Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya kemajuan teknolgi dan Ilmu pengethauan diberbagai


bidang, tidak dapat disangkal bahwa dunia kefarmasian juga berkembang pesat dengan
kata lain Profesi kefarmasian telah mengalami berbagai perubahan, khususnya dalam
kurun waktu kira-kira 40 tahun terakhir, yaitu sejak tahun 1960-an, dimana seorang
farmasis tidak hanya sebagai petugas kesehatan yang yang bertugas memberikan setiap
kebutuhan obat yang dibutuhkan pasien melalui resep yang ditulis oleh dokter tetapi
seiring berjalannya waktu,di Indonesia sendiri dengan dikeluarkannya SK Mentri
kesehatan No.436/MenKes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit dan
Standar Pelayanan Medis, atau yang lebih dikenal dengan Pharmaceutical Care atau
pelayanan kefarmasian dengan jangkauan pelayanan farmasi klinis meliputi konseling,
monitoring efek samping obat, pencampuran obat suntik secara aseptis, menganalisis
efektivitas biaya, penentuan kadar obat dalam darah, penanganan obat sitostatika,
penyiapan total peranteral nutrisi, pemantauan penggunaan obat dan pengkajian
penggunaan obat.

Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman Belanda,


sehingga teknologi steril sebagai salah satu bagian dari ilmu farmasi mengalami dinamika
yang begitu cepat. Teknologi Steril merupakan ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana membuat suatu sediaan (Injeksi volume kecil, Injeksi volume besar, Infus,
Tetes Mata dan Salep Mata) yang steril, mutlak bebas dari jasad renik, patogen, atau non
patogen, vegetatif atau non vegetatif (tidak ada jasad renik yang hidup dalam suatu
sediaan). Teknologi steril berhubungan dengan proses sterilisasi yang berarti proses
mematikan jasad renik (kalor, radiasi, zat kimia) agar diperoleh kondisi steril. Tentunya
di setiap fakultas mendapatkan mata kuliah tersebut, karena teknologi steril berperan
penting dan menjadi mata kuliah pokok farmasi.

Dalam teknologi steril, kita dapat mempelajari tentang bagaimana menghasilkan


atau membuat sediaan yang steril, sediaan steril dapat dibuat secara sterilisasi kalor
basah, kalor kering, penyaringan, sterilisasi gas, radiasi ion dan teknik aseptik. Kemudian
sediaan steril tersebut dilakukan uji sterilitas, uji pirogenitas (ada atau tidaknya pirogen).
Pada saat kuliah teknologi steril akan kita dapatkan sediaan dalam bentuk larutan, emulsi,
suspensi dan semi solid yang steril (bebas dari pirogen). Infus adalah salah satu bentuk
sediaan obat dalam dunia farmasi yang mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
sediaan obat lainnya. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
nabati dengan air pada suhu 90° selama 15 menit. Selain itu infus dapat digunakan untuk
keadaan pengobatan darurat, untuk pasien yang muntah – muntah atau tidak sadarkan
diri, dan tidak bisa menyebabkan iritasi di dalam lambung dibandingkan dengan sediaan
tablet, infus juga merupakan sediaan dalam farmasi yang wajib bebas dari pirogen dan
harus steril dalam pembuatannya. Sehingga efek obat dapat langsung bekerja karena
langsung berhubungan dengan darah.

