Anda di halaman 1dari 84

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPE

NGARUHI EFEK OBAT

KHURIN IN WAHYUNI
S1 Farmasi
STIKES RS ANWAR MEDIKA
1
OUTLINE
• FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEK OBAT :
– FARMAKOGENETIK
– USIA
– KEHAMILAN
– KONDISI PATOLOGIS

• PENGGUNAAN OBAT RASIONAL


• EBM
• DRP
• PICO

2
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARU
HI EFEK OBAT
• Kondisi fisiologik (neonatus, anak, geriatri, ibu
hamil dan menyusui)
• Kondisi patologik (terkait penyakit tertentu yg
diderita pasien)
• Faktor genetik
• Faktor-faktor lain

3
Kondisi fisiologik (neonatus, anak, ger
iatri, ibu hamil dan menyusui)

• Perbedaan respon obat (pola absorpsi, distrib


usi, metabolisme dan ekskresi)
• Dosis anak dihitung dgn rumus berdasar berat
badan atau luas permukaan.
• Cara pemberian.

4
Kondisi patologik (terkait penyakit tert
entu yg diderita pasien)

• Dipengaruhi oleh penyakit pada organ-organ tertentu


terutama yang melaksanakan fungsi farmakokinetik t
ubuh yakni saluran cerna, kardiovaskuler, hati dan gin
jal.

5
Faktor genetik
• Ada orang yang tidak memiliki faktor gen
etis tertentu. Misal enzim hati asetilase l
azimnya lebih aktif pada orang kulit hita
m atau asia dari pada orang kulit putih.

6
Faktor-Faktor Lain
• Interaksi obat (interaksi kimiawi, kompetisi unt
uk protein plasma, induksi enzim, inhibisi enzi
m, maupun interaksi dgn makanan)
• Toleransi. Adanya penurunan efek farmakologi
k akibat pemberian berulang.

7
Faktor-Faktor Lain
• Idiosinkrasi
yaitu peristiwa padamana suatu obat memberi
kan efek yang secara kualitatif total berlainan
dengan efek normalnya.
misal : pasien dgn pengobatan neuroleptika u
ntuk menenangkan, justru memperlihatkan re
aksi bertentangan dan menjadi gelisah dan ce
mas.

8
Terapi Rasional
Definisi:
Cara penggobatan yang telah diakui dan dibuk
tikan secara ilmiah, dengan mempertimbangk
an aspek:
- Aspek manfaat
- Resiko efek samping obat
- Biaya

9
Penggunaan Obat Secara Rasional:

• Tepat indikasi
• Tepat obat
• Tepat dosis regimen
• Tepat penderita
• Waspada ESO (efek samping obat)

10
Penulisan Resep yang Tepat
• Resep adalah permintaan tertulis dari seorang
dokter kepada apoteker untuk membuat dan a
tau menyerahkan obat kepada pasien
• Penulisan resep adalah tindakan terakhir dokt
er dalam proses terapi yang diwujudkan dalam
bentuk resep.

Farmakologi_Rina Yuniarti, S.Farm, Apt 11


Hal-Hal Yang Diperhatikan Dalam Penu
lisan Resep
• Resep ditulis dgn lengkap,jelas (nama, alamat dan SIP dokter)
• Nama obat, kadar (mg,g,ml,dll) jumlah, signa dan paraf
• Dosis ditulis dgn jelas ( mg, g, ml, dll)
• Nama obat ditulis dgn nama latin yang resmi
• Singkatan ditulis dgn singkatan yg resmi
• Nama, umur dan berat badan pasien
• Kondisi sosial pasien
• Sedapat mungkin menulis resep dihadapan pasien

12
Informasi yang Tepat
• Penting untuk meningkatkan kepatuhan
• Jenis informasi yang diberikan disesuaikan den
gan tingkat kecerdasan dan golongan sosial pa
sien.

13
Informasi Dari Dokter
• Uraian tentang penyakit yang diderita pasien
• Apa yang diharapkan dari pengobatan yang diberikan
• Bagaimana obat dapat mempengaruhi penyakitnya
• Mengapa penyakitnya memerlukan pengobatan yang
kontinyu.

