Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“MELENA”

Oleh:
NURFADILLAH
BT21017

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARITOJA


WATAMPONE
2022
I .Konsep MEDIK

A. Definisi
Melena adalah tinja hitam karena darah dalam saluran cerna yang menjadi
hitam dibawah pengaruh asam klorida lambung, lalu dikeluarkan pada
hajat besar atau dimuntahkan. Hematemesis adalah muntah darah yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran pencernaan bagian atas.
Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak
antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan,
sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan
bergumpal-gumpal.
Hematemesis (muntah darah) dan melena adalah pengeluaran feses atau
tinja yang berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran cerna bagian atas (diatas ligamentum teres hepatis). Melena dapat
terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis (Nurarif &
Kusuma, 2015).
B. Etiologi
Hematemesis melena terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal
jejunum. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru
dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama
hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga
besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Etiologinya adalah :
a. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.
b. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum,
keganasan dan lain-lain.
c. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular
coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.
d. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
e. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.
(Nurarif & Kusuma, 2015).

C. Patofisiologi

a. Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena
jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan
(asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan
dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang
rusak tidak dapat mensekresi mucus yang cukup bertindak sebagai
barier terhadap asam klorida.
b. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa :
1) Fase sefalik yaitu : fase yang dimulai dengan rangsangan seperti
pandangan, baau, atau rasa makanan yng bekerja pada reseptorkortikal
serebral yng paada gilirannya merangsang sarafvagal
2) Fase lambung, yaitu : pada fase lambung dilepaskan asam lambung
dilepaskan sebagaiiakibat dri rangsangan kimiawi dan mekanis
terhadap resptor di dinding lambung, dan
3) Fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan
hormon yng pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
c. Barier mukosa lambung
Merupakan pertahanan utama lambung tehdp pencernaan yng
dilakukan lambung ituusendiri. Faktor lain yang mempengaruhi
pertahanan mukosa adlh suplaidaraah , keseimbangan asamm basa,
integritasselmukosaa dan regenersiseelepiitel.
Seseorang mungkin akan mengalami ulkusbpeptikum karena satu dari
dua faktor ini, yaitu :
1) Hiper breksekresi asam lambung
2) Kelemahan barier mukosa lambung.Apapun yang menurunkan
produksi mucus lambung atau merusak mukosa lambung adalah
ulserogenik ; salisilat, obat anti inflamasi non steroid, alcohol dan obat
antiinflamasi
d. Sindrom Zollinger-Ellison
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan : hipersekresi getah
lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas.
e. Ulkus Stres
Merupakan istiilah yng diberikan pad ulserasii mukosall akut dar
duodenal atau arealambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress
secara fisiologis. Kejadian stress misalnya ; luka bakar, syok, sepsis
berat dan trauma organ multipel
(Nurarif, Amin dkk. 2015 )

D.Manifestasi Klinik

Menurut (Nurarif, Amin dkk. 2015) Gejala terjadi akibat perubahan


morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi dari
pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut :
a. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual,
muntah dan diare.
b. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
c. Ascites, hidratonaks dan edemo.
d. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau
kecoklatan.
e. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis.
Bila secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana
demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam
keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan
koma hepatikum.
f. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput
medusa, wasir dan varises esofagus.
g. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme
yaitu: Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila
dan pubis. Amenore, hiperpigmentasi areola mamae, Eritema dan
hiperpigmentasi.

Normal HB ( Hemoglobin )

Untuk laki – laki dewasa kadar Hb normal berkisar


14 – 18 g / dl ( gram per desiliter ) sedankan untuk wanita
dewasa berkisar 12 – 16 g / dl

E. Komplikasi

a. Syok hipolemik

Di sebut juga dengan syok preload yang di tandai dengan menurunnya volume
intravaskuler oleh karena pendarahan. Dapat terjadi karena kehilangan cairan
tubuh yang lain. Menurunnnya intravaskuler menyebabkan penurunan penurunan
intraventikel. Pada klien dengan shok berat, volume plasma dapat berkurang
sampai lebih dari 30% dan berlansung selama 24-28 jam.

b. Gagal ginjal akut

Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik untuk mencegah
gagal ginjal maka, setelah syock di obati dengan menggantikan bolume
intravaskuler.

c. Penurunan kesadaran

Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran.


d. Ensefalopati

Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam dara.
Racun – racun tidak di buang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan
fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat – zat racun di dalam darah, yang
dalam keadaaan normal di buang hati. ( Nurarif, Amin dkk, 2015 )

F.Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium
1) Darah : Hb menurun / rendah
2) SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran
dari sel yang mengalami kerusakan
3) Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang.
4) Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik
dan pembatasan garam dalam diet.
5) Peninggian kadar gula darah.
6) Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti
HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll
b. Radiologi
1) USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali, acites.
2) Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
3) Angiografi untuk pengukuran vena portal.

