Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

FARMAKOTERAPI II
ANGINA PEKTRORIS

Disusun Oleh :

Nama anggota kelompok 2 :


1. Diah Puspita 1620002881
2. Puspita Dias Primadani 1620002871
3. Saeful Bahrudin 1620002801
4. Natasya Aurelia M. S. 1620002941
5. Rahma Solehatul M. 1620003071
6. Lerika Prihtiantini 1620002991
7. Laela Setyawati 162000
8. Tahira Septia Salsabila 162000

Semester :V

Kelas :A

Dosen Pengampu : apt. Ekanita Desiani, M. Farm.Klin

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2022

1
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I...........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
A. Definisi Angina Pektoris................................................................................................................4
B. Klasifikasi Angina Pektoris...........................................................................................................5
C. Etiologi Angina Pektoris................................................................................................................6
D. Patofisiologi Angina Pektoris.........................................................................................................7
E. Gejala Angina Pektoris..................................................................................................................8
F. Manifestasi Klinis Angina Pektoris...............................................................................................8
G. Penatalaksanaan Terapi................................................................................................................8
BAB III......................................................................................................................................................11
PENUTUP.................................................................................................................................................11
 KESIMPULAN.............................................................................................................................11
 SARAN..........................................................................................................................................11
 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium
yang dipicu oleh aktivitas yang meningkatkan kebutuhan miokardium akan
oksigen; seperti latihan fisik; dan hilang dalam beberapa menit dengan
istirahat atau pemberian nitrogliserin (Majid, 2018). Angina pektoris adalah
suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
kebutuhan (demand) dan suplai aliran arteri koroner (PERKI, 2018). Unstable
Angina Pectoris (UAP) atau disebut juga angina pectoris tidak stabil yaitu bila
nyeri timbul untuk pertama kali, sakit dada yang tiba-tiba terasa pada waktu
istirahat atau aktivitas minimal yang terjadi lebih berat secara mendadak atau
bila angina pectoris sudah ada sebelumnya namun menjadi lebih berat.
Biasanya dicetuskan oleh faktor yang lebih ringan dibanding sebelumnya
(Khotimah, 2022).

B. Rumusan Masalah
1) Apa itu angina pektoris
2) Apa saja klasifikasi angina pektoris
3) Apa etiologi dari angina pektoris
4) Apa saja patofisiologis dari angina pektoris
5) Apa saja gejala yang ditimbulkan dari angina pektoris
6) Apa saja manifestasi klinis dari angina pektoris
7) Apa saja penatalaksanaan terapi angina pektoris

C. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui pengertian dari angina pektoris
2) Untuk mengetahui klasifikasi angina pektoris
3) Untuk mengetahui etiologi angina pektoris
4) Untuk mengetahui mengetahui patofisiologis dari angina pektoris
5) Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan dari angina pektoris
6) Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari angina pektoris
7) Untuk mengetahui penatalaksanaan terapi angina pektoris

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Angina Pektoris


Angina Pektoris adalah suatu sindroma klinis dimana klien mendapat
serangan sakit dada di daerah sternum atau dibawah sternum (substernal) atau
pada dada sebelah kiri yang khas yaitu seperti ditekan atau serasa berat didada
yang sering kali menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang menjalar ke
punggung rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit pada dada tersebut
biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas. (Kasron, 2018)
Coronary Artery Disease adalah penyakit kerusakan pada bagian arteri
koroner angina pektoris serta infark miokard, disebut ACS ( Acute Coronary
Syndrome ) atau sindrom koroner akut. Pengertian Angina secara klinis
adalah keadaan iskemia miokard yang disebabkan oleh kurangnya suplai
oksigen ke sel-sel otot jantung ( miokard ) karena adanya penyumbatan atau
penyempitan arteri koroner, peningkatan beban kerja jantung, dan
menurunnya kemampuan darah mengikat oksigen.
Terjadinya iskemia akibat dari penyakit jantung koroner, penyakit
jantung koroner adalah kelaianan metabolisme lipid, koagulasi darah, serta
keadaan biofisika dan biokimia dinding arteri kondisi patologis yang terjadi
ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan
fibrosa pada dinding pembuluh darah, sehingga mengakibatkan perubahan
struktur dan fungsi arteri serta penurunan aliran darah ke jantung (Mutaqin,
2014). Perubahan struktur dan fungsi dari penyakit jantung koroner akan
menyebabkan angina pektoris. (Wijaya, 2013). Sakit dada angina pektoris
disebabkan karena timbulnya iskemia miokard, karena suplai darah dan
oksigen ke miokard berkurang. Pada pasien angina pektoris dapat pula timbul
keluhan lain seperti sesak nafas, perasaan sakit pada daerah dada disertai
dengan keringat dingin serta dapat terjadi jika otot jantung yang kekurangan
oksigen ditentukan oleh beratnya kerja jantung seperti kecepetan dan kekuatan
denyut jantung. Aktifitas fisik dan emosi akan menyebabkan jantung lebih
bekerja berat dan menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan
oksigen. Jika arteri mengalami penyumbatan maka aliran darah ke otot tidak
4
dapat memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, sehingga akan terjadi
iskemia dan menyebabkan nyeri (Kasron, 2018).