14
Informasi oleh Tenaga Farmasi
• Cara penggunaan obat
• Waktu penggunaan obat
• Aturan pakai penggunaan obat
• Lama penggunaan obat
• ESO dan cara penanggulanganya
• Cara penyimpanan obat yang benar
• Peringatan lain yang dirasa perlu

15
Informasi Lain:
• Sedang hamil atau menyusui
• Neonatus, pediatri atau geriatri
• Gejala yang ingin dihilangkan
• Riwayat alergi terhadap obat atau riwayat alergi dala
m keluarga.
• Sedang atau baru saja minum obat bebas atau obat l
ain
• Bila sedang menjalani program diet tertentu, misal re
ndah garam, gula dan lain-lain.

16
Waktu Pemakaian Obat
• Bila terdapat keterangan penggunaan obat se
tiap 4 atau 6 jam, maka jarak minum obat har
us tepat sesuai petunjuk.
• Bila keterangannya digunakan 3 x sehari, maka
penggunaannya lebih fleksibel
• Minum setalah makan, sebelum makan atau p
ada saat perut keadaan kosong.

17
Pemberian Obat Pada Neonatus, Bayi
dan Anak
Harus hati-hati karena:
• Organ belum berfungsi sempurna
• Distribusi cairan tubuh berbeda dgn dewasa
• Dosis anak dihitung dengan rumus

18
Penggunaan Obat pada Wanita Hamil
dan Menyusui
• Sebaiknya dihindari pemberian zat-zat kimia k
arena dapat membahayakan perkembangan ja
nin
• Mempengaruhi langsung pada embrio atau ja
nin (letal, toksik, teratogenik)
• Mempengaruhi fungsi plasenta (mengganggu
nutrisi untuk embrio dan janin)

19
Cara Penyimpanan Obat yang Benar
• Simpanlah obat terpisah dari makanan dan bahan makanan
• Simpan obat ditempat aslinya, jgn ditukar dgn tempat lain
• Hindari obat dari tempat panas, sinar matahari langsung, lem
bab, dapur atau kamar mandi
• Jangan simpan dikulkas atau lemari pendingin kecuali ada kete
rangan resmi.
• Pisahkan antara obat yang diminum dengan obat luar.
• Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

20
Penggunaan obat dalam waktu Lama
• Resistensi
• Toleransi
• Kumulasi : penumpukan obat dlm tubuh, dpt terjadi k
eracunan
• Takifilaksis : kecepatan respon atau respon awal thd o
bat berkurang wlopun dosis ditingkatkan.
• Adiksi
• Habituasi

21
Prinsip Pemilihan Obat
• Timbanglah manfaat dan resikonya
• Pertama-tama gunakan obat yang paling established,
• Gunakan obat yang anda ketahui paling baik
• Sesuaikan dengan kebutuhan individu yang bersangk
utan
• Sesuaikan dosis secara individu
• Pilihlah cara pemberian yang paling aman.

22
Dasar Dasar Terapi Secara Ras
ional
(EBM DAN DRP)
Materi
• Mengapa seorang klinisi atau dokter harus me
mberikan terapi ?
• Sumber informasi apa sebagai dasar terapi ?.
Mengapa seorang klinisi atau
dokter harus memberikan ter
api ?
Pendahuluan

