Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGEMBANGAN PROFESI

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Disusun Oleh : dr. Annisa Noor Arifin Putri

NIP :19890510201903200
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 5
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut: ................ 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 6
A. Definisi.................................................................................................................................. 6
B. Etiologi ................................................................................................................................. 6
C. Gejala ................................................................................................................................... 7
D. Diagnosa ............................................................................................................................... 8
E. Patofisiologi PJK .................................................................................................................. 8
F. Upaya Pengobatan Penyakit Jantung Koroner ........................................................................ 9
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 15
B. Saran .................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit di mana zat lilin yang disebut

plak menumpuk di dalam arteri koroner atau dikenal dengan aterosklerosis yang

membuat aliran darah yang kaya oksigen ke jantung mengalami penurunan (National

Institute of Health, 2015).

Penumpukan plak di arteri dalam waktu yang cukup lama membuat plak

mengeras dan mempersempit arteri koroner dan mengurangi aliran darah yang kaya

oksigen ke jantung. Jika aliran darah yang kaya oksigen ke otot jantung berkurang atau

diblokir, maka dapat terjadi angina (nyeri dada atau ketidaknyamanan) maupun

serangan jantung. Rasa sakit juga bisa terjadi pada Anda bahu, lengan, leher, rahang,

atau kembali. Serangan jantung terjadi jika aliran darah yang kaya oksigen ke bagian

otot jantung terputus. Jika aliran darah tidak dikembalikan dengan cepat, bagian dari

otot jantung mulai mati. Tanpa pengobatan yang cepat, serangan jantung dapat

menyebabkan masalah kesehatan yang serius atau kematian (National Institute of

Health, 2015).

Di Amerika, penyakit jantung adalah pembunuh No 1, yang mempengaruhi

lebih dari 13 juta orang Amerika (Beckerman, 2016). Dalam beberapa dekade terakhir,

kematian penyebab penyakit jantung kian meningkat khususnya pada negara

berkembang. Untuk Indonesia, pada tahun 2013 penyakit jantung koroner menempati

posisi pertama sebagai penyebab kematian. Tingginya angka kematian di Indonesia

akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26% dari seluruh jumlah kematian

akibat penyakit. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional

(SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan


(Info-kes, 2013). WHO menyatakan penyakit kardiovaskular jantung dan pembuluh

darah, terutama penyakit jantung koroner masih menduduki peringkat teratas di negara

berkembang hingga tahun 2020. dr. Antono Sutandar, SpJP selaku wakil chairman

Siloam Heart Institute (SHI) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil Survei

Kesehatan Nasional 3 dari 1000 atau empat persen penduduk Indonesia menderita

penyakit jantung koroner (Tribunkesehatan, 2016).

Faktor risiko yang mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner adalah

merokok, obesitas, stres, diabetes mellitus, hipertensi, kolestrol tinggi, infeksi, dan

gangguan pada darah. Keluhan penderita penyakit jantung koroner bervariasi umumnya

berupa nyeri dada yang dirasakan di daerah bawah tulang dada agak ke sebelah kiri

dengan rasa seperti beban berat, ditusuk-tusuk, rasa terbakar yang kadang menjalar ke

rahang, lengan kiri, dan ke belakang punggung. Juga disertai keringat yang banyak

(Tribunkesehatan, 2016).

Berita terbaru, mengungkapkan bahwa sekitar 30 persen penderita jantung

koroner mengalami gejala mirip flu. Ada gejala-gejala seperti kena flu, masuk angin

dan meriang. Pasien tidak menyadari bahwa gejala tersebut menandakan sudah ada

serangan jantung koroner. Hal ini membuat banyak penderita yang datang ke dokter

sudah terlambat. Pertolongan atau pengobatan yang dilakukan pun lebih kepada

pengobatan layaknya flu. Terkait hal tersebut, penting mengetahui tentang penyakit

jantung koroner secara baik dan jelas untuk upaya pencegahan maupun penanganan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut :

1. Apa definisi dari Penyakit Jantung Koroner?

2. Apa etiologi saja Penyakit Jantung Koroner?

3. Bagaimana gejala dari Penyakit Jantung Koroner?


4. Bagaimana diagnosa dari Penyakit Jantung Koroner?

5. Apa saja yang menjadi faktor resiko dari Penyakit Jantung Koroner?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui definisi dari Penyakit Jantung Koroner

2. Untuk mengetahui etiologi saja Penyakit Jantung Koroner

3. Untuk mengetahui gejala dari Penyakit Jantung Koroner

4. Untuk mengetahui diagnosa dari Penyakit Jantung Koroner

D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan di bidang kesehatan mengenai

Penyakit Jantung Koroner (definisi, etiologi, gejala, diagnosa, faktor resiko,

patofisiologi, hingga pada upaya pencegahan dan pengobatan) yang dapat

digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam upaya pencegahan maupun

pengendalian penyakit tersebut.

