Benzil alkohol
Klorobutanol
Metakreosol
Timerosol
Butil p-hidroksibenzoat
Metil p-hidroksibenzoat
Propil p-hidroksibenzoat
Fenol
c. Buffer
Asetat
Sitrat
Fosfat
d. Bahan pengkhelat
Garam etilendiamintetraasetat (EDTA)
e. Gas inert
Nitrogen
Argon
f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven)
Etil alkohol
Gliserin
Polietilen glikol
Propilen glikol
Lecithin
g. Surfaktan
Polioksietilen
Sorbitan monooleat
h. Bahan pengisotonis
Dekstrosa
NaCl
i. Bahan pelindung
Dekstrosa
Laktosa
Maltosa
Albumin serum manusia
j. Bahan penyerbuk
Laktosa
Manitol
Sorbitol
Gliserin
3. Pembawa
a. Pembawa air
Menggunakan air untuk injeksi. Air yang digunakan untuk injeksi harus memenuhi syarat kimia dan fisika yaitu :
Bebas mikroba
Bebas pirogen
pH =5,0 - 7,0
Jernih
Tidak berwarna
Tidak berbau
Bebas partikel
b. Pembawa nonair dan campuran
o Minyak nabati
Minyak jagung
Minyak biji kapas
Minyak kacang
Minyak wijen
o Pelarut bercampur air
Gliserin
Etil alkohol
Propilen glikol
Polietilenglikol 300
E. Syarat-Syarat Injeksi
1) Sterilitas
Semua bentuk sediaan yang diberikan secara parenteral, larutan optalmik dan beberapa dosis medis yang digunakan dalam
hubungannya dengan pemberian bahan yang harus steril, bebas dari semua mikroorganisme hidup, kebebasan dari mikoorganisme
hidup dijamin pada awalnya dengan pembuatan produk dengan proses sterilisasi yang sah, kemudian pengemasan produk dalam dalam
suatu bentuk yang meyakinkan penyimpanan dari sifat ini. Istilah steril adalah mutlak dan seharusnya tidak pernah digunakan atau
betul-betul dipertimbangkan dalam suatu cara relatif baik sebagian atau hampir steril juga diharapkan dalam penanganan berikutnya
dari produk selama pemberian, teknik aseptik dan manipulator akan menjamin pengeluaran berlanjut dari mikroorganisme hidup.
Teknik aseptik yang tepat untuk penyiapan dan pemberian bentuk sediaan steril akan didiskusikan selanjutnya.
2) Bebas dari bahan partikulat
Bahan partikulat mengacu kepada bahan yang bergerak, tidak larut, yang tanpa sengaja
ada dalam sediaan parenteral. Kehadiran bahan partikulat dalam sediaan larutan parenteral
diperhatikan karena konsep rute pemberiannya. Walaupun rute parenteral dapat menyiapkan
lama penyimpanan, penampilan, kebutuhan, dan metode efektif dari pemberian, namun
dipercaya bahwa bahan-bahan dari luar yang tidak disengaja dapat berbahaya. Komposisi dari
bahan partikulat yang tidak diinginkan bervariasi. Dalam beberapa hal, komposisi ini dari
berbagai sumber, mengingat yang lain memiliki sumber khusus tersendiri. Bahan asing yang
ditemukan dalam sediaan parenteral meliputi selulosa, serat kapas, gelas, karet, logam, partikel
plastik, bahan kimia tidak larut, karet diatomae, ketombe dan sebagainya.
Pengaruh Secara Biologis
Kejernihan, atau tidak adanya bahan partikel yang tampak selalu dipertimbangkan sebagai
persyaratan untuk produk parenteral. Bagaimanapun, awalnya ini adalah alasan fisiologis
misalnya pengaruh larutan terhadap bahan yang tampak terhadap pasien yang menerimanya
dalam injeksi akan merupakan gambaran kesimpulan produk yang beredar di pasaran, dengan
adanya bahan yang mengapung. Saat gelas ampul mulai terkenal sebagai wadah pengemasan,
hal ini dapat dicatat bahwa kemungkinan partikel gelas akan masuk ke dalam larutan saat
ampul dibuka.