Sehubungan dengan Teori tersebut diatas dan penerapan dari teori yang sudah
didapat. Kami melakukan praktikum teknologi steril dalam hal ini membuat sediaan
injeksi dengan harapan semoga dalam kegiatan praktikum ini, kami dapat menambah
wawasan, melaksanakan desain dan rancangan serta pembuatan sediaan steril untuk
dalam upaya meningkatkan pengetahuan ilmu farmasi.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang hendak kami capai dalam praktikum ini adalah untuk :
1. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi suatu zat obat serta membuat dan
mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat.
2. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis
dan sterilisasi.
3. Agar dapat menyalurkan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan dalam
bentuk pengamatan dan penyusunan makalah berdasarkan dasar-dasar teori
dalam mata kuliah teknologi sediaan steril.
C. Tujuan Formulasi Sediaan
Formulasi sediaan disusun berdasarkan zat aktif yang digunakan, sehingga perlu
diperhatikan ada atau tidaknya interaksi yang terjadi dengan zat tambahan yang
digunakan agar obat/sediaan dapat digunakan secara efektif dan dapat memenuhi syarat-
syarat resmi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sediaan
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa emulsi,
larutan, atau serbuk steril yang dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan. Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen
yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral meneunjukkan
pemberian lewat suntikan. Kata ini bersal dari bahasa yunani, para dan enteron berarti
diluar usus halus dan merupakan rute pemberian lain dari rute oral.
Syarat-syarat obat suntik :
1) Aman, tidak boleh memyebabkan iritasi jaringan atau efek tosis
2) Harus jernih, tidak terdapat partikel padat kecuali berbentuk suspense
3) Tidak berwarna kecuali bila obatnya berwarna
4) Sedapat mungkin isohidri
5) Sedapat mungkin isotonis
6) Harus steril
7) Bebas pirogen

Pelarut yang paling sering digunakan pada pembuatan obat suntik secara besar-
besaran adalah air untuk obat suntik (water for injection, USP). Air ini dimurnikan
dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik (reverse osmosis) dan memenuhi standar
yang sama dengan Purified Water, USP dalam hal jumlah zat padat yang ada yaitu tidal
lebih dari 1 mg per 100 mL Water for Injection, USP dan tidak boleh mengandung zat
penambah. Walaupun air untuk obat suntik tidak disyaratkan steril tetapi harus bebas
pirogen. Air tersebut dimaksudkan untuk pembuatan produk yang disuntikkan yang akan
disterilkan sesudah dibuat.air untuk obat suntik harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat pada temperatur di bawah atau di atas kisaran temperatur dimana mikroba
dapat tumbuh. Air untuk obat suntik dimaksudkan untuk digunakan dalam waktu 24 jam
sesudah penampungan. Tentunya harus ditampung dalam wadah yang bebas pirogen dan
steril.
Wadah umumnya dari gelas atau dilapis gelas. Steril Water for Injection,USP
adalah air untuk obat suntik yang telah disterilkan dan dikemas dalam wadah-wadah
dosis tunggal yang tidak lebih besar dari ukuran 1 liter, seperti air untuk obat suntik harus
bebas pirogen dan tidak boleh mengandung zat antimikroba atau zat tambahan lain. Air
ini boleh mengandung sedikit lebih banyak zat pada total daripada air untuk obat suntik
karena terjadinya pengikisan zat padat dari lapisan gelas tangki selama proses sterilisasi.
Air ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai pelarut, pembawa atau pengencer obat
suntik yang telah disteril dan dikemas.dalam penggunaannya, air ditambahkan secara
aseptis ke dalam vial obat untuk membentuk obat suntik yang diinginkan.
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Pada umumnya cairan
infus intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi
tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang
membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi.
Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obat lain.

Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus


adalah:

1) Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
2) Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
3) Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha)
(kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
4) “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)
5) Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
6) Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
7) Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)
B. Jenis Cairan Infus
Adapun jenis cairan infus yaitu:
1. Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi
ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah
keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke
osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan
kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh
darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan
tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan
hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-
Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik
atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena
volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena
untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri.
Cairan infus intravena.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis
untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun
hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan
hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.

Persyaratan infus intravena menurut FI III antara lain :

1) Sediaan steril berupa larutan


2) Bebas pirogen
3) Sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah
4) Infus emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase dalam tidak lebih
dari 5 µm
5) Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar
6) Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel
7) Emulsi untuk infus intravena setelah dikocok harus homogen dan tidak
menunjukkan pemisahan fase, diameter globul fase terdispersi untuk infus
intravena harus dinyatakan
8) Volume netto/volume terukur tidak kurang dari nominal
9) Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal
10) Memenuhi syarat injeksi

Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang


cepat dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap
absorbsi obat. Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena
maka obat tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila
diberikan per oral, misalnya dengan cara dimuntahkan.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3. 1. Syarat Sediaan Jadi

