NIM : 20203012
Menyetujui,
NIDN
A. DEFENISI
Syok Hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah ,yang terjadi secara langsung
karena perdarahan hebat atau tidak langsung karena hilangnya cairan yang berasala dari
plasma( misalnya diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan).
B. ETIOLOGI
Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler,misalnya
terjadi pada:
1. Kehilangan darah atau syok hemoragik karean perdarahan yanag mengalir keluar tubuh
seperti hematoraks,rupture limpa,dan kehamilan ektopik terganggu.
2. Trauma yang breakibat fraktur tulang besar,dapat menampung kehilangan darah yang
besar, misalnya: fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur
femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.
3. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler,misalnya pada:
a. Gastrointestinal: peritonitis,pancreatitis,dan gastroenteritis.
b. Renal: terpai diuretic,krisis penyakit Addison,luka bakar( kombutsio) dan
anafilaksis.
C. PATOFISIOLOGI
Tahap-tahap syok:
Karena sifat-sifat khas dari syok sirkulasi dapat berubah pada berbagai derajat keseriusan,
menurut guyton syok di bagi dalam 3 tahap utama yaitu:
a. Tahap nonprogresif( atau tahap kompensasi), sehingga mekanisme kompensasi
sirkulasi normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan sempurna tanpa dibantu terapi
dari luar.
b. Tahap progresif,ketika syok menjadi semakin buruk sampai timbul kematian.
c. Tahap ireversibel, ketika syok telah jauh berkembang sedemikian rupa sehingga semua
bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi menolong penderita, meskipun pada
saat itu,orang tersebut masih hidup.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia,kondisi
premorbid,besarnya volime cairan yang hilang, dan lama berlangsungnya.kecepatan
kehilangan cairan tubuh merupakan factor kritis respon kompensasi.pasien muda dapat
dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang
vasokontriksinya dan takikardia.kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu
lambat,meskipun terjadi pada pasien usia lanjut,masih dapat ditolerir juga dibandingkan
kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. Apabila syok telah terjadi, tanda-
tandanya akan jelas.pada keadaan hipovolemia,penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan
tidak segera kembali dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah :
a. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu
berkaitan dengan berkurangnya perfusi jarinagan.
b. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon homeostasis
penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke homeostasis penting
untuk hipovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi
mengurangi asidosis jaringan.
c. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan
curah jantung,vasokontriksi perifer adalah factor yang esensial dalam mempertahankan
tekanan darah.autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri
turun tidak dibawah 70 mmHg.
d. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.oliguria pada
orang dewasa terjaadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pasien dengan hipotensi dan /atau kondisi tidak stabil harus pertama kali diresusitasi
secara adekuat. Penanganan ini lebih utama dari pada pemeriksaan radiologi dan
menjadi intervensi segera dan membawa pasien cepat ke ruang operasi.
b. Langkah diagnosis pasien dengan trauma,dan tanda serta gejala hipovolemia langsung
dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan.
c. Pasien truma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di
unit gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis.jika dicurigai
terjadi perdarahan gastrointestinal,sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric
lavage harus dilakukan.foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus
perforasi atau sindrom boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan ( biasanya setelah pasien
tertangani) untuk selanjutnya mencari sumber perdarahan.
d. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur.jika
pasien hamil dan sementara mengalami syok,konsultasi bedah dan ultrasonografi pelvis
harus segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut.syok
hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi.syok hipovolemik akibat
kehamilan ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negative jarang, namun
pernah dilaporkan.
e. Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos
dada awal,dapat dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi.atau CT-Scan
dada.
f. Jika dicurigai terjadi cedera abdomen,dapat dilakukan pemeriksaan FAST( focused
abdominal sonography for trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau
tidak stabil.CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang stabil.
g. Jika dicurigai fraktur tulang panjang,harus dilakukan pemeriksaan radiologi
F. KOMPLIKASI
a. Gagal jantung, gagal ginjal.
b. Kerusakan jaringan ARDS( Acute Respiratory Disstres Syndrom).
c. Kerusakan otot irreversible
d. Dehidrasi kronis
e. Multiple organ failure DIC( Disseminated Intravasculer Coagulation).