B. Klasifikasi Angina Pektoris


1. Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris
Penyakit Iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen miokard. Di tandai oleh rasa nyeri yang
terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya.
Iskemia Miokard dapat bersifat asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent
Ischemia), terutama pada pasien diabetes (Hayes, 1993). Penyakit ini
sindrom klinis episodik karena Iskemia Mi okard transien. Laki-laki
merupakan 70% dari pasien dengan Angina Pektoris dan bahkan
sebagian besar menyerang pada laki-laki ±50 tahun dan perempuan
±60 tahun (Antman, 2008).
2. Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina Pectoris
Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan
oleh disrupsi plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis
yang menurunkan aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan
frekuensi, intensitas atau lama nyeri, Angina timbul pada saat
melakukan aktivitas ringan atau istirahat, tanpa terbukti adanya
nekrosis Miokard (Marcellus S, 1999). Angina ini didefinisikan
sebagai Angina Pektoris atau ketidaknyamanan iskemik setara dengan
setidaknya satu dari tiga fitur :
1. Terjadi saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya
berlangsung> 10 menit
2. Sudah parah dan onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya),
dan
3. Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat,
berkepanjangan, atau sering dari sebelumnya) (Antman, 2008).
3. Angina Varian Prinzmetal
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran
darah ke otot jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit
arteri koroner yang signifikan, Namun dua pertiga dari orang dengan

5
Angina Varian mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu
pembuluh, dan kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan. Tipe
Angina ini tidak umum dan hampir selalu terjadi bila seorang
beristirahat - sewaktu tidur. Anda mempunyai risiko meningkat untuk
kejang koroner jika Anda mempunyai : penyakit arteri koroner yang
mendasari, merokok, atau menggunakan obat perangsang atau obat
terlarang (seperti kokain). Jika kejang arteri menjadi parah dan terjadi
untuk jangka waktu panjang, serangan jantung bisa terjadi (Lam
Leslie, 2011).
4. Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infarction

Nekrosis Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri


koronaria yang bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena
trombus atau spasme hebat yang berlangsung lama (Yahya, 2010).

Infark Miokard terbagi 2 :

• Non ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI)


• ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)
C. Etiologi Angina Pektoris
(Aspiani, 2017) menyatakan bahwa penyebab UAP yaitu :
a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang dapat disebabkan oleh
tiga faktor yaitu, faktor pembuluh darah : aterosklerosis, spasme, dan
arteritis, faktor sirkulasi: hipotensi, stenosis aorta dan insufisiensi,
serta faktor darah: anemia, hipoksemia, polisitemia.
b. Curah jantung meningkat yang disebabkan oleh aktivitas berlebihan,
emosi, makan terlalu banyak, dan hypertiroidisme.
c. Kebutuhan oksigen miokard yang meningkat pada kerusakan
miokard, hypertropimiocard, dan hipertensi diastolik.

