Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kelompok penyakit jantung yang terutama
disebabkan penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme
koroner, atau kombinasi dari keduanya. Secara statistik, angka kejadian penyakit jantung
koroner di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara berkembang
maupun negara maju. Di Amerika misalnya, sekitar 500.000 orang meninggal akibat
penyakit ini tiap tahunnya. Di Eropa, 40.000 dari 1 juta orang juga menderita penyakit
jantung koroner.
Di Indonesia, penyebab kematian mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit
kardiovaskular. Secara keseluruhan, jumlah kematian akibat PJK di seluruh dunia adalah
sekitar 15 juta per tahun atau 30% dari seluruh kematian dengan berbagai
sebab.Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pektoris.
Angina pektoris ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan sakit dada yang timbul
pada waktu melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan
bahwa telah terjadi > 70% penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat muncul
sebagai angina pektoris stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang
menjadi lebih berat dan menimbulkan sindroma koroner akut (SKA) atau yang dikenal
sebagai serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan kematian.
(American Heart Association (AHA).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan makalah ini adalah bagaimana
bisa ras dapat menjadi salah satu faktor penyebab angina pektoris
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Konsep Dasar Medik

1. Definisi

Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan
bersifat sementara atau reversibel.  (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993).

Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit
dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
berhenti.  (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)

Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa
tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis
Kardiovaskuler)

Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksismal nyeri atau perasaan tertekan di dada depan. (Brunner dan Suddart, 1997

Angina pectoris ialah keadaan di mana klien merasa sakit dada yang kuat akibat dari
penyakit jantung ischemic iaitu kekurangan pengaliran darah dan oksigen ke myocardium
jantung. (Angina bermaksud tercekik. Pectoris bermaksud dada).

Angina biasanya terjadi waktu latihan, stres emosi yang parah, atau setelah makan yang
berat. Selama periode-periode ini, otot jantung menuntut lebih banyak oksigen darah
daripada arteri-arteri yang menyempit dapat berikan. Angina secara khas berlangsung dari
1 sampai 15 menit dan dibebaskan dengan istirahat atau dengan menempatkan tablet
nitroglycerin dibawah lidah. Nitroglycerin mengendurkan pembuluh-pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah. Keduanya istirahat dan nitroglycerin mengurangi permintaan
otot jantung untuk oksigen, jadi membebaskan angina.
2. Patofisiologi

Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidak adekuatan suplay


oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas
perkembangan ateriosklerosis.Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang
paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei
koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung.Namun
apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak
dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.

Angina Pectoris Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No


(nitrat Oksida yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak
adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner
yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard
berkurang.Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila
belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas
berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang.Sel-sel miokardium menggunakan
glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini
menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri.
Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat
dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak
menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda. Sejumlah faktor
yang dapat menimbulkan nyeri angina:

 Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan


oksigen jantung.
 Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan
tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
 Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik
untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
 Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan
frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya
tekanan darah dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.

3. Alasan Ras Menjadi Salah Satu Faktor Penyebab Angina Pektoris

Risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung bervariasi antara orang-orang dari
latar belakang etnis yang berbeda.Orang dewasa yang tinggal di Amerika Serikat,
cenderung meninggal karena penyakit jantung daripada penyebab lainnya, terlepas dari ras
atau etnis mereka. Tapi, kelompok suku tertentu menghadapi risiko yang lebih besar
daripada yang lain.Perbedaan-perbedaan ini muncul dari peningkatan kejadian tekanan
darah tinggi dan angina pectoris di beberapa populasi suku bangsa tertentu dibandingkan
dengan yang terjadi pada orang kulit putih Amerika.

Perbedaan genetik memang ada. Meski demikian, masih agak sulit menemukan
penyebab langsung meningkatnya risiko suatu penyakit di kalangan etnis tertentu.
Pasalnya, masing-masing etnis memiliki keragaman genetik di dalam kelompoknya,
sehingga tidak dapat digeneralisasi untuk seluruh anggota etnis.

