Anda di halaman 1dari 32

Nama : Celin Gracela Tanama

NPM : 20330744

Tugas Resume Teknologi Sediaan Steril

Steril

Suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang pathogen maupun
apatogen/non pathogen dalam bentuk vegetative (siap berkembang biak) maupun spora (dalam
keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung
yang kuat)

Sediaan Steril

Sediaan terapetis yang bebasmikroorganisme baik vegetative atau bentuk sporanya baik
pathogen atau nonpatogen

Sterilisasi

Suatu proses untuk membuat ruangan/benda menjadi steril

Tujuan Sterilisasi

Diharapkan dapat dihimdari infeksi sekunder. Penyuntikan sediaan yang terkontaminasi dengan
mikroorganisme hidup (terutama pathogen) dapat menimbulkan masalah dan komplikasi
terutama pada pasien yang sedang sakit. Hal ini dikarenakan sediaan steril berhubungan
langsung dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lainnya, dimana pertahanan
terhadap zat asing tidak selengkap pada saluran pencernaan.

Sediaan farmasi yang harus steril

1. Obat suntik / sediaan parenteral

2. Tablet implant

3. Tablet hipodermik

4. Sediaan untuk mata seperti tetes mata/guttae ophth, cuci mata/collyrium dan salep mata/
oculenta.

Macam-macam sediaan steril

1. Injeksi/obat suntik (volume kecil)


Obat dilarutkan dalam pembawa yang cocok, dengan atau tanpa zat tambahan, ditujukan
untuk pemberian parenteral.
Pemberian injeksi : single dose atau multiple dose.
2. Infus : sama seperti injeksi, tapi diberikan dalam volume besar.
Contoh :
- Infus dextrosa : nutrisi dasar
- Infus Ringer (ion natrium, kalium, kalsium) : untuk mengganti elektrolit yang hilang.
- Kombinasi dextrosa & NaCl : untuk pengganti cairan tubuh karena dehidrasi
3. Radiopharmaceutical
Bahan kimia radioaktif digunakan untuk tes/uji fungsi dari organ-organ tertentu, bukan
merupakan bagian injeksi, tetapi masuk golongan radiopharmaceutical, karena obat-obatan
ini merupakan bentuk radioaktif, teknik preparasi dan penanganan yang diperlukan berbeda
dengan bentuk injeksi.
4. Sterile Solids
Karena tidak stabil dalam bentuk injeksi, maka dibuat dalam bentuk kering dan dilarutkan
pada waktu akan dipakai.
- Jika dry solids tidak mengandung dapar, pengencer atau zat tambahan lain, maka pada
etiket diberi tanda “Sterile......” co : Sterile Sodium Nafcilin
- Jika dry solids terdiri dari dapar, pengencer atau zat tambahan lain, maka pada etiket
diberi tanda “obat untuk injeksi” (.... for injection) co : “Amfoterisin B for injection”.
- Perbedaan dalam penandaan diatas untuk menunjukkan ada/tidak adanya material yang
ditambahkan
5. Suspensi Steril
- Obat-obat disuspensikan dalam pembawa yang cocok dan diberi etiket : steril suspension
(obat steril suspensi)
contoh: Sterile Hidrokortison Asetat Suspension.
- Jika obat dalam bentuk kering dan akan disuspensikan ketika akan digunakan  “sterile
for suspension” contoh : Sterile Chloramfenicol for Suspension.
Kedua tipe suspensi diatas tidak diberikan secara intra vena atau ke dalam ruang spinal.
6. Obat tetes mata larutan, suspensi dan salep
- Contoh : Larutan OTM Sulfasetamid Na, suspensi OTM Hidrokortison Asetat.
- Pada salep mata, zat aktif dan tambahan harus mempunyai ukuran yang mikronise dan
basis harus non iritan, contoh Salep mata adalah : hidrokortison asetat dan gentamisin
sulfat.
7. Larutan Irigasi
- Larutan yang digunakan untuk merendam dan membilas luka terbuka, sayatan-sayatan
bedah atau jaringan tubuh dan digunakan untuk topikal tidak untuk parenteral
8. Zat-zat diagnostic
Untuk tujuan diagnostik seperti Evans Blue Injection (untuk menentukan volume darah),
Injeksi Radiopharmaceutical dan sebagainya
9. Ekstrak Allergenik
- Konsentrat steril : untuk tujuan diagnostik atau pengobatan reaksi-reaksi alergi.
- Pada saat akan digunakan, ekstrak dilarutkan dalam konsentrasi yang diinginkan dengan
teknik aseptik dan cairan steril sebagai pelarut
10. Larutan dialisis peritonial
- Untuk membuang kelebihan sampah tubuh, cairan tubuh, serum elektrolit dan untuk
menghilangkan senyawa toksik yang secara normal dikeluarkan oleh ginjal.
- Harus bebas pirogen, steril, bebas dari partikulat

Persyaratan Umum Sediaan Steril

1. Steril
2. Bebas pirogen (untuk obat suntik yang sekali penyuntikan diberikan > 10 ml)
3. Isotonis (tonisitas)
Jika larutan tertentu konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah
sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya (ekivalen dengan 0,9% NaCl)
4. Isohidri  pH suatu larutan zat = pH cairan tubuh 7,4
5. Bentuk larutan jernih (berhubungan dengan stabilitas)

Sediaan Parenteral
Keuntungan pemberian obat secara parenteral
1. Respon fisiologi segera dapat dicapai jika diperlukan, seperti cardiact arrest, asma, dan
syok
2. Diperlukan untuk obat yang tidak efektif secara oral atau akan dirusak oleh sekresi
saluran cerna, seperti insulin, hormone lain, dan antibiotika
3. Pengobatan untuk pasien yang tidak kooperatif atau tidak sadarkan diri
4. Jika dibutuhkan, terapi parenteral memberikan wewenang kepada dokter untuk
mengontrol obat karena pasien harus kembali menjalankan pengobatan
5. Dapat memberikan efek lokal jika diperlukan, seperti pada dokter gigi dan anastesiologi
6. Jika perpanjangan kerja obat diperlukan, tersedia bentuk secara intraarticular yang
bekerja diperlama, seperti steroid yang disuntikkan secara intrartikular, dan penisilin yang
diberikan dengan cara injeksi intramuscular dalam.
7. Cara untuk melakukan koreksi gangguan serius kesetimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh
8. Jika makanan tidak dpt diberikan ke dalam lambung, baik melalui mulut maupun tabung,
maka pemberian nutrisi secara total dapat diberikan menurut cara parenteral

Kerugian pemberian obat secara parenteral


1. Sediaan harus diberikan oleh personal terlatih (dokter, mantri, perawat, bidan
2. Pemberian obat secara parenteral secara ketat mengikuti ketentuan/prosedur aseptic, dan
kadang – kadang rasa nyeri yang timbul pada pemberian obat secara parenteral tidak
dapat dihindarkan
3. Begitu obat sudah diberikan secara parenteral, sulit untuk membalikkan/mengurangi efek
fisiologinya
4. Harus steril serta persyaratan manufaktur dan pengemasan yang lebih rumit, sediaan
parenteral lebih mahal harganya dibandingkan dengan sediaan yang diberikan menurut
rute lain
Rute Pemberian Parenteral

Rute pemberian parenteral terbagi atas :

