NIP :19890510201903200
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 5
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut: ................ 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 6
A. Definisi.................................................................................................................................. 6
B. Etiologi ................................................................................................................................. 6
C. Gejala ................................................................................................................................... 7
D. Diagnosa ............................................................................................................................... 8
E. Patofisiologi PJK .................................................................................................................. 8
F. Upaya Pengobatan Penyakit Jantung Koroner ........................................................................ 9
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 15
B. Saran .................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit di mana zat lilin yang disebut
plak menumpuk di dalam arteri koroner atau dikenal dengan aterosklerosis yang
membuat aliran darah yang kaya oksigen ke jantung mengalami penurunan (National
Penumpukan plak di arteri dalam waktu yang cukup lama membuat plak
mengeras dan mempersempit arteri koroner dan mengurangi aliran darah yang kaya
oksigen ke jantung. Jika aliran darah yang kaya oksigen ke otot jantung berkurang atau
diblokir, maka dapat terjadi angina (nyeri dada atau ketidaknyamanan) maupun
serangan jantung. Rasa sakit juga bisa terjadi pada Anda bahu, lengan, leher, rahang,
atau kembali. Serangan jantung terjadi jika aliran darah yang kaya oksigen ke bagian
otot jantung terputus. Jika aliran darah tidak dikembalikan dengan cepat, bagian dari
otot jantung mulai mati. Tanpa pengobatan yang cepat, serangan jantung dapat
Health, 2015).
lebih dari 13 juta orang Amerika (Beckerman, 2016). Dalam beberapa dekade terakhir,
berkembang. Untuk Indonesia, pada tahun 2013 penyakit jantung koroner menempati
akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26% dari seluruh jumlah kematian
darah, terutama penyakit jantung koroner masih menduduki peringkat teratas di negara
berkembang hingga tahun 2020. dr. Antono Sutandar, SpJP selaku wakil chairman
Kesehatan Nasional 3 dari 1000 atau empat persen penduduk Indonesia menderita
merokok, obesitas, stres, diabetes mellitus, hipertensi, kolestrol tinggi, infeksi, dan
gangguan pada darah. Keluhan penderita penyakit jantung koroner bervariasi umumnya
berupa nyeri dada yang dirasakan di daerah bawah tulang dada agak ke sebelah kiri
dengan rasa seperti beban berat, ditusuk-tusuk, rasa terbakar yang kadang menjalar ke
rahang, lengan kiri, dan ke belakang punggung. Juga disertai keringat yang banyak
(Tribunkesehatan, 2016).
koroner mengalami gejala mirip flu. Ada gejala-gejala seperti kena flu, masuk angin
dan meriang. Pasien tidak menyadari bahwa gejala tersebut menandakan sudah ada
serangan jantung koroner. Hal ini membuat banyak penderita yang datang ke dokter
sudah terlambat. Pertolongan atau pengobatan yang dilakukan pun lebih kepada
pengobatan layaknya flu. Terkait hal tersebut, penting mengetahui tentang penyakit
jantung koroner secara baik dan jelas untuk upaya pencegahan maupun penanganan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut :
5. Apa saja yang menjadi faktor resiko dari Penyakit Jantung Koroner?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Penulis
A. Definisi
aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina,
Krisnatuti, 1999). Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya
kelainan pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darah
B. Etiologi
Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang
otot jantung. Penyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand
dan supplay atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi
kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan
diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor. Denyut jantung yang
lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh
kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya. Manifestasi
klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard
akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak
(Margaton, 1996).
