Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan kerjasama yang membutuhkan


dengan pertanggungjawaban bersama seiring dengan mengikatnya pembentukan
lembaga pelayanan kesehatan. Oleh karena itu aturan-aturan hukum hendaknya lebih
mendapatkan perhatian. Hal ini menjadi penting seiring dengan meningkatnya
peranan hukum dalam pelayanan kesehatan di satu sisi. Pada sisi lainnya adalah
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan peayanan kesehatan dan
meningkatnya perhatian terhadap hak yang dimiliki manusia untuk memperoleh
pelayanan kesehatan.
Secara mendasar perbuatan yang dilakukan oleh para pelaksana pelayanan
kesehatan merupakan perbuatan hukum yang mengakibatkan timbulnya hubungan
hukum, walaupun hal tersebut seringkali tidak disadari oleh para pelaksana pelayanan
kesehatan pada saat dilakukan perbuatan yang bersangkutan.
Pelayanan kesehaatan sesungguhnya tidak hanya meliputi kegiatan atau aktivitas
profesional di bidang pelayanan kuratif dan preventif untuk kepentingan perorangan,
tetapi juga meliputi misalnya lembaga pelayanannya, sistem kepengurusannya,
pembiayaannya, pengelolaannya tindakan pencegahan umum dan penerangan.
Pemahaman tentang timbulnya hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan
perorangan atau individual yang disebut pelayanan medik, dasar hukum hubungan
pelayanan medik, kedudukan hukum para pihak dalam pelayanan medik dan resiko
dalam pelayanan medik. Timbulnya hubungan hukum dalam pelayanan medik dapat
dipahami, jika pengertian pelayanan kesehatan, prinsip pemberian bantuan dalam
pelayanan kesehatan, ujuan pemberian pelayanan kesehatan dapat dipahami sebagai
memberikan rasa sehat atau adanya penyembuhan bagi pasien (Amin, 2017:124).
Interaksi sosial merupakan hal yang penting dalam konteks layanan kesehatan.
Beberapa komponen yang membentuk terjadinya interaksi sosial adalah berikut.
1. Adanya kontak sosial (social contact)
Kontak sosial dapat terjadi antarperorangan, antarkerlompok, atau antara
kelompok dengan perorangan. Kontak yang positif terjadi apabila melahirkan
sebuah kerjasama, sedangkan kontak negatif terjadi bila melahirkan
penolakan untuk terjadinya kerjasama.
2. Adanya komunikasi.
Dalam interaksi, komunikasi merupakan hal yang penting.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial adalah sebagai berikut:
1. Salah satu tokoh yang mempelajari interaksi sosial adalah George
Herbert Mead dengan teori Interaksionisme Simbolik. Simbol, artinya
sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepada seseorang oleh orang
yang menggunakannya. Menurut Herbert Blumer ada tiga pokok dalam
Interaksionisme Simbolik, yaitu (1) manusia bertindak (act) terhadap
sesuatu atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu bagi dirinya,
(2) makna itu muncul karena adanya interaksi, dan (3) makna
diperlakukan atas dasar penafsiran (interpretative process).
2. Dalam pandangan Thomas (1968), tindakan seseorang dalam proses
interaksi sosial, dipengaruhi oleh definisi situasi (the definition of
situation), artinya seseorang melakukan proses penafsiran dan
pertimbangan terhadap situasinya sendiri (context). Misalnya tatapan
mata seorang perawat kepada pasien, bukan menunjukkan dia sedang
terpesona, tetapi tatapan perawat yang sedang mendiagnosis. Tetapi biila
definisi situasinya ditafsirkan beda, maka reaksi pasien tersebut dapat
berbeda.
3. Jumlah anggota. Tinggi atau rendahnya jumlah anggota yang
melakukan interaksi sosial dapat berpengaruh terhadap proses interaksi
tersebut. Salah satu hal penting yang dikembangkan oleh George Simmel
adalah analisisnya mengenai pengaruh jumlah terhadap pola interaksi
sosial. Secara sederhana, proposisi Simmel itu dapat dikemukakan bahwa
begitu jumlah orang yang terlibat berubah dalam interaksipun berubah
teratur dan dapat driamalkan.