Parameter Spesifik sediaan


Syarat farmakope Rujukan
yang akan dibuat

Infus intravenus natrium klorida


majemuk mengandung natrium klorida
tidak kurang dari 0,82 % b/v dan tidak
lebih dari 90,0 %, kalium klorida, KCl
1. Kadar tidak kurang dari 0,0285 % b/v, kalium FI. III
bahan Sediaan steril
klorida CaCl2.2H2O tidak kurang dari Hal 404
Aktif 0.030 % b/v dan tidak lebih dari 0,036
% b/v, koridal,Cl, tidak kurang dari
0,523 % b/v,dan tidak lebih dari 0,58 %
b/v tidak mengandung bakterisida

2. Pemerian

 Warna Tidak bewarna Jernih, tidak bewarna FI. IV

 Bau Tidak berbau Tidak berbau Hal : 998

3. Kejernihan Jernih Memenuhi pemeriksaan kejernihan FI. III


larutan
Hal :
404

4. Volume isi 500 ml / botol Injeksi I.V. volume besar ialah > 100 ml FI. IV
Flakon 1 x pakai volume tidak kurang dari
Hal :
volume yang tertera pada wadah bila di
404
uji satu persatu
5. Penandaan  Zat Aktif
Larutan  Rute
infus pemberian
Pada etiket tertera nama sediaan, zat
 Daluarsa aktif, dalam volume tertentu, rute FI. IV
 Cara pemberian, kadaluarsa, cara
penyimpan penyimpanan, nama produsen, no. bets Hal : 11
an yang menunjukan identitas
 Nama
produsen
 No. Bets
6. Wadah Botol Kaca Dalam wadah kaca atau plastik dosis
Larutan bening tersumbat tunggal sebaiknya dari kaca Tipe I atau FI. IV
infus karet tipe II.

3. 2. Rancangan Formula

Komposisi : Tiap 500 ml mengandung

NaCl 0,086 %

KCl 0,03 %

CaCl2.2H2O 0,035 %

Aqua Pro injeksi ad 500 ml

Carbo adsorben 0,1 %


3. 3. Data Praformulasi bahan aktif

A. Bahan aktif : Natrium Klorida ( NaCl)

No Parameter Data
Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau
1 Pemerian
serbuk hablur putih
Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut
2 Kelarutan dalam air mendidih, larut dalam gliseri, sukar
larut dalam etanol
3 Ph 4,5 – 7,0
Memelihara daya osmotik darah dan jaringan.
4 Indikasi Pengobatan keracunan, bromide/iodide, sumber
ion klorida dan natrium
5 Pemakaian lazim 10 – 12 g/ hari
Dalam wadah dosis tunggal, sabaiknya kaca tipe
6 Penyimpanan
I dan tipe II
7 Cara sterilisasi Autoklaf dengan suhu 121° C selama 15 menit
8 OTT Garam mercuri, timah hitam , perak

B. bahan aktif : Kalium klorida ( KCl )

No Parameter Data
Hablur bentuk memanjang, prisma atau kubus,
tidak berwarna, atau serbuk granul putih, tidak
1 Pemerian
berbau, rasa garam, stabil di udara, larutan
bereaksi netral terhadap kertas lakmus
Mudah larut dalam air, lebih mudh larut dalam
2 Kelarutan
air mendidih, tidak larut dalam etanol
3 Ph 4,5 – 7,0
4 Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
C. bahan aktif : Kalsium Klorida ( CaCl2 )

No Parameter Data
1 Pemerian Granul atau serpihan, putih, keras, tidak berbau
Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut
2 Kelarutan dalam air mendidih, larut dalam etanol, larut
dalam etanol mendidih
3 Ph 4,5 – 9,2
4 Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
5 Cara sterilisasi Autoklaf dengan suhu 121° C selama 15 menit

3. 4. Data Praformulasi bahan tambahan

A. bahan tambahan : Aqua pro injection bebas CO2

No Parameter Data
1 Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
2 Ph 5,0 – 7,0
3 Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Dengan pemanasan sampai mendidih, dan
4 Cara sterilisasi
didinginkan