2. Bagi Penulis

3. Sebagai bentuk pemenuhan tugas dan untuk menambahan informasi dan

pengetahuan di bidang kesehatan mengenai Penyakit Jantung Koroner (definisi,

etiologi, gejala, diagnosa, faktor resiko, patofisiologi, hingga pada upaya

pencegahan dan pengobatan) yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari

dalam upaya pencegahan maupun pengendalian penyakit tersebut.


BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi

Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan

pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat menghentikan

aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina,

Krisnatuti, 1999). Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya

kelainan pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darah

ke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982).

B. Etiologi

Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang

disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke

otot jantung. Penyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand

dan supplay atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi

kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan

diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor. Denyut jantung yang

meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan ventrikel yang

meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan dari

otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara

lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh

artheroskerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan tekanan,

kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya. Manifestasi

klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard

akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak

(Margaton, 1996).
C. Gejala

Jantung Koroner Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak

nyaman atau sesak di dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga

penderita. Rasa nyeri terasa pada dada bagian tengah, lalu menyebar keleher, dagu

dan tangan. Rasa tersebut akan beberapa menit kemudian. Rasa nyeri muncul

karena jantung kekurangan darah dan supplay oksigen. Gejala ini lain menyertai

jantung koroner akibat penyempitan pembuluh nadi jantung adalah rasa tercekik

(angina pectoris). Kondisi ini timbul secara tidak terduga dan hanya timbul jika

jantung dipaksa bekerja keras. Misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami

tekanan emosional. Pada usia lanjut gejala serangan jantung sering tidak disrtai

keluhan apapun, sebagian hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit jantung

koroner pada umumnya tidak spesifik untuk didiagnosa angina pectoris (masa

tercekik). Biasanya diperoleh riwayat penyakit orang bersangkutan, sedangkan

pemeriksaan fisik kurang menunjukkan data yang akurat. Pada keadaan tenang

eletro diagram pada orang yang menghidap angina pectoris akan terlihat normal

pada keadaan istirahat. Sebaliknya menjadi normal saat melakukan kerja fisik.

Riwayat angina pectoris tidak stabil lebih sulit dikendalikan karena terjadi secara

tidak terduga kasus ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri sangat

hebat di dada, disertai dengan gejala mual, takut dan merasa sangat tidak sehat.

Berbeda dengan kasus infak miokardia pada kelainan jantung yang satu ini dapat

diketahui melalui penyimpanan irama jantung saat pemeriksaan melalui elektro

kardiografi dan dikatikan dengan peningkatan kadar enzim jantung dalam darah,

juga dalam perkembangan penyakit jantung koroner biasanya disertai kelainan


kadar lemak dan trombosit darah penderita yang diikuti oleh kerusakan endoterium

dinding pembuluh nadi (Krisnatuti dan Yenria, 1999).

D. Diagnosa

Penyakit Jantung Koroner Pengumpulan keterangan dilakukan melalui anamnesa

(wawancara), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Awal mula

anamnesis mulai dari keluhan sampai semua hal yang berkaitan dengan Penyakit

jantung koroner ini. Keluhan yang terpenting adalah nyeri dada. Seperti apakah

nyerinya, kapan dirasakan, berapa lama, di dada sebelah mana, dan apakah menjalar

atau tidak. Setelah itu mengumpulkan keterangan semua penyakit jantung koroner,

seperti merokok, menderita penyakit darah tinggi atau penyakit gula (diabetes),

kadar kolesterol dalam darah, riwayat keluarga yang menderita penyakit ini dan

faktorfaktor resiko lainnya. Lalu melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui

kelainan jantung lain yang mungkin ada. Hal ini dilakukan dengan menggunakan

stetoskop. Pemeriksaan penunjang pada penyakit jantung koroner dibagi menjadi

tes non-invasive dan invasive. Tes non-invasive yaitu melakukan tes tanpa

memasukkan alat ke dalam tubuh atau melukai tubuh, seperti tes tekanan darah,

mendengarkan laju, irama jantung dan suara nafas, pemeriksaan dan tes darah,

EKG, dan lain-lain. Sedangkan tes invasive yaitu dengan cara penetrasi kedalam

tubuh, contohnya kateterisasi jantung

E. Patofisiologi PJK

PJK disebabkan oleh penyempitan arteri koronaria akibat kakunya dinding

pembuluh darah (arteriosklerosis). Arteri koroner tidak dapat memberi asupan

darah menuju jantung dan kemudian menjadi lebih keras dan lebih sempit karena

pembentukan plak pada dinding bagian dalam arteri koroner, plak mengalami

pembesaran ukuran menyebabkan pembuluh koroner menyempit dan mengurangi


darah yang lewat. Kurangnya asupan darah ke jantung mengakibatkan kekurangan

supply oksigen untuk otot jantung. Hal ini diiringi dengan munculnya nyeri dada

yg terasa menembus hingga punggung atau menjalar ke pundak. Jika plak pada

dinding arteri koroner tidak diatasi, otot jantung berhenti mendapat supply oksigen

suatu waktu dapat terjadi serangan jantung atau infark miokard dan kerusakan

permanen pada otot jantung. Buntut panjang dari penyakit jantung koroner adalah

aritmia yaitu gangguan irama jantung dan yang paling fatal adalah gagal jantung

yakni ketidakmampuan jantung memompa dengan efektif darah menuju ke seluruh

tubuh.

F. Upaya Pengobatan Penyakit Jantung Koroner

1. Tujuan pengobatan iskemia miokard adalah untuk mencegah terjadinya

kerusakan miokard dengan mempertahankan keseimbangan antara konsumsi

oksigen miokardium dan penyediaan oksigen.

Tujuan pengobatan adalah:

1) Memperbaiki prognosis dengan cara mencegah infark miokard dan

kematian. Upaya yang dilakukan adalah bagaimana mengurangi terjadinya

trombotik akut dan disfungsi ventrikel kiri. Tujuan ini dapat dicapai dengan

modifikasi gaya hidup ataupun intervensi farmakologik yang akan (i)

mengurang progresif plak (ii) menstabilkan plak, dengan mengurangi

inflamasi dan memperbaiki fungsi endotel, dan akhirnya (iii) mencegah

trombosis bila terjadi disfungsi endotel atau pecahnya plak. Obat yang

digunakan: Obat Antitrombotik: aspirin dosis rendah, antagonis reseptor

ADP (thienopyridin) yaitu clopidogrel dan ticlopidine; obat penurun

kolesterol (statin); ACE-Inhibitors; Beta-blocker; Calcium channel

blockers(CCBs).
2) Untuk memperbaiki simtom dan iskemi: obat yang digunakan yaitu nitrat

kerja jangka pendek dan jangka panjang, Beta-blocker, CCBs. Kepada

pasien yang menderita PJK maupun keluarga, perlu diterangkan tentang

perjalanan penyakit, pilihan obat yang tersedia. Pasien perlu diyakinkan

bahwa kebanyakan kasus angina dapat mengalami perbaikan dengan

pengobatan dan modifikasi gaya hidup sehingga kualitas hidup lebih baik.

Kelainan penyerta seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, dll. Perlu

ditangani secara baik (lihat selanjutnya pada bab pencegahan).

Cara pengobatan PJK yaitu, (i) pengobatan farmakologis, (ii)

revaskularisasi miokard. Perlu diingat bahwa tidak satu pun cara di atas

sifatnya menyembuhkan. Dengan kata lain tetap diperlukan modifikasi gaya

hidup dan mengatasi faktor penyebab agar progresi penyakit dapat

dihambat.

2. Pengobatan Farmakologik

1) Aspirin dosis rendah. Dari berbagai studi telah jelas terbukti bahwa aspirin

masih merupakan obat utama untuk pencegahan trombosis. Meta-analisis

menunjukkan, bahwa dosis 75-150 mg sama efektivitasnya dibandingkan

dengan dosis yang lebih besar. Karena itu aspirin disarankan diberi pada

semua pasien PJK kecuali bila ditemui kontraindikasi. Selain itu aspirin juga

disarankan diberi jangka lama namun perlu diperhatikan efek samping

iritasi gastrointestinal dan perdarahan, dan alergi. Cardioaspirin

memberikan efek samping yang lebih minimal dibandingkan aspirin

lainnya.