C. Gejala
Jantung Koroner Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak
nyaman atau sesak di dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga
penderita. Rasa nyeri terasa pada dada bagian tengah, lalu menyebar keleher, dagu
dan tangan. Rasa tersebut akan beberapa menit kemudian. Rasa nyeri muncul
karena jantung kekurangan darah dan supplay oksigen. Gejala ini lain menyertai
jantung koroner akibat penyempitan pembuluh nadi jantung adalah rasa tercekik
(angina pectoris). Kondisi ini timbul secara tidak terduga dan hanya timbul jika
jantung dipaksa bekerja keras. Misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami
tekanan emosional. Pada usia lanjut gejala serangan jantung sering tidak disrtai
keluhan apapun, sebagian hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit jantung
koroner pada umumnya tidak spesifik untuk didiagnosa angina pectoris (masa
pemeriksaan fisik kurang menunjukkan data yang akurat. Pada keadaan tenang
eletro diagram pada orang yang menghidap angina pectoris akan terlihat normal
pada keadaan istirahat. Sebaliknya menjadi normal saat melakukan kerja fisik.
Riwayat angina pectoris tidak stabil lebih sulit dikendalikan karena terjadi secara
tidak terduga kasus ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri sangat
hebat di dada, disertai dengan gejala mual, takut dan merasa sangat tidak sehat.
Berbeda dengan kasus infak miokardia pada kelainan jantung yang satu ini dapat
kardiografi dan dikatikan dengan peningkatan kadar enzim jantung dalam darah,
D. Diagnosa
anamnesis mulai dari keluhan sampai semua hal yang berkaitan dengan Penyakit
jantung koroner ini. Keluhan yang terpenting adalah nyeri dada. Seperti apakah
nyerinya, kapan dirasakan, berapa lama, di dada sebelah mana, dan apakah menjalar
atau tidak. Setelah itu mengumpulkan keterangan semua penyakit jantung koroner,
seperti merokok, menderita penyakit darah tinggi atau penyakit gula (diabetes),
kadar kolesterol dalam darah, riwayat keluarga yang menderita penyakit ini dan
kelainan jantung lain yang mungkin ada. Hal ini dilakukan dengan menggunakan
tes non-invasive dan invasive. Tes non-invasive yaitu melakukan tes tanpa
memasukkan alat ke dalam tubuh atau melukai tubuh, seperti tes tekanan darah,
mendengarkan laju, irama jantung dan suara nafas, pemeriksaan dan tes darah,
EKG, dan lain-lain. Sedangkan tes invasive yaitu dengan cara penetrasi kedalam
E. Patofisiologi PJK
darah menuju jantung dan kemudian menjadi lebih keras dan lebih sempit karena
pembentukan plak pada dinding bagian dalam arteri koroner, plak mengalami
supply oksigen untuk otot jantung. Hal ini diiringi dengan munculnya nyeri dada
yg terasa menembus hingga punggung atau menjalar ke pundak. Jika plak pada
dinding arteri koroner tidak diatasi, otot jantung berhenti mendapat supply oksigen
suatu waktu dapat terjadi serangan jantung atau infark miokard dan kerusakan
permanen pada otot jantung. Buntut panjang dari penyakit jantung koroner adalah
aritmia yaitu gangguan irama jantung dan yang paling fatal adalah gagal jantung
tubuh.
trombotik akut dan disfungsi ventrikel kiri. Tujuan ini dapat dicapai dengan
trombosis bila terjadi disfungsi endotel atau pecahnya plak. Obat yang
blockers(CCBs).
2) Untuk memperbaiki simtom dan iskemi: obat yang digunakan yaitu nitrat
pengobatan dan modifikasi gaya hidup sehingga kualitas hidup lebih baik.
revaskularisasi miokard. Perlu diingat bahwa tidak satu pun cara di atas
dihambat.