1. Rute Intradermal (ID)


Injeksi dilakukan kedalam corium, yang merupakan lapisan kulit yang lebih vascular
dibawah kulit. Lokasi pemberian biasanya di permukaan anterior dari lengan dan
diperuntukkan bagi obat diagnostic dan beberapa vaksin imunisasi. Biasanya volume yang
diberikan dalam jumlah kecil yaitu 0,1 ml untuk sekali pakai. Biasanya jarum yang dipakai
pada rute ini adalah jarum suntik pendek (3/8 inchi) dan sempit (23-26 gauge). Jarum suntik
disisipkan secara horizontal kedalam kulit dengan serongan menghadap keatas. Absorpsi
melalui rute ini cenderung lambat,sehingga menyebabkan hasil kerja onset obat pun lambat.
2. Rute Subkutan (Sc)
Injeksi ini dilakukan dibawah permukaan kulit yang umumnya dilakukan dijaring
interstitial longgar lengan, lengan bawah, paha atau bokong. Tempat suntikkan harus berbeda
bila disuntikkan secara terus menurus dengan volume suntikkan yaitu 2 ml. Panjang jarum
yang digunakan untuk rute ini adalah jarum suntik 5/8 atau 7/8 inci yang berukuran 21-26
gauge. Obat-obat yang mengiritasi atau berbentuk suspense kental sebaiknya tidak diberikan
secara sc karena dapat menimbulkan sakit, abses dan lecet. Respon obat yang diberikan
dengan cara ini lebih cepat responnya daripada obat yang diberikan secara intradermal.
3. Rute Intramuskular (IM)
Injeksi ini dilakukan kedalam otot rangka. Pada orang dewasa diberikan pada ¼ bagian
atas otot gluteus maksimus (bokong). Pada bayi dan anak-anak di otot deltoid (dilengan atas)
atau di otot midlateral (di paha atas) dengan volume pemberian maksimal 5 ml (di otot
gluteal) dan 2 ml (di otot deltoid). Absorpsi melalui rute ini berlangsung lebih cepat daripada
rute subkutan. Larutan air atau minyak maupun suspense dapat diberikan melalui rute ini.
4. Rute Intravena (IV)
Larutan volume besar atau kecil dapat diberikan ke dalam vena dengan efek yang lebih
cepat. Pemberian melalui rute ini potensial berbahaya karena tidak dapat dikembalikan ketika
obat telah diberikan. Larutan obat yang mengiritasi dapat diberikan melalui rute ini Karena
darah dan cairan intravena dapat dijadikan sebagai pengencer. Metode ini mudah dilakukan
karena tidak terbatas pada volume dan jumlah yang diberikan serta lokasi pemberian. Obat-
obat yang diberikan secara i.v harus berupa larutan air, bercampur dengan darah dan tidak
mengendap. Tidak boleh membentuk suspense atau emulsi sebab akan menyumbat pembuluh
darah vena.

5. Rute Intraarteri
Rute ini tidak sering digunakan. Alas an unruk memanfaatkan rute intraarteri adalah
memasukkan material radio opak (bahan kontras) untuk tujuan diagnostic, seperti utuk
arteriogram. Beberapa obat neoplastic seperti metotreksat biasanya diberikan melalui rute ini.
Rute ini memiliki risiko kemungkinan terjadi spasmus arteri yang dapat diikuti oleh
gangrene.
6. Rute lain
a. Injeksi intrakor/intrakardial (i.kd)
Disuntikan langsung kedalam otot jantung atau ventriculuc, tidak boleh mengandung
bakterisida, disuntikan hanya pada keadaan gawat.
b. Injeksi intratekal (i.t), intraspinal, intrasisternal (i.s), intradural (i.d), subaraknoid.
Disuntikan langsung ke dalam saluran sumsum tulang belakang pada dasar otak (antara 3-
4 atau 5-6 lumbra vertebrata) yang ada cairan cerebrospinalnya. Larutan harus isotonis
karena sirkulasi cairan cerebrospinal adalah lambat, meskipun larutan anestetika sumsum
tulang belakang sering hipertonis. Jaringan syaraf di daerah anatomi disini sangat pekat.
c. Itraartikulus
Disuntikan kedalam cairan sendi. Bentuk larutan suspense/larutan dalam air.
d. Injeksi subkonjuntiva
Disuntikkan ke dalam selaput lendir di bawah mata. Berupa suspensi / larutan, tidak lebih
dari 1 ml.
e. Injeksi intrabursa
Disuntikkan ke dalam bursa subcromillis atau bursa olecranon dalam bentuk larutan
suspensi dalam air.
f. Injeksi intraperitoneal ( i.p )
Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat ; bahaya infeksi besar
g. Injeksi peridural ( p.d ), extradural, epidural
Disuntikkan ke dalam ruang epidural, terletak diatas durameter, lapisan penutup terluar
dari otak dan sumsum tulang belakang.

Bentuk sediaan parenteral


1. Sediaan parenteral volume kecil (Svp)
Ampul 1 mL, 3 mL, 5 mL, dan 20 mL serta vial 2 mL, 5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL, dan
30 mL. Sediaan ini dapat digunakan untuk penyuntikan secara intramuscular, intravena,
intradermal, subkutan, intraspinal, dan intrasisternal atau intratekal.
2. Sediaan parenteral volume besar (LPV)
Larutan injeksi dengan volume 100 ml dan biasanya digunakan melalui rute intravena.
Larutan yang saat ini dipasarkan ada 2 kategori yaitu elektrolit contohnya natrium klorida
dan kalium klorida, dan nonelektrolit contohnya larutan dektrosa dan manitorl. Larutan
intravena untuk penggunaan khusus diantaranya, larutan dialysis peritoneal, larutan
antikoagulan sitrat-dektrosa, cairan irigasi glisin dan metronidazole dalam injeksi dektrosa,
dll. Larutan ini biasa tersedia dengan volume 500 ml atau 1000 ml.
3. Sediaan parenteral bentuk serbuk
Sediaan ini dapat didefinisikan sebagai produk kering, melarut atau tidak melarut (bentuk
suspensi), untuk dikombinasikan dengan suatu pelarut atau pembawa sebelum digunakan.
Biasanya tersedia di dalam vial, contohnya injeksi penisilin, ampicillin, amoksisilin,
streptomisin, dan lain sebagainya
Sterilisasi
Sterilisasi adalah Proses mematikan jasad renik dengan kalor, radiasi, zat kimia agar
diperoleh kondisi steril (misal obat suntik, alat kedokteran, makanan dalam kaleng, dsb)

Metode Sterilisasi
Menurut FI III :
1. Cara A : (pemanasan secara basah : autoklaf pada suhu 115◦ C – 116 o C selama 30 menit
2. Cara B (dengan penambahan bakterisida)
3. Cara C (dengan penambahan bakteri steril)
4. Cara D (pemanasan kering: oven pada suhu 150 derajat C selama 1 jam dengan udara panas
5. Cara aseptis (mencegah dan menghindari lingkungan dari cemaran bakteri seminimal
mungkin).