• Seorang klinisi atau dokter dalam menjalan


kan profesinya tidak hanya menentukan dia
gnosis dan terapi saja, tetapi yang lebih pent
ing adalah membantu pasien dan keluargan
ya dalam mengatasi masalah penyakit yang
diderita dan kematian.
• Tujuan terapi adalah
1. Memperpanjang harapan hidup dengan harap
an mencegah kematian lebih dini.
2. Memperpanjang kualitas hidup (quality of lif
e ) sehingga kecacatan akibat suatu penyakit
dapat dihindari atau diminimalisir.
3. Mengatasi keluan atau gejala yang menjadi m
asalah penderita.
• Adapun cara mencapai tujuan tersebut melalui p
enanganan penderita secara komprehensip yang
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan r
ehabilitatif.
Upaya preventif meliputi :
1. Prevensi primer bertujuan untuk menghilang
kan atau mengurangi faktor resiko (immunisa
si, menghentikan merokok terapi hipertensi d
ll)
2. Prevensi sekunder bertujuan untuk deteksi a
wal suatu penyakit atau menghilangkan peny
akit( terapi kuman tbc, terapi kuman tiphoid,
dll) .
3. Prevensi tertier bertujuan membatasi dampak
terhadap suatu penyakit (terapi radiasi, maste
ktomi parsial)
Upaya kuratif meliputi :
• Ada 2 jenis terapi kuratif yaitu
– terapi simptomatis dan terapi kausatif.
• Terapi simptomatis bertujuan untuk menghi
langkan gejala-gejala penyakit.
• Terapi non farmakologi .
• Terapi farmakologi.
• Terapi kausatif bertujuan untuk menghilang
kan penyakit atau penyebab penyakit.
• Terapi non farmakologi.
• Terapi farmakologi.
Sumber informasi apa sebag
ai dasar terapi ?.
Pendahuluan
• Evaluasi kemajuan terapi pada masa lalu menu
njukan hasil yang kurang efisien dan terkadan
g memerlukan proses yang membahayakan kar
ena tidak berdasarkan evidence base medicine
(EBM).
• Profesi dokter dan kesehatan tidaklah cukup h
anya berpedoman pada kemampuan klinik dan
pengalaman  tanpa bukti penelitian terbaru s
eorang dokter akan ketinggalan (out of date).
Evidence-Based Medicine (EM
B)
Evidence-Based Medicine (EMB)
• Adalah integrasi hasil-hasil penelitian terbaru dengan
subyek pasien dan kejadian klinik dalam membuat ke
putusan klinik .
• EBM merupakan hasil-hasil penelitian terbaru yang
merupakan integrasi antara pengalaman klinik, penge
tahuan patofisiologi dan keputusan terhadap kesehata
n pasien.
• Atau
• merupakan integrasi kejadian untuk menentukan tera
pi atau penatalaksanaan suatu penyakit.
• Dengan melihat pada penelitian-penelitian
kedokteran dan literatur-literatur (individua
l atau group), sehingga dapat membantu do
kter
– Menentukan diagnosis yang tepat,
– Memilih rencana pemeriksaan terbaru,
– Memilih terapi terbaru
– Memilih metode pencegahan penyakit te
rbaru.
• Selama ini jenis penelitian terbaik adalah :
– Randomised clinical trials.
– Meta-analysis.
• Bukti-bukti klinik biasanya ditulis dalam su
atu journal dan dokumen-dokumen, sehing
ga memudahkan seorang dokter atau klinisi
untuk memanfaatkanya.
• Menggunakan tehnik EMB berskala besar deng
an pengelompokan pada penyakit yang sama d
apat digunakan untuk pembuatan suatu “ practi
ce guidelines” atau konsensus.
• Manfaat “practice guideline” oleh para klinisi
digunakan untuk menentukan :
– Diagnostik.
– Terapi.
EBM Klinik
• Merupakan bukti penelitian terbaru
– untuk memutuskan tentang penatalaksaan pasien-p
asien secara individu.
– untuk memperbaiki dan mengevaluasi perawatan p
ada pasien.
• Digunakan sebagai” gold standart/ standar bak
u/standar emas “ untuk praktisi klinik dan guid
eline therapi.
Sumber EBM Klinik
• Sistematic reviews dari literatur kedokteran
.
• Large Randomised controlled trials ( efikas
i terapi)
• Large prospective studies (pemantauan wak
tu).
–  Bukti penelitian test diagnostik dan terapi.
Klasifikasi EBM
• 1. Evidence-Base guideline.
– EBM praktis pada tingkat organisasi atau institus
i dalam bentuk guideline, pedoman, dan aturan
• 2.Evidence-Base individual decision making.
– EBM praktis pada individual.
Manfaat EBM Klinik
• Practice guideline atau Evidence-base medicine
guidelines.
1. Membantu menurunkan mortalitas atau kema
tian pasien.
2. Memperbaiki derajat kesehatan dan perawata
n.
3. Mengevaluasi dan merencanakan terapi.
4. Memilih pola hidup dan perawatan kesehatan
terbaik.
Contoh EBM klinik
– Clinical Guidelines” The Evidence Base for Ti
ght Blood Pressure Control in the Management
of Type 2 Diabetes Mellitus “
– Petunjuk Praktis “ Pengelolaan Diabetes Mellit
us Tipe 2” oleh PERKENI 2002.
– Konsensus “Pengelolaan dan Pencegahan Diab
etes Mellitus Tipe 2 di Indonesia “ oleh PERK
ENI 2006
– JNC VII for hipertension.
Kualifikasi EBM Klinik