2. Pengobatan Farmakologik
1) Aspirin dosis rendah. Dari berbagai studi telah jelas terbukti bahwa aspirin
dengan dosis yang lebih besar. Karena itu aspirin disarankan diberi pada
semua pasien PJK kecuali bila ditemui kontraindikasi. Selain itu aspirin juga
lainnya.
harus diberikan pada pasien PCI dengan pemasangan stent, lebih 1 bulan
untuk bare metal stent, lebih 3 bulan untuk sirolimus eluting stent, dan lebih
effect) yang dapat berperan sebagai anti inflamasi, anti trombotik dll.
adalah < 100 mg/dl dan pada pasien risiko tinggi, DM, penderita PJK
prevensi sekunder pada pasien dengan PJK telah dibuktikan dari berbagai
studi a.l., HOPE study, EUROPA study dll. Bila intoleransi terhadap ACE-
sehingga preload miokard dan volume akhir bilik kiri dapat menurun
trombosit. Bila serangan angina tidak respons dengan nitrat jangka pendek
kiri akut.
mengurangi keluhan pada pasien yang telah mendapat nitrat atau penyekat
3. Revaskularisasi Miokard
Ada dua cara revaskularisasi yang telah terbukti baik pada PJK stabil
Akhir-akhir ini kedua cara tersebut telah mengalami kemajuan pesat yaitu
diperkenalkannya tindakan, off pump surgery dengan invasif minimal dan drug
✓ Stenosis yang signifikan ( 70%) di daerah proximal pada 3 arteri koroner yang
utama.
stenosis yang cukup tinggi tingkatannya pada daerah proximal dari left anterior
hanya dilakukan pada satu pembuluh darah saja, sekarang ini telah berkembang
lebih pesat baik oleh karena pengalaman, peralatan terutama stent dan obat-obat
penunjang. Pada pasien dengan PJK stabil dengan anatomi koroner yang sesuai
maka PCI dapat dilakukan pada satu atau lebih pembuluh darah (multi-vessel)
dengan baik (PCI sukses). Risiko kematian oleh tindakan ini berkisar 0.3-1%.
Tindakan PCI pada pasien PJK stabil dibandingkan dengan obat medis, tidaklah
dibandingkan dengan tindakan balloon angioplasty. Saat ini telah tersedia stent
dulu) merupakan tindakan yang feasible pada penderita dengan stenosis arteri
koroner tertentu yaitu tanpa perkapuran, lesi tunggal, tanpa angulasi atau
perkutan primer (primary PCI) yaitu suatu teknik untuk menghilangkan trombus
kateter balon dan seringkali dilakukan pemasangan stent. Tindakan ini dapat
menjadi normal kembali, sehingga kerusakan otot jantung dapat dihindari. PCI
primer ialah pengobatan infark jantung akut yang terbaik saat ini, karena dapat
di bawah 2%
8. Rehabilitasi
National Heart, Lung, and Blood Institute adalah proses memulihkan dan
Pasien harus dibantu untuk meneruskan kembali tingkat kegiatan mereka sesuai
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang menyerang organ jantung.
Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit
jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga merupakan salah satu penyakit
yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain
tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolestrol, gaya hidup yang kurang aktivitas
fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol, dan
faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan
melakukan pola hidup sehat dan menghindari faktor-faktor resiko seperti pola makan
yang sehat, menurunkan kolestrol, melakukan aktivitas fisik, dan olahraga secara
B. Saran
melaksanan upaya promotif, perilaku hidup sehat, upaya prventif, upaya kuratif,
pemerintah lainnya.
karakteristik penderita jantung koroner serta faktor resiko dan juga karakteristik
Backer Guy De, Ambrosioni Ettore, Broch-Johnsen Knut, et al. European Guidelines on
Cardiovascular Disease Prevention in Clinical Practice.Third Joint Task Force of
European and Other Societies on Cardiovascular Disease Prevention in Clinical
Practice.European Society of Cardiology 2003. Lippincott Williams & Wilkins S 2-
S 10.
Beckerman, James. 2016. “Coronary Artery Disease”. WebMD Medical Reference. Akses
pada http://www.webmd.com/heartdisease/guide/heart-disease-coronary-artery-
disease [Jum'at, 01 April 2016].