B. bahan tambahan : Carbon Absorben

No Parameter Data
1 Pemerian :
 Warna Hitam
 Bentuk Serbuk halus
 Bau Tidak berbau

 Rasa Tidak berasa

2 Indikasi Untuk menyerap pirogen


3 % Pemakaian lazim/Dosis obat 0,1 – 0,3 %
4 Stabilitas dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat

3. 5. Pemecahan masalah

No Permasalahan Alternatif Pilihan Keterangan

Pemilihan  Larutan Semua zat aktif yang


1. bentuk sediaan sejati terkandung mudah
Larutan sejati
infus Ringer  Suspensi larut dalam air

 Aqua Pro
API ( Aqua Pro Sebagai zat pembawa
Injection
Injection ) Air dalam dalam larutan sejati
 Aqua
Pemilihan Erlenmeyer dipanaskan secara intra vena
2. Sterile Pro
bahan pembawa sampai dengan dapat melarutkan
Injection
mendidih, diamkan semua zat aktif dapat
 Aquades
selama 30 menit disterilisasi akhir.

Mengandung  API bebas Air yang


CaCl2 sehingga CO2 Aqua Pro Injection mengandung CO2
3. API dapat  API bebas bebas (API) CO2. dapat membantu
bereaksi O2 Didihkan API 20 menit endapan CaCO3 putih
menjadi CaCO3  API bebas – 30 menit, laludialiri susu
pirogen gas N2a.d.dingin

 API bebas API bebasPirogen. 100


Aqua Pro Air yang
O2 ml API ditambah
Injection yang mengandung
Carboadsorben 0,1 %.
4. digunakan  API bebas pemberian secara I.V.
Panaskan 60°C – 70°C
untuk CO2 Pirogen dapat,
selama 15 menitsaring
pembuatan  API bebas menaikan suhu tubuh
infus Volume Pirogen sehinggadipilih API
besar bebaspirogen

Larutan infus  Perlu


Karena volume
harus Isotonis
pemberian secara I.V.
isoosmotis  Perlu Isotonis ( sudah
5. cukup besar, maka
dengan darah Hipertonis Isotonis )
ionisitas larutan harus
dan cairan  Perlu
diperhatikan.
tubuh Hipotonis

Tambahkan Ca
Carbo adsorbens aktif
Adsorbens 0,1 %.
 Tambahkan menyerap pirogen
Sediaan akhir Panaskan API bebas
Carbo bebas dalam larutan,
infusRinger CO2 pada suhu 60°C –
6. Adsorbens optimum dengan
harus bebas 70°C selama 15 menit,
0,1 % pemanasan pada
pirogen kemudian saring panas
 Filtrasi 60°C – 70°C selama
– panas dengan kertas
15 menit
saring ganda

Cukup untuk

Kemungkinan mengatasi

akan berkurang kekurangan kadar


Dilebihkan 5 % dari bahan aktif, sehingga
zat aktif karena Bobot dilebihkan 5
7. kadar normal dalam kadar bahan aktif
pengaruh dari % atau 10 %
larutan dalam infus ringer
Carbo adsorben
aktif tetap terjaga.

Penjernihan  Kertas Filtrasi dengan kertas Dapat menahan

sediaan akhir saring ganda saring ganda berlipat – partikel asing


8.  G3 lipat. Penyaringan termasuk butiran –
harus
diperhatikan  Filter dengan kertas saring butiran karbon aktif.
membran ganda berlipat – lipat Karena dengan kertas
yang telah disterilkan. saring ganda, larutan
dapat jenuh dari zat
pengotor

Pemilihan  Botol kaca Botol kaca harus


10. Wadah Larutan  Botol netral, tidak bereaksi
Botol Kaca
infus Ringer plastik dengan zat aktif

3. 6. Komponen umum sediaan

No Bahan Akif Fungsi Pemakaian % Penimbangan Penimbangan


(unit 250 ml) (batch 500 ml)
1 Natrium Klorida Zat aktif 0,86 % 2,25 gr 4,5 g
(NaCl)
2 Kalium Klorida Zat aktif
0,03 % 0,08 g 0,16 g
(KCl)
3
Kalsium Klorida
Zat aktif 0,035 % 0,09 g 0,18 g
(CaCl2.2H2O)