1. U.S. Preventive Services Task Force


2. U. K. National Health Service (level of ev
idence [LOE])
1 .U.S. Preventive Services Task Force
• Level I:
– Designed randomized controlled trial.
• Level II-1:
– Designed controllled trial tanpa random
• Level II-2:
– Studi cohort atau case-control analytic.
• Level II-3:
– Multiple time series dengan atau tanpa intervensi.
• Level III:
– Pendapat ahli, penelitian klinik dasar, studi descriptive atau lap
oran kasus.
Kategori dari rekomendasi
( US. Preventive Services Task Force)
• Level A:
– Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik lebih baik deng
an resiko sedikit.
• Level B:
– Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik sedikit lebih ba
ik dengan resiko sedikit
• Level C:
– Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik sedikit, dimana
perbandingan antara manfaat dan resiko sama.
• Level D:
– Suatu penelitian yang memberikan resiko klinik lebih berat.
• Level I:
– Suatu penelitian yang tidak mempunyai bukti cukup, kualitas jele
k atau banyak pertentangan.
2. UK National Health Service
( level of evidence [LOE])
• Pembagaian berdasarkan pendekatan prevention, diagnosi
s, prognosis dan therapy.
• Level A:
– Consistent Randomised Controlled Clinical Trial, Coh
ort study, keputusan klinik berdasarkan validitas pada
populasi yang berbeda.
• Level B:
– Consistent Retrospective Cohort,Explonatory Cohort,
Ecological Study,,Outcomes Research, Case-control St
udy, atau extrapolasi dari studi level A.
• Level C:
– Case-series Study atau extrapolasi dari studi level B
• Level D:
– Opini tanpa critical appraisal atau berdasarkan patophy
siologi.
Jenis-jenis metode penelitian
• Meta Analysis
– Evaluasi terapi, efektifitas dan rencana penelit
ian baru.
• Systemic overview
– Topik klinik dan untuk mejawab pertanyaan y
ang spesifik.
• Randomized Controlled Clinical Trial/Controlled
Clinical Trial
– Diagnostik, terapi dan efektifitas profilaksi.
• Cohort Study (Penelitian prospektif)
– Prognosis, etiologi dan prevensi.
• Case-control Study (Penelitian retrospektif)
– Prognosis, etiologi dan prevensi
• Cross-Sectional Study
• Review
Meta-analisis atau sistemik overvi
ew
• Digunakan untuk informasi terapi bila tidak ada penel
itian RCT dalam jumlah besar.
• Meningkatkan kekuatan (akibat intervensi ) secara sta
tistik bila dibandingkan dengan penelitian RCT dalam
jumlah kecil.
• Meningkatkan presisi bila dibandingkan dengan bebe
rapa penelitian RCT.
• Bisa memperkirakan efek terapi.
Randomized controlled trial/RCT
• Bila dilakukan dalam jumlah besar, menjadi sumber y
ang paling baik untuk memperkirakan manfaat dan ke
rugian dari hasil penelitian.
• Kesempatan yang sama diantara kelompok penelitian.
• Bisa meninimalkan bias (kesalahan)
• Metode doubel-blind RCT merupakan gold standar u
ntuk mengetahui efek terapi atau intervensi.
Apa sebenarnya arti Uji Klinik atau
clinical trial ?
• Istilah uji klnik merupakan aplikasi dari semua jenis eksper
imental yang direncanakan dengan mengikutsertakan pasie
n dan dirancang untuk mendapatkan terapi pasien yang ses
uai dimasa mendatang dengan kondisi medis tertentu ( Poc
ock, 1984).
• Ciri khas dari uji klinik adalah hasil-hasil berdasarkan juml
ah sampel yang terbatas
– Untuk mendapatkan kesimpulan mengenai bagaimana terapi dapat
digunakan
– Dapat digunakan untuk terapi pada masa yang akan datang.
• .
• Berdasarkan “Uji klinik” yang baik dan me
ngikuti prinsip-prinsip eksperimental ilmia
h merupakan satu-satunya dasar yang dapat
dipercaya untuk dapat menilai efisiensi dan
keamanan dari terapi yang baru
• Uji klinik merupakan jenis khusus dari stud
i kohort yang kondisi studinya selektif, dint
ervensi yang bertujuan untuk membanding
kan suatu obat baru dengan obat standart.
• Ada 2 pertanyaan yang dijawab dalam uji k
linis yaitu :
1. Dapatkah bekerja pada keadaan ideal ?
– Efikasi adalah lebih memberikan manfaat dari pad
a kerugian dalam kondisi edeal
2. Apakah obat dapat bekerja pada tatanan biasa
?
– Efektif adalah lebih memberikan manfaat dari pad
a kerugian dalam kondisi sebagaimana adanya
• Bagaimana menentukan suatu rencana pengob
atan ?
– Sebaiknya mengacu pada
• Teori yang sesuai logika
• Hasil uji secara eksperimental.
• Bagaimana para klinisi untuk menentukan ter
api ?
– Berdasarkan pengalaman pribadi.
– Berdasarkan pengalaman yang didapat baik secara tert
ulis (tulisan ilmiah) maupun lisan dari sejawat.
Struktur Uji kinik dalam bentuk sederhana
yaitu:
• Pertama :
– pasien diseleksi dari jumlah sampel yang lebih besar de
ngan kondisi yang sama.
• Kedua :
– Dibagi menjadi 2 kelompok (dengan prognosis yang se
banding ):
• Kelompok eksperimen (obat baru) yang diperkirakan bermanf
aat.
• Kelompok kontrol (obat lama).
• Paparan klinik selanjutnya diamati dan setiap perb
edaan dalam keluaran dihubungkan dengan interve
nsi.
Struktur Uji Klinik
Sembuh
Populasi
pasien dgn Intervensi eksperimen
kondisi
Tidak sembuh