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah:
a. Memulihkan volume intravaskuler untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak
mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat.
b. Meredistribusi volume cairan dan
c. Memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
H. KONSEP DASR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data umum klien, berisi data-data umum tentang pasien misalnya nama,umur,jenis
kelamin,pekerjaan,alamat,tanggal masuk.
b. Pengkajian primer
1. Airway : kaji kepatenan jalan nafas klien,adanya sumbatan atau obstruksi,serta
kaji bunyi nafas tambahan.
2. Breathing : kaji pola nafas klien,frekuensi pernafasan, pergerakan dada
klien,bentuk dada, atau adanya bantuan pernafasan.
3. Circulation: kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji capillary
refill time( CRT).
4. Disability : kaji adanya penurunan tingkat kesadran,adanya gangguan
verbal,motorik dan sensorik serta reflex pupil.
c. Pengkajian skunder( NANDA)
1. Promosi kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alsan masuk rumah sakit, dan
riwayat keluhan utama klien,riwayat penyakit masa lalu,riwayat pengobatan
masa lalu, kemampuan mengontrol kesehatan,factor social ekonomi yang
berpengaruh terhadap kesehatan, riwayat pengobatan sekarang.
2. Nutrisi , melakukan pengkajian antropometri( tinggi badan,berat badan,lingkar
kepala,lingkar dada, lingkar lengan atas, indeks masa tubuh),biochemical( data
laboratorium yang abnormal), clinical( tanda-tanda klinis
integument,anemia),diet( meliputi jenis, frekuensi,nafsu terhadap makanan
yang diberikan selama di RS), energy( kemampuan beraktifitas selama
dirawat),factor( penyebab masalah), penilaian status gizi, pola asupan cairan,
jumlah intake dan output,penilain status cairan( balance cairan), pemeriksaan
abdomen.
3. Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih, pola
urine, distensi kandung kemih, system gastrointestinal( konstipasi dan factor
penyebab,pola eliminasi).
4. Aktivitas dana istirahat.mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas,respons
jantung,pulmonary repons,sirkulasi,riwayat hipertensi,kelainan katup,bedah
jantung,endokarditis,anemia,septic syok,bengkak pada kaki,asites,
takikardi,disritmia,atrial fibrilasi, premature ventricular contraction, bunti s3
gallop,adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolic,murmur,peningkatan
JVP, adanya nyeri dada, sianosis, pucat, ronchi, hepatomegali.
5. Persepsi dan kognisi, mengkaji orientasi klien,sensasi dan persepsi, kemampuan
komunikasi.
6. Persepsi diri
7. Peranan hubungan( role relationship) mengkaji pola interaksi dengan orang lain
atau kedekatan dengan anggota keluarga atau orang terdekat.
8. Seksualitas, mengkaji maslah identitas seksual, masalah atau disfungi seksual.
9. Mekanisme koping/ toleransi stress.
10. Nilai-nilai kepercayaan.
11. Keamanan, mengakji adanya alergi, penyakit autoimmune,tanda-tanda infeksi,
gangguan/komplikasi( akibat tirah baring, proses perawatan,jatuh,obat-obatan,
penatalaksanaan).
12. Kenyamanan , mengkaji adanya nyeri dirasakan( PQRST), rasa tidak nyaman
lainnya serta gejala-gejal yang menyertai.
13. Pertumbuhan dan perkembangan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan
makanan tidak adekuat,mual muntah.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya eksudat
dialveoli akibat edema paru.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kongesti
sistemik,kerusakan transport oksigen, hipervolemia,hipoventilasi, gangguan aliran
atreri, gangguan aliran vena.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi, perubahan membrane kapiler alveoli karena danya penumpukan cairan di
rongga paru.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan/tahanan.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan imobilitas.
g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang
informasi.
h. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit, ancaman atau perubahan pada status
kesehatan.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafs berhubungan dengan adanya eksudat di alveoli
akibat edema paru.
Criteria hasil:
1. Bernapas dengan mudh dan tanpa dispnea
2. Menunjukan kapasitas ventilasi yang membaik.
3. Melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi:
1. Instruksikan dan /atau awasi latihan pernapasan dan pernapasan terkontrol.
Rasional: untuk meningkatkan pernapasan disfragmatik yang tepat, ekspansi
sisi,dan perbaikan mobilitas dinding dada.
