Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah Teknologi Sediaan Steril yang berjudul “Injeksi dan Infus” bisa selesai pada
waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen teknologi sediaan steril Ferawati
Suzalin., S.Farm, Apt., Msc yang telah membimbing kami dan teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan
baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen
yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti
yang umum digunakan, menunjukan pemberian lewat suntikan seperti berbagai
sediaan yang diberikan dengan disuntikan. Obat-obat dapat disuntikan ke dalam
hampir seluruh organ atau bagian tubuh termasuk sendi (intrasricular), ruang
cairan sendi (intrasynovial), tulang punggung (intraspinal) ke dalam cairan
spinal (intrathecal), arteri (intraarterial), dan dalam keadaan gawat bahkan ke
dalam jantung (intracardiac). Tetapi yang paling umum obat suntik dimaksudkan
ke dalam vena (intravena), ke dalam otot (intramuskular), ke dalam kulit
(intradermal) atau dibawah kulit (subkutan).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian sediaan injeksi dan infus.
2. Mengetahui penggolongan sediaan injeksi dan macam-macam cairan infus.
3. Mengetahui syarat sediaan injeksi dan tujuan pemberian terapi cairan/infus.
4. Memahami dan mengetahui cara penyuntikan dan pembuatan sediaan injeksi
dan cara pemakaian infus.
5. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari sediaan injeksi dan komposisi
cairan infus, indikasi, dan kapan penggunaan.
BAB II
ISI
Keunggulan:
Kompisisi:
K. Amiparen
Indikasi:
1) Stres metabolik berat
2) Luka bakar
3) Infeksi berat
4) Kwasiokor
5) Pasca operasi
6) Total Parenteral Nutrition
7) Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
a) L-leucine 14g
b) L-isoleucine 8g
c) L-valine 8g
d) Lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g)
e) L-threonine 5,7g
f) L-tryptophan 2g
g) L-methionine 3,9g
h) L-phenylalanine 7g
i) L-cysteine 1g
j) L-tyrosine 0,5g
k) L-arginine 10,5g
l) L-histidine 5g
m)L-alanine 8g
n) L-proline 5g
o) L-serine 3g
p) Aminoacetic acid 5,9g
q) L-aspartic acid 30 w/w%
r) Total nitrogen 15,7g
s) Sodium kurang lebih 2 mEq
t) Acetate kira-kira 1220 mEq
u) Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.
L. Aminovel-60
Indikasi:
1) Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
2) Penderita GI yang dipuasakan
3) Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma
dan pasca operasi)
4) Stres metabolik sedang
5) Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm).
Indikasi :
1) Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, &
sesudah operasi.
2) Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra operasi,
intra operasi dan pasca operasi.
3) Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan dehidrasi
isotonik dan kehilangan cairan intraselular.
4) Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsial
Kontraindikasi :
a) Insufisiensi ginjal
b) Intoleransi Fruktosa & Sorbitol
c) Kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate
d) Keracunan Metil alkohol
Hati-hati pada :