Alokasi
Sampel
Sembuh
Intervensi pembanding
(kontrol)
Tidak sembuh
• Studi pada binatang tidak dimasukan dalam uji
klinik.
• Yang termasuk uji klinik adalah
– Percobaan pada manusia sukarelawan sehat
– Uji lapangan dari vaksin.
– Uji pencegahan unutk subyek dengan gejala progej
ala.
– Uji kelompok pasien.
Tahapan eksperimen dalam Uji Obat
(drug trial):
• 1.Uji Tahap I
– Uji toksisitas dan farmakologi klinik
– Terhadap sukarelawan.
• 2 Uji Tahap II
– Uji efek pengobatan (efektifitas dan keamanan).
– Terhadap pasien terbatas antara 100-200 pasien.
• 3 Uji Tahap III.
– Uji evaluasi terapi dalam skala penuh.
– Membandingkan obat yang baru dengan obat standart.
– Disebut “Uji klinik” atau “studi komparatif.”
• 4 Uji Tahap IV.
– Surveilan pasca pasar atau post marketing.
– Dilihat efek samping obat, mortalitas dan morbiditas dalam s
kala besar.
Kesimpulan
• Terapi diberikan apabila seorang klinisi sudah mempu
nyai kejelasan tentang tujuan terapi.
• Terapi diberikan berdasarkan hasil-hasil uji klinis den
gan prinsip EBM.
• Dalam membaca journal terapi sebaiknya dipilih jour
nal dengan metode Randomised clinical trials atau M
eta-analysis.
Kepustakaan.
• Greenberg,et al, 2001 . Medical Epidemiology. Edisi 3 Lan
ge Medical Books/ MCGraw-Hill.Toronto
• Gerstein H.C and Haynes RB. 2001 Evidence-based diabete
s care. BC decker Inc London.
• http://en.Wikipedia.org/wiki/Evidence-based_medicine
• Soeparto ,dkk. 1998 Epidemiologi Klinis .Gramik FK UNA
IR.
• Tierney et al. 2005.Current medical Diagnosis & treatment .
MacGraw-Hill Toronto.
Drug Related Problems (DRPs)
•Merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan
dari pengalaman pasien akibat terapi obat sehingga
secara aktual maupun potensial dapat mengganggu
keberhasilan penyembuhan yang diharapkan
DRPS

DRPs
aktual
suatu masalah yang sedang terjadi
berkaitan dengan terapi yang
sedang diberikan pada pasien.

DRPs
potensial suatu masalah yang diperkirakan
akan terjadi berkaitan dengan
terapi yang sedang diberikan pada
pasien
Pasien
mengalami
keadaan yang
tidak
dikehendaki

Komponen
DRPs

Ada hubungan
antara keadaan
yang tidak di
kehendaki
dengan terapi
obat
Jenis jenis DRPs
Terapi obat tambahan (need for additional drug therapy)

• medication)
Terapi obat yang tidak perlu (Unnecessary drug therapy)

Obat tidak tepat (Wrong drug)

Dosis terlalu rendah (Inadequate dosage)

Reaksi obat yang merugikan (Adverse drug reaction)

Dosis telalu tinggi (Over dosage)

Ketidakpatuhan pasien (Uncompliance)

Gagal Menerima Obat(Failure to receive )