2. Instruksikan pasien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk.
Rasional: batuk yang tidak terkontrol melelehkan dan inefektif dapat
menimbulkan frustasi.
3. Observasi TTV
Rasional : mengetahui kedaan umum pasien.
4. Dorong postur tubuh yang baik untuk ekspansi paru maksimum.
Rasional : aktivitas yang dapat ditolerasni agar tidak memperberat kondisi
klien.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan
makanann tidak adekuat,mual muntah
Criteria hasil:
1. Status gizi: asupan gizi: keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya.
2. Selera makan: keinginan untuk makan dalam keadaan sakit atau sedang
menjalani pengobatan.
Intervensi:
1. Manajemen nutrisi: membantu atau menyediakan asupan makanan dan
cairan diet seimbang.
Aktivitas keperawatan:
- Ketahui makanan kesukaan pasien
Rasional: makanan kesukaaan biasanya meningkatkan selera makan.
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
Rasional: kandungan nutrisi yang tepat untuk meningkatkan enrgi klien
beraktivitas.
- Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.
Rasional: agar klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan energy
secara mandiri.
- Kolaborasi dengan ahli gizi( jika perlu) jumlah kalori dan jenis zat yang
dibutuhkan.
Rasional: pemenuhan nutrisi klien secara tepat melalui gizi klinik.
TRIAGE : Merah
GENERAL IMPRESSION
A. PRIMER SURVEY
BREATHING: Frekuensi nafas 26x/ menit,pernapasan cepat,dangkal ,suara nafas wheezing, hasil
rontgen pembesaran jantung( kardiomegali),
B. SECONDERY SURVEY
3. Dada:
Inspeksi : simetris kiri kanan
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : terdengar sonor
Auskultasi: terdengar vesikuler.
4. Abdomen:
Inspeksi : tidak asites,tidak ada lesi
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : tympani
Auskultasi: bising usus 10x/ menit.:
5. Ektremitas Atas/Bawah:
a. Ekstemitas atas
Inspeksi: Terpasang infus,tidak ada pembengkakan,tidak ada luka.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Ekstremitas Bawah: tidak ada pembengkakan,tidak ada luka dan tidak ada rasa sakit di
tekan.
6. Punggung :
Inspeksi : tidak ada pembengkakan,tidak ada luka
Palpasi : tidak ada rasa sakit saat di tekan.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen
2. AGD
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
TanggalPengkajian: 09/02/2021
Jam: 13.00
Nama: Eufrasia Ganur
RESUME TINDAKAN KEPERAWATAN( SOP)
1. Pemberian Oksigen
a. Defenisi
Pemberian oksigenasi adalah memberikan tambahan oksigen pada klien yang
membutuhkan.
b. Tujuan
1. Kanul
Untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi relative rendah saat kebutuhan
oksigen minimal.
c. Alat Dan Bahan Pemberian Oksigen Nasal Kanul
1. Tabung oksigen (O2) lengkap dengan manometer
2. Pengukur aliran flow meter dan humidifier
3. Kanul nasal.
4. Selang oksigen.
5. Plester / pita.
6. Plester / pita
1) Bantu klien pada posisi semi fowler jika memungkinkan, untuk memberikan
kemudahan ekspansi dada dan pernafasan lebih mudah.
2) Pasang peralatan oksigen dan humidifier.
3) Nyalakan oksigen dengan aliran sesuai advis.
4) Periksa aliran oksigen pada selang.
5) Sambung nasal kanul dengan selang oksigen.
6) Pasang nasal kanul pada hidung.
7) Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan selang serta kaitkan
dibelakang telinga atau mengelilingi kepala. Yakinkan kanul masuk lubang hidung
dan tidak ke jaringan hidung.
8) Plester kanul pada sisi wajah, selipkan kasa di bawah selang pada tulang pipi
untuk mencegah iritasi.
9) Kaji respon klien terhadap oksigen dalam 15-30 menit, seperti warna, pernafasan,
gerakan dada, ketidaknyamanan dan sebagainya.
