A. TUJUAN
1. Dapat membuat sediaan injeksi furosemid dengan benar dan baik
2. Dapat melakukan uji evaluasi fisik sediaan injeksi
Uji bahan partikulat dalam injeksi
Bertujuan untuk menghitung partikel asing subvisibel dalam rentang
ukuran tertentu.
Penetapan pH
Bertujuan untuk mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan
Uji kebocoran
Bertujuan memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan
volume serta kestabilan sediaan.
Uji kejernihan dan warna
Bertujuan untuk memeriksa bahwa setiap larutan obat suntik harus
jernih dan bebas dari kotoran.
Uji kejernihan
Bertujuan untuk memastikan larutan injeksi bebas dari partikulat yang
B. DASAR TEORI
1. Pengertian Sediaan Parenteral
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi – bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini
antara lain sediaan parenteral preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya
infus). Sediaan parenteral merupakan jenis sediaan yang unik diantara bentuk
sediaan obat terbagi – bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau
membran mukosa kebagian tubuh yang paling efisien, yaitu membran kulit dan
mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan –
bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua
bahan dan proses yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan
dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi
fisik, kimia atau mikrobiologis (Priyambodo, B.,2007).
Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah dalam
bentuk larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap untuk digunakan
dengan diencerkan terlebih dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan
parenteral, bisa diberikan dengan berbagai rute : intravena(i.v), subkutan(s.c),
intradermal, intramuskular(i.m), intraarticular, dan intrathecal. Bentuk sediaan
sangat mempengaruhi cara (rute) pemberian. Sediaan bentuk suspensi, misalnya
tidak akan pernah diberikan secara intravena yang langsung masuk kedalam
pembuluh darah karena adanya bahaya hambatan kapiler dari partikel yang tidak
larut, meskipun suspensi yang dibuat telah siberikan ukuran partikel dari fase
dispersi yang dikontrol dengan hati – hati. Demikian pula obat yang diberikan
dengan larutan dengan kemurnian paing tinggi, oleh karena sensitivitas jaringan
syaraf terhadao iritasi dan kontaminasi (Priyambodo,B.,2007).
7. Definisi Furosemid
Furosemid adalah turunan sulfonamide yang berdaya diuretik kuat dan
bertitik kerja dilengkungan bagian menaik, sangat efektif pada keadaan edema
diotak dan paru-paru yang akut. (Tjay H & Rahardja,2010)
Masa kerja furosemid biasanya 2-3 jam, sedang waktu paruhnya
bergantung pada fungsi ginjal. Karena agen ansa bekerja pada sisi luminal
tubulus, respon diuretic berkaitan secara positif dengan ekskresi urin. Sebagai
efek diuretiknya agen ansa diduga mempunyai efek langsung pada peredaran
darah melalui tatanan beberapa vaskuler. Furosemid meningkatkan aliran darah
ginjal dan mengakibatkan redistribusi aliran darah didalam korteks ginjal.
(Katsung, 2001)
Furosemid adalah suatu derivate asam antranilat yang efektif sebagai
diuretik. Efek kerjanya cepat dan dalam waktu yang singkat. Mekanisme kerja
furosemid adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli
ginjali. Furosemid meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan
tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal.
9. Mencuci Tangan
1. Pengertian Mencuci Tangan
Cuci tangan adalah kegiatan membersihkan kotoran yang melekat pada
kulit dengan memakai sabun dan air yang mengalir . Pernyataan ini selaras
dengan Potter (2015) yang menjelaskan bahwa cuci tangan adalah aktifitas
membersihkan tangan dengan cara menggosok dan menggunakan sabun serta
membilasnya pada air yang mengalir. Mencuci tangan adalah proses
menggosok kedua permukaan tangan dengan kuat secara bersamaan
menggunakan zat yang sesuai dan dibilas dengan air dengan tujuan
menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin juga mengungkapkan
bahwa cuci tangan (juga dianggap hygiene tangan) adalah satu satunya
prosedur terpenting dalam pengendalian infeksi nosokomial.
10. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses yang menyebabkan bahan, medium atau alat
terbebas dari semua bentuk kehidupan. Pengendalian kehidupan mikroorganisme
sangat penting dalam kegiatan rumah tangga, industri, dan lapangan medis untuk
mencegah dan memperlakukan mikroorganisme terutama mikroorganisme
penyebab penyakit. Tindakan sterilisasi juga dilakukan untuk mencegah
kerusakan bahan makanan dan hasil industri (Subandi, 2012).