2) Thienopyridine Clopidogrel dan Ticlopidine merupakan antagonis ADP dan

menghambat agregasi trombosit. Clopidogrel lebih diindikasikan pada


penderita dengan resistensi atau intoleransi terhadap aspirin. AHA/ACC

guidelines update 2006 memasukkan kombinasi aspirin dan clopidogrel

harus diberikan pada pasien PCI dengan pemasangan stent, lebih 1 bulan

untuk bare metal stent, lebih 3 bulan untuk sirolimus eluting stent, dan lebih

6 bulan untuk paclitaxel-eluting stent.

3) Obat penurun kolesterol. Pengobatan dengan statin digunakan untuk

mengurangi risiko baik pada prevensi primer maupun prevensi sekunder.

Berbagai studi telah membuktikan bahwa statin dapat menurunkan

komplikasi sebesar 39% (Heart Protection Study), ASCOTT-LLA

atorvastatin untuk prevensi primer PJK pada pasca-hipertensi. Statin selain

sebagai penurun kolesterol, juga mempunyai mekanisme lain (pleiotropic

effect) yang dapat berperan sebagai anti inflamasi, anti trombotik dll.

Pemberian atorvastatin 40 mg satu minggu sebelum PCI dapat mengurangi

kerusakan miokard akibat tindakan. Target penurunan LDL kolesterol

adalah < 100 mg/dl dan pada pasien risiko tinggi, DM, penderita PJK

dianjurkan menurunkan LDL kolesterol < 70 mg/dl.

4) ACE-Inhibitor/ARB. Peranan ACE-I sebagai kardioproteksi untuk

prevensi sekunder pada pasien dengan PJK telah dibuktikan dari berbagai

studi a.l., HOPE study, EUROPA study dll. Bila intoleransi terhadap ACE-

I dapat diganti dengan ARB.

5) Nitrat pada umumnya disarankan, karena nitrat memiliki efek venodilator

sehingga preload miokard dan volume akhir bilik kiri dapat menurun

sehingga dengan demikian konsumsi oksigen miokard juga akan menurun.

Nitrat juga melebarkan pembuluh darah normal dan yang mengalami


aterosklerotik. Menaikkan aliran darah kolateral, dan menghambat agregasi

trombosit. Bila serangan angina tidak respons dengan nitrat jangka pendek

6) Penyekat β juga merupakan obat standar. Penyekat β menghambat efek

katekolamin pada sirkulasi dan reseptor β-1 yang dapat menyebabkan

penurunan konsumsi oksigen miokard. Pemberian penyekat β dilakukan

dengan target denyut jantung 50-60 per menit. Kontraindikasi terpenting

pemberian penyekat β adalah riwayat asma bronkial, serta disfungsi bilik

kiri akut.

7) Antagonis kalsium mempunyai efek vasodilatasi. Antagonis kalsium dapat

mengurangi keluhan pada pasien yang telah mendapat nitrat atau penyekat

β; selain itu berguna pula pada pasien yang mempunyai kontraindikasi

penggunaan penyekat β. Antagonis kalsium tidak disarankan bila terdapat

penurunan fungsi bilik kiri atau gangguan konduksi atrioventrikel

3. Revaskularisasi Miokard

Ada dua cara revaskularisasi yang telah terbukti baik pada PJK stabil

yang disebabkan aterosklerotik koroner yaitu tindakan revaskularisasi

pembedahan, bedah pintas koroner (coronary artery bypass surgery = CABG),

dan tindakan intervensi perkutan (percutneous coronary intervention = PCI).

Akhir-akhir ini kedua cara tersebut telah mengalami kemajuan pesat yaitu

diperkenalkannya tindakan, off pump surgery dengan invasif minimal dan drug

eluting stent (DES). Tujuan revaskularisasi adalah meningkatkan survival

ataupun mencegah infark ataupun untuk menghilangkan gejala. Tindakan mana

yang dipilih, tergantung pada risiko dan keluhan pasien.


4. Tindakan Pembedahan CABG

Tindakan Pembedahan CABG Tindakan pembedahan lebih baik jika dilakukan

dibanding dengan pengobatan, pada keadaan:

✓ Stenosis yang signifikan ( 50%) di daerah left main (LM).