10) Periksa aliran dan air dalam humidifier dalam 30 menit.
11) Kaji klien secara berkala untuk mengetahui tanda klinik hypoxia, takhikardi,
cemas, gelisah, dyspnoe dan sianosis.
12) Kaji iritasi hidung klien. Beri air / cairan pelumas sesuai kebutuhan untuk
melemaskan mukosa membran.
13) Catat permulaan terapi dan pengkajian data.
d. Tahap terminasi :
e. Tahap Dokumentasi:
1. Mencatat tindakan yang sudah di lakukan.
2. tanggal dan waktu pelaksanaan
A. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Umur : 47 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Petani Diagnosa Medis : CKB
Alamat : Cibal Sumber informasi : Keluarga
Triage : Merah
B. GENERAL IMPRESSION
1. Keluhan Utama : Keluarga klien mengatakan klien mengalami penurunan kesadaran
setelah kejadian lalu lintas
2. Mekanisme Cedera : keluarga klien mengatakan pada saat kecelakaan berlangsung klien
mengalami benturan keras pada daerah kepala dan setelah kejadian berlangsung klien
langsung tidak sadarkan diri
3. Riwayat kesehatan : keluarga klien mengatakan sebelumnya klien tidak mengalami
masalah seperti yang dialami klien saat ini
4. Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : tidak baik (klien tidak sadarkan diri)
C. PRIMER SURVEY
1. Airway
Jalan Nafas : Tidak Paten
Obstruksi : Darah
Suara Nafas : stridor, gurgling
Keluhan Lain : darah terperangkap di dalam mulut lain
2. BREATHING
Gerakan dada : tampak asimetris
Irama Nafas : Cepat
Pola Nafas : Tidak Teratur
Retraksi otot dada : Ada
Sesak Nafas : Ada RR : 32 x/mnt
Keluhan Lain : tidak terdapat keluhan
3. CIRCULATION
Nadi : Teraba
Sianosis : Tidak
CRT : < 2 detik
Pendarahan : tidak ada
Keluhan Lain : tidak terdapat keluhan lain
4. DISABILITY
Respon : Alert
Kesadaran : koma
GCS : skala 3
Pupil : anisokor
Refleks Cahaya : terdapat refleks cahaya
Keluhan Lain : tidak terdapat keluhan lain
5. EXPOSURE
Terdapat luka pada daerah mata dan pipi sebelah kanan, luka 3 cm di kepala belakang
sebelah kanan.
D. SECONDARY SURVEY
1. ANAMNESA
a) Riwayat Penyakit Saat Ini : Keluarga klien mengatakan, klien tidak sadarkan diri ± 2
jam sebelum masuk rumah sakit karena kecelakaan lalu lintas yang ditabrak oleh
motor di jalan, keluarga mengatakan keadaan klien muntah-muntah dengan
mengeluarkan cairan darah konsistensi cair pekat. Lalu klien segera dibawah ke RSUD
dr. Ben Boi Ruteng untuk mendapatkan pertolongan.
b) Alergi : keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat alergi baik makanan, minuman,
obat maupun udara
c) Medikasi : keluarga klien mengatakan sebelumnya tidak mengalami pengobatan
seperti yang dialaminya sekarang
d) Riwayat Penyakit Sebelumnya : keluarga klien mengatakan tidak mengalami penyakit
atau masalah seperti yang dialami sekarang karena pasien hanya mengalami batuk flu
Makan Minum Terakhir : keluarga klien mengatakan makan 3x dalam sehari dengan
menghabiskan 1 porsi makan (nasi, sayur dan lauk) dan klien menghabiskan 6-8 gelas air
putih sehari.
e) Even/Peristiwa Penyebab : kecelakaan lalu lintas
f) Tanda Vital :
BP : 100/60 mmHg
N : 120 x/menit
S: 35,8 0 c
RR : 32 x/menit
SPO2 : 79%
2. PEMERIKSAAN FISIK
a) Kepala dan Leher
Inspeksi : bentuk kepala asimetris, tampak bengkak, echymosis, terdapat luka dengan
ukuran 3 cm di kepala kanan bagian belakang, Pada leher tidak luka atau edema.
