NPM : 20330744
Steril
Suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang pathogen maupun
apatogen/non pathogen dalam bentuk vegetative (siap berkembang biak) maupun spora (dalam
keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung
yang kuat)
Sediaan Steril
Sediaan terapetis yang bebasmikroorganisme baik vegetative atau bentuk sporanya baik
pathogen atau nonpatogen
Sterilisasi
Tujuan Sterilisasi
Diharapkan dapat dihimdari infeksi sekunder. Penyuntikan sediaan yang terkontaminasi dengan
mikroorganisme hidup (terutama pathogen) dapat menimbulkan masalah dan komplikasi
terutama pada pasien yang sedang sakit. Hal ini dikarenakan sediaan steril berhubungan
langsung dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lainnya, dimana pertahanan
terhadap zat asing tidak selengkap pada saluran pencernaan.
2. Tablet implant
3. Tablet hipodermik
4. Sediaan untuk mata seperti tetes mata/guttae ophth, cuci mata/collyrium dan salep mata/
oculenta.
1. Steril
2. Bebas pirogen (untuk obat suntik yang sekali penyuntikan diberikan > 10 ml)
3. Isotonis (tonisitas)
Jika larutan tertentu konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah
sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya (ekivalen dengan 0,9% NaCl)
4. Isohidri pH suatu larutan zat = pH cairan tubuh 7,4
5. Bentuk larutan jernih (berhubungan dengan stabilitas)
Sediaan Parenteral
Keuntungan pemberian obat secara parenteral
1. Respon fisiologi segera dapat dicapai jika diperlukan, seperti cardiact arrest, asma, dan
syok
2. Diperlukan untuk obat yang tidak efektif secara oral atau akan dirusak oleh sekresi
saluran cerna, seperti insulin, hormone lain, dan antibiotika
3. Pengobatan untuk pasien yang tidak kooperatif atau tidak sadarkan diri
4. Jika dibutuhkan, terapi parenteral memberikan wewenang kepada dokter untuk
mengontrol obat karena pasien harus kembali menjalankan pengobatan
5. Dapat memberikan efek lokal jika diperlukan, seperti pada dokter gigi dan anastesiologi
6. Jika perpanjangan kerja obat diperlukan, tersedia bentuk secara intraarticular yang
bekerja diperlama, seperti steroid yang disuntikkan secara intrartikular, dan penisilin yang
diberikan dengan cara injeksi intramuscular dalam.
7. Cara untuk melakukan koreksi gangguan serius kesetimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh
8. Jika makanan tidak dpt diberikan ke dalam lambung, baik melalui mulut maupun tabung,
maka pemberian nutrisi secara total dapat diberikan menurut cara parenteral
5. Rute Intraarteri
Rute ini tidak sering digunakan. Alas an unruk memanfaatkan rute intraarteri adalah
memasukkan material radio opak (bahan kontras) untuk tujuan diagnostic, seperti utuk
arteriogram. Beberapa obat neoplastic seperti metotreksat biasanya diberikan melalui rute ini.
Rute ini memiliki risiko kemungkinan terjadi spasmus arteri yang dapat diikuti oleh
gangrene.
6. Rute lain
a. Injeksi intrakor/intrakardial (i.kd)
Disuntikan langsung kedalam otot jantung atau ventriculuc, tidak boleh mengandung
bakterisida, disuntikan hanya pada keadaan gawat.
b. Injeksi intratekal (i.t), intraspinal, intrasisternal (i.s), intradural (i.d), subaraknoid.
Disuntikan langsung ke dalam saluran sumsum tulang belakang pada dasar otak (antara 3-
4 atau 5-6 lumbra vertebrata) yang ada cairan cerebrospinalnya. Larutan harus isotonis
karena sirkulasi cairan cerebrospinal adalah lambat, meskipun larutan anestetika sumsum
tulang belakang sering hipertonis. Jaringan syaraf di daerah anatomi disini sangat pekat.
c. Itraartikulus
Disuntikan kedalam cairan sendi. Bentuk larutan suspense/larutan dalam air.
d. Injeksi subkonjuntiva
Disuntikkan ke dalam selaput lendir di bawah mata. Berupa suspensi / larutan, tidak lebih
dari 1 ml.
e. Injeksi intrabursa
Disuntikkan ke dalam bursa subcromillis atau bursa olecranon dalam bentuk larutan
suspensi dalam air.
f. Injeksi intraperitoneal ( i.p )
Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat ; bahaya infeksi besar
g. Injeksi peridural ( p.d ), extradural, epidural
Disuntikkan ke dalam ruang epidural, terletak diatas durameter, lapisan penutup terluar
dari otak dan sumsum tulang belakang.