Cara yang biasa dalam mengendalikan mikroorganisme meliputi tindakan
fisik dan kimiawi yang dapat mematikan fungi dan merusak struktur
mikroorganisme. Zat kimia dan zat fisik tersebut menghasilkan efek mikrobisida
dan efek mikrobistatik. Efek mikrobisida adalah efek yang menyebabkan matinya
mikroorganisme secara langsung dan efek mikrobiostatik adalah efek yang
mencegah atau menghambat kemampuan sel mikroorganisme untuk bereproduksi
sehingga populasi mikroorganisme menjadi konstan (Subandi, 2012).
Sterilisasi panas basah merupakan pemanasan dengan tekanan tinggi,
contohnya adalah dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan metode ini
dapat digunakan untuk sterilisasi biohazard (bakteri limbah hasil praktikum) dan
alat-alat yang tahan terhadap panas (bluetip, mikropipet), pembuatan media, dan
sterilisasi cairan. Pemanasan yang digunakan pada suhu 121°C selama 15 menit
(Tille, 2017).
12. Wadah
Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia
sekarang ini yang benar-benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat
fisika dan kimia mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika
diberikan pertimbangan utama dalam pemilihan wadah pelindung(Lachman,1994)
Wadah terbuat dari berbagai macam bahan, wadah plastik, wadah gelas,
dan wadah dari karet. Wadah plastik, bahan utama dari dari plastik yang
digunakan untuk wadah adalah polimer termoplastik, unit struktural organik dasar
untuk masing-masing type yang biasa terdapat dalam bidang medis. Sesuai
dengan namanya, polimer termoplastik meleleh pada temperatur yang meningkat.
Wadah plastik digunakan terutama karena bobotnya ringan, tidak dapat pecah,
serta bila mengandung bahan penambah dalam jumlah kecil, mempunyai
toksisitas dan reaktivitas dengan produk yang rendah. Suatu golongan plastik
baru, poliolefin, patut disebut secara khusus, yang saat ini mendapat perhatian
dalam bidang parenteral adalah polipropilen dan kopolimer polietilen-polietilen
(Lachman,1994).
Wadah gelas masih tetap merupakan bahan pilihan untuk wadah produk
yang daoat disuntikkan. Gelas pada dasarnya tersusun dari silikon dioksida
tetrahedron, dimodifikasi secara fisika dan kimia dengan oksida-oksida seperti
oksida natrium, kalium, kalsium, magnesium, alumunium,boron, dan besi. Gelas
yang paling tahan secara kimia hampir seluruhnya tersusun dari silikon dioksida,
tetapi gelas tersebut relatif rapuh dan hanya dapat dilelehkan dan dicetak pada
temperatur tinggi. (Lachman,1994).
Hasil : Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi
biru (prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah
(prosedur b)
C. FORMULA
D. ALAT BAHAN
ALAT
NO Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi
1 Pinset 2
Oven 170°C selama
2 Spatel logam 5 1 jam
3 Batang pengaduk 3
4 Kaca arloji 6
5 Pipet tetes 5
6 Corong 2
7 Alumunium foil q.s
Karet penutup pipet tetes
8 5 Rendam etanol 70%
selama 24 jam
WADAH
E. PENIMBANGAN BAHAN
Sediaan yang dibuat adalah 8 ampul dengan @ 5 ml. Kelebihan volume yang
dianjurkan untuk cairan encer pada volume ampul 5 ml adalah 0,3 ml . Jadi volume
sediaan 8 x (5 + 0,3) = 42,4 mL. Karena adanya kemungkinan volume yang hilang
saat proses pembuatan dan dalam pembilasan buret, volume sediaan yang akan dibuat
100 mL.
a. Prosedur Pembuatan
1. Grey area (ruang sterilisasi)
Ampul yang telah ditutup dimasukkan ke dalam beaker glass yang dilapisi
kertas saring, kemudian dibawa ke grey area (ruang penutupan) melalui
transfer box.
Sediaan diberi etiket dan kemasan, lalu dilakukan evaluasi pada sediaan
yang telah diberi etiket dan kemasan.
b. Evaluasi Fisika
Mikroskopik: injeksi memenuhi syarat jika partikel yang ada (nyata atau
menurut perhitungan) dalam tiap unit tertentu diuji melebihi nilai yang
sesuai dengan yang tertera pada FI
2. Uji Penetapan pH
Prinsip : Pengukuran pH cairan uji menggunakan potensiometri (pH
meter) yang telah dibakukan sebagaimana mestinya yang mampu
mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode
indikator yang peka, elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang
sesuai.
3. Uji Kebocoran
Prinsip : Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal
yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan ke dalam larutan
metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru
akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar dan di dalam
wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru. Untuk
cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran
tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika terjadi
kebocoran maka kertas saring atau kapas akan basah.
Hasil : Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi
biru (prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah (prosedur b)
5. Uji Kejernihan