Sumber partikel
Bahan partikel dapat masuk dalam larutan parenteral dengan berbagai cara dan sumber :
1. Larutan itu sendiri dan bahan kimia yang dikandungnya.
2. Proses pabrikasi dan berbagai variabel seperti lingkungan, peralatan dan personil.
3. Komponen kemasan dan kandungannya.
4. Alat dan peralatan yang digunakan saat pemberian produk.
5. Manipulasi yang melibatkan peralatan produk untuk pemberian sama baiknya dengan lingkungan saat produk tersebut dibuat.
3) Bebas dari Pirogen
Sekarang dalam praktek pemberian obat secara parenteral, reaksi piretik sering diamati. Reaksi-reaksi ini antara lain malaise, sakit
kepala, dan peningkatan suhu tubuh (demam). Istilah seperti "sait fever", "protein fever", "serum fever", dan "salvarsan fever", umum
digunakan untuk mengartikan reaksi ini.
Definisi
Pirogen didefinisikan sebagai produk metabolit yang berasal dari mikroorganisme hidup, atau mikroorganisme mati yang dapat
menyebabkan respon demam setelah penyuntikan. Pirogen diproduksi oleh mikroorganisme gram-negatif yang sangat poten. Ekstrak
pirogen kering muncul menjadi stabil sepanjang waktu, bahkan larutan yang terpirogenik kehilangan beberapa aktivitasnya sampai
beberapa tahun.
4) Kestabilan
Dalam perkembangan sediaan steril, perkembangan atau perhatian utama ditujukan pada
kestabilan obat. Obat dalam sediaan cenderung menjadi kurang stabil daripada obat dalam bentuk kering. Untuk
penggunaan parenteral, suatu larutan atau suspensi dibutuhkan atau berupa faktor kestabilan
obat dipertimbangkan secara hati-hati. Pemilihan bahan tambahan membantu dalam
peranannya pada kestabilan secara fisika dan kimia. Untuk larutan kestabilan secara fisika
memperlihatkan pada kenampakan secara fisika dari produk saat penyimpanan. Pembentukan
endapan atau warnanya biasanya mengindikasikan ketidakstabilan. Penguraian obat tidak
begitu nyata ditunjukkan oleh perubahan secara visual, sutau larutan subpoten dapat tetap
jernih dan tidak berwarna.
5) Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah (SDF : 164)
Walaupun diinginkan bahwa cairan intravena isotonik untuk meminimalkan trauma pada
pembuluh darah, larutan hipertonik atau hipotonik dapat diberikan dengan sukses. Larutan
nutrient hipertonik konsentrasi tinggi digunakan pada hiperalimentasi parenteral. Untuk
meminimalkan iritasi pembuluh, larutan ini diberikan secara perlahan dengan kateter pada vena
besar seperti subclavian.
Definisi
Ampul adalah wadah gelas yang disegel rapat sebagai wadah dosis tunggal yang dapat
berisi bahan padat atau larutan obat jernih atau suspensi halus, dimaksudkan untuk penggunaan
parenteral. Biasanya kecil, dari 1 sampai 50 ml, tetapi mungkin mempunyai kapasitas sampai
100 ml.
Ampul merupakan kemasan obat tunggal yang berbentuk cair. Dengan volume obat 1
10 ml atau lebih. Terbuat dari kaca, berbentuk botol kecil dan berleher. Warna garis pada
leher menunjukkan tempat tersebut mudah dipotong untuk membuka kemasan ampul tersebut.