Palpasi : kepala terdapat nyeri tekan dan pada leher terjadi pembesaran kelenjar
b) Dada :
Inspeksi : bentuk dada tampak simetris, tidak terdapat lesi atau luka, terdapat retraksi
dinding dada
Palpasi : tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar suara nafas tambahan (ronchi dan gurgling)
c) Abdomen :
Inspeksi : tampak simetris, terdapat laserasi atau jejas
Auskultasi : peristaltik usus 12 x/menit
Palpasi : tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : suara timpani disetiap 4 kuadran
d) Pelvis :
Inspeksi : tidak dikaji
Palpasi : tidak dikaji
e) Ektremitas Atas/Bawah :
Inspeksi : terdapat jejas atau luka lecet pada tangan kanan, terdapat keterbatasan gerak
pada tangan kanan.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada kedua ekstermitas dan tidak terdapat fraktur
f) Punggung :
Inspeksi : tidak terdapat lesi atau bekas luka
Palpasi : tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
g) Neurologis :
Tidak terdapat masalah pada persyarafan klien
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas darah
2. CT-scan
3. M-RI
4. X-Ray
5. Cerebral Angiography
6. CSF, Lumbal Punksi
7. ABGs
8. Kadar Elektrolit
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan trauma
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama masa perawatan diharapkan
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal (TD, nadi, ritme normal, nadi
perifer kuat)
melakukan aktivitas tanpa dispnea dan nyeri
edema ekstremitas berkurang
perfusi perifer adekuat
Intervensi :
a. Observasi
Monitor tanda-tanda vital : bunyi, fkekuensi, dan irama jantung. irama
jantung.
Kaji keadaan kulit (pucat, sianois)
Kaji perubahan pola sensori
Pantau dan catat adanya letargi dan cemas
Catat urine output
b. Mandiri
Posiskan pasien supinasi dengan elevasi 30 derajat dan elevasi kaki
Lakukan pemasangan EKG 12 lead
Ciptakan lingkungan ruangan yang kondusif dan nyaman untuk istirahat
Batasi pengunjung
c. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oksigen
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
Implementasi :
Mengkaji tanda vital : bunyi, fkekuensi, dan irama jantung. irama jantung.
Mengkaji keadaan kulit (pucat, sianois)
Melakukan pemasangan EKG 12 lead
Mencatat urine output
Memposiskan pasien supinasi dengan elevasi 30 derajat dan elevasi kaki
Mengkaji perubahan pola sensori
Mencatat adanya letargi dan cemas
Menciptakan lingkungan ruangan yang kondusif dan nyaman untuk
istirahat
Membatasi pengunjung
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oksigen
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemerian terapi obat
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama masa perawatan diharapkan
masalah bersihan jalan napas tidak efektif dapat diatasi dengan kriteria hasil :
a. Respiratory status : Ventilation
b. Respiratory status : Airway patency
c. Aspiration Control
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat
jalan nafas
Intervensi :
a. Observasi
Monitor adanya tanda-tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap status oksigen
Monitor respirasi dan status O2
a. Mandiri
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (semi fowler)
Pertahankan jalan napas yang paten
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Lakukan suction pada jalan napas secara berkala
Ajarkan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
Atur intake dan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
b. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi 02
Implementasi :
Memonitor adanya tanda-tanda hipoventilasi
Memonitor adanya kecemasan pasien terhadap status oksigen
Memonitor respirasi dan status O2
Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (semi fowler)
Memertahankan jalan napas yang paten
Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Membuka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
Melakukan suction pada jalan napas secara berkala
Mengajarkan bagaimana cara melakukan batuk efektif
mengatur intake dan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat terapi 02
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan berhubungan dengan hiperventilasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakana keperawatan selama masa perawatan diharapkan
masalah ketidakefektifan pola napas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Pola napas dalam batas normal (16-20x/menit)
Irama napas teratur
Tidak adanya otot bantu pernapasan
Tidak adanya sekret dan batuk darah
Intervensi :
a. Observasi
Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas.
Monitor suara tambahan seperti ngorok atau mengi
Monitor tanda-tanda vital
b. Mandiri
Atur posisi klien (semi fowler)
Anjurkan tekhnik relaksasi napas dalam
Pertahankan kepatenan jalan napas.
Auskultasi suara napas, catat dimana area terjadi penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan keberadaan suara napas tambahan
c. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi 02
Implementasi :
Memonitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas.
Memonitor suara tambahan seperti ngorok atau mengi
Memonitor tanda-tanda vital
Mengtur posisi klien (semi fowler)
Menganjurkan tekhnik relaksasi napas dalam
Mempertahankan kepatenan jalan napas.
Mengauskultasi suara napas, catat dimana area terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara napas tambahan
Berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi obat dan 02
4. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik : trauma
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama masa perawatan di harapkan
masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Mengenali kapan nyeri terjadi dari kadang-kadang ditunjukkan (skala 3) menjadi
secara konsisten menunjukkan (skala 5)
Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesic dari tidak pernah
menunjukkan (skala 1) menjadi sering menunjukkan (skala 4)
Melaporkan nyeri yang terkontrol dari kadangkadang ditunjukkan (skala 3)
menjadi secara konsisten menunjukkan (skala 5)
Intervensi :
a. Observasi
Monitor respon klien terhadap nyeri
b. Mandiri
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus
Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu
relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri
Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi nafas dalam,
hipnoterapi, murotal)
c. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgesik
Implementasi :
Memonitor respon klien terhadap nyeri
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus
Memberikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat
membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri
Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi nafas dalam,
hipnoterapi, murotal)
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
CRITICAL APPRAISAL KELOMPOK II B
Peneliti :Sandhi Christanto, Sri Rahardjo, Bambang Suryono, Siti Chasnak Saleh)
TahunTerbit : 2015
ARTIKEL KELOMPOK
Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif rumah Sakit Mitra Keluarga Sidoarjo,
*)
Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada-
**)
Abstrak
Cedera kepala traumatik merupakan masalah kesehatan serius karena merupakan pemicu
kematian di seluruh dunia. Sekitar 1–1,5 juta jiwa di Eropa dan Amerika Serikat mengalami
cedera kepala tiap tahunnya. Perdarahan subdural akut (PSDA) adalah salah satu kelainan
yang menyertai cedera kepala berat. Insidennya mencapai 12– 30% dari pasien yang masuk
dengan cedera kepala berat. PSDA merupakan tantangan yang berat karena angka morbiditas
dan mortalitasnya yang tinggi (55–70%). Waktu antara trauma dan evakuasi perdarahan
merupakan faktor paling penting dalam menentukan luaran pasien dengan PSDA. Interval
waktu evakuasi lebih dari empat jam pascatrauma meningkatkan angka kematian sampai 85%
dibandingkan bila dilakukan dibawah empat jam (30%). Disamping itu, penundaan tindakan
evakuasi bekuan darah menambah pelik permasalahan yang ada. Laki- laki 29 tahun, 75 kg
diagnosa cedera kepala berat, perdarahan subdural akut fronto-temporo-parietal kiri, dan
direncanakan evakuasi hematoma segera. Setelah stabilisasi didapatkan jalan napas potensial
obstruksi, tekanan darah 160–170/90 mmHg, laju nadi 65–70 x/menit irregular, GCS 1–1–2 ,
pupil anisokor 3mm/4mm, hemiparese kanan. Pasien diintubasi, pernapasan di kontrol dan
dirawat sementara di ICU karena penundaan evakuasi hematoma. Operasi dilakukan setelah 7
jam pasca pasien tidak sadar. Interval waktu evakuasi lebih dari empat jam pascatrauma
menyebabkan peningkatan angka kematian sampai 85% dibandingkan bila dilakukan dibawah
empat jam (30%). Beberapa cara dapat dilakukan selama waktu penundaan evakuasi untuk
mencegah herniasi sehingga klinisi memiliki harapan dalam pengelolaan PSDA yang
mengalami penundaan evakuasi. Tujuan dari laporan kasus ini adalah membahas tindakan-
tindakan tersebut dengan harapan mendapat masukan sehingga pengelolaan pasien cedera
kepala dengan PSDA menjadi lebih baik
JNI 2015;4(3):
177–86