Menurut FI IV
1. Sterilisasi uap
2. Sterilisasi panas kering
3. Sterilisasi gas
4. Sterilisasi dengan radiasi ion
5. Sterilisasi dengan penyaringan
6. Sterilisasi dengan cara aseptik

Cara Sterilisasi secara umum


1. Dengan pemanasan secara kering
2. Dengan pemansan secara basah
3. Dengan penambahan zat-zat tertentu
4. Dengan cara penyinaran
5. Dengan penyaringan bakteri steril
6. Dengan cara aseptis

Pemilihan cara sterilisasi


Harus mempertimbangkan beberapa hal :
1. Stabilitas : Sifat kimia, Fisika, Khasiat, Serat, struktur bahan obat tidak boleh mengalami
perubahan setelah proses sterilisasi.
2. Efektifitas : Cara sterilisasi yang dipilih akan memberikan hasil maksimal dengan proses
yang sederhana, cepat, dan biaya murah.
3. Waktu : Lamanya pensterilan ditentukan oleh bentuk zat, jenis zat, sifat zat, dan kecepatan
tercapainya suhu penyeterilan yang merata
Lamanya Sterilisasi Tergantung
1. Jenis mikroorganisme
- vegetatif (80-1000C)
- spora (1400C)
Contoh :
- Clostridium tetani (1400C, 15 menit)
- Clostridium botulinum (1400 C, 60 menit)
2. Tinggi/rendahnya suhu sterilisasi
- 1700C (1 jam)
- 1480C (3 jam)
3. Factor lain seperti Ph
- pH asam/alkalis > netral
- pH 1,2 (5 menit, 1000C)
- pH 10,2 (11 menit, 1000C)
- pH 7,2 (29 menit, 1000C)

Sterilisasi dengan pemanasan secara kering


Ciri-ciri Pemanasan Kering
1. Yang dipanaskan adalah udara kering.
2. Proses pembunuhan mikroba berdasarkan oksidasi O2 udara.
3. Suhu yang digunakan lebih tinggi, kira-kira 1500. 1 gram udara pada suhu 1000 jika
didinginkan menjadi 990 hanya membebaskan 0,237 kalori.
4. Waktu yang diperlukan lebih lama antara 1 jam-2 jam kecuali pemijaran.

Contoh :
a. Sterilisasi panas kering
Menurut FI ed. IV
- Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus open modern dilengkapi udara yang dipanaskan
dan disaring.
- Rentang suhu khas yang dapat di terima di dalam bejana sterilisasi kosong adalah lebih
kurang 15o , jika alat sterilisasi beroprasi pada suhu tidak kurang dari 250o

Menurut FI ed. III


Cara D :
- Pemanasan secara kering ; Oven pada suhu 1500 selama 1 jam dengan udara panas.
- Bahan obat yang tahan pemanasan ini misalnya, Minyak lemak, Vaselin, dan alat-alat gelas

b. Pemijaran
- Memakai api gas dengan nyala api tidak berwarna atau api dari lampu spritus.
- Syarat : Seluruh permukaan alat harus berhubungan langsung dengan api selama tidak kurang
dari 20 detik

Alat yang dapat di sterilkan :


- Benda logam (pinset, penjepit krus, gelas(sudip, batang pengaduk, kaca arloji, tabung realsi,
erlemeyer, botol).
- Mortir dan stamper di siram dengan alkohol 96% kemudian dibakar.
- Bahan obat: ZnO, NaCl, Talk

Sterilisasi dengan pemanasan secara basah


Ciri- ciri pemanasan basah :
1. Yang dipanaskan adalah air menjadi uap air.
2. Proses pembunuhan mikroba berdasarkan koagulasi/ penggumpalan zat putih telor dari
mikroba tersebut.
3. Waktu yang diperlukan lebih singkat yaitu 30 menit
4. Suhu yang diperlukan lebih rendah, maksimal 1160 (autoklaf) 1 gram uap air 1000 jika
mengembun menjadi air 1000 membebaskan 536 kalori.
5. Digunakan pada sediaan injeksi dengan pembawa berair

Contoh :
a. Sterilisasi uap
Menurut FI IV
- Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh di bawah tekanan selama 15
menit pada suhu 1210.
- Kecuali dinyatakan lain , proses sterilisasi ini paling sering menggunakan alat autoklaf

Menurut FI III
Cara D : Sterilisasi pemanasan basah
Menggunakan autoklaf pada suhu 1150 – 1160 selama 30 menit dengan uap air panas

a. Otoklaf :
Suatu panci logam yang kuat dengan tutup yang berat mempunyai lubang tempat
mengeluarkan uap air beserta kran , termometer , pengatur tekanan udara dan klep pengaman
b. Direbus air mendidih
Lama mensterilkan dihitung sejak air mendididh spora tidak dapat mati dengan cara tersebut.
Oleh karena itu ditambahkan bakterisida (fenol %% , lysol2-3 %) untuk mempersingkat
sterilisasi (alat kedokteran)
c. Tyndalisasai = pasteurisasai
Digunakan pada obat yang tidak tahan dalam pemanasan tinggi dan tidak dapat disaring
dengan penyaring bakteri (emulsi, suspensi). Dipanaskan pada suhu 700 – 800 selama 40-60
menit

d. Dengan uap air suhu 1000


Menggunakan alat dandang. Alat dapat disterilkan setelah air mendidih dan uap keluar.
Keuntungan uap air yang mempunyai daya baktrerisida lebih besar jika dibanding dengan
pemanasan kering karena mudah menembus diding sel mikroba dan menggumpalkan zat
putih telurnya.

Sterilisasi dengan penambahan zat tertentu


Zat tersebut berfunsi sebagai :
1. Desinfektan zat antimikroba digunakan untuk instrumen kedokteran untuk mencegah infeksi
pada manusia
2. Antiseptik : zat antimikroba utk lokal dan topikal
3. Antibiotik : zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapart menghambat mikroba lain

Sterilisasi dengan cara penyinaran


Menurut FI IV
1. Sterilisasi dengan radiasi ion
Terdiri 2 jenis yaitu :
- Desintegrasi radioaktif dari radio isotof ( radiasi gamma)
- Radiasi berkas elektron Cara tsb dilakukan jika bahan yang disterilkan tidak tahan terhadap
sterilisasi panas dan keamana etilen oksida
Keunggulan : reaktivitas kiimia rendah, residu rendah, variabel yang dikendalikan lebih sedikit.
2. Sinar ultra Violet
Pada gelombang 200 – 2600 A dapat membunuh mikroba patogen, virus, spora, jamur, ragi
dan bekerja efektif bila langsung kena bahan tersebut digunakan utk menstrerilkan ruangan
udara obat suntik.
3. Dengan Sinar Gamma
Digunakan isotop radioaktif miasal cobalt 60
4. Dengan sinar X dan Katoda
Sinar X dan elektron dengan intensitas tinggi bersifat mematikan mikroba
Contoh :
Penisillin Na, Streptomysin Sulfat, hidrolisat protein, hormon pituitarium, insulin, vaksin
influensa dan cacar.