Metode Sterilisasi
Menurut FI III :
1. Cara A : (pemanasan secara basah : autoklaf pada suhu 115◦ C – 116 o C selama 30 menit
2. Cara B (dengan penambahan bakterisida)
3. Cara C (dengan penambahan bakteri steril)
4. Cara D (pemanasan kering: oven pada suhu 150 derajat C selama 1 jam dengan udara panas
5. Cara aseptis (mencegah dan menghindari lingkungan dari cemaran bakteri seminimal
mungkin).
Menurut FI IV
1. Sterilisasi uap
2. Sterilisasi panas kering
3. Sterilisasi gas
4. Sterilisasi dengan radiasi ion
5. Sterilisasi dengan penyaringan
6. Sterilisasi dengan cara aseptik
Contoh :
a. Sterilisasi panas kering
Menurut FI ed. IV
- Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus open modern dilengkapi udara yang dipanaskan
dan disaring.
- Rentang suhu khas yang dapat di terima di dalam bejana sterilisasi kosong adalah lebih
kurang 15o , jika alat sterilisasi beroprasi pada suhu tidak kurang dari 250o
b. Pemijaran
- Memakai api gas dengan nyala api tidak berwarna atau api dari lampu spritus.
- Syarat : Seluruh permukaan alat harus berhubungan langsung dengan api selama tidak kurang
dari 20 detik
Contoh :
a. Sterilisasi uap
Menurut FI IV
- Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh di bawah tekanan selama 15
menit pada suhu 1210.
- Kecuali dinyatakan lain , proses sterilisasi ini paling sering menggunakan alat autoklaf
Menurut FI III
Cara D : Sterilisasi pemanasan basah
Menggunakan autoklaf pada suhu 1150 – 1160 selama 30 menit dengan uap air panas
a. Otoklaf :
Suatu panci logam yang kuat dengan tutup yang berat mempunyai lubang tempat
mengeluarkan uap air beserta kran , termometer , pengatur tekanan udara dan klep pengaman
b. Direbus air mendidih
Lama mensterilkan dihitung sejak air mendididh spora tidak dapat mati dengan cara tersebut.
Oleh karena itu ditambahkan bakterisida (fenol %% , lysol2-3 %) untuk mempersingkat
sterilisasi (alat kedokteran)
c. Tyndalisasai = pasteurisasai
Digunakan pada obat yang tidak tahan dalam pemanasan tinggi dan tidak dapat disaring
dengan penyaring bakteri (emulsi, suspensi). Dipanaskan pada suhu 700 – 800 selama 40-60
menit
Menurut FI ed III
- Larutan disaring melalui bakteri steril dan diisikan dalam wadah steril dan ditutup kedap
menurut teknik aseptif
- Keuntungan :
Digunakan untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan tapi larut air
Bahan Tambahan
1. Bahan Pelarut/Pembawa
2. Penambah kelarutan/pembasah/pengemulsi/pensuspensi
3. Pengawet Antimikroba
4. Buffer atau Dapar
5. Anti Oksidan
6. Anastetik lokal
7. Penstabil/stabilisator
8. Zat pembentuk khelat
9. Pembantu Tonisitas
A. Co-Solvent
1. Co solvent/ pelarut organik yang dapat bercampur dengan
- Etil alkohol 0,61 -49%
- Gliserin 14,6 -25%
- PEG 40 minyak jarak 7,0-11,5%
- Polietilen glikol(300 & 400) 1-50 %, , Propilen glikol
- Polysorbat 20, 40, 80,
- Sorbitol,
- Povidone, sorbitan monopalmitate , dimetilasetamida, Cremophor El
B. BAHAN SURFAKTAN
- Surfaktan digunakan dalam suspensi parenteral sebagai :
1. Bahan pembasah untuk serbuk yang akan disuspensikan karena distribusi yang uniform
dari obat diperlukan untuk mendapatkan dosis yang cukup
2. Untuk mencegah terjadinya caking sehingga sulit didispersikan ( sulit pengambilan pada
waktu penyuntikan
3. Untuk mencegah terjadinya caking sehingga sulit didispersikan ( sulit pengambilan pada
waktu penyuntikan
- Alasan penambahan surfaktan :
1. Meningkatkan kelarutan obat melalui miselisasi
2. Mengikatkan stabilitas obat melalui penjeratan dalam suatu struktur misel
3. Mencegah agregasi disebabkan interaksi inter- facial cairan/udara atau cairan/padat mis:
formula yang mengandung protein ( polisorbat 80)
- Contoh surfaktan
1. poloxamer 188 (polioksietilen-polioksipropilen copolimer ) sorbitan trioleate, Suspending
agent ( Na CMC, polivinilpirolidon, polieten glikol, propilen glikol)
Bahan Pengawet
Syarat pengawet
Pengawet digunakan untuk mempertahankan sterilitas sediaan larutan obat suntik dosis
berganda.
1. Mampu mencegah pertumbuhan bakteri dan membunuh mikbroba yangmengkontaminasi
2. Dapat bercampur dengan obat meskipun dalam penyimpanan lama
3. Stabil pada pensterilan
4. Tidak toksis pada jumlah digunakan
5. Daya absorpsi ke dalam karet kecil
6. Tidak mengganggu identifikasi sediaan
7. Dapat larut dalam pembawa yang dipakai
Buffer/dapar
Sistem buffer dibutuhkan untuk :
- obat suntik yang peka terhadap perubahan Ph seperti : antibiotika (penicillin,
streptomisin, tetrasikilin), polipeptida ( insulin, vasopresin)
- Kapasitas buffer yang digunakan biasanya rendah (tidak mengubah pH dari cairan tubuh
pada penyuntikan), tetapi cukup kuat untuk menahan perubahan pH selama penyimpanan dan
penggunaan
- Kapasitas buffer : Pengukuran dari ketahanan terhadap perubahan pH dari suatu larutan
- Contoh Buffer : Acetat, Citrat , phosphat, as amino ( Polipeptida)
Antioksidan
Fungsi antioksidan
untuk mempertahankan stabilitas obat yang mudah teroksidasi misalnya Adrenalin,
Klorpromazin, Morphin, apo-morphin, Asam askorbat d.l.l
Jenis-jenis Antioksidan
1. Antioksidan untuk injeksi dalam air:
- Ascorbic acid 0,02-0,1%
- Na. Bisulfit, Na meta bisulfit 0,1- 0,15%
- Na. Formaldehida sulfoksilat 0,1-0,15
- Thio urea 0,005%
2. Antioksidan untuk injeksi dalam minyak
- Propil gallat 0,005-0,15%
- α Tocopherol 0,05-0,5%,
3. Antioksidan ( Reducting agent):
- Na bisulfit (0,02-0,1%)
- Na metabisulfit ( 0,1-0,15%)
- Sodium formaldehyde sulfoxylate (0,1-0,15)
- Thiourea (0,05%)
4. Antioksidan (Blocking agent)
- Ascorbic acid ester ( 0.01-0,05%)
- citric acid (0,005-0,01%)
- Phosporic acid (0,05-0,01%)
- Tartaric acid (0,01-0,02%)
Anastetik local
Penyuntikan larutan yang terlalu asam dapat menimbulkan rasa sakit pada waktu penyuntikan.
Untuk mengurangi rasa sakit dapat ditambahkan zat pemati rasa, misalnya :
- Benzil alkohol 5% ( Injeksi luminal)
- Novocain ( Injeksi vitamin B complek)
- Procain ( Injeksi penisillin) 1%
Penstabil/stabilisator
Contoh-contoh stabilator :
- Garam-garam kalsium ( injeksi kalsium glukonat)
- Gas CO2 dalam injeksi Na bikarbonat
- Theophyllin dalam injeksi Mersalyl (komplek asam organik yang mengandung merkuri)
- 1 % lesitin dalam suspensi pitonadion
Pembantu tonisitas
- Tonisitas adalah Larutan yang memiliki tekanan osmosis yang sama seperti cairan tubuh
tertentu disebut isotonik dengan cairan tubuh spesifik tersebut
- Larutan NaCl 0,9% isotonik dengan cairan tubuh
- Larutan yang tekanan osmosis lebih rendah dari cairan tubuh atau larutan NaCl 0,9%
disebut hipotonik.
- Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi dari cairan tubuh atau larutan
NaCl 0,9% disebut hipertonik
Menurut USA-FDA ada 6 sistem control kualitas dalam pembuatan obat suntik yaitu:
1. Sistem dan dokumen yang berkualitas serta pugas yang pandai dan memiliki kemampuan
2. Fasilitas dan perlengkapan yang terkontrol baik
3. Material yang bermutu
4. 4 sistem produksi yang baik
5. Sistem packaging yang baik
6. Laboratory QC yang baik
Jumlah sempel yang diuji atau dievaluasi dari total produksi dan hasil yang diperbolehkan rusak
adalah:
Jumlah produksi Jumlah sampel Jlh sampel max yang diperbolehkan rusak
151-280 32 1
281-500 50 2
501-1200 80 3
1201-3200 125 5
3201-10000 200 7
10001-35000 315 10
35001-150000 500 14
1. Kekedapan wadah
2. Kejernihan
3. Zat aktif
4. Sterilitas
5. Pirogenitas
6. Keseragaman volume
7. Keseragaman bobot
8. Ph
9. Homogenitas
10. Toksisitas
1. Kekedapan wadah
Ampul yang telah disterilkan seringkali memiliki celah atau retakan khususnya pada
lokasi penutupan ampul.
Celah atau retakan tersebut merupakan sumber bahaya bagi kontaminasi larutan
injeksi
Uji kekedapan:
a. Ampul dikumpulkan dalam bak
b. Masukan larutan metilen biru (0.08-0,09%) yang dicampur dengan benzil alcohol
dan sodium hipoklorit
c. Bak ditutup dan divakum dengan tekanan 70mmHF selama beberapa menit
d. Selanjutnya bak dinormalkan Kembali lalu dibuka
e. Perhatikan apakah ampul diwarnai oleh larutan bahan pewarna.
Wadah obat parenteral
Wadah dosis tunggal : untuk pemberian parenteral dosis tunggal dan bila dibuka
tidak dapat ditutup Kembali dengan jaminan tetap steril
Bentuk ampul 1-20ml dengan sediaan larutan
Wadah dosis ganda:
Wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya perbagian berturut-
turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas atau kemurnian.
Bentuk vial atau flakon ukuran 2-20ml, bentuk botol atau kolf ukuran 50-1000ml
dengan sediaan larutan ,suspense,emulsi dan serbuk
Perlu ditambahkan antimikroba/pengawet
Botol infus /kolf untuk cairan infus,TPN, cairan dialysis,cairan irigasi
Prefilled syringe:
Bahan terbuat dari gelas, pvc atau semipolyethene
Cepat digunakan dan mahal.
2. Kejernihan
Pengontrolan tida larut dan bahan melayang
- Pengujian visual bagi pengotoran tidak larut, khususnya bahan melayang dan
serpihan gelas
- Pengotoran dapat berasal dari material penyaring, ketidakcermatan
membersihakan ampul dan dari udara yang masuk
- Cara: ampul atau vial diputar secara vertical 1800 berulang -ulang didepan suatu
latar belakang yang gelap dan sisinya diberi cahaya lampu atherman atau lampu
proyeksi dengan cahaya 1000-3500lux dengan jarak 25cm
- Umur petuga kurang dari 40thn, mata sehat
3. Zat uji
Pengujian dapat dilakukan dengan
- Volumetric
- Spektofotometrik
- HPLC atau
- Alat lain yang cocok sesuai FI
4. Sterilitas
- Pengujian dilakukan secara mikrobiologis dengan menggunakan medium
pertumbuhan bakteri tertentu
- Produk dikatakan bebas mikroorganisme bila sterility assurance level (SAL)= 10-6
atau 12log reduction (over kill sterilization).
- Bila prose pembuatan produk menggunakan aseptic
Validasi sterilisasi
Indicator biologi
- Sediaan berisi populasi mikroorganisme speifik dalam bentuk spora.
- Prinsip kerja mensterilkan spora hidup m.o yang nonpatogen dan sangat resisten
dalam jumlah tertentu
- Hasil positif jika ada kekeruhan pada koloni
indikator kimia
Indikator yang menandai terjadinya paparan sterilitas pada objek yang disterilkan
degan adanya perubahan warna
I berupa strip, tape, kartu dan vial
sensitif terhadap satu atau lebih parameter
Indikoor eksternal: Perubahan warna indikator memberikan informasi bahwa bagian
kemasan benda yang disterilkan telah melewati proses sterrilisasi
Indikator eksternal: Perubahan warna indikator memberikan informasi sterilan telah
berpenetrasi di dalam kemasan
Indikator mekanik
Bagian intrumen mesin sterilisasi seperti gauge, tabel dan indikator suhu maupun
tekanan yang menunjukan apakah lata sterilisasi bekerja dengan baik
5. Pirogenita
Pirogen perlu dibebaskan dari
1. Air atau larutan air
Dengan penyaring spesial (Penyaring SEITZ) Kolom aluminum oksida atau
penyaring karbon aktif Sinar gamma (kobalt60) Metode elektroosmosis atau reverse
osmosis
7. Keseragaman bobot
Dengan penimbangan
Cara: hilangkan etiket pada wadah. Timbang persatu dalam keadaan terbuka.
Selanjutnya keluarkan isi wadah, cuci dengan air lalu dengan etanol 95% keringkan
pada suhu 105 C hingga bobot tetap.
Bobot wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas tertentu dalam table
9. Homogenitas
a. Pengujian bagi suspensi yang harus menunjukkan tampak luar homogen setelah
pengocokan dalam waktu tertentu
10. Toksisitas
- Uji toksisitas dengan larva udang (Artemisia salina Leach) dan tentukan LD50
PERHITUNGAN ISOTONIS
PENGERTIAN:
Bila dua larutan memiliki tekanan osmose yang sama maka kedua larutan tersebut disebut
isotonis.
- Mempunyai tekanan osmotis yang sama dengan osmotis cairan tubuh (darah,
cairan lumbal,airmata) yang nilainya sama dengan tekanan osmotis larutan NaCl
0,9% b/v
- Mempunyai titik beku yang sama dengan titik beku cairan tubuh 0,520c.
Hipertonis
- Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmotis lebih besar dari larutan NaCl 0,9
% b/v
- Air dalam sel akan ditarik keluar dari sel , sehingga sel akan mengkerut, tetapi
keadaan ini bersifat sementara dan tidak akan menyebabkan rusaknya sel tersebut,
tetapi menyebabkan nyeri pada penyuntikan
Hipotonis
- Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmotis lebih kecil dari larutan NaCl 0,9
% b/v.
- Air dari larutan injeksi akan diserap dan masuk ke dalam sel, akibatnya dia akan
mengembang dan menyebabkan pecahnya sel.
- Jika yang pecah itu sel darah merah, disebut " Haemolisa "
- Pecahnya sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh darah
yang kecil seperti pembuluh darah otak.
Tonisitas
Perhitungan l-iso
untuk mencari nilai PTB zat (Jika PTB zat tdk diketahui)
Keterangan
ΔTf = penurunan titik beku, (PTB)
Liso = harga tetapan
C = konsentrasi, dihitung dalam mol
BM = berat molekul
V = volume larutan dalam mL
Berat = dalam gram zat terlarut
Yang dimaksud dengan ekivalen dari NaCl ( E ) adalah sekian gram NaCl yang
memberikan efek osmose yang sama dengan 1 gram dari suatu zat terlarut
tertentu. Dengan syarat bahwa baik NaCl maupun bahan obat berada dalam
larutan bervolume sama
Jika E Efedrin HCl = 0,28 ; berarti tiap 1 gram Efedrin HCl ~ 0,28 gram NaCl.
Jadi dapat dianalogikan sebagai berikut :
Ex = a ; artinya tiap 1 gram zat X ~ a gram NaCl
Ex = E ; artinya tiap 1 gram zat X ~ E gram NaCl
Dan akhirnya kita dapatkan rumus :
B= 0,9/100 * V – (w*E)
Keterangan :
B = bobot zat tambahan dalam satuan gram.
V = Volume larutan dalam satuan ml
W = bobot zat khasiat dalam satuan gram
E = Ekivalensi zat aktif terhadap NaCl
Tiga jenis keadaan tekanan osmotis larutan obat :
Keadaan Isotonis apabila nilai B = 0 ;
maka 0,9/100 x V = ( W x E )
Keadaan hipotonis apabila nilai B positip;
maka 0,9/100 x V > ( W x E )
Keadaan hipertonis apabila nilai B negatip;
maka 0,9/100 x V < ( W x E)
KESETARAAN VOLUME ISOTONIK ( METODE WHITE VINCENT)
Jika diketahui data E dan yang ditanyakan adalah Volume isotonis
Bila suatu jumlah zat tertentu harus dilarutkan ke dalam air dan harus dibuat
isotonik maka dapat dihitung volume air yang diperlukan agar isotonik dg rumus
sbb.:
Dibuat dengan dasar pemikiran bahwa 0,9 gram Natriichlorida bila dilarutkan
dlm 100 mL air maka larutan tersebut akan isotonik.