Braunwald E., Antmann Elliott M., Beasley; John W., Califf Robert M., et al. ACC/AHA
Guidelines for the Management of Patients With Unstable Angina and Non-ST
Segment Elevation Myocardial Infarction: Executive Summary and
Recommendations.ACC/AHA Practice Guidelines. Cicrculation. 2002; 102: 1193-
1209.
Califf R. M., Antman E. M., Grines C.L., Kereiakes D., Bernink P.J.L.M., Fox Daulat
Manurung: Prevensi Sekunder Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan
Penyakit Pembuluh Darah Aterosklerotik Lainnya, dalam Upaya Memperbaiki
Harapan Hidup, Mengurangi Serangan Ulang dan Meningkatkan Kualitas Hidup.
Pidato Pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Penyakit
Dalam Pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 9 Juni 2007, Jakarta.
Fox Kim, Garcia Maria angeles Alonso, Ardissino Diego, et al. Guidelines on the Management
of Stable Angina Pectoris: Full Text. The Task Force on the Management of Stable
Angina Pectoris of the European Society of Cardiology. The European Society of
Cardiology 2006. Eur Heart J doi: 10.1093/eurheartj/ehl001.
Guy De Backer, Ambrosioni Ettore, Borch-johnsen Knut, et al. Executive Summary European
Guidelines on Cardiovascular disease prevention in clinical practice. Third Joint Task
Force of European and Other Societies on Cardiovascular Disease Prevention in
clinical Practice. European Society of Cardiology 2003. Published by Lippincott
Williams & Wilkins. European Journal of Cardiovascular Prevention and
Rehabilitation 2003, 10: S1-S10.
Hanafi BT: Perkembangan Terbaru Intervensi Koroner Perkutan Primer Sebuah Upaya
Meminimalkan Mortalitas Infark Jantung Akut. Pidato pada Upacara Pengukuhan
Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Penyakit Dalam Pada Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 22 April 2006, Jakarta.
Hunter Carolyn. Coronary Artery Disease Risk Management. National Center of Continuing
Education. Available at: htttp://www.nursece.com/ onlinecourses/933.html.
Info-Kes.com. 2013. “Penyakit Jantung Koroner (PJK)”. Akses pada http://www.info-
kes.com/2013/07/penyakit-jantung-koroner-pjk.html [Jum'at, 01 April 2016].
K. A. A. Acute Coronary Syndromes: A Transtition in Treatment Standards. Journal of the
European Society of Cardiology July 2000; 2 (Suplement F): F2-24.
Kavey Rae-Ellen, Daniels Stephen R., Lauer Ronald M., et al. American Heart Association
Guidelines for Primary Prevention of Atherosclerotic Cardiovascular Disease
Beginning in Chilhood. Circulation 2003; 107: 1562. available at:
http://www/circ.ahajournals.org/cgi/content/ full/107/11/1562.
Koenig W. Eur Heart J Supplements 1999: 1; T19-26.
Krisnatuti, D & Rina Yenrina. 1999. Perencanaan Menu Bagi Penderita Jantung Koroner.
Jakarta : Trubus Agriwidya.
Lab. Kateterisasi RS H. Adam Malik: Data pasien yang dilakukan angiografi di RS HAM
Medan 2003- Juni 2007.
Lauer Michael. Primary Prevention of Atherosclerotic Cardiovascular Disease. JAMA 2007;
297: 1376-1378. available at: http://jama. amaassn.org/cgi/content/full/297/12/1376.
Lewis, S.L., Heitkemper, M.M., Dirksesn, S.R., O’brien, P.G. & Bucher, L. 2007. Medical
Surgical Nursing : Assesment and Management of Clinical Problems. Sevent Edition.
Volume 2. Mosby Elsevier
Libby Peter, Theroux Pierre. Pathophysiology of Coronary Artery Disease. Circulation 2005;
111: 3481-3488. Available at http://circ.
ahajournals.org/cgi/content/full/111/25/3481.
