TINJAUAN TEORI
Hematemesis adalah dimuntahkanya darah dari luar mulut, darah berasal dari saluran
cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan (epitaksis, hemoptysis, ekstrasi
gigi, tonsilektomi). Tergantung pada lamanya kontak dengan asam lambung, darah
dapat berwana merah, coklat, atau hitam. Biasanya tercampur sisa makanan dan
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran
cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang
Melena adalah keluarnya tinja hitam, seperti teh yang terjadi sekunder akibat
perdarahan saluran cerna dengan waktu transit intestinal yang mungkin perdarahan
hemoglobin, tinja yang berwarna hitam seperti teh dapat disebabkan oleh zat besi
yang dimakan, licorice, atau bismut, tetapi hasilnya tinja negatif (Robert L, 2007).
2.1.2. Etiologi
erosice atau ulseralis (mengkonsusmsi alcohol dalam jumlah besar, obat-obatan yang
9
10
yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebgai berikut :
a. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare.
e. Hepatomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis. Bila secara
klinis didapati demam, icterus dan asites, dimana demam bukan oleh sebab-sebab
lain, ditambahka sirosis dalam keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya
4) Hiperpigmentasi.
2.1.4 Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta, sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen anterior
yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah sirkulasi splenik
menjauhin hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut
menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises. Varises
tanda-tanda dan gejala utama yang terlihat saat pengkajian awal. Pada melena dalam
perjalanan melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam
disebabkan oleh HCL lambung pepsin, dan warna hitam ini karena adanya pigmen
porfirin. Kadang pada perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus/colon
Darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna
sekitar 6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam, paling sedikit perdarahan
sebanyak 50-100 cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam
seperti ter selama 48-72 jam setelah perdarahan berhenti, ini bukan berarti keluarnya
yang bersembunyi terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah periode perdarahan
a. Anamnesis
Pemeriksaan fisik dan laboratorium dilakukan anamnesis yang teliti dan bila keadaan
Perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esophagus
tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan gejala
hematemesis timbul secara mendadak. Dari hasil anamnesis sudah dapat diperkirakan
jumlah perdarahan yang keluar dengan memakai takaran praktis seperti beberapa
b. Pemeriksaan fisik
Penderita perdarahan saluran cerna bagian atas yang perlu diperhatikan adalah
keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-tanda anemia dan gejala-gejala
hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaa yang lebioh serius seperti adanya
rejatan atau kegagalan fungsi hati. Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi portal
dan serosis hepatis, seperti spider nevi, ginekomasti, eritema Palmaris, caput
darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk
c. Pemeriksaan radiologic
d. Pemeriksaan endoskopik
menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber
pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsy untuk pemeriksaan
sitopatologi. Pada perdarahan saluran makanan bagian atas yang sedang berlangsung,
pemeriksaan endoskopi dapat dilakukan secara darurat atau sedini mungkin setelah
hematemesis berhenti.
Pemeriksaan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati kronik
seperti serosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran cerna bagian
atas.
2.1.6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien hematemesis melena adalah koma hepatic (suatu
hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan
darah menurun), aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang
masuk saluran nafas), anemi posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak dan
2.1.7. Penatalaksanaan
setiap penderita dengan perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) dalam
a. Tindakan umum
penderita akibat kehilangan cairan atau syok. Yaitu infuse dekstrose 5% atau ringer
laktat NaCl 0,9% dan transfusi whole blood atau packet red cell.
perdarahan berhenti.
4. Diet
Dianjurkan puasa jika perdarahan belum berhenti. Dan penderita mendapat nutrisi
secara parentral total sampai perdarahan berhenti. Jika perdarahan berhenti, diet bias
dimulai dengan diet cair HI/LI . selanjutnya secara bertahap diet beralih ke makanan
padata.
Tujuan pemasangan pipa naso adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage (kumbah
lambung).
15
6. Medikamentosa
Antasida cair, untuk menetralkan asam lambung. Injeksi simetidin atau injeksi
Injeksi trineksamic acid, jika ada peningkatan aktifitas