Oleh :
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis
tubuh yang serius seperti perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar yang berat (syok
hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat
bakteri yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok
neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafilaktik).
Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguang kehilangan akut dari darah (syok
hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Penyebab
terjadinya syok hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar, muntah, dan trauma
maupun perdarahan karena obsetri.
Syok hipovolemik merupakan salah satu syok dengan angka kejadian yang paling
banyak dibandingkan syok lainnya. Syok hipovolemik pada umumnya terjadi pada
negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi karena salah satu penyebabnya adalah
kehilangan darah karena kecelakaan kendaraan. Sebanyak 500.000 pasien syok
hipovolemik pada wanita karena khasus perdarahan obsetri meninggal pertahunnya dan
99% terjadi pada negara berkembang. Sebagian besar penderita meninggal setelah
beberapa jam terjadi perdarahan karena tidak mendapat perlakuan yang tepat dan
adekuat.
B. Tujuan
1) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Syok Hipovolemik
2) Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat
BAB II
PEMBAHASAN
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran
ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen lebih dari 95%.
Katerisasi kandung kenving memudahkan penilaian urin akan adanya hematuria dan
evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urine. Darah pada uretra atau
prostad pada letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak tersentuh pada laki-laki merupakan
kontraindikasi mutlak bagi pemasangan keteter uretra sebelum ada konfirmasi
kardiografis tentang uretra yang utuh.
2) Sekunderi survey
Harus segera dapat akses kesistem pembulu darah. Ini paling baik dilakukan dengan
memasukkan dua kateter intravena ukuran besar (minimun 16 gaguage) sebelum
dipertimbangkan jalur vena sentral kecepatan aliran berbanding lurus dengan empat kali
radius kanul, dan berbanding terbalik dengan panjangnya (hukum poiseuille). Karena itu
lebih baik kateter pendek dan kaliber besar agar dapat memasukkan cairan terbesar
dengan cepat.
Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan bawah
atau pembulu darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkinkan pembuluh darah
periver, maka digunakan akses pembuluh sentral (vena-vena femuralis, jugularis atau
vena subklavia dengan kateter besar) dengan menggunakan tektik seldinger atau
melakukan vena seksi pada vena safena dikaki, tergantung tingkat ketrampilan dokternya.
Seringkali akses vena sentral didalam situasi gawat darurat tidak bisa dilaksanakan
dengan sempurna atau pu tidak seratus persen steril, karena itu bila keadaan penderita
sedah memungkinya, maka jalur vena sentral ini harus diubah atau diperbaiki. Juga harus
dipertimbangkan potensi untuk komplikasi yang serius sehubungan dengan usaha
penempatan kateter vena sentral, yaitu pneumo- atau hemotorak, pada penderita pada saat
itu mungkin sudah tidak stabil.
Pada anak-anak dibawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intra-osseus harus dicoba
sebelum menggunakan jalur vena sentral. Faktor penentu yang penting untuk memilih
prosedur atau caranya adalah pengalaman dan tingkat ketrampilan dokternya. Kalau
kateter intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan crossmatch,
pemerikasaan laboratorium yang sesuai, pemeriksaan toksikologi, dan tes kehamilan pada
wanita usia subur. Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan pada saat ini. Foto torak
haris diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau vena jugularis interna
untuk mengetahui posisinya dan penilaian kemungkinan terjadinya pneumo atau
hemotorak. Adapun pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain pada kulit, tekanan
darah, status jantung, status respirasi, status mental, dan fungsi ginjal(oliguri, anuria).
3) Tersieri survey
Yang dilakukan pada tersiery survey, antara lain:
1. Riwayat Kesehatan
2. Riwayat trauma (perdarahan)
3. Riwayat penyakit jantung
4. Riwayat penyakit infeksi
5. Riwayat pemakaian obat
6. Hasil laboratorium
7. Fungsi metabolic
Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal syok septic dijumpai
alkalosis metabolic)
1. Keseimbangan asam-basa
Pada awal syok PO2 dan PCO2 menurun (penurunan PCO2 karena takipnea,
penurunan PO2 karena adanya aliran pintas ke paru).
2. Terapi awal cairan
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini mengisi
intravaskuler dalam wakti singkat dan juga menstabilkan volume vaskuler dengan cara
menggantikan kehilangan cairan berikutnya kedalam ruang intersisial dan intraseluler.
Larutan Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan
kedua. Walaupun NaCL fisiologis merupakan pengganti cairan terbaik namun cairan ini
memiliki potensi untuk terjadinya asidosis hiperkloremik. Kemungkinan ini bertambah
besar bila fungi ginjalnya kurang baik.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru.
2. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan suplay darah ke jaringan.
3. Nyeri b/d penurunan suplai oksigen ke otak
4. Gangguan keseimbangan cairan b/d mual, muntah.
5. Gangguan pola eliminasi urine b/d Oliguria.
6. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai pengobatan.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
8. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan dyspnea
9. Nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh berhubungn dengan mual dan muntah,
penurunan pemasukan oral
10. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan
tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak
adekuat. Derajat syok ada 3 yaitu, syok ringan, syok sedang, dan syok berat. Tubuh
manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi utama
sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia
,penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit.
Jika syok terjadi bisa dilakukan primary survey dengan mengukur airway,
breathing, circulation, disability dan exposure. Diberikan posisi syok dan pengehentian
perdarahan jika diperlukan.