Makover Michael E, Ebrahim Shah. What is The Best Strategy for Reducing Deaths from Heart
Disease? April 2005. Volume 2, Issue 4, e 98. Available at www.plosmedicine.org.
Mc Taggart Don. Stable Angina Pectoris: Treatment and refferral Options. MJA Vol 171 5 July
1999.
Morrow D.A., Gers B.J., Braunwald E.: Chronic Coronary Artery Disease in Braunwald Heart
disease A Text Book of Cardiovascular Medicine, Elsevier 7th Edition 2005, 1281-
1342.
National Institute of Health. 2015. “What Is Cononary Heart Disease?”. U.S. Department of
Health & Human Services. Akses pada http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-
topics/topics/cad{01 April 2016].
New Approaches to Managing Multiple Risk Factors in Cardiovascular Disease. A Satelilite
symposium held during the ESC Congress 2003.
Pearson Thomas A., Blair Steven N., Daniels Stephen R., et al. AHA Guidelines for Primary
Prevention of Cardiovascular disease and Stroke: 2002 Update: Consensus Panel
Guideline to Comprehensive Risk Reduction for Adult Patients without Coronary or
Other Atherosclerotic Vascular Disease.Circulation 2002; 106; 388-391. Available at
http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/106/3/388.
Penyakit Jantung dan Stroke Serta Pencegahannya. Yayasan Jantung Indonesia. Available at,
http://id.inaheart.or.id/?p=49.
Penyakit Jantung Koroner, Si Perenggut Nyawa.
http://www.infosehat.com/content.php?s_id=132.
POSKOTA news.com. 2016. “Waspada Gejala Jantung Koroner Bisa Mirip Flu”. Akses pada
http://poskotanews.com/2016/03/30/waspada-gejala-jantungkoroner-bisa-mirip-
flu/[Sabtu, 02 April 2016]
Rahman, AM. Angina Pektoris Stabil dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 jilid III.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
Ramrakha Punit, Hill Jonathan; Atherosclerosis Pathophysiology, Chapter 4 Coronary Artery
Disease. Oxford Handbook of Cardiology, 1st Edition, 2006 Oxford University Press,
New York, 112-19.
Ross R. Nature 1993; 362: 801-809.
Sabrina, Ica DZ. 2013. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah: RERATA WAKTU
PENGGUNAAN MESIN CARDIOPULMONARY BYPASS PADA OPERASI
PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG
BULAN JANUARI 2011 – JANUARI 2013. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
Smith Sidney C., Allen Jerilyn, Blair Steven N., et al. AHA/ACC Guidelines for Secondary
Prevention for Patients With Coronary and Other Atherosclerotic Vascular Disease:
2006 Update: Endorsed by the National Heart Lung, and Blood Institute. Circulation
2006; 113; 2363-2372. Available at
http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/113/19/2363.
Smith Sidney C., Feldman Ted E., Hirshfield John W., et al. ACC/AHA/SCAI 2005 Guideline
Update for Percutaneus Coronary Intervention-Summary Article. A report of the
American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice
Guideline (ACC/AHA/SCAI Writing Committee to Update the 2001 Guidelines for
Percutaneus Coronary Intervention) Circulation 2006; 113: Available at: http://www.
circulationaha.org.
Sumiati, dkk. 2010. Penanganan Stress Pada Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: CV. Trans
Info Medika.Tribunkesehatan. 2016. “Penyakit Jantung Koroner Penyebab Kematian
Terbesar di Negara Berkembang Hingga Tahun 2020”. Akses pada
http://www.tribunnews.com/kesehatan/2016/03/30/penyakit-jantungkoroner-
penyebab-kematian-terbesar-di-negara-berkembang-hinggatahun-2020 [Jum'at, 01
April 2016].
Wood David. The Concept of Doctor Targets Based on Quality guidelines: Focus on blood
Pressure. The European society of Cardiology 2007. European Heart Journal
Supplement (2007) 9 (Supplement B), B29- B36