D. Patofisiologi Angina Pektoris


Mekanisme angina pektoris disebabkan oleh kurangnya suplay oksigen
ke sel-sel miokardium yang terjadi karena kekakuan arteri dan penyempitan
lumen pada arteri koroner. Ateriosklerosis adalah penyakit arteri koroner yang
sering ditemukan. Jika beban kerja suatu jaringan meningkat, maka oksigen
6
yang dibutuhkan juga meningkat. Jika kebutuhan meningkat pada jantung
yang sehat maka arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak
darah dan oksigen ke otot jantung. Apabila terjadinya penyempitan arteri
koroner akibat dari ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka akan terjadi iskemik
(kekurangan suplai darah) miokardium (Kasron, 2018).
Bila aliran darah koroner tidak dapat menyuplai kebutuhan sejumlah
oksigen yang diperlukan oleh otot jantung, maka terjadi ketidak seimbangan
anatar suplai dan kebutuhan (Udjianti, 2010). Dalam pemenuhan kebutuhan
energi otot jantung, tersedia pembuluh darah/arteri koronaria yang menyuplai
otot jantung dan mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen
dan nutrisi (Suddarth, 2002).
Athersoklerosis meliputi berbagai kondisi patologi yang mengahambat
aliran darah dalam arteri yang mensuplai jantung (Wijaya, 2013). Dalam
penyakit jantung koroner, arteri koroner ini menjadi semakin sempit dan
kadang-kadang terblokir. Hal tersebut akan menyebabkan tidak dapat
mengalirnya darah dengan baik ke otot-otot jantung. Pada tahap awal
penderita akan dapat bernafas dalam keadaan normal dan darah yang mengalir
ke jantung masih cukup, namun ketika penderita melakukan aktivitas yang
melelahkan arteri koroner yang menyempit tidak dapat mensuplai darah
dengan baik ke otot-otot jantung. Gejala untuk kelelahan ini bersifat ringan,
sehingga penderita dapat mengurangi aktivitas yang dilakukan secara
bertahap. Namun jika pada suatu kondisi tidak ada darah yang mengalir pada
arteri koroner maka penderita akan mengalami nyeri dada pada bagian kiri
atau serangan jantung dan tidak sadarkan diri. Pada saat inilah penderita tidak
dapat melanjutkan aktivitas sebagaimana mestinya dan penderita akan
mengalami terjatuh lemas sehingga perlu secepatnya di bawa ke pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan penangana lebih lanjut (Sumiati, 2010).

E. Gejala Angina Pektoris


1. Nyeri Dada
2. Sulit Bernafas (Dyspnea)
3. Palpitasi

7
4. Pingsan
5. Lemah
6. Keringat Dingin (Mutaqin, 2014).

F. Manifestasi Klinis Angina Pektoris


Menurut (PERKI, 2018) manifestasi klinis pada Angina Pektoris yaitu :
a. Nyeri dada yang timbul saat istirahat atau saat melakukan aktivitas,
seperti rasa tertekan atau berat daerah retrosternal yang dapat
menjalarke leher, rahang, area interskapular, bahu, lengan kiri dan
epigastrium, berlangsung beberapa menit atau lebih dari 20 menit.
b. Diaforesis (keringat dingin), mual, muntah, nyeri abdominal, dan
sesak napas.
c. Gambaran EKG : Depresi segmen ST > 1mm dan atau inversi
gelombang T > 2mm di beberapa sadapan prekordial, dapat disertai
dengan elevasi segmen ST yang tidak persisten ( <20
menit ),gelombang Q yang menetap, Non-diagnostik,dan Normal.
d. Biofarmaka jantung yang tidak meningkat secara bermakna.

G. Penatalaksanaan Terapi
Sedangkan menurut (Aspiani, 2017), penatalaksanaan medis yang dapat
dilakukan pada pasien dengan angina pektoris, yaitu:
a. Terapi farmakologi
1) Nitrat dan nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi gejala angina pektoris dan juga memiliki efek
antitrombotik dan antiplatelet. Obat yang tergolong golongan ini, yaitu
isosorbit dinitrat (sorbitrat) diberikan dengan jumlah dosis 10-20 mg
tiap 2-4 jam, nitrat transdermal diserap melalui kulit dan dapat
digunakan sebagai pasta yang dioleskan pada dinding dada, dan
preheksilin maleat diberikan dosis sebesar 100 mg per oral tiap 12
jam, kemudian ditingkatkan hingga 200 mg setiap 12 jam.
2) Nitrogliserin
Bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan pembuluh darah sehingga
memengaruhi sirkulasi perifer dan juga menurunkan konsumsi oksigen
8
jantung yang akan mengurangi iskemia nyeri angina. Obat ini biasanya
diletakkan di bawah lidah (sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan
akan menghilangkan iskemia dalam 3 menit. Nitrogliserin juga
tersedia dalam bentuk topical (Lnilin-petrolatum) yang dioleskan
dikulit sebagai perlindungan terhadap nyeri angina dan mengurangi
nyeri.
3) Penyekat beta adrenergic
Digunakan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri
dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Obat yang digunakan,
antara lain atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol.
4) Antagonis kalsium
Obat ini meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara melebarkan
dinding otot polos arteriol koroner dan mengurangi kebutuhan jantung
dengan menurunkan tekanan arteri sistemik dan demikian juga beban
kerja ventrikel kiri. Tiga jenis antagonis kalsium yang sering
digunakan adalah nifedipin (prokardia), verapamil (isoptil, calan), dan
diltiazen (cardiazem).
5) Antitrombin Heparin
adalah glikosaminoglikan yang terdiri dari perbagai polisakarida yang
berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang berbeda-beda.
Hirudin dapat menurunkan angka kematian infark miokard.
b. Terapi invasive
1) Percutanens transluminal coronary angioplasty (PTCA)
Merupakan upaya memperbaiki sirkulasi koroner dengan cara
memecahkan plak atau ateroma dengan cara memasukan kateter
dengan ujung berbentuk balon.
2) Coronary artery bypass graft (CABG) Coronary Artery Bypass
Grafting
adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk memintas (jalan
memutar) arteri jantung yang tersumbat untuk memulihkan aliran
darah normal ke otot jantung. Selama prosedur Coronary Artery

