Anda di halaman 1dari 13

PEKERJAAN KEFARMASIAN

Makalh ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Undang-undang dan Etika Farmasi

Di Susun Oleh : Kelompok VII A


Finti Muliati : 14340104
Yolanta Mogi Rema : 14340105
Nora Novita Ritonga : 14340106
Kiki Rizki Amalia : 14340107
Hulisra : 14340108
YANUARIU
ADE GUNAWAN

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FMIPA INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA SELATAN

i
APRIL 2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“PEKERJAAN KEFARMASIAN”. Dalam penyusunan makalah ini kami
memperoleh banyak bantuan dari beberapa literatur yang kami dapat, dan kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen kami ibu ,,,yang
telah memberikan kami waktu untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses pembelajaran dan penulisan
makalah masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karna itu kami mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Jakarta, April 2015


Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................... i
. ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI.............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam tahap pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan


untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Pemerintah
melakukan upaya-upaya pelayanan terhadap masyarakat sebagai wujud
dan penyelenggaraan kepentingan umum.
Kesehatan menurut undang-undang kesehatan RI no 36 Tahun
2009 : Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual, maupun sosial yang memengkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap manusia membutuhkan
kesehatan karena kesehatan mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia.
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai
salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 (PP no 51
tahun 2009).
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan
dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satu
yang berperan dalam pelayanan kesehatan adalah pekerjaan
kefarmasian.

iv
Pekerjaan kefarmasian menurut PP RI nomor 51 Tahun 2009 :
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisionsal.
Adapun tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian adalah
memberikan perlindungan kepada pasien dalam memperoleh sediaan
dan jasa kefarmasian, meningkatkanmutu penyelenggaraannya yang
sesuai peraturan perundang-undangan agar memberikan kepastian
hukum bagi pasien dan tenaga kefarmasian (PP 51 Tahun 2009 pasal 4).

I.2. Tujuan
1. untuk mengetahui ruang lingkup pekerjaan kefarmasian.
2. Untuk mengetahui undang-undang atau peraturan tentang pekerjaan
kefarmasian.

I.3. Rumusan Masalah


1. bagaimana ruang lingkup pekerjaan kefarmasian ?
2. undang-undang yang terkait pekerjaan kefarmasian ?

v
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Ruang Lingkup Pekerjaan Kefarmasian


Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 108 ayat (1)
bahwa, praktek kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
pasal 5 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian
meliputi:
a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi, meliputi
(pasal 6);
1. Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada fasilitas produksi,
fasilitas distribusi atau penyaluran dan fasilitas pelayanan
sediaan farmasi.
2. Pengadaan Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dilakukan oleh Tenaga kefarmasian.
3. Pengadaan Sediaan Farmasi harus dapat menjamin keamanan,
mutu, manfaat dan khasiat Sediaan Farmasi.
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi, meliputi
(pasal 7);

vi
1. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi harus
memiliki Apoteker penanggung jawab.
2. Apoteker penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
Berdasarkan pasal 8 bahwa fasilitas produksi sediaan farmasi dapat
berupa industri farmasi obat, industri bahan baku obat, industri obat
tradisional, dan pabrik kosmetika.
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi, meliputi (pasal 14):
1. Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa
obat harus memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.
2. Apoteker sebagai penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga
Teknis Kefarmasian.
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi, meliputi
(pasal 19):
a. Apotek
b. Instalasi
c. Instalasi farmasi rumah sakit;
d. Puskesmas;
e. Klinik;
f. Toko Obat; atau
g. Praktek bersama.
Berdasarkan pasal 20, dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada
fasilitas pelayanan kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker
pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian.

II.2. Pelaku Pekerjaan kefarmasian dan Perizinan Tenaga Kefarmasian


II.2.1. Pelaku Pekerjaan Kefarmasian diatur dalam PP 51 Tahun 2009 pada
pasal 33 yaitu:
1. Tenaga Kefarmasian terdiri atas:

vii
a. Apoteker; dan
b. Tenaga Teknis Kefarmasian.
2. Tenaga Teknis kefarmasian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri dari Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.

II.2.2. Perizinan Tenaga Kefarmasian diatur dalam PP 51 Tahun 2009 pada


Pasal 39 disebutkan bahwa:
1. Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat tanda
registrasi.
2. Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperuntukkan bagi:
a. Apoteker berupa STRA; dan
b. Tenaga Teknis Kefarmasian berupa STRTTK.
Pada Pasal 40 disebutkan:
1. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi
persyaratan:
a. memiliki ijazah Apoteker;
b. memiliki sertifikat kompetensi profesi;
c. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji Apoteker;
d. mempunyai surat keterangan sehat fisik dan
mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktik; dan
e. membuat pernyataan akan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi.