4 Penghilang
CarbonAdsorben 0,1 % 275 550 ml
pirogen
5 Aqua Pro
q.s
Injection Zat pembawa 272,58 545, 16 ml
(Bebas CO2)
Perhitungan:

500 𝑚𝑙
1. NaCl = 100 𝑚𝑙 × 860 𝑚𝑔 = 4300 𝑚𝑔 = 4,3 𝑔

4,3 g + 5 % = 4,515 𝑔 ~ 4,5 𝑔

500 𝑚𝑙
2. KCl =100 𝑚𝑙 × 30 𝑚𝑔 = 150 𝑚𝑔 = 0,15 𝑔 g

0,15 g + 5 % = 0,1575 𝑔 ~ 0,16 𝑔

500 𝑚𝑙
3. CaCl2.2H2O = 100 𝑚𝑙 × 35 𝑚𝑔 = 175 𝑚𝑔 = 0,1755 𝑔

0,175 g + 5 % = 0,18 𝑔

0,1
4. Carbon adsorben = 100 × 500 = 0,5 𝑔

3. 7. Prosedur Pembuatan
3.7.1. penimbangan bahan
Penimbangan
Nama bahan
teori Nyata
NaCl 4,5 g 4,5 g
KCl 0,16 g 0,16 g
CaCl2.2H2O 0,18 g 0,18 g
Carbon adsorben 0,50 g 0,52 g
Aqua pro
550 550
injectiom
3.7.2. Sterilisasi Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Cara Sterilisasi Waktu


Mulai Paraf Selesai Paraf
1. Alat presisi : 14.00
 Gelas ukur
 Corong Autoklaf 121°= 15 13.30
 Kertas saring menit
2. Alat non presisi : Oven 150°C 14.30 15.00
 Beaker glass ( besar
dan kecil
 Erlenmeyer
 Flakon / botol, vial
3. Spatel, pinset, batang
pengaduk, kaca arloji
 Tutup karet flakon Rebus = 15 menit 13.30 13.45
4. Pembuatan Aqua Pro Didihkan 30 menit 13.30 14.00
Injection bebas CO2 lalu dialiri dengan gas
N2
5. Pembuatan aqua pro Dipanaskan pada 15.10 15.25
injection penangas 60° - 70°C
6 Sterilisasi akhir autoclave 15. 55 16.17

3.8. Pembuatan Infus


1. A. Pembuatan Aqua Pro Injection bebas CO2
 Masukkan 800 ml aquadest ke dalam Erlenmeyer, tutup dengan kapas yang dibungkus
dengan kasa steril
 Yang dibungkus dengan kasa steril
 Panaskan ad mendidih, biarkan selama 30 menit.
 Didinginkan
B. Pembuatan Aqua Pro Injection bebas pirogen
 Aqua Pro Injeksi 100 ml ditambah carbo adsorben 0,1 % panaskan pada suhu 60° - 70°C
 Biarkan selama 15 menit aduk – aduk kemudian saring panas – panas dengan
menggunakan corong dan kertas saring rangkap dua ( 2 ) ke Erlenmeyer
 Sisihkan untuk mengatasi kekurangan volume air sediaan infus.

2. Pelarutan dan Pencampuran


 Masukkan semua zat aktif ke dalam beaker glass
 Tambahkan Aqua Pro Injeksi bebas CO2, secukupnya ad larut dan homogen.
 Tambahkan lagi Aqua Pro Injeksi bebas CO2 ad 500 ml.
 Disaring rangkap dua menggunakan corong kedalam erlenmeyer
 Larutan infus dimasukkan kedalam botol

3. Pengisian ke dalam Flakon


 Masukkan larutan infus tadi ke dalam flakon yang telah dikalibrasi 500 ml
 Tutup dengan botol karet, ikat dengan tali kasur untuk mencegah terlepasnya tutup karet.

4. Sterilisasi Akhir
 Tempatkan flakon berisi larutan infus ke dalam autoklaf, sterilisasi 121°C selama 15
menit.
 Setelah selesai, keluarkan, diamkan ad suhu kamar.