✓ Stenosis yang signifikan ( 70%) di daerah proximal pada 3 arteri koroner yang

utama.

✓ Stenosis yang signifikan pada 2 daerah arteri koroner utama termasuk

stenosis yang cukup tinggi tingkatannya pada daerah proximal dari left anterior

descending arteri korone

5. Tindakan PCI Pada mulanya tindakan percutaneous transluminal angioplasty

hanya dilakukan pada satu pembuluh darah saja, sekarang ini telah berkembang

lebih pesat baik oleh karena pengalaman, peralatan terutama stent dan obat-obat

penunjang. Pada pasien dengan PJK stabil dengan anatomi koroner yang sesuai

maka PCI dapat dilakukan pada satu atau lebih pembuluh darah (multi-vessel)

dengan baik (PCI sukses). Risiko kematian oleh tindakan ini berkisar 0.3-1%.

Tindakan PCI pada pasien PJK stabil dibandingkan dengan obat medis, tidaklah

menambah survival dan hal ini berbeda dibanding CABG.

6. Pemasangan Stent Elektif dan Drug-Eluting Stent (DES)

Pemasangan stent dapat mengurangi restenosis dan ulangan PCI

dibandingkan dengan tindakan balloon angioplasty. Saat ini telah tersedia stent

dilapisi obat (drug-eluting stent = DES) seperti serolimus, paclitaxel dll.

Dibandingkan dengan bare-metal stents, pemakaian DES dapat mengurangi

restenosis. Studi RAVEL menunjukkan restenosis dapat dikurangi sampai 0%.

Direct stenting (pemasangan stent tanpa predilatasi dengan balon lebih

dulu) merupakan tindakan yang feasible pada penderita dengan stenosis arteri
koroner tertentu yaitu tanpa perkapuran, lesi tunggal, tanpa angulasi atau

turtoasitas berat. Tindakan direct stenting dapat mengurangi waktu tindakan/

waktu iskemik, mengurangi radiasi, pemakaian kontras, mengurangi biaya.

7. Tindakan Intervensi Koroner Perkutan Primer (Primary PCI)

Pasien PJK stabil dan mengalami komplikasi serangan jantung

mendadak (SKA), mortalitasnya tinggi sekali (> 90%). Dengan kemajuan

teknologi sekarang ini telah dapat dilakukan tindakan intervensi koroner

perkutan primer (primary PCI) yaitu suatu teknik untuk menghilangkan trombus

dan melebarkan pembuluh darah koroner yang menyempit dengan memakai

kateter balon dan seringkali dilakukan pemasangan stent. Tindakan ini dapat

menghilangkan penyumbatan dengan segera, sehingga aliran darah dapat

menjadi normal kembali, sehingga kerusakan otot jantung dapat dihindari. PCI

primer ialah pengobatan infark jantung akut yang terbaik saat ini, karena dapat

menghentikan serangan infark jantung akut dan menurunkan mortalitas sampai

di bawah 2%

8. Rehabilitasi

Tujuan akhir pengobatan penyakit jantung koroner adalah

mengembalikan penderita ke gaya hidup produktif dan menyenangkan.

Rehabilitasi jantung, seperti yang didefinisikan oleh American Heart

association dan The Task Force on Cardiovascular Rehabilitation of the

National Heart, Lung, and Blood Institute adalah proses memulihkan dan

memelihara potensi fisik, psikologis, sosial, pendidikan, dan pekerjaan pasien.

Pasien harus dibantu untuk meneruskan kembali tingkat kegiatan mereka sesuai

fisik mereka dan tidak dihambat oleh tekanan psikologis.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang menyerang organ jantung.

Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit

jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga merupakan salah satu penyakit

yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain

tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolestrol, gaya hidup yang kurang aktivitas

fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol, dan

faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan

melakukan pola hidup sehat dan menghindari faktor-faktor resiko seperti pola makan

yang sehat, menurunkan kolestrol, melakukan aktivitas fisik, dan olahraga secara

teratur, menghindari stress kerja.

B. Saran

1. Perlunya upaya kesehatan bagi penderita penyakit jantung koroner yaitu

melaksanan upaya promotif, perilaku hidup sehat, upaya prventif, upaya kuratif,

dan upaya rehabilitatif.

2. Perlunya program alternatif yang lebih memperhatikan aspek psikologis penderita

penyakit jantung koroner dengan cara mengintegrasikan dengan program

pemerintah lainnya.