Sterilisasi dengan penyaring bakteri Steril


- Sterilisasi ini dilakukan pada bahan yang tidak tahan panas
- Penyaring yang tersedia : sellulosa asetat, selulosa nitrat, Florokarbonat, polimer akrilik,
polikarbonat, poliester, PVC, Vinil nilon, Potev, dan membran logam

Menurut FI ed III
- Larutan disaring melalui bakteri steril dan diisikan dalam wadah steril dan ditutup kedap
menurut teknik aseptif
- Keuntungan :
Digunakan untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan tapi larut air

- Dilakukan cepat ( pembuatan jumlah Keci)


Semua miroba hidup dan mati dapat disaring dari larutan dan mengurangi jumlah virus
- Penyaring dapat bersifat absorpsi dan virus diabsorpsi
- Kerugian
 Diperlukan zat bakterisida
 Digunakan pembawa air dan minyak tidak dapat
 Beberapa jens penyaring dapat mengabsorpsi obat (kadar kecil)
 Beberpa penaring sukar dicuci (porselinKeisrgur)
 Beberapa penyaring bersifat alkalis (Setz filter) Penyaring dari asbes dapat melepaskan
asbesnya ke larutan.
 Filtrat yang diperoleh belum bebas virus

Sterilisasi dengan gas


Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oxida yang dinetralkan dengan gas inert
tetapi kerugiannya :
- etilen oxida mudah terbakar
- sifat mutagenic
- meninggalkan residu toksis dalam bahan disterilkan terutama yang mengandung bahan
klorida

Sterilisasi dengan cara aseptik


Tekniknya :
Dapat memperkecil terjadinya kontaminasi dengan mikroba hingga seminimal mungkin, dari
bahan yang sudah steril
Proses untuk mencegah mikroba hidup dalam komponen steril

Bahan Tambahan Sediaan Obat Suntik


Zat berkhasiat :
1. Harus memenuhi syarat pemerian, kelarutan, identifikasi, suhu lebur, kemurnian, susut
pengeringan sisa pemijaran dan kadar menurut FI V.
2. Bebas kontaminasi bakteri
3. Bebas pirogen

Bahan Tambahan
1. Bahan Pelarut/Pembawa
2. Penambah kelarutan/pembasah/pengemulsi/pensuspensi
3. Pengawet Antimikroba
4. Buffer atau Dapar
5. Anti Oksidan
6. Anastetik lokal
7. Penstabil/stabilisator
8. Zat pembentuk khelat
9. Pembantu Tonisitas

Tujuan Bahan Tambahan


1. Menjaga sterilitas larutan obat untuk takaran berganda
2. Menjaga stabilitas fisika dan kimia obat
3. Menambah kelarutan obat
4. Mengurangi rasa sakit dan iritasi pada tempat penyuntikan

Syarat Bahan Tambahan


1. Tidak berbahaya (toksik)dalam jumlah yang diberikan
2. Tidak mengganggu efek terapi sediaan obat
3. Tidak mengganggu pemeriksaan dan penetapan kadar sediaan obat

Bahan Pelarut dan Pembawa


a. Bahan pembawa air
1. Water for Injection
- Air dimurnikan dengan penyulingan atau reverse osmosis
- Syarat: jumlah zat padat tidak lebih dari 1 mg/100 ml dan bebas pirogen
- Untuk digunakan dalam waktu 24 jam sesudah penampungan
2. Sterile Water for Injection
- Air untuk obat suntik yang telah disterilkan dan dikemas dalam wadah dosis tunggal yang
tidak lebih besar dari ukuran 1 L
- Syarat: steril (bebas mikroba), bebas pirogen dan bebas zat tambahan lain
- Untuk pelarut, pembawa atau pengencer obat suntik yang sudah steril dan dikemas dan
dilakukan secara aseptis
3. Bacteriostatic Water for Injection
- Air steril untuk obat suntik yang mengandung satu atau lebih zat antimikroba yang
sesuai.
- Dikemas dalam alat suntik atau wadah vial yang berisi air tdk lebih dari 30 ml
- Sebagai pembawa untuk obat suntik volume kecil
4. Sodium Chloride Injection
- Larutan steril dan isotonis NaCl dalam air untuk obat suntuk
- Tidak mengandung zat antimikroba
- Kandungan ion Na dan Cl dalam obat suntikkurang lebih 154 mEq
5. Ringer’s Injection
- Larutan steril NaCl, KCl dan CaCl dalam air untuk obat suntik
- Sebagai pembawa obat lain atau digunakan secara tunggal sebagai penambah elektrolit
6. Bacteriostatic Sodium Chloride Injection
- Larutan steril dan isotonis NaCl dalam air utuk obat suntik
- Menganduk satu atau dua jenis antimikroba.
- Dikemas dlaam wadah tidak lebih dari 30 ml

b. Pembawa bukan air


1. Minyak lemak nabati
2. Gliserin
3. Polietilen glikol
4. Propilen glikol
5. Alkohol
6. Etil oleat, isopopil miristat dan dimetilasetamid

- Syarat pembawa bukan air


1. Tidak boleh menimbulkan efek Farmakologis
2. Stabil secara fisik dan kimia pada berbagai tingkatan pH
3. Kekentalannya harus sedemikian mudah untuk disuntikkna
4. Mudah mengalir
5. Titik didih tinggi untuk memungkinkan sterilisasi panas
6. Mudah bercampur dengan cairan tubuh
7. Tekanan uap rendah
8. Kemurnian stabil
Bahan penambah kelarutan
- Penambah kelarutan ( Solubilizing agents)
Pendekatan dasar untuk solubilisasi obat-obat parenteral
1. Pembentukan garam
2. Pengaturan pH
3. Penggunaan kosolven (Co-solvent)
4. Penggunaan bahan surfaktan
5. Penggunaan bahan kompleksasi
6. Mengubah formulasi dari larutan menjadi sistem terdispersi , larutan minyak atau
formulasi yang lebih komplek spt mikroemulsi atau liposom

A. Co-Solvent
1. Co solvent/ pelarut organik yang dapat bercampur dengan
- Etil alkohol 0,61 -49%
- Gliserin 14,6 -25%
- PEG 40 minyak jarak 7,0-11,5%
- Polietilen glikol(300 & 400) 1-50 %, , Propilen glikol
- Polysorbat 20, 40, 80,
- Sorbitol,
- Povidone, sorbitan monopalmitate , dimetilasetamida, Cremophor El

B. BAHAN SURFAKTAN
- Surfaktan digunakan dalam suspensi parenteral sebagai :
1. Bahan pembasah untuk serbuk yang akan disuspensikan karena distribusi yang uniform
dari obat diperlukan untuk mendapatkan dosis yang cukup
2. Untuk mencegah terjadinya caking sehingga sulit didispersikan ( sulit pengambilan pada
waktu penyuntikan
3. Untuk mencegah terjadinya caking sehingga sulit didispersikan ( sulit pengambilan pada
waktu penyuntikan
- Alasan penambahan surfaktan :
1. Meningkatkan kelarutan obat melalui miselisasi
2. Mengikatkan stabilitas obat melalui penjeratan dalam suatu struktur misel
3. Mencegah agregasi disebabkan interaksi inter- facial cairan/udara atau cairan/padat mis:
formula yang mengandung protein ( polisorbat 80)
- Contoh surfaktan
1. poloxamer 188 (polioksietilen-polioksipropilen copolimer ) sorbitan trioleate, Suspending
agent ( Na CMC, polivinilpirolidon, polieten glikol, propilen glikol)

C. Bahan pembentuk kompleks


1. Penambahan Na benzoat untuk menambah kelarutan caffein dalam Injeksi Caffein Na
benzoat
2. Penambahan etilen diamin yang berlebih dalam Injeksi Aminophyllin untuk
mempertahankan kelarutan theophylline
3. Penambahan kalsium d-saccharat atau laktobionat, glukoheptonat, dan laevulinat dalm
injeksi kalsium glukonat untuk mencegah kecendrungan kristalisasi kalsium gluconat.
4. Garam-garam kalsium yang ditambahkan tidak lebih 5% dari kalsium gluconat