5. Pengetiketan dan Pengemasan


 Pasang etiket pada flakon yang telah disterilisasi
 Masukkan ke dalam kemasan yang telah tersedia.
3.9 Evaluasi

Evaluasi Cara kerja Hasil Kesimpulan Operator Pengawas


Pengukuran  Masukkan filtrat
volume kedalam beaker
glass 500 ml, ukur
 Bila volume tidak
menutupi dapat
ditambahkan aqua
pro injeksi bebas
pirogen ad 500 ml Tidak Filtrat tidak
yang telah tersedia berkurang mengalami
untuk mengatasi pengurangan
kekurangan volume
akibat penguapan
dalam proses
penghilangan
pirogen dan menjaga
agar kadarnya tetap
Uji pH Uji pH bertujuan pH infus
untuk mengetahui sifat ringer
keasam basaan dari Netral = 7 bersifat
sediaan infus ringer netral
yang dibuat
Uji kebocoran Uji kebocoran
dilakukan dengan
membalikan botol Tidak Botol tidak
sediaan infus dengan bocor mengalami
mulut botol kebocoran
menghadap kebawah
Uji kejernihan Syarat kejernihan
adalah tidak ada zat Sesuai
yang terdispersi dalam Jernih Persyaratan
larutan jernih
Uji Untuk mengetahui
Keseragaman volume larutan untuk Volume
bobot/volume apakah tetap atau Volume sebelum dan
berubah antara 250 ml setelah
sebelum dan setelah sterilisasi
sterilisasi tidak berubah
Uji Bau Tidak
Organoleptik berbau
Warna Tidak Sesuai
berwarna Persyaratan
Rasa Agak asin
Bentuk cairan
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami membuat suatu sediaan steril yaitu infus Ringer.infus ringer
laktat digunakan secara intravena untuk memperbaiki kandungan elektrolit di dalam tubuh.
Larutan ini biasa diberikan setelah terjadi shock, kehilangan cairan tubuh karena dehidrasi (
muntah, diare, kondisi pasca operasi ) dan kelaparan. Infus sebagai sediaan parenteral harus
memenuhi syarat antara lain steril, bebas dari partikel asing, bebas pirogen, stabil, tonisitas,
jernih dan mempunyai Ph yang sesuai. Formula yang digunakan dalam membuat infus ringer
laktat adalah natrium klorida, kalium klorida, calsium klorida, aqua pro injeksi dan carbon
adsorben.Setiap komponen mempunyai kelebihan masing-masing untuk menghasilkan larutan
elektrolit. Pada formula ini natrium laktat berfungsi sebagai menyumbangkan ion natrium, untuk
terapi asidosis yaitu kelebihan asam dalam darah dimana akan mengakibatkan nekrosis jaringan.
Kalium klorida berfungsi sebagai pompa untuk ion Na dan K, dan dapat meningkatkan kontraksi
otot jantung. Natrium Klorida berfungsi sebagai elektrolit yang dapat membuat larutan menjai
isotonis. Calsium Klorida berfungsi sebagai defisiensi ion kalsium dan fungsi aqua pro injeksi
dan carbon adsorben adalah untuk membuat air bebas dari pirogen.

Pada pembuatan sediaan infus Ringer, pelarut atau pembawa yang digunakan adalah
Aqua Pro Injection bebas CO2 dan Aqua Pro Injeksi bebas pirogen, dimana untuk membuat
Aqua Pro Injeksi bebas pirogen kita harus membuat Aqua Pro Injeksi bebas CO2 terlebih dahulu
yang kemudian nantinya aqua bebas CO2 inilah yang kita gunakan untuk pembuatan Aqua Pro
Injection bebas pirogen dengan penambahan Carbo adsorben 0,1 % yang dipanaskan pada suhu
60° - 70°C selama 15 menit kemudian disaring panas-panas dengan menggunakan kertas saring
rangkap yang dilipat – lipat. Adapun maksud penggunaan dariAqua Pro Injection bebas pirogen
adalah sebagai pembawa/pelarut Ringer infus adalah agar sediaan yang dibuat terbebas dari
pirogen yang dapat menyebabkan demam.