3. Perlunya sosialisai dengan seluruh kelompok masyarakat, agar leih memahami

karakteristik penderita jantung koroner serta faktor resiko dan juga karakteristik

penyakit pada penderita.


DAFTAR PUSTAKA

Backer Guy De, Ambrosioni Ettore, Broch-Johnsen Knut, et al. European Guidelines on
Cardiovascular Disease Prevention in Clinical Practice.Third Joint Task Force of
European and Other Societies on Cardiovascular Disease Prevention in Clinical
Practice.European Society of Cardiology 2003. Lippincott Williams & Wilkins S 2-
S 10.
Beckerman, James. 2016. “Coronary Artery Disease”. WebMD Medical Reference. Akses
pada http://www.webmd.com/heartdisease/guide/heart-disease-coronary-artery-
disease [Jum'at, 01 April 2016].
Braunwald E., Antmann Elliott M., Beasley; John W., Califf Robert M., et al. ACC/AHA
Guidelines for the Management of Patients With Unstable Angina and Non-ST
Segment Elevation Myocardial Infarction: Executive Summary and
Recommendations.ACC/AHA Practice Guidelines. Cicrculation. 2002; 102: 1193-
1209.
Califf R. M., Antman E. M., Grines C.L., Kereiakes D., Bernink P.J.L.M., Fox Daulat
Manurung: Prevensi Sekunder Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan
Penyakit Pembuluh Darah Aterosklerotik Lainnya, dalam Upaya Memperbaiki
Harapan Hidup, Mengurangi Serangan Ulang dan Meningkatkan Kualitas Hidup.
Pidato Pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Penyakit
Dalam Pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 9 Juni 2007, Jakarta.
Fox Kim, Garcia Maria angeles Alonso, Ardissino Diego, et al. Guidelines on the Management
of Stable Angina Pectoris: Full Text. The Task Force on the Management of Stable
Angina Pectoris of the European Society of Cardiology. The European Society of
Cardiology 2006. Eur Heart J doi: 10.1093/eurheartj/ehl001.
Guy De Backer, Ambrosioni Ettore, Borch-johnsen Knut, et al. Executive Summary European
Guidelines on Cardiovascular disease prevention in clinical practice. Third Joint Task
Force of European and Other Societies on Cardiovascular Disease Prevention in
clinical Practice. European Society of Cardiology 2003. Published by Lippincott
Williams & Wilkins. European Journal of Cardiovascular Prevention and
Rehabilitation 2003, 10: S1-S10.
Hanafi BT: Perkembangan Terbaru Intervensi Koroner Perkutan Primer Sebuah Upaya
Meminimalkan Mortalitas Infark Jantung Akut. Pidato pada Upacara Pengukuhan
Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Penyakit Dalam Pada Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 22 April 2006, Jakarta.
Hunter Carolyn. Coronary Artery Disease Risk Management. National Center of Continuing
Education. Available at: htttp://www.nursece.com/ onlinecourses/933.html.
Info-Kes.com. 2013. “Penyakit Jantung Koroner (PJK)”. Akses pada http://www.info-
kes.com/2013/07/penyakit-jantung-koroner-pjk.html [Jum'at, 01 April 2016].
K. A. A. Acute Coronary Syndromes: A Transtition in Treatment Standards. Journal of the
European Society of Cardiology July 2000; 2 (Suplement F): F2-24.
Kavey Rae-Ellen, Daniels Stephen R., Lauer Ronald M., et al. American Heart Association
Guidelines for Primary Prevention of Atherosclerotic Cardiovascular Disease
Beginning in Chilhood. Circulation 2003; 107: 1562. available at:
http://www/circ.ahajournals.org/cgi/content/ full/107/11/1562.
Koenig W. Eur Heart J Supplements 1999: 1; T19-26.
Krisnatuti, D & Rina Yenrina. 1999. Perencanaan Menu Bagi Penderita Jantung Koroner.
Jakarta : Trubus Agriwidya.
Lab. Kateterisasi RS H. Adam Malik: Data pasien yang dilakukan angiografi di RS HAM
Medan 2003- Juni 2007.
Lauer Michael. Primary Prevention of Atherosclerotic Cardiovascular Disease. JAMA 2007;
297: 1376-1378. available at: http://jama. amaassn.org/cgi/content/full/297/12/1376.
Lewis, S.L., Heitkemper, M.M., Dirksesn, S.R., O’brien, P.G. & Bucher, L. 2007. Medical
Surgical Nursing : Assesment and Management of Clinical Problems. Sevent Edition.