Paparan yang paling terkenal dari Simmel adalah mengenai dyad dan
tryad. Ketika hanya ada dua orang yang berinteraksi maka nilai
personalitasnya akan muncul, sedangkan jika interaksi maka nilai
personalitasnya akan muncul, sedankan jika interaksi terdiri atas tiga
orang atau lebih maka akan menjadi kerumunan. Keunikan dari interaksi
berdua (dyad) ini yaiyu adanya kemampuan seseorang untuk berhadapan
langsung dengan partner interaksinya tanpa harus ada pihak ketiga.
4. Selain harus memerhatikan nilai-nilai kultural masyarakat pada
umumnya, seorang perawat atau tenaga media lain yang akan menggali
informasi mendetail dari seorang pasien perlu memerhatikan jumlah
peserta komunikasi ini. Dengan pemikiran seperti ini pulalah, kondisi
ruang konsultasi kesehatan -- yang kerap terpisah dari ruangan publik --
memiliki kesesuaian dengan teori Simmel. Artinya dengan ruang
konsultasi yang terpisah dan dapat dijadikan sebagai ruang interaksi
dyad, maka pola komunikasi antara tenaga medis dengan pasien akan
terbangun dengan lebih terbuka dibandingkan jika ruang konsultasi
kesehatan itu bersifat terbuka bagi publik. Khusus bagi masyarakat Timur
yang masih memiliki panutan yang kuat terhadap nilai dan norma
masyarakat, maka masalah harkat (honor) atau martabat merupakan hal
yang sangat penting.
Dengan memahami komponen atau faktor yang berpengaruh dalam interaksi
sosial ini, maka dapat dirumuskan pola-pola hubungan antarkomponen tersebut. Dan
hubungan-hubungan kerja itu secara praktis akan terkait dengan masalah hak-
kewajiban atau perangkat aturan dan perundang-undangan yang mengikat pola yang
dimaksudkan. Misalnya hubungan pasien dan rumah sakit, terdapat hak dan kewaiban
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Banyaknya jumlah pola
hubungan dapat dirinci dari sejumlah elemen layanan kesehatan yang dipetakan
(Sudarma, 2008:76-68).
Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) pada dasarnya memiliki etika
yang tidak berbeda dari etika profesi pada umumnya, yaitu: Pertama memberikan
pelayanan dengan penghargaan setinggi-tingginya terhadap martabat manusia. Kedua,
selalu meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan ketrampilan profesi sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan. Ketiga, melindungi masyarakat
dan profesinya sendiri dari sikap moral yang kurang baik dan kemampuan profesional
yang tidak adekuat. Keempat, memberikan konsultasi sesuai dengan kemampuan
profesionalnya kepada teman seprofesi ataupun kepada sejawat profesi lain dalam
upaya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Kelima, menjamin privacy pasien
dengan memegang teguh rahasia mengenai data dan identitas pasien.
Sedangkan hal-hal yang bersifat khusus bidang laboratorium klinik/medik
disamping peran profesi, ATLM memiliki sekaligus peran pengelolaan laboratorium
dan peran teknik analitik laboratorium, agar pelayanan profesi bermutu tinggi tetap
dapat diberikan. Dalam melaksanakan peran pengelolaan laboratorium, ATLM dapat
berperan menjadi manajer menengah dan membawahi sejumlah personil yang
bertugas membantu, serta mengelola seperangkat sarana dan prasarana laboratorium
yang dijamin berfungsi dengan baik.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh ATLM dan sebagian oleh dokter
spesialis patologi klinik. Peran teknis analitis ATLM itu meliputi pengelolaan sampel,
pelaksanaan pemeriksaan, dan pengolahan data laboratorium yang dihasilkan. Data
laboratorium akan digunakan oleh dokter spesialis patologi klinik dan dokter spesialis
patologi anatomi untuk memberikan informasi tentang keadaan pasien kepada dokter
klinik berdasarkan data pasien yang diperoleh dari dokter klinik. Dengan demikian
peran profesi perlu ditunjang oleh jalur komunikasi yang efektif dan konsultasi timbal
balik yang sistematis, antara ATLM dokter spesialis patologi klinik, dokter spesialis
patologi anatomi dan dokter klinik yang merawat pasien.