0,9 g atau 900 mg NaCl isotonik dalam 100 mL air. Sedangkan bila 1 g NaCl
volume isotoniknya ialah :
1000 mg/900mg x 100 mL air = 111,1 mL.
Sehingga volume isotonik dari suatu zat adalah sbb:
CARA OSMOLARITAS
Kadar osmolar = m Osmolar/Liter = mOsM
M OsM= bobot zat (g/L) x jumlah ion(n) x 1000
BM
Contoh osmolaritas injeksi NaCl 0,9 %
0,9 / 100 % NaCl =0,9 g / 100 mL = 9 g / 1 L
BM NaCl = 58,4 ; n = 2
mMol = (9:58,4) x 2 x 1000
= 308 miliosmol
Osmolaritas Tonisitas
>350 Hipertonositas
329-350 Agak hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit hipotonis
0-249 Hipotonis
Area pabrik
1. Unclassified area
- Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) tetapi untuk
kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau.
2. Black area
Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk dalam kelas ini
adalah
koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi, area staging bahan
kemas dan
ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu dan pakaian black
area (dengan penutup kepala)
3. Grey area
- Ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non
steril, ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang
preparasi, ruang uji
potensi dan inkubasi), ruang sampling di gudang.
Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning (pakaian dan sepatu
grey).
Antara black area dan grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock.
4. White area
- Area ini disebut juga area kelas B dan A (dibawah LAF).
- Ruangan yang masuk dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk
penimbangan bahan baku produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril ,
background ruang filling ,laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas).
- Setiap karyawan yang akan memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik.
Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock
WHITE AREA KELAS A
Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal:
- zona pengisian,
- wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka,
- penyambungan secara aseptis Kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran
udara
laminar (LAF) kec 0,36 – 0,54 m/detik untuk menjamin ruangan dalam kondisi
steril dan dapat dipakai untuk pembuatan secara aseptic
Secara garis besar, proses pembuatan obat steril dibagi menjadi 2 kategori :
2. Steriliasi Aseptis
Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan yang
berbeda.
Aspek personalia
PAKAIAN
Petugas yang akan bekerja di dalam ruangan produksi steril harus mengganti baju dan
membersihkan diri dengan cairan antiseptik dan dibilas dengan udara steril Pakaian rumah dan
pakaian kerja reguler hendaklah tidak dibawa masuk ke dalam kamar ganti pakaian yang
berhubungan dengan ruang ber-Kelas B dan C Arloji, kosmetika dan perhiasan hendaklah tidak
dipakai di area bersih
Pakaian pelindung
• Sumber pencemaran terbesar (80%) partikel dan mikroorganisme pada setiap daerah bersih
adalah karyawan.
• Perlu dirancang pakaian pelindung khusus yang dapat melindungi lingkungan dari pencemaran
oleh karyawan.
• Pakaian ini tidak boleh melepaskan serat atau partikel dan hendaknya mampu menahan partikel
yang dilepaskan oleh tubuh – antistatic
– Baju pelapis yang dapat menutup tubuh sampai ke leher, pergelangan tangan dengan celana
panjang yang sesuai atau merupakan baju terusan
– Sepatu yang dapat menutupi seluruh kaki, tidak licin, dan bagian ujung celana dimasukkan ke
dalam sepatu
Aspek produksi
1. Persyaratn Air
Air minum(portable water): tidak boleh ada Coliform bacilli per 100 ml
Air untuk injeksi:
- < 0,25 endotoksin unit (EU) per mL.
- Batas mikroba < 10 cfu per 100 mL
- Tidak ada Pseudomonas
Air untuk sediaan non-steril:
- Kisaran dari <10 sampai < 100 cfu per 100 mL
- Tidak ada Pseudomonas
Wather for injection
Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi melalui penyulingan (distilasi) atau cara
lain yang akan menghasilkan mutu yang sama.
Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan dengan cara
yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, misal disirkulasi dengan konstan pada suhu
di atas 70°C (Hot Loop System).
Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah disimpan dalam wadah yang bersih, steril, nonreaktif,
nonabsorptif, nonaditif dan terlindung dari pencemaran.Sumber air, peralatan pengolahan
air dan air hasil pengolahan hendaklah dipantau secara teratur terhadap pencemaran
kimiawi, biologis dan, bila perlu, terhadap cemaran endotoksin untuk menjamin agar air
memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan peruntukannya. Hasil pemantauan dan tindakan
penanggulangan yang dilakukan hendaklah didokumentasikan.