G. Penatalaksanaan Medik
Pengobatan penderita perdarahan saluran cerna bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan
pengawasan dan pertolongan ang lebih baik. Pengobatan meliputi
(Nurarif, Amin dkk. 2015) :
a. Tirah baring.
b. Diit makanan lunak.
c. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah.
d. Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan luas.
e. Pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi.
f. Pengawasan terhadap Tekanan darah, nadi dan kesadaran bila perlu
pasang CVP.
g. Pertahankan kadar Hb 50-70 % nilai normal.
h. Pemberian obat hemostatik seperti Vit K 4 x 10mg/ hr, antasida,
karbosokrom dan golongan H2 reseptor antagonis.
i. Dilakukan klisma dengan air biasa dan pemberian antibiotik yang
tidak diserap usus.

II .KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MELENA

A. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam
pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang
diagnosa. Data tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan
dalam tahap berikutnya, meliputi nama pasien, umur, keluhan utama.
a. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah
yang datang secara tiba-tiba.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan pasien adalah muntah darah atau berak darah yang datang
secara tiba-tiba.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis,
sirosis hepatitis, hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran
pencernaan bagian atas, riwayat penyakit darah (misal : DM),
riwayat penggunaan obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup
(alkoholisme, gaya hidup / kebiasaan makan).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai
kebiasaan makan yang dapat memicu terjadinya hematemesis melena,
maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
e. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pasien mempunyai kebiasaan alkoholisme,
pengunaan obat-obat ulserogenik
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual,
muntah, kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi
harus daam bentuk makanan yang lunak yang mudah dicerna.

3) Pola aktivitas dan latihan


Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein
(hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada
pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivitas
sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti
bekerja
4) Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pda
BAB terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses
menjadi hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada
BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.
5) Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi
kurus, perut membesar karena ascites dan kulit mengering,
bersisik agak kehitaman.
6) Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi
hambatan dalam menjalankan perannya seperti semula.
7) Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon,
androgen dan estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat
menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila terjadi pada
wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat
terjadi aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien
sebagai pasangan suami dan istri.
8) Pola penaggulangan stres
Biasanya pasien dengan koping stres yang baik, maka dapat
mengatasi masalahnya namun sebaliknya bagi pasien yang tidak
bagus kopingnya maka pasien dapat destruktif lingkungan
sekitarnya.

9.) Pola tata nilai dan kepercayaa

Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.

f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah. RR pasien akan terjadi sesak,
takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan hipoksia,
ascites.
2) Thorax
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker
(malfungsi hati menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi
jantung (S3, S4).
3) Abdomen
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus
perifer. Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali,
splenomegali. asites), penurunan / tak adanya bising usus, feses
warna tanah liat, melena, urin gelap pekat, diare /konstipasi.
4) Pemeriksaan neurologis
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi,
koma, bicara lambat tak jelas.

a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen


b. Defisit kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk memproses (mencerna) makanan
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prignosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang informasi.
B. Rencana Tindakan / Intervensi
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan


yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang di
perlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan di lakukan dan diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan bahwa
implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah di
tetapkan sebelumnya implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

D. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan


untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
kearah pencapaian tujuan. Dari 5 diagnosa yang di tegakkan sesuai dengan apa
yang penulis temukan dalam studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan
kurang lebih sudah tercapai pekembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari
itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal
memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan
tim kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Amin Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi revisi Jilid 1,
Mediaction, Jogjakarta.

Tim pokja, SIKI DPP PPNI 2018, Standar intervensi Keperawatan Indonesia
( SIKI ) Edisi 1 Cetakan 2, Jakarta: Dewan pengurus Pusat PPNI

Tim pokja SLKI DPP PPNI 2019, Standar Luaran keperawatan Indonesia ( SIKI
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan pengurus pusat PPNI.

Pathway / Penyimpangan KDM

Zat Kimia, Obat-obatan golongan NSAID, Alkohol

Kelainan di esofagus (varises), lambung, pembesaran limfe, asites

Masuk lambung

Erosi mukosa lambung

Mual, Muntah, Anoreksia, Perdarahan,

Hematemesis Melena
Vol Intravaskuler Merangsang nosi Intake Nutrisi
reseptor
menurun hipotalamus menurun

Penurunan
Cepat lelah Distensi
Hb Nutrisi kurang dari
abdomen kebutuhan tubuh
Transport O2
menurun Nyeri akut
Kurang informasi
Cepat lelah

Ansietas
Intoleransi
Aktivitas

Kurang Volume Resiko syok


cairan

Penurunan Ketidakefektifan
Sesak pola napas
ekspansi paru

Anda mungkin juga menyukai