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung
runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadang-
kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah
cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut
peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya
dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat
berkembang pesat sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia (R. Voigt hal. 464)
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara dalam keadaan:
1. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal
2. Tidak perlu isotonis
3. Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70 %
4. Buret dibilas dengan larutan obat sebelum diisi
Cara Pengisian Ampul
Untuk pengisian ampul, jarum hipodermik panjang adalah penting karena lubangnya
kecil. Jarum harus dimasukkan ke dalam ampul sampai di bawah. Leher ampul, tetapi tidak
cukup jauh untuk masuk ke dalam larutan yang dimasukkan ke dalam ampul. Jarum harus
dikeluarkan dari ampul tanpa menggunakan tetes larutan pada dinding primer dari leher ampul.
Metode ini digunakan untuk mencegah pengurangan dan pengotoran jika ampul
disegel (Scoville's : 206).
Cara Penyegelan Ampul
Ampul dapat ditutup dengan melelehkan bagian gelas dari leher ampul sehingga
membentuk segel penutup atau segel tarik. Segel penutup dibuat dengan melelehkan sebagian
gelas pada bagian atas leher ampul bulatan gelas dan menutup bagian yang terbuka. Segel tarik
dibuat dengan memanaskan leher dari suatu ampul yang berputar di daerah ujungnya kemudian
menarik ujungnya hingga membentuk kapiler kecil yang dapat diputar sebelum bagian yang
meleleh tersebut ditutup (Lachman : 671).
Ampul dapat disegel secara manual melalui penggunaan api. Sumbu dibawah ujungnya
dan tarik ujungnya melalui sentuhan dengan tangkai gelas. Gelas yang kuat dihasilkan dengan
peleburan disekitar butiran dan segel dari ampul. Untuk menghasilkan segel pada ampul dapat
digunakan konfeyor untuk menyegelnya, dimana ini diletakkan di tengah dan diputar dalam
api penyegelan sampai ujung gelas melebur dan membentuk seperti manik
penyegelan (Parrot;287).
Uji Kebocoran Ampul
Prosedur yang umum, ampul dicelupkan/ dibenamkan dalam larutan berwarna seperti
larutan metilen biru (0,5-1%) dan kemudian dipindahkan ke chamber. Jika wadah tidak tertutup
rapat, maka zat warna akan ditarik/ masuk ke dalam wadah. Setelah pencucian pada bagian
luar wadah, maka zat pencelup akan terlihat.
Untuk mengetahui kebocoran wadah, dilakukan sebagai berikut :
1) Untuk injeksi yang disterilkan dengan pemanasan.
Ampul : disterilkannya dalam posisi terbalik dengan ujung yang dilebur disebelah bawah. Wadah yang bocor, isinya akan
kosong / habis atau berkurang setelah selesai sterilisasi .
Vial : setelah disterilkan , masih dalam keadaan panas, masukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1 % yang dingin. Wadah
yang bocor akan berwarna biru, karena larutan metilen biru akan masuk ke dalam larutan injeksi tersebut.
2) Untuk injeksi yang disterilkan tanpa pemanasan atau secara aseptik / injeksi berwarna
Diperiksa dengan memasukkan ke dalam eksikator dan divakumkan. Wadah yang bocor, isinya akan terisap keluar.
2. Vial
Definisi
Vial adalah wadah dosis ganda yang kedap udara, disegel dengan tutup karet atau
plastik penutup yang kecil dengan diafragma pada bagian tengahnya, yang dirancang untuk
penarikan dosis berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas, atau kemurnian
bagian yang tertinggal.
Vial merupakan kemasan obat yang terbuat dari kaca atau plastik dengan tutup karet.
Terdapat logam pada bagian atas untuk melindungi tutup karet. Vial berisi obat yang berbentuk
cair atau obat kering. Jika obat tidak stabil dalam kondisi cair maka akan dikemas dalam bentuk
kering seperti dalam bentuk serbuk kering. Label pada vial biasanya menunjukkan jumlah
pelarut yang digunakan untuk melarutkan serbuk tersebut sehingga memudahkan dalam
hitungan dosis pemberian obat. Berbeda dengan ampul, vial merupakan sistem tertutup
sehingga diperlukan menyuntikkan udara ke dalam vial untuk memudahkan dalam
mengaspirasi jumlah obat yang dibutuhkan.