Identifikasi Drug Related Problem
• Modul 1 :Pharmacist’s Patient Data Base
adalah untuk memperoleh data pasien yang obyektif maupun subyektif sehingga
dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terapi
• Modul 2: Drug Therapy Assesment Worksheet (DTAW)
adalah form yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mereview D
RPs
• Modul 3: Drug Therapy Problem List (DTPL)
Pada lembar ini ditulis jenis DRPs yang ditemukan sesuai yang ada,di DTAW dan r
ekomendasi yang diberikan kepada dokter atau perawat untuk tercapainya keber
hasilan terapi
• Modul 4: Pharmacist Care Plan (PCP)
PCP berisi ulasan lebih rinci tentang rencana yang akan dilakukan oleh farmasis u
ntuk mewujudkan kerasionalan penggunaan obat
• Modul 5:Pharmacist Care Plan Monitoring Worksheet (PCPMW)
PCPMW berfungsi untuk mengarahkan farmasis dalam melakukan monitoring sec
ara efektif dalam pelaksanaan Pharmacist Care Plan (PCP).
Blangko DRPs
Kasus
Ny. Nana (25 th) mengeluhkan diare parah disertai muntah sejak 3 hari yang lalu, kema
rin kedokter dan diresepkan obat Ciprofloxacin 2xsehari selama 5 hari, antasida syr I bo
tol dan Tripanzim 3xsehari selama 5 hari. Tetapi sejak meminum obat gejala diare pasie
n tidak kunjung reda.Pasien keapotek untuk mencari obat yang lebih manjur.

Assessment :
• Pasien mengeluhkan diare parah disertai muntah sejak 3 hari
yang lalu dan perlu diatasi dengan pemberian antibiotik yang
Subjektif tepat, obat diare yang tepat dan ditambahkan pengganti cairan
tubuh agar tidak terjadi dehidrasi akibat diare dan muntah.
• Pemberian tripanzym di anggap kurang tepat dikarenakan
trypanzim di indikasi untuk perut kembung pada keadaan
Nama : Ny. Nana insufisiensi pankreas.
• Pemberian antasida sirup digunakan untuk mengurangi muntah
Umur : 25
dari pasien agar dehidrasi tidak terjadi
Tahun • Pada pasien ini tidak diberikan obat antidiare seperti loperamid
Hcl untuk mengurangi terjadi nya diare sehingga diare selama 5
Gejala : Diare parah hari tidak kunjung berkurang.
disertai muntah sejak 3 • Diharapkan pasien melakukan tes darah dan fases agar diketahui
hari yang lalu. bakteri penyebab diare.
• Terjadinya RPDs yaitu pada jenis Obat tidak tepat (Wrong drug),
Terapi obat yang tidak Perlu (Unnecessary drug therapy)
Plan
Farmakologi :
• Ciprofloxacin 500 mg 2 kali sahari 1 tablet diberikan untuk membunuh bakte
ri akibat diare
• Lodia tablet 1 kali sehari 2 tablet diberikan untuk menghentikan peristaltic u
sus dan menghentikan diare akut dan kronis
• Oralit pengganti cairan tubuh diberikan karena diare dan muntah sudah terj
adi 3 hari akan terjadi dehidrasi bila tidak ditambahkan pengganti cairan tub
uh.
• Antasida syr 3 kali sehari 1 sendok makan untuk mengatasi mual dan munta
h.
 
Non Farmakologi :
• Diharapkan pasien mengkonsumsi makanan yang higienis dan bersih
• Perbanyak minum air putih agar tidak terjadi dehidrasi dan Istirahat.
 
Outline
3 cara menggunakan literatur medis
- Memperhatikan Tanda yang Penting dari Bukti Baru
- Pemecahan Masalah
- Mencari Background Questions dan ForeGround Questions.

Mengklarifikasi Pertanyaan
- Struktur: Pasien, Intervensi, Outcome
- 5 Tipe dari pertanyaan ForeGround.
- Mencari Desain Studi yang Relevan untuk Tipe
Pertanyaan
- 3 contoh Klarifikasi Pertanyaan
Contoh 1 : DM dan Target Tekanan darah
Contoh 2 : Kehilangan Kesadaran Sementara
Contoh 3 : Squamous Cell Carcinoma

Kesimpulan : Menentukan Pertanyaan


CARA UNTUK MENGGUNAKAN LITERATU
R MEDIS

Pada tenaga kesehatan diawal pelatihannya melihat pasien dengan dx


awal DM Tipe 2. Dia akan bertanya pada pasien DM: Apa DM tipe 2 itu?
Mengapa pasien mengalami poliuria? Mengapa pada pasien ini mengalami
mati rasa pada kakinya? Apa pilihan pengobatan yang tersedia?