9
Bypass Grafting, pembuluh darah sehat dari bagian lain tubuh,
termasuk vena kaki atau arteri mamae (berhubungan dengan payudara)
internal diangkat melalui pembedahan dan dijahitkan ke sekitar bagian
tersumbat dari arteri yang terpengaruh, sehingga membuat rute untuk
mengalirkan darah yang kaya oksigen memintas bagian arteri jantung
yang tersumbat dan memulihkan aliran darah normal ke jantung.
c. Terapi Non Farmakologis
1) Terapi massage Punggung
Salah satu penanganan angina pektoris adalah dengan prosedur (pijat)
massage yaitu pijat punggung.Efek dari tindakan massage terfokus
pada (pijat punggung) ini adalah dapat menghasilkan respon relaksasi
dan massage berdampak positif untuk mengurangi rasa nyaman nyeri,
sering dijelaskan pada teori control gerbang, dengan pijatan
merangsang serabut saraf berdiameter besar yang memiliki input
penghambat pada sel-T. Pijat punggung dapat digunakan untuk
mengurangi stres psikologis (kecemasan) dan meningkatkan
kenyamanan pasien sebelum tindakan coronary angiography.
Rekomendasi ditujukan kepada manajemen ruangan untuk
mengaplikasikan pijat punggung sebagai bagian dari SPO angiography
(Rosfiati, 2015).
2) Terapi Teknik Napas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakam bentuk asuhan keperawatan
untuk mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas
dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam ini juga
dapat membuat ketentraman hati dan berkurangnya rasa cemas
(Muhammad, 2013).

10
BAB III
PENUTUP

 KESIMPULAN

 SARAN

 DAFTAR PUSTAKA
Antman, d. (2008). Cannon CP, Braunwald E. Unstable Angina & Non-ST
Elevation Myocardial Infarction. Harrison Principles of Internal
Medicine, Two Volume. 17th ed. The McGraw-hill Companies 1514-
1543.

Aspiani, d. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Trans


Info Media.

Hayes. (1993). Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.

Kasron. (2018). Kelainan dan Penyakit Jantung. Yogyakarta : Nuha Medika.

Khotimah, d. (2022). Penyakit Gangguan Sistem Tubuh. 1978-623-342-440-0.

Lam Leslie, d. (2011). Memahami Angina. The Cardiac Center Pte Ltd.
11
Majid, A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler . Yogyakarta: Pustaka Baru.

Marcellus S, d. (1999). Pedoman diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu


Penyakit Dalam. Jakarta: IPD FKUI.

Muhammad, A. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap


Penurunan Nyeri Pada Pasien Pos Operasi Appendisitis di Ruangan
Bedah RSUD Prov Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Skripsi.

Mutaqin, A. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba
Medika.

PERKI. (2018). Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut ed 4. Jakarta:


Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

Rosfiati, e. a. (2015). Pengaruh Pijat Punggung Terhadap Tingkat Kecemasan


dan Kenyamanan Pasien Angina Pektoris Stabil Sebelum Tindakan
Angiografi Koroner. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18 (2), 102-114.

Suddarth, B. &. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Sumiati, d. (2010). Penanganan Stres Pada Penyakit Jantung Koroner


(Pertama). Jakarta: Trans Info Media.

Udjianti, d. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Wijaya, A. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Yahya, d. (2010). Menaklukkan Pembunuh no.1 : Mencegah dan Mengatasi


Penyakit Jantung Koroner Secara Tepat dan Cepat. Bandung: Qanita.

Yessie, A. (2013). Keperawatan Medikal Bebas. Yogyakarta: Nuha Medika.

12

Anda mungkin juga menyukai