Keuntungan Vial
Memberikan variasi dalam dosis
Dilengkapi dengan wadah penutup karet dan plastik untuk memungkinkan pemasukan jarum
suntik tanpa membuka dan menutup tutup
Mengurangi unit biaya perdosis
Kerugian Vial
Memerlukan pengawet
Meningkatkan kontaminasi dari wadah karena digunakan berulang
Penyegel karet dapat mengakibatkan masalah seperti incomp dengan pengawet
Penyegelan Vial
Tutup karet harus cocok dengan mulut wadah, cukup rapat untuk menghasilkan
penyegel, tetapi tidak begitu rapat sehingga sulit untuk menempatkannya dalam wadah. Tutup
bisa disisipkan dengan tangan dengan menggunakan pinset steril. Cara tangan yang lebih cepat
meliputi pengambilan tutup dan menyisipkan ke dalam vial dengan suatu alat yang
dihubungkan pada sebuah pipa vakum
Bila tutup disisipkan dengan mesin, permukaan tutup biasanya disalut dengan silikon
untuk mengurangi penggesekan. Hal ini memungkinkan penutup tersebut meluncur dari suatu
drum berputar atau drum bervibrasi berdasarkan tempat mengalir yang diletakkan di atas
wadah, siap untuk pemasukan oleh suatu alat penekan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pembuatan injeksi, sediaan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk sediaan parenteral, seperti syarat
isohidris, steril, bebas pirogen, dan isotonis. Hal ini dikarenakan, pemberiaan sediaan ini langsung diinjeksikan melalui pembuluh
darah.
Untuk pembuatan sediaan parenteral harus isotonis, isohidri, steril dan bebas pirogen. Sebaiknya dilakukan uji kualitas dari
masing-masing persyaratan agar didapatkan sediaan yang memenuhi syarat dan juga untuk meningkatkan mutu dari sediaan yang
dibuat. Selain isotonis, sediaan juga harus bersifat isohidri, yaitu pH sediaan harus sama atau paling tidak mendekati pH fisiologis
tubuh, yaitu 6,8 7,4. Hal ini dimaksudkan agar sediaan tidak menyebabkan phlebesetis (inflamasi pada pembuluh darah) dan
throbosis (timbulnya gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah). Selain itu, tujuan dari pengaturan pH ini adalah agar
sediaan yang dibuat tetap stabil pada penyimpanan.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami Sediaan Injeksi. Dan semoga makalah bermanfaat bagi
pembaca. Akan tetapi makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna
pembuatan makalah kami berikutnya yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFENISI
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan
melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan
elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang
relatif sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%; protein 17,0%; serta mineral
dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan hemeostatis (keseimbangan cairan tubuh), maka
tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.
Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam basa darah mengikuti sistem dapar, yaitu :
Hidrogen karbonat karbonat
Hidrogen fosfat dihidrogen fosfat
Serum protein
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakaran, operasi atau
perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang
menyebabkan output dan input tidak seimbang.
Asidosis berbeda dengan asidemia. Asidosis berkaitan dengan proses fisiologis yang
menyebabkan penurunan pH darah, sedangkan asidemia adalah keadaan pH arteri < 7,35.
Contoh:
Infus Asering (Otsuka)
Formulanya sebagai berikut :
Resep larutan dasar elektrolit
Na+ 130 mEq
+
K 4 mEq
-
Cl 109 mEq
++
Ca 3 mEq
Asetat 28 mEq
Aqua p.i. 1000 ml
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok
untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi glikogen otot kerangka,
hipoglikemia, dan lain-lain.
Kegunaan : 5% isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi oedema di otak.
Contoh : larutan manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal.