Setelah pembuatan aqua pro injeksi bebas pirogen kemudian zat aktif ( natrium klorida,
kalium klorida dan calsium klorida ) dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan diaduk
sampai larut,kemudian disarung dengan kertas saring rangkap dua dan setelah disaring
dimasukkan ke dalam flakon (yang sudah disterilkan dan dikaliblasi) dan terakhir dilakukan
sterilisasi akhir dengan menggunakan autoklaf 121°C selama 15 menit.Penggunaan flakon
bertujuan karena dapat digunakan untuk berulang kali dan tutup terbuat dari karet yang bersifat
elastis dan dapat ditutup kembali.
Langkah terakhir di lakukan evaluasi yang meliputi uji keseragaman bobot, uji
kejernihan, uji kebocoran dan uji pH. Pada pengujian keseragaman volume dilakukan untuk
mengetahui apakah volume yang dihasilkan sama dan sesuai. Pada uji kejernihan dilakukan
untuk mengetahui kejernihan dari larutan, ada dan tidaknya partikel pada larutan. Hasil dari
pengujian ini positif tidak terdapat partikel asing, ini berarti larutan tersebut dapat digunakan
karena tidak dikhawatirkan menimbulkan emboli dan menyebabkan rasa nyeri. Partikel ini
biasanya adalah bahan yang tidak larut dan secara tidak langsung terdapat dalam sediaan.
Adanya partikel asing dalam sediaan menandakan bahwa larutan tersebut tidak jernih, karena
adanya kontaminasi partikel asing, sehingga bila diamati lebih teliti dalam sediaan tersebut keruh
dengan partikel asing.
Pada uji kebocoran bertujuan untuk diketahui tidak ada ampul yang bocor, kebocoran
ditandai dengan adanya warna biru di dalam ampul menggunakan zat warna methylen blue. Uji
kebocoran ini dilakukan untuk memastikan bahwa vial yang digunakan benar-benar baik
sehingga dosis yang didapatkan sesuai dengan dosis yang diinginkan. Selain itu adanya
kebocoran dapat menyebabkan partikel asing masuk, partikel ini dapat berupa mikroorganisme
atau pirogen, yang menandakan bahwa larutan tersebut tidak lagi steril. Dapat berpengaruh juga
pada distribusinya atau penanganan sediaan tersebut selain terkait dengan dosis dan volumenya.
Pada pengujian pH dilakukan untuk mengetahui larutan isohidris atau tidak. Isohidris adalah
keadaan dimana pH larutan sama dengan pH darah. Hasil yang diperoleh pada percobaan uji pH
yaitu 7, sesuai dengan pH pada tubuh. Tujuan dari pengujian – pengujian tersebut antara lain
untuk memenuhi standar sediaan yang di inginkan, layak untuk dipakai atau tidak, karena bentuk
sediaan infus dalam bentuk vial harus memiliki kejernihan yang tinggi,tidak ada
partikel,steril,tidak bocor dan mempunyai PH yang sesuai.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan
1. Larutan infus yang kami buat adalah Ringer Infus, dimana mengandung zat aktif antara
lain:
- Natrium Klorida ( NaCl )
- Kalium Klorida ( KCL )
- Kalsium Klorida ( CaCl2 )
- Carbon Absorben
2. Pembawa/pelarut yang kami gunakan adalah Aqua Pro Injection bebas CO2 dan Aqua
Pro Injeksi bebas pirogen.
3. evaluasi yang dilakukan meliputi uji keseragaman bobot, uji kejernihan, uji kebocoran
dan uji pH.

Saran
- Dalam praktikum harusnya dilakukan secara teliti dan cermat, efektif dan efisien agar
sediaan steril yang diperoleh baik, memenuhi syarat, tidak mengandung jasad renik hidup
baik vegetatif maupun non vegetatif, patogen dan non patogen.
- Setiap langkah dalam tahapan-tahapan proses sterilisasi alat dan bahan harus dilakukan
dengan cermat.

Anda mungkin juga menyukai