Banyak faktor yang saling terkait yang berkontribusi pada tingginya kejadian penyakit
jantung yang terlihat di antara beberapa kelompok. Pendapatan rendah, misalnya. Hal ini
memengaruhi di mana mereka tinggal, yang pada gilirannya memengaruhi akses mereka
terhadap makanan sehat, sarana olahraga dan kesehatan yang berkualitas.Sekarang ini,
tingkat kesejahteraan antara orang kulit hitam dengan kulit putih di A.S. sudah banyak
yang setara. Namun, ditemukan bahwa risiko penyakit jantung pada orang kulit hitam
Amerika (Afro-Amerika) lebih tinggi dari kulit putih.

Dr. Lewis mengatakan, hampir setengah orang Afro-Amerika memiliki penyakit


kardiovaskular dibandingkan dengan sekitar sepertiga populasi orang dewasa berkulit
putih. Perbedaan genetik yang menyebabkan Afro-Amerika cenderung mendapat tekanan
darah tinggi mungkin memainkan peran.
Sebuah laporan terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di A.S.
(CDC) menemukan bahwa meski menghadapi hambatan sosial ekonomi yang lebih buruk,
orang Hispanik berisiko 25% lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal karena
penyakit jantung dibandingkan kulit putih. Paradoks Hispanik ini masih belum bisa
dipahami dengan baik. Ada kemungkinan ini  disebabkan ketidakakuratan data jumlah
penderita jantung dan penyebab kematian mereka.

Risiko Asia

India, Cina, dan Filipina adalah yang kelompok terbesar ke-7 imigran di Amerika
Serikat. Di antara kelompok-kelompok ini, tingkat risiko penyakit jantung bervariasi. Asia
Selatan cenderung memiliki tingkat yang lebih tinggi memiliki gangguan koroner arteri.
Secara umum, orang-orang Asia Timur cenderung berisiko lebih rendah terhadap penyakit
jantung dibanding orang Amerika lainnya.Namun, anak-anak mereka yang mengadopsi
budaya Barat cenderung obesitas dan punya faktor risiko jantung lebih tinggi. "Harus
digarisbawahi bahwa gaya hidup  punya pengaruh besar terhadap kesehatan jantung."

Sementara kita  menerima perbedaan ras dapat memengaruhi risiko penyakit jantung,
kita juga harus sadar, bahwa pengaruh itu tidak sebesar pengaruh gaya hidup.Pola makan
minim lemak jenuh, rutin berolahraga, hindari rokok dan stres tetap jadi andalan untuk
menjaga jantung tetap sehat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa Angina Pektoris
merupakan nyeri dada sementara atau perasaan tertekan  didaerah jantung. atau nyeri dada
yang disebabkan oleh tidak adekuatnya aliran oksigen terhadap miokardium. Angina
Pektoris merupakan suatu penyakit berbahaya yang timbul karena penyempitan arteri yang
menyalurkan darah ke otot-otot jantung.

Hubungan faktor ras dapat menyebabkan angina pectoris meliputi banyak faktor yang
saling terkait dan berkontribusi pada tingginya kejadian penyakit jantung yang terlihat di
antara beberapa kelompok. Pendapatan rendah, misalnya. Hal ini memengaruhi di mana
mereka tinggal, yang pada gilirannya memengaruhi akses mereka terhadap makanan sehat,
sarana olahraga dan kesehatan yang berkualitas

Masih agak sulit menemukan penyebab langsung meningkatnya risiko suatu penyakit di
kalangan etnis tertentu. Pasalnya, masing-masing etnis memiliki keragaman genetik di
dalam kelompoknya, sehingga tidak dapat digeneralisasi untuk seluruh anggota etnis.

B. Saran
1. Mahasiswa diharapkan lebih memahami konsep dari penyakit angina pektoris sebagai
bahan dalam menerapkan asuhan keperawatan.
2. Mahasiswa harus mampu menyelidiki atau memberikan tanggapan luas mengenai
faktor penyebab angina pektoris.
DAFTAR PUSTAKA

Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayrit, Yakobus Siswadi, 2008, Seri Asuhan Keperawatan Kilen
Gangguan Kardiovaskuler, Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC, 2000.

Chung, EK, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Jakarta, EGC, 1996


RAS SEBAGAI FAKTOR PEMICU ANGINA PEKTORIS

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Keperawatan Bedah

Dosen Pengampu : dr.Lasmijan Simanjuntak,S.Kep,Ns,M.Biomed

Oleh :

Reyn Harrys H Sitorus


19081115002

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DARMA AGUNG
MEDAN
2019

Anda mungkin juga menyukai