Volume 2. Mosby Elsevier
Libby Peter, Theroux Pierre. Pathophysiology of Coronary Artery Disease. Circulation 2005;
111: 3481-3488. Available at http://circ.
ahajournals.org/cgi/content/full/111/25/3481.
Makover Michael E, Ebrahim Shah. What is The Best Strategy for Reducing Deaths from Heart
Disease? April 2005. Volume 2, Issue 4, e 98. Available at www.plosmedicine.org.
Mc Taggart Don. Stable Angina Pectoris: Treatment and refferral Options. MJA Vol 171 5 July
1999.
Morrow D.A., Gers B.J., Braunwald E.: Chronic Coronary Artery Disease in Braunwald Heart
disease A Text Book of Cardiovascular Medicine, Elsevier 7th Edition 2005, 1281-
1342.
National Institute of Health. 2015. “What Is Cononary Heart Disease?”. U.S. Department of
Health & Human Services. Akses pada http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-
topics/topics/cad{01 April 2016].
New Approaches to Managing Multiple Risk Factors in Cardiovascular Disease. A Satelilite
symposium held during the ESC Congress 2003.
Pearson Thomas A., Blair Steven N., Daniels Stephen R., et al. AHA Guidelines for Primary
Prevention of Cardiovascular disease and Stroke: 2002 Update: Consensus Panel
Guideline to Comprehensive Risk Reduction for Adult Patients without Coronary or
Other Atherosclerotic Vascular Disease.Circulation 2002; 106; 388-391. Available at
http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/106/3/388.
Penyakit Jantung dan Stroke Serta Pencegahannya. Yayasan Jantung Indonesia. Available at,
http://id.inaheart.or.id/?p=49.
Penyakit Jantung Koroner, Si Perenggut Nyawa.
http://www.infosehat.com/content.php?s_id=132.
POSKOTA news.com. 2016. “Waspada Gejala Jantung Koroner Bisa Mirip Flu”. Akses pada
http://poskotanews.com/2016/03/30/waspada-gejala-jantungkoroner-bisa-mirip-
flu/[Sabtu, 02 April 2016]
Rahman, AM. Angina Pektoris Stabil dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 jilid III.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
Ramrakha Punit, Hill Jonathan; Atherosclerosis Pathophysiology, Chapter 4 Coronary Artery
Disease. Oxford Handbook of Cardiology, 1st Edition, 2006 Oxford University Press,
New York, 112-19.
Ross R. Nature 1993; 362: 801-809.
Sabrina, Ica DZ. 2013. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah: RERATA WAKTU
PENGGUNAAN MESIN CARDIOPULMONARY BYPASS PADA OPERASI
PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG
BULAN JANUARI 2011 – JANUARI 2013. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
Smith Sidney C., Allen Jerilyn, Blair Steven N., et al. AHA/ACC Guidelines for Secondary
Prevention for Patients With Coronary and Other Atherosclerotic Vascular Disease:
2006 Update: Endorsed by the National Heart Lung, and Blood Institute. Circulation
2006; 113; 2363-2372. Available at
http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/113/19/2363.
Smith Sidney C., Feldman Ted E., Hirshfield John W., et al. ACC/AHA/SCAI 2005 Guideline
Update for Percutaneus Coronary Intervention-Summary Article. A report of the
American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice
Guideline (ACC/AHA/SCAI Writing Committee to Update the 2001 Guidelines for
Percutaneus Coronary Intervention) Circulation 2006; 113: Available at: http://www.
circulationaha.org.
Sumiati, dkk. 2010. Penanganan Stress Pada Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: CV. Trans
Info Medika.Tribunkesehatan. 2016. “Penyakit Jantung Koroner Penyebab Kematian
Terbesar di Negara Berkembang Hingga Tahun 2020”. Akses pada
http://www.tribunnews.com/kesehatan/2016/03/30/penyakit-jantungkoroner-
penyebab-kematian-terbesar-di-negara-berkembang-hinggatahun-2020 [Jum'at, 01
April 2016].
Wood David. The Concept of Doctor Targets Based on Quality guidelines: Focus on blood
Pressure. The European society of Cardiology 2007. European Heart Journal
Supplement (2007) 9 (Supplement B), B29- B36

Anda mungkin juga menyukai