MEMPERHATIKAN TANDA YANG


PENTING DARI BUKTI BARU

Memperhatikan pada hasil penelitian yang terbaru yang


kemudian dimasukkan ke dalam artikel/jurnal

PEMECAHAN MASALAH

Disini praktisi dapat mendefiniskan pertanyaan yang diajukan


kemudian mencari literatur yang sesuai untuk menjawab
pertanyaan tersebut
Background questions DAN FOREGROUND questions

Dari grafik tersebut dapat di

simpulkan bahwa praktisi da

pat menggunakan literatur

medis untuk memecahkan

masalah dengan Backgroun

d question dan Foreground

question.
MENGKLARIFIKASI PERTANYAAN

Menyusun Pertanyaan Klinis dengan PICO

P Patient/Populatio Kondisi pasien yg


n bersangkutan
I Intervention / Intervensi yang
Exposure diberikan
C Comparator Pembanding yg
diberikan
O Outcome Hasil yang relevan
5 TIPE PERTANYAAN FOREGROUND

1. Terapi : Menentukan efek dari intervesi terhadap outc


ome pasien (gejala, fungsi, morbiditas, mortalitas da
n biaya).
2. Bahaya : Memastikan efek dari agen yang berpotensi me
mbahayakan (termasuk terapi pada poin <1>).
3. Diagnosis Diferensial : pada pasien dengan tanda klin
is tertentu, ditetapkan gejala apa yang mengakibatkan
tanda klinis itu muncul
4. Diagnosis : Melakukan tes untuk membedakan dengan ata
u tanpa kondisi target atau penyakit.
5. Prognosis : memperkirakan tujuan terapi pasien kedepa
nnya.
JENIS RANCANGAN STUDI YANG SESUAI

Studi acak terkontrol  Ada kelompok kontrol dan ada kelomp


ok yang diberi treatment, sehingga dapat dilihat dan dibanding
kan outcome / hasil.
Contoh: Apakah pasien Hipertensi dengan Hiperlipidemia ber
esiko mengalami Stroke / Infark Miokard??
JENIS RANCANGAN STUDI YANG SESUAI

Pasien dengan atau tanpa intervensi diikuti kedepannya


untuk menentukan apakah outcome nya.

Contoh: Pada pasien merokok dengan outcome Kanker


JENIS RANCANGAN STUDI YANG SESUAI

Dapat dilihat dengan cara mengevaluasi diagnostik yang telah dila


kukan kemudian memfollow up hasil diagnostik tersebut baru kita
dapat menyimpulkan diagnosanya.
JENIS RANCANGAN STUDI YANG SESUAI

Tes diagnostik dilakukan pada pasien kemudian dilakukan gold test lalu
dilihat sampel mana yang memenuhi standart dan dikelompokkan berda
sarkan hasil pasien yang masuk pada target yang ingin dicapai dibandin
gkan dengan pasien yang tidak masuk dalam target.
JENIS RANCANGAN STUDI YANG SESUAI