Pada pasal 41 : STRA berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat


diperpanjang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun apabila memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1).

viii
Untuk memperoleh STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian
pada Pasal 47 wajib memenuhi persyaratan:
a. Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
b. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari
dokter yang memiliki surat izin praktek;
c. Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari
Apoteker yang telah memiliki STRA di tempat Tenaga
Teknis Kefarmasian bekerja; dan
d. Membuat pernyataan akan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika kefarmasian

STRTTK berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat


diperpanjang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun apabila memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) (Pasal 48).

Pada Pasal 49 disebutkan bahwa STRA, STRA Khusus, dan


STRTTK tidak berlaku karena:
a. Habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang oleh
yang bersangkutan atau tidak memenuhi persyaratan
untuk diperpanjang;
b. Dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. Permohonan yang bersangkutan;
d. Yang bersangkutan meninggal dunia; atau
e. Dicabut oleh Menteri atau pejabat kesehatan yang
berwenang.

Pada Pasal 52 disebutkan bahwa setiap Tenaga


Kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian di
Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga
Kefarmasian bekerja. Surat izin sebagaimana dimaksud pada
ayat dapat berupa:

ix
a. SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi
farmasi rumah sakit;
b. SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian sebagai Apoteker pendamping;
c. SIK bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian di fasilitas kefarmasian diluar Apotek dan
instalasi farmasi rumah sakit; atau
d. SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan
Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Kefarmasian.

Pada pasal 53 disebutkan:


1. Surat izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di
Kabupaten/Kota tempat Pekerjaan Kefarmasian
dilakukan.
2. Tata cara pemberian surat izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikeluarkan berdasarkan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri.

II.3. Hubungan Pp No 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian


Dengan UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Hal PP 51 tahun 2009 UU 36 tahun 2009

Tenaga kesehatan Pasal 33, terdiri dari Pasal 1 no. 6, Tenaga


Apoteker dan tenaga teknis kesehatan adalah setiap
kefarmasian orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya
kesehatan.

x
Pekerjaan Pasal 5 Pasal 108
kefarmasian meliputi pengadaan, meliputi pembuatan,
produksi, distribusi, dan termasuk pengendalian
pelayanan sediaan mutu sediaan farmasi,
farmasi. pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan
pendistribusian obat hingga
pelayanan informasi obat
yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
Fasilitas Pasal 1 no.7 Pasal 1 no. 7
Kesehatan sarana yang digunakan suatu alat dan/atau tempat
untuk menyelenggarakan yang digunakan untuk
pelayanan kesehatan. menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.
Sediaan farmasi obat, bahan obat, obat Sediaan Farmasi adalah
tradisional dan kosmetik obat, bahan obat, obat
tradisional, dan kosmetik.
Tujuan pekerjaan Pasal 4 poin a: Pasal 104 ayat 1:
kefarmasian Memberikan perlindungan Pengamanan sediaan
kepada pasien dan farmasi dan alat kesehatan
masyarakat dalam diselenggarakan untuk
memperoleh dan/atau melindungi masyarakat dari
menetapkan sediaan bahaya yang disebabkan
farmasi dan jasa oleh penggunaan sediaan
kefarmasian; farmasi dan alat kesehatan
yang tidak memenuhi
persyaratan mutu dan/atau
keamanan dan/atau
khasiat/kemanfaatan.
Peraturan Pasal 2 ayat (1): Pasal 98
Pemerintah Peraturan Pemerintah ini Ayat (3) : Ketentuan
mengatur Pekerjaan mengenai pengadaan,
Kefarmasian dalam penyimpanan,
pengadaan, produksi, pengolahan, promosi,
distribusi atau penyaluran, pengedaran sediaan farmasi
dan pelayanan sediaan dan
farmasi. alat kesehatan harus
memenuhi standar mutu
pelayanan farmasi yang
ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Ayat (4): Pemerintah

xi
berkewajiban membina,
mengatur, mengendalikan,
dan mengawasi pengadaan,
penyimpanan, promosi, dan
pengedaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).

II.4. Undang-undang yang Terkait dengan Pekerjaan Kefarmasian


1. UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. UU No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
3. UU No 32 Tahun 2004 tentang Regristasi Izin, Praktek Tenaga Kesehatan.
4. UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
5. UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
6. PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
7. Permenkes 284/MENKES/PER/III/2007 tentang Apotik Rakyat.
8. Permenkes 1148/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF).
9. Permenkes 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Regristasi, Izin Praktek dan
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
10. Permenkes 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik.
11. Permenkes 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Industri Farmasi
12. Permenkes 161/Menkes/Per/I/2010 Tentang Regristrasi Tenaga Kesehatan
13. Permenkes No 35 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotik
14. Permenkes No 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
15. Permenkes nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit

BAB III

KESIMPULAN

xii
1. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisionsal.
2. Pekerjaan kefarmasian terdiri dari apoteker yang harus memiliki STRA
dan tenaga teknis kefarmasian harus memiliki STRTTK.
3. Pemerintah mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan,
produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi.

Referensi :
1. UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

xiii

Anda mungkin juga menyukai