Bahan Pengawet
Syarat pengawet
Pengawet digunakan untuk mempertahankan sterilitas sediaan larutan obat suntik dosis
berganda.
1. Mampu mencegah pertumbuhan bakteri dan membunuh mikbroba yangmengkontaminasi
2. Dapat bercampur dengan obat meskipun dalam penyimpanan lama
3. Stabil pada pensterilan
4. Tidak toksis pada jumlah digunakan
5. Daya absorpsi ke dalam karet kecil
6. Tidak mengganggu identifikasi sediaan
7. Dapat larut dalam pembawa yang dipakai

Pengawet yang digunakan dalam sediaan injeksi


Obat suntik yang tidak perlu pengawet
- Volume dosis tunggal lebih dari 15 ml
- Penyuntikan secara intra cardiac, intra-arterial, intra tekal, intra sisternal, dan peridural
- Bahan obatnya sendiri bersifat bakteriostatik/bakterisid

Buffer/dapar
Sistem buffer dibutuhkan untuk :
- obat suntik yang peka terhadap perubahan Ph seperti : antibiotika (penicillin,
streptomisin, tetrasikilin), polipeptida ( insulin, vasopresin)
- Kapasitas buffer yang digunakan biasanya rendah (tidak mengubah pH dari cairan tubuh
pada penyuntikan), tetapi cukup kuat untuk menahan perubahan pH selama penyimpanan dan
penggunaan
- Kapasitas buffer : Pengukuran dari ketahanan terhadap perubahan pH dari suatu larutan
- Contoh Buffer : Acetat, Citrat , phosphat, as amino ( Polipeptida)

Alasan penambahan buffer


- Mengurangi kerusakan jaringan dan rasa sakit pada saat penyuntikan
- Meningkatkan efektifitas terapeutik beberapa obat
- Meningkatkan stabilitas kimia dari obat

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH obat suntik


- Penguraian sediaan
- Efek wadah dan tutup ( pembebasan álkali dari wadah gelas, atau dari karet penutup)
- Diffusi gas melalui tutup

Antioksidan
Fungsi antioksidan
untuk mempertahankan stabilitas obat yang mudah teroksidasi misalnya Adrenalin,
Klorpromazin, Morphin, apo-morphin, Asam askorbat d.l.l

Sifat Antiosidan yang ideal


- Bercampur dengan macam-macam obat dan bahan tambahan lain
- Tidak berbau, berasa dan iritasi
- Tidak berwarna dalam bentuk asli dan teroksidasi
- Harga yang murah

Jenis-jenis Antioksidan
1. Antioksidan untuk injeksi dalam air:
- Ascorbic acid 0,02-0,1%
- Na. Bisulfit, Na meta bisulfit 0,1- 0,15%
- Na. Formaldehida sulfoksilat 0,1-0,15
- Thio urea 0,005%
2. Antioksidan untuk injeksi dalam minyak
- Propil gallat 0,005-0,15%
- α Tocopherol 0,05-0,5%,
3. Antioksidan ( Reducting agent):
- Na bisulfit (0,02-0,1%)
- Na metabisulfit ( 0,1-0,15%)
- Sodium formaldehyde sulfoxylate (0,1-0,15)
- Thiourea (0,05%)
4. Antioksidan (Blocking agent)
- Ascorbic acid ester ( 0.01-0,05%)
- citric acid (0,005-0,01%)
- Phosporic acid (0,05-0,01%)
- Tartaric acid (0,01-0,02%)
Anastetik local
Penyuntikan larutan yang terlalu asam dapat menimbulkan rasa sakit pada waktu penyuntikan.
Untuk mengurangi rasa sakit dapat ditambahkan zat pemati rasa, misalnya :
- Benzil alkohol 5% ( Injeksi luminal)
- Novocain ( Injeksi vitamin B complek)
- Procain ( Injeksi penisillin) 1%

Penstabil/stabilisator
Contoh-contoh stabilator :
- Garam-garam kalsium ( injeksi kalsium glukonat)
- Gas CO2 dalam injeksi Na bikarbonat
- Theophyllin dalam injeksi Mersalyl (komplek asam organik yang mengandung merkuri)
- 1 % lesitin dalam suspensi pitonadion

Zat pembentuk khelat


Fungsi
membentuk komplek dengan logam-logam sepert Cu, Fe, dan Zn yang mengkatalisa penguraian
oksidasi dari molekul obat

Sumber kontaminasi logam ini berasal dari:


- Bahan obat yang tidak murni
- Pelarut spt air, wadah dan penutup karet
- Alat- alat yang digunakan dalam pembuatan.
Contoh :Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)
Contoh bahan pengkelat :
- Asam edetat 0,1%
- Di Natrium edetat 0,1%
- Kalsium diNatrium edetat 0,1%
- Asam sitrat 0,3-2,0%
- Asam tartrat

Sifat-sifat bahan pengkelat yang ideal:


- Efektif pada konsentrasi tidak toksik, rendah
- Stabil dan efektif pada kondisi penggunaan, (trayek pH dan temperatur yang lebar)
- Larut pada konsentrasi yang diinginkan

Pembantu tonisitas
- Tonisitas adalah Larutan yang memiliki tekanan osmosis yang sama seperti cairan tubuh
tertentu disebut isotonik dengan cairan tubuh spesifik tersebut
- Larutan NaCl 0,9% isotonik dengan cairan tubuh
- Larutan yang tekanan osmosis lebih rendah dari cairan tubuh atau larutan NaCl 0,9%
disebut hipotonik.
- Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi dari cairan tubuh atau larutan
NaCl 0,9% disebut hipertonik

Efek larutan hipotonis


- Menyebabkan sel-sel mengembang dengan cepat sampai pecah membebaskan isi sel
( hemolisis).
- Kerusakan ini permanen, dan sangat berbahaya jika sel-sel yang pecah banyak. (diberikan
dalam volume yang besar)
- Larutan yang hipotonis dibuat isotonis dengan penambahan bahan-bahan pengisotonis
- Contoh bahan pengisotonis: NaCl, dekstrosa , KCl, Na sitrat, Na. Nitrat dan K Nitrat,
sorbitol, manitol

A. Larutan untuk injeksi intra vena


Sel-sel akan mengerut, dinding sel kelihatan berlekuk-lekuk (crenulation) dan kerusakan
ini bersifat temporer atau sementara akan menjadi normal kembali bila tekanan menjadi sama
pada permukaan dinding sel. Oleh karena itu bila disuntikkan ke aliran darah harus perlahan-
lahan dimana larutan akan diencerkan dengan cepat oleh sirkulasi darah yang cepat
B. Larutan untuk Injeksi Subkutan
- Isotonisitas tidak begitu penting karena disuntikkan kedalam jaringan lemak, tidak
kedalam aliran darah
C. Larutan untuk Injeksi Intramuskular
- Larutan dalam air harus sedikit hipertonik untuk membantu kecepatan absorbsi.
- Larutan yang tujuan depot (absorpsi lambat) misalnya: suspensi dalam air harus isotonik,
pembawa yang hipertonik akan mempercepat absorpsi
D. Larutan untuk Injeksi intrakutan: Sediaan-sediaan diagnostik harus isotonik karena larutan
yang tidak isotonik (paratonik) akan menyebabkan reaksi yang salah
E. Larutan untuk Injeksi Intra tekal
- Larutan untuk injeksi ini harus isotonik. Volume dari cairan cerebrospinal hanya 60-80
ml, dengan demikian volume yang kecil dari larutan yang tidak isotonik akan merusak
tekanan osmotik dan menyebabkan muntah dan efek lain

Evaluasi obat suntik

Menurut USA-FDA ada 6 sistem control kualitas dalam pembuatan obat suntik yaitu:

1. Sistem dan dokumen yang berkualitas serta pugas yang pandai dan memiliki kemampuan
2. Fasilitas dan perlengkapan yang terkontrol baik
3. Material yang bermutu
4. 4 sistem produksi yang baik
5. Sistem packaging yang baik
6. Laboratory QC yang baik
Jumlah sempel yang diuji atau dievaluasi dari total produksi dan hasil yang diperbolehkan rusak
adalah:

Jumlah produksi Jumlah sampel Jlh sampel max yang diperbolehkan rusak
151-280 32 1
281-500 50 2
501-1200 80 3
1201-3200 125 5
3201-10000 200 7
10001-35000 315 10
35001-150000 500 14

Evaluasi obat suntik terdiri dari :

1. Kekedapan wadah
2. Kejernihan
3. Zat aktif
4. Sterilitas
5. Pirogenitas
6. Keseragaman volume
7. Keseragaman bobot
8. Ph
9. Homogenitas
10. Toksisitas

1. Kekedapan wadah
Ampul yang telah disterilkan seringkali memiliki celah atau retakan khususnya pada
lokasi penutupan ampul.
Celah atau retakan tersebut merupakan sumber bahaya bagi kontaminasi larutan
injeksi
Uji kekedapan:
a. Ampul dikumpulkan dalam bak
b. Masukan larutan metilen biru (0.08-0,09%) yang dicampur dengan benzil alcohol
dan sodium hipoklorit
c. Bak ditutup dan divakum dengan tekanan 70mmHF selama beberapa menit
d. Selanjutnya bak dinormalkan Kembali lalu dibuka
e. Perhatikan apakah ampul diwarnai oleh larutan bahan pewarna.
Wadah obat parenteral
Wadah dosis tunggal : untuk pemberian parenteral dosis tunggal dan bila dibuka
tidak dapat ditutup Kembali dengan jaminan tetap steril
Bentuk ampul 1-20ml dengan sediaan larutan
Wadah dosis ganda:
Wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya perbagian berturut-
turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas atau kemurnian.
Bentuk vial atau flakon ukuran 2-20ml, bentuk botol atau kolf ukuran 50-1000ml
dengan sediaan larutan ,suspense,emulsi dan serbuk
Perlu ditambahkan antimikroba/pengawet
Botol infus /kolf untuk cairan infus,TPN, cairan dialysis,cairan irigasi
Prefilled syringe:
Bahan terbuat dari gelas, pvc atau semipolyethene
Cepat digunakan dan mahal.

2. Kejernihan
Pengontrolan tida larut dan bahan melayang
- Pengujian visual bagi pengotoran tidak larut, khususnya bahan melayang dan
serpihan gelas
- Pengotoran dapat berasal dari material penyaring, ketidakcermatan
membersihakan ampul dan dari udara yang masuk
- Cara: ampul atau vial diputar secara vertical 1800 berulang -ulang didepan suatu
latar belakang yang gelap dan sisinya diberi cahaya lampu atherman atau lampu
proyeksi dengan cahaya 1000-3500lux dengan jarak 25cm
- Umur petuga kurang dari 40thn, mata sehat
3. Zat uji
Pengujian dapat dilakukan dengan
- Volumetric
- Spektofotometrik
- HPLC atau
- Alat lain yang cocok sesuai FI
4. Sterilitas
- Pengujian dilakukan secara mikrobiologis dengan menggunakan medium
pertumbuhan bakteri tertentu
- Produk dikatakan bebas mikroorganisme bila sterility assurance level (SAL)= 10-6
atau 12log reduction (over kill sterilization).
- Bila prose pembuatan produk menggunakan aseptic
Validasi sterilisasi
Indicator biologi
- Sediaan berisi populasi mikroorganisme speifik dalam bentuk spora.
- Prinsip kerja mensterilkan spora hidup m.o yang nonpatogen dan sangat resisten
dalam jumlah tertentu
- Hasil positif jika ada kekeruhan pada koloni

indikator kimia

Indikator yang menandai terjadinya paparan sterilitas pada objek yang disterilkan
degan adanya perubahan warna
I berupa strip, tape, kartu dan vial
sensitif terhadap satu atau lebih parameter
Indikoor eksternal: Perubahan warna indikator memberikan informasi bahwa bagian
kemasan benda yang disterilkan telah melewati proses sterrilisasi
Indikator eksternal: Perubahan warna indikator memberikan informasi sterilan telah
berpenetrasi di dalam kemasan
Indikator mekanik

Bagian intrumen mesin sterilisasi seperti gauge, tabel dan indikator suhu maupun
tekanan yang menunjukan apakah lata sterilisasi bekerja dengan baik

5. Pirogenita
Pirogen perlu dibebaskan dari
1. Air atau larutan air
Dengan penyaring spesial (Penyaring SEITZ) Kolom aluminum oksida atau
penyaring karbon aktif Sinar gamma (kobalt60) Metode elektroosmosis atau reverse
osmosis

2. Bahan obat atau bahan pembantu


Pemanasan selama 30 menit pada suhu 225C atau 1 jam pada suhu 200 Dilarutkan
lalu dibebas pirogen

3. Wadah , bahan tutup dsb


Autoklaf suhu 121 -124 C selama 120 menit Sterilisasi sinar ion atau dengan gas
etien oksida
Material karet atau silikon, 30 menit pada suhu 90.

Uji bebas pyrogen:


a. Test kelinci (farmakope Indonesia)
- Menggunakan 3 ekor kelinci
- Suhu larutan uji 38,5 C
- Injeksi larutan uji pada vena tlinga kelinci tidak kurang dari 0,5 ml dan tdk lebih
10 ml per kg bb.
- Catat temeperatur pada 1,2,3 jam sesudah penyuntikan
- Syarat dapat dilihat pada table
Jumlah kelinci Larutan uji memenuhi Larutan uji tudak
syarat bila jumlah respon memenuhi syarat bila
tidak melebihi (0c) jumlah respon melebihi
(0c)
3 1,2 2,7
6 2,8 4,3
9 4,5 6,0
12 6,6 6,6
b. Test limulus
Menggunakan lisat yang diperoleh dari butir keping darah kepiting (Limulus
polyphemus) yang mengandung enzim dan protein
Apabila ada pirogen Gram negatif maka akan terjadi penggumpalan.
6. Keseragaman volume
Pengujian dengan alat ukur volume
Volume larutan tiap wadah harus lebih sedikit dari volume yang ditetapkan
Kelebihan volume yang dianjurkan tertera pada tabel berikut
Volume pada etiket Volume tambahan yang dianjurkan
Cairan encer(ml) Cairan kental
0,5 0,10 0,2
1,0 0,10 0,12
2,0 0,15 0,25
5,0 0,30 0,50
10,0 0,50 0,70
20,0 0,60 0,90
30,0 0,80 1,20
50,0 atau lebih 2% 3%

7. Keseragaman bobot
Dengan penimbangan
Cara: hilangkan etiket pada wadah. Timbang persatu dalam keadaan terbuka.
Selanjutnya keluarkan isi wadah, cuci dengan air lalu dengan etanol 95% keringkan
pada suhu 105 C hingga bobot tetap.
Bobot wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas tertentu dalam table