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 liter). Larutan tidak
disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan di luar sistem peredaran dan umumnya
menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan
pengisian larutan dengan cepat. Kita menggunakan larutan untuk merendam atau mencuci
luka-luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan. Kita biasa
menggunakannya dalam kegiatan Laparatomy, Arthroscopy, Hysterectomy, dan Turs
(urologi).
Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan parental steril dalam jumlah besar
(2 liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi dibiarkan mengalir ke dalam ruangan
peritoneal dan umumnya menggunakan tutup plastik yang dipatahkan, sehingga
memungkinkan larutan dengan cepat turun ke bawah. Penggunaan cairan demikian bertujuan
menghilangkan menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara normal dikeluarkan atau
diekskresikan ginjal. Pada kasus keracunan atau kegagalan ginjal, penggunaaan larutan dialisis
peritoneal merupakan pilihan lain yang dapat dilakukan. Larutan diabsorbsi dalam membran
peritoneal mengikuti peredaran darah. Kemudian, di dalam ujung sel peritoneal terjadi
penarikan zat toksin dari darah ke dalam cairan dialisis, yang bekerja sebagai membran
semipermeabel.
a. Hipertonis
b. Steril
c. Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal
Contohnya :
Larutan Dianeal 1,5% dan 2,5%, 2 liter
Formulanya sebagai berikut :
NaCl 538 mg 538 mg
Na laktat 448 mg 448 mg
CaCl2 25,7 mg 25,7 mg
MgCl2 5,08 mg 5,08 mg
Dektrose 1,5 g 2,5 g
Aqua p.i. 100 ml 100 ml
Osmolarity 346 396
pH 5,2 5,2
2. Human Albumin
Human albumin adalah sediaan steril albumin serum yang di dapat dengan melakukan
fraksinasi darah dari donor manusia sehat. Tidak kurang dari 96% protein harus albumin. Setiap
100 ml mengandung 25 g albumin serum sebanding atau ekuivalen keosmotikannya dengan
500 ml plasma manusia normal atau 5 g sebanding dengan 100 ml plasma manusia normal.
Kita memberikan albumin serum sebagai penyokong volume darah dengan infuse melalui
pembuluh darah dan umumnya dengan volume yang ekuivalen dengan 25-75 g albumin setiap
harinya. Tanggal kadaluarsanya berkisar antara 3-10 tahun, tergantung pada keadaan
penyimpanan.
Contoh :
Infuse Human Albumin 20%
Formulanya sebagai berikut :
Resep Human Albumin 20% (mengandung 20% protein dari minimum 96% Human Albumin
Human Albumin 192 g
Ion Natrium 125 mmol/L 2,88 g/L
Ion Kalsium max 2 mmol/L 0,08 g/L
Ion Kalsium max 2 mmol/L max 0,08 g/L
Ion Klorida max 100 mmol/L max 3,55 g/L
Aqua untuk injeksi 1000 ml
3. Plasma Protein
Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari plasma darah donor manusia
dewasa. Plasma mengandung 5 g protein per 100 ml, 83-90% adalah albumin, lalu sisanya
alfa dan beta globulin. Umumnya, kita memberikan plasma protein dalam volume 250-500 ml.
tetapi kadang-kadang sampai 1500 ml sebagai penyokong volume darah. Tanggal
kadaluarsanya antara 3-5 tahun, tergantung pada kondisi penyimpanan. Plasma yang digunakan
sebagai penambah darah dinamakan darah lengkap manusia, sel darah merah manusia, albumin
serum manusia normal, dan fraksi protein plasma manusia. Pada pengumpulan darah manusia
dari donor-donor darah untuk digunakan pada tranfusi, kita harus hati-hati memperlakukan
seluruh darah atau sel darah agar sel darah atau darah tidak menggumpal. Berikut adalah
larutan resmi yang digunakan untuk tujuan tersebut.
Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% belum berakibat besar karena masih mampu
dinormalisasikan oleh peredaran darah sendiri. Namun, bila cairan tubuh atau jumlah plasma
yang hilang lebih dari itu, maka tubuh memerlukan pengganti untuk mencegah penggumpalan
sel-sel darah serta menormalkan viskositas darah yang membesar.
Larutan yang dibutuhkan adalah senyawa koloid dengan BM>30.000, inert, cairan tidak
mudah dieliminasi, dan dapat digunakan dengan atau tanpa elektrolit.
Contoh:
Infus Plasmanate
Formulanya sebagai berikut:
Plasma Protein Fraction (Human) 5%, 100 ml USP
Plasma Protein 5g
Sodium carbonat 0,004 M
(setara dengan sodium caprylate dan acetyl tryptophan)
Sodium ion 145 mEq/L
Potasium 0,24 mEq/L
Chloride 100 mEq/L
4. Larutan Gelatin
Larutan gelatin merupakan hasil hidrolisis kolagen, yakni suatu senyawa polipeptida.
Larutan sangat cocok untuk plasma ekspander karena strukturnya terdiri atas protein, sehingga
dengan protein plasma dapat memberikan efek osmotik yang sama. Pada suhu kamar, gelatin
dapat mengental, sehingga kita perlu menghangatkan larutan dan pada pemanasan gelatin dapat
terurai. Untuk memperbaiki kelarutan, kita perlu menambahkan glioksal atau isosianat agar
bentuk molekulnya bertambah panjang dan bercabang. Setelah 24 jam dieliminasi atau diurai
secara enzimatik, gelatin hilang dari peredaran darah.
Sebagai cairan pengganti darah, kita menggunakan larutan gelatin 5% yang
diisotonikkan dengan natrium klorida dan dapat disterilkan pada suhu 121-124C dalam
autoklaf.
Contoh:
Infus Haemacel, Infus Haemaccel.
Formulanya sebagai berikut:
Resep: 3,5% Colloidal Infusion Solution
Gelatin dari polypeptides (bovine bone) 35 g
Chlorida ion 5,14 g 145 mmol
Potasium ion 0,20 g 5,1 mmol
Calcium ion 0,25 g 6,25 mmol
Sodium ion 3,33 g 145 mmol
Aqua untuk injeksi 1000 ml
5. Larutan Dekstran
Larutan dekstran adalah suatu senyawa polisakarida dengan satuan glukosa sebagai
komponen monomer, yang terikat secara glikosidik pada posisi alpha 1,6. Bentuk molekulnya
berupa benang panjang bergelombang. Dekstran terbentuk di dalam media yang mengandung
sakarosa di bawah pengaruh enzim dekstran-sakarase yang diproduksi berbagai
spesies leuconostoc.
Sebagai pengganti plasma, kita menggunakan 6% atau 10% larutan dekstran 40 atau
70 dengan berat molekul rata-rata 40.000 atau 70.000 dengan penambahan NaCl 0,9%. Pada
umumnya, kita tidak menjumpai persoalan teknis pada pembuatan larutan dekstran. Kita dapat
mengsterilkan larutan pada suhu 120C dan yang disimpan pada suhu 4C terbukti stabil dalam
waktu 19 tahun.
Contoh:
Infus Otsutran -70 (Otsuka)
Formulanya sebagai berikut:
Dekstran 70 in normal salin 6%
Dekstran 70 6,0%
Sodium chloride 0,9%
Aqua untuk injeksi 500 ml
Osmolarity = 316,5 mOsm/L
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan
melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Penggolongan sediaan
infus berdasarkan komposisi dan kegunaannya yaitu larutan elektrolit, infus karbohidrat,
larutan kombinasi elektrolit dan karbohidrat, larutan irigasi, larutan dialisis peritoneal, dan
larutan plasma expander atau penambah darah.
2. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan infus harus diperhatikan dalam proses sterilisasi agar tidak
terkontaminasi dengan mikroba. Serta dalam penyimpanan dan penggunaannya harus
memperhatikan bahwa sediaan infus tersebut dalam keadaan steril.