Pasien yang memiliki perkembangan dari suatu penyakit/obat kemudian


disimpulkan dan dilihat hasilnya.
Contoh: Pada pasien operasi, apakah setelah operasi akan terjadi Infark
miokard? Bagaimana Kelangsungan hidup pasien kanker? Pasien DM b
erapa tahun lagi terkena neuropati??
Contoh 1 : DM dan target tekanan darah
• Wanita, 55th, DM tipe 2 dan HT. Kontrol gula baik dg metformin, tidak memi
liki R/ komplikasi. Utk tx HT px menggunakan diuretik tiazid dengan dosis ke
cil. Selama 6 bulan TD nya 155/88mmHg (tetap tidak terkontrol).
• Pertanyaan awal: Ketika pengobatan HT, apakah target TD sesuai dengan ya
ng kita inginkan?
• Penggalian lebih: Salah satu kata kunci yang memberikan batasan tidak dap
at memberikan/ menentukan populasi yang diinginkan secara memadai. Ma
nfaat kontrol TD berbeda antara pasien DM dan non DM, tipe 1 atau tipe 2 d
an di antara pasien dengan dan tanpa komplikasi DM.
• Rincian dimana kita menentukan populasi pasien seperti pedang bermata d
ua, disatu sisi kita akan mendapatkan informasi yang kita inginkan sesuai de
ngan kondisi pasien yang kita inginkan, disisi lain kita mendaptakan informa
si yang sangat terbatas sehingga tidak memiliki pembanding dengan data ya
ng kita inginkan.
Contoh 2 : Kehilangan kesadaran sementara
• Px peminum berat, pria 55th, masuk UGD dengan kehilangan kesadaran se
mentara.
• Pada awalnya dia minum 5 bir dan mulai naik tangga untuk menuju tempat
tidur, kmd hal yg diingat dia dibangunkan oleh anaknya yg ditemukan tergel
etak didekat tangga.
• Sekitar wkt 1 menit, px mulai sadar dan tetap bingung saat 2 menit setelah s
adar. Pada pemeriksaan fisik: EKG ritme sinus dengan rata” 80/menit dan ta
npa ada kelainan. Glucosa natrium dan hasil Lab lainnya dinyatakan normal.
Dan hasil tes alkohol dlm darah negatif.
• Pertanyaan awal: bagaimana secara ekstensif yang lebih baik untuk menggal
i informasi pasien??
• Penggalian lebih: dari pertanyaan awal kita dapat sedikit gagasan untuk me
ncari literatur untuk jawaban pertanyaan diatas. Contoh: kita bisa menanyak
an tentang diagnosa diferensial. Jika kita mengetahui diagnosa akhir pasien,
kita bisa mencari lebih umum mengenahi kemungkinan diagnosa tersebut
• Dari data diatas bisa disusun PICO
1. Pertanyaan awal tentang diagnosa
P : Pasien paruh baya dengan hilang kesadaran sementara.
I : Observasi secara menyeluruh dan tidak ada lanjutan untuk diagnosa umum dan spes
ifik.
C : Observasi minim dan tidak ada diagnosa lanjutan.
O : Frekuensi gangguan yang mendasari, seperti syncope, kejang dan serangan iskemik.
2. Pertanyaan lanjutan tentang diagnosa
P : Pasien paruh baya hilang kesadaran sementara
I : Electroencephalogram
O : Referensi observasi (pada pertanyaan awal)
3. Pertanyaan lanjutan tentang Prognosis
P : Pasien paruh baya hilang kesadaran sementara
I : waktu
O : aritmia/kejang, stroke, morbiditas dan mortalitas setelah aritmia/kejang
4. Pertanyaan lanjutan tentang dampak dari diagnosa
P : Pasien paruh baya hilang kesadaran sementara
I : Penyelidikan komperhensif
C : Penyelidikan minimal
O : morbiditas dan mortalitas
Contoh 3 : Squamous Cell Carcino
ma
• Pria 60th, riwayat merokok 40pak/tahun dengan tanda hemoptisis.
Rontgen dada menunjukkan masa parenkim dengan mediastinum n
ormal dan biopsi menunjukkan sel karsinoma. Hasil pemeriksaan fisi
k normal.

• Pertanyaan awal: investigasi Apa yang harus kita lakukan sebelum m


emutuskan apakah akan operasi pada pasien ini?

• Penggalian lebih: Kunci dari pasien ini, yaitu sel karsinoma. Pemriks
aan fisik dan rontgen dada menunjukkan tidak ada bukti penyakit m
etastatik intratoraks atau extrathoracic.
1. Peningkatan sebuah pertanyaan : Pertanyaan tentang diagnosis

P : Pasien tidak ada bukti metastasis paru

I : PET-CT scan dada

O : Penyebaran mediastinal di mediastinoscopy.

2. Pertanyaan tentang dampak dari diagnosa

P : Pasien tidak ada bukti metastasis paru

I : PET-CT

C : Alternatif dari Strategi diagnosis

O : Tidak perlu thoracotomy


Kesimpulan
• Mendefinisikan pertanyaan
• Membuat sebuah pertanyaan. Dicari jawaban dengan menggu
nakan literatur medis untuk menyelesaikan masalah.
• Dari 3 contoh diatas menggambarkan bahwa dapat menimbulk
an pertanyaan klinis dan memberikan jawaban yang benar ses
uai yang diinginkan
• Penyusunan pertanyaan klinis harus dibuat dengan teliti agar
mendapatkan jawaban untuk memecahkan masalah klinis kare
na banyak literatur yang nantinya akan membuat kita bingung
dalam pemilihan literatur mana yang dapat memecahkan mas
alah

Anda mungkin juga menyukai