Bobot yang tertera pada etiket Bobot penyimpanan dalam %


Tidak lebih dari 120mg 10
Antara 120mg-300mg 7,8
300mg atau lebih 5
8. pH
a. pH obat suntik: isohidris yaitu zat yang pH nya sesuai dengan pH fisiologis yaitu
7,4
b. Euhidris: usaha pendekatan pH larutan suatu zat secara teknis kearah pH
fisiologis tubuh. Dilakukan pada zat yang tdk stabil pH fisiologis yaitu garam
alkaloid dan vitamin C
c. Pengaturan pH dengan penambahan asam, basa dan dapar
d. Penambahan dapar untuk pH 5,5-9
e. pH > 9 jaringan mengalami nekrosis,
f. pH<3 jaringan akan mengalami sakit, dan merusak jaringan.
g. Ph <3 atau pH>11 sebaiknya tdk didapar karena sulit dinetralisais
h. Pengujian pH dengan
- kertas lakmus atau
- indikator universal
- pH meter

9. Homogenitas
a. Pengujian bagi suspensi yang harus menunjukkan tampak luar homogen setelah
pengocokan dalam waktu tertentu

b. Alat yang digunakan: Viskometer Brookfield


c. Pengujian emulsi dilakukan secara visual

10. Toksisitas

- Khusus untuk produk baru

- Uji toksisitas dengan larva udang (Artemisia salina Leach) dan tentukan LD50

PERHITUNGAN ISOTONIS

PENGERTIAN:

Bila dua larutan memiliki tekanan osmose yang sama maka kedua larutan tersebut disebut
isotonis.

Sebuah larutan dikatan isotonis:

- Mempunyai tekanan osmotis yang sama dengan osmotis cairan tubuh (darah,
cairan lumbal,airmata) yang nilainya sama dengan tekanan osmotis larutan NaCl
0,9% b/v
- Mempunyai titik beku yang sama dengan titik beku cairan tubuh 0,520c.

Hipertonis

- Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmotis lebih besar dari larutan NaCl 0,9
% b/v
- Air dalam sel akan ditarik keluar dari sel , sehingga sel akan mengkerut, tetapi
keadaan ini bersifat sementara dan tidak akan menyebabkan rusaknya sel tersebut,
tetapi menyebabkan nyeri pada penyuntikan
Hipotonis
- Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmotis lebih kecil dari larutan NaCl 0,9
% b/v.
- Air dari larutan injeksi akan diserap dan masuk ke dalam sel, akibatnya dia akan
mengembang dan menyebabkan pecahnya sel.
- Jika yang pecah itu sel darah merah, disebut " Haemolisa "
- Pecahnya sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh darah
yang kecil seperti pembuluh darah otak.
Tonisitas

Sediaan yang harus isotonis

- Tetes mata, Tetes Telinga, Infus


- Injeksi terutama :
a. Subkutan : jika tidak isotonis dapat menimbulkan rasa sakit, sel-sel sekitar
penyuntikan dapat rusak, penyerapan bahan obat tidak dapat lancar.
b. Intralumbal , jika terjadi perubahan tekanan osmotis pada cairan lumbal, dapat
menimbulkan perangsangan pada selaput otak.
c. Intravenus, terutama pada Infus intravena, dapat menimbulkan haemolisa.
d.  Cairan tubuh kita masih dapat menahan tekanan osmotis larutan injeksi yang sama
nilainya dengan larutan NaCl 0,6 - 2,0 % b/v.
Metode menghitung tekanan osmosis

1. Penurunan titik beku air (PTB) (Metode Krioskopik)


2. Dengan cara metode L iso
3. Equivalensi/Kesetaraan NaCl
4. Kesetaraan volume isotonik (Metode White Vincent)
5. Dengan cara osmolaritas
6. Metode Grafik (Grafik Lund dan Nomogram)
7. Metode Laju Disasosiasi

Penurunan titik beku (ptb)


Jika diketahui data penurunan titik beku dan yang ditanyakan adalah bobot atau
konsentrasi larutan pengisotonis
Suatu larutan dinyatakan isotonik dengan serum atau cairan mata, jika membeku
pada suhu -0,520 C. Untuk memperoleh larutan isotonik dapat ditambahkan NaCl
atau zat lain yang cocok yang dapat dihitung dengan rumus :
B = 0,52- b1 C
b2
keterangan :
B = bobot zat tambahan (NaCl) dalam satuan gram untuk tiap 100 ml larutan
0,52 = adalah titik bek cairan tubuh
b1 = PTB Zat khasiat
C = konsentrasi dalam satuan 5 b/v zat khasiat
b2 = PTB zat tambahan (NaCl)
Penurunan Titik Beku
Turunnya titik beku larutan dapat dilihat pada Tabel Larutan Isotonik di
Farmakope Indonesia edisi IV halaman 1236
Cara perhitungan
- Tentukan kaddar obat dalam larutan (satuan %)
- Cari pada tabel PTB zat tersebut pada kadar 1%
- Hitung penurunan titik beku pada kadar yang didapat
- Hitung selisihnya terhadap titik beku isotonis
- Tambahkan suatu zat untuk mencapai isotonis
- Dengan melihat table hitung, berapa banyak zat yang diperlukan

Perhitungan l-iso
untuk mencari nilai PTB zat (Jika PTB zat tdk diketahui)

ΔTf = Liso x C (dalam mol) -----C = berat x 1000


BM x V

Keterangan
ΔTf = penurunan titik beku, (PTB)
Liso = harga tetapan
C = konsentrasi, dihitung dalam mol
BM = berat molekul
V = volume larutan dalam mL
Berat = dalam gram zat terlarut

Harga tetapan l-iso


non elektrolit = 1,86 (sukrosa, gliserin, urea
elektrolit lemah = 2 (asam borat, kokain, phenobarbital)
elektrolit univalent = 3,4 (NaCl, kokain hidroklorida, natrium phenobarbital)
elektrolit uni-divalent= 4,3 (Natrium sulfat, atropin sulfat)
Elektrolit di-univalent = 4,8 (zinc klorida, kalsiumbromida)
Elektrolit uni- trivalent = 5,2 (Natrium sitrat, natrium fosfat)
Elektrolit Tri- univalent = 6,0 (Alumunium Klorida, Besi Iodida)
Elektrolit tetraborat = 7,6 (Natrium borat, kalium borat)

Cara ekuivalensi nacl


Jika diketahui data E dan yang ditanyakan adalah bobot NaCL

Yang dimaksud dengan ekivalen dari NaCl ( E ) adalah sekian gram NaCl yang
memberikan efek osmose yang sama dengan 1 gram dari suatu zat terlarut
tertentu. Dengan syarat bahwa baik NaCl maupun bahan obat berada dalam
larutan bervolume sama
Jika E Efedrin HCl = 0,28 ; berarti tiap 1 gram Efedrin HCl ~ 0,28 gram NaCl.
Jadi dapat dianalogikan sebagai berikut :
Ex = a ; artinya tiap 1 gram zat X ~ a gram NaCl
Ex = E ; artinya tiap 1 gram zat X ~ E gram NaCl
Dan akhirnya kita dapatkan rumus :
B= 0,9/100 * V – (w*E)
Keterangan :
B = bobot zat tambahan dalam satuan gram.
V = Volume larutan dalam satuan ml
W = bobot zat khasiat dalam satuan gram
E = Ekivalensi zat aktif terhadap NaCl
Tiga jenis keadaan tekanan osmotis larutan obat :
Keadaan Isotonis apabila nilai B = 0 ;
maka 0,9/100 x V = ( W x E )
Keadaan hipotonis apabila nilai B positip;
maka 0,9/100 x V > ( W x E )
Keadaan hipertonis apabila nilai B negatip;
maka 0,9/100 x V < ( W x E)
KESETARAAN VOLUME ISOTONIK ( METODE WHITE VINCENT)
Jika diketahui data E dan yang ditanyakan adalah Volume isotonis
Bila suatu jumlah zat tertentu harus dilarutkan ke dalam air dan harus dibuat
isotonik maka dapat dihitung volume air yang diperlukan agar isotonik dg rumus
sbb.:
Dibuat dengan dasar pemikiran bahwa 0,9 gram Natriichlorida bila dilarutkan
dlm 100 mL air maka larutan tersebut akan isotonik.
0,9 g atau 900 mg NaCl isotonik dalam 100 mL air. Sedangkan bila 1 g NaCl
volume isotoniknya ialah :
1000 mg/900mg x 100 mL air = 111,1 mL.
Sehingga volume isotonik dari suatu zat adalah sbb:

V isot. = [Σ (Wx E) ] x 111,1 mL


V = volume isotonik, e = harga ekivalensi zat ybs,
W = berat zat yg ybs.

CARA OSMOLARITAS
Kadar osmolar = m Osmolar/Liter = mOsM
M OsM= bobot zat (g/L) x jumlah ion(n) x 1000
BM
Contoh osmolaritas injeksi NaCl 0,9 %
0,9 / 100 % NaCl =0,9 g / 100 mL = 9 g / 1 L
BM NaCl = 58,4 ; n = 2
mMol = (9:58,4) x 2 x 1000
= 308 miliosmol

Osmolaritas Tonisitas
>350 Hipertonositas
329-350 Agak hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit hipotonis
0-249 Hipotonis

CPOB PRODUK STERIL


PERSYARATAN RUANG PRODUKSI STERIL
Bebas mikroorganisme aktif
Udara yang ada di dalam ruangan produksi steril disaring dengan HEPA (high efficiency
particulate air) filter supaya mendapatkan udara yang bebas mikroorganisme dan partikel.
Tekanan positif, yaitu tekanan udara di dalam ruangan lebih besar daripada tekanan udara
di luar sehingga udara di dalam mengalir ke luar (udara yang diluar yang lebih kotor
tidak dapat masuk kedalam ruangan yang lebih bersih)

Area pabrik
1. Unclassified area
- Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) tetapi untuk
kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau.

- Termasuk didalamnya adalah laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu


terkontrol untuk cold storage dan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan
ruang teknik.

2. Black area
Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk dalam kelas ini
adalah
koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi, area staging bahan
kemas dan
ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu dan pakaian black
area (dengan penutup kepala)
3. Grey area

- Area ini disebut juga area kelas D.

- Ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non
steril, ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang
preparasi, ruang uji
potensi dan inkubasi), ruang sampling di gudang.
Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning (pakaian dan sepatu
grey).
Antara black area dan grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock.

4. White area
- Area ini disebut juga area kelas B dan A (dibawah LAF).
- Ruangan yang masuk dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk
penimbangan bahan baku produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril ,
background ruang filling ,laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas).
- Setiap karyawan yang akan memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik.
Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock
WHITE AREA KELAS A
Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal:
- zona pengisian,
- wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka,
- penyambungan secara aseptis Kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran
udara
laminar (LAF) kec 0,36 – 0,54 m/detik untuk menjamin ruangan dalam kondisi
steril dan dapat dipakai untuk pembuatan secara aseptic

PERSYARATAN KELAS RUANG PRODUKSI

UKURAN NONOPERASIONAL OPERASIONA


PARTIKEL L
KELAS
JUMLAH MAKSIMUM PARTIKEL /m3 YANG DIPERBOLEHKAN
>0,5 um > 5 um >0,5 um >5 um
A 3.520 20 3.520 20
B 3.520 29 352.000 2.900
C 352.000 2.900 3.520.000 29.000
D 3.520.000 29.000 TIDAK TIDAK
DITETAPKAN DITETAPKAN
E 3.520.000 29.000 TIDAK TIDAK
DITETAPKAN DITETAPKAN
Kelas A,B,C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk steril

Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk nonsteril.

Proses pembuatan produk steril

Secara garis besar, proses pembuatan obat steril dibagi menjadi 2 kategori :

1. Produk di-sterilkan dalam wadah akhir (Sterilisasi Akhir – post sterilization)

2. Steriliasi Aseptis

Buffer room (ruang penyangga) dengan sistem airlock

Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan yang
berbeda.

Airshower berfungsi untuk membilas petugas dengan udara steril

Aspek personalia

PAKAIAN

Petugas yang akan bekerja di dalam ruangan produksi steril harus mengganti baju dan
membersihkan diri dengan cairan antiseptik dan dibilas dengan udara steril Pakaian rumah dan
pakaian kerja reguler hendaklah tidak dibawa masuk ke dalam kamar ganti pakaian yang
berhubungan dengan ruang ber-Kelas B dan C Arloji, kosmetika dan perhiasan hendaklah tidak
dipakai di area bersih

Pakaian pelindung

• Sumber pencemaran terbesar (80%) partikel dan mikroorganisme pada setiap daerah bersih
adalah karyawan.

• Perlu dirancang pakaian pelindung khusus yang dapat melindungi lingkungan dari pencemaran
oleh karyawan.
• Pakaian ini tidak boleh melepaskan serat atau partikel dan hendaknya mampu menahan partikel
yang dilepaskan oleh tubuh – antistatic

• Satu set pakaian pelindung terdiri dari:

– Masker untuk menutup mulut dan hidung

– Tutup kepala untuk menutup rambut & janggut

– Baju pelapis yang dapat menutup tubuh sampai ke leher, pergelangan tangan dengan celana
panjang yang sesuai atau merupakan baju terusan

– Sepasang sarung tangan bila diperlukan

– Sepatu yang dapat menutupi seluruh kaki, tidak licin, dan bagian ujung celana dimasukkan ke
dalam sepatu

Aspek produksi

1. Persyaratn Air
Air minum(portable water): tidak boleh ada Coliform bacilli per 100 ml
Air untuk injeksi:
- < 0,25 endotoksin unit (EU) per mL.
- Batas mikroba < 10 cfu per 100 mL
- Tidak ada Pseudomonas
Air untuk sediaan non-steril:
- Kisaran dari <10 sampai < 100 cfu per 100 mL
- Tidak ada Pseudomonas
Wather for injection

Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi melalui penyulingan (distilasi) atau cara
lain yang akan menghasilkan mutu yang sama.

Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan dengan cara
yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, misal disirkulasi dengan konstan pada suhu
di atas 70°C (Hot Loop System).

Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah disimpan dalam wadah yang bersih, steril, nonreaktif,
nonabsorptif, nonaditif dan terlindung dari pencemaran.Sumber air, peralatan pengolahan
air dan air hasil pengolahan hendaklah dipantau secara teratur terhadap pencemaran
kimiawi, biologis dan, bila perlu, terhadap cemaran endotoksin untuk menjamin agar air
memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan peruntukannya. Hasil pemantauan dan tindakan
penanggulangan yang dilakukan hendaklah didokumentasikan.

Anda mungkin juga menyukai