Agar pengelolaan laboratorium yang baik dapat tercapai, ATLM bersama dengan
pengelola sesuai tugas pokok fungsinya melaksanakan; pertama, sarana dan prasarana
yang memadai dan sesuai dengan persyaratan perkembangan ilmu dan kebutuhan
masyarakat. Kedua, sumber daya manusia yang memadai dalam kuantitas dan kualitas
untuk melaksanakan kegiatan laboratorium baik teknis maupun administratif. Ketiga,
sistim penyimpanan yang baik, arsip data laboratorium dan spesimen yang masih
perlu disimpan. Keempat, jalur komunikasi yang efektif, antara ATLM, dokter
spesialis patologi klinik, dokter spesialis patologi anatomi dan dokter klinik, serta
pengelola fasilitas pelayanan kesehatan,. Kelima, peraturan yang bersifat menunjang
fungsi, baik aturan pemerintah, fasilitas pelayanan kesehatan, maupun peraturan lain
yang terkait dengan profesi.
Dalam mengelola sampel pasien, pemeriksaan, dan data laboratorium, seorang
ATLM selayaknya: (1) memberikan pelayanan laboratorium dengan mengutamakan
kepentingan pasien dan senantiasa memenuhi persyaratan setiap tahapan pemeriksaan
laboratorium (pra analitik, analitik, pasca analitik), (2) menyusun, secara jelas dan
mudah dimengerti oleh masyarakat, informasi tentang persiapan pasien, penampungan
spesimen, dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sesuai jenis pemeriksaan
sesuai kompetensi dan kewenangannya, (3) memperlakukan data laboratorium, yang
disertai keterangan/pendapat profesi, sebagai rahasia pelayanan kesehatan, dengan
menyampaikannya kepada dokter sampul tertutup, dan tidak mencantumkan tertutup,
dan tidak mencantumkan identitas pasien apabila digunakan untuk publikasi ilmiah,
(4) menghormati hak pasien untuk mengirimkan spesimen ke laboratorium lain untuk
keperluan konsultasi.
Dalam mengamalkan peran profesi, seorang ATLM selayaknya bersikap dan
berperilaku yang baik, yaitu: (1) dalam hubungan dengan sesama ATLM dengan
menghindari persaingan yang tidak sehat, hubungan dengan dokter spesialis patologi
klinik; saling memberikan konsultasi/informasi dalam bidang profesi, teknik analitik,
dan pengelolaan; menerima pendelegasian tugas dan tanggung jawab, (2) dalam peran
sebagai pelaksana teknis analitis menempatkan diri pada kedudukan setaraf dengan
profesi lain, (3) dalam melaksanakan pemeriksaan laboratorium mengutamakan
kualitas dan memberikan pengetahuan serta pengalamannya secara maksimal, (4)
memberikan konsultasi demi pemanfaatan laboratorium secara efektif untuk
mencegah penggunaan pelayanan.
Agar seorang ATLM mampu melakukan peran dan tanggung jawab, baik dalam
pengelolaan, teknik, maupun profesi, sebagai upaya pemberian pelayanan bermutu
tinggi dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, selayaknya secara terus-menerus
melakukan pengembangan profesi dirinya, dengan: (1) mengikuti per-kembangan
ilmu dan teknologi kesehatan pada umumnya dan keilmuan laboratorium medik/klinik
pada khususnya, dengan cara mengikuti pendidikan ATLM setingkat diatasnya,
pendidikan dan pelatihan, simposium, laboratorium secara tidak tepat dan berlebihan.
seminar, pertemuan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan profesinya, (2) turut serta
dalam kelaboratoriuman medik/klinik melalui penelitian, (3) dalam memantau
perkemnangan ilmu dan teknologi, wajib menampis dan menyesuaikan diri dengan
kebutuhan profesi dan masyarakat. (4) menerapkan tambahan ilmu yang diperolehnya
untuk meningkatkan pelayanan profesional kepada masyarakat (Amin, 2017: 188-
189).
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Y. 2017. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Jakarta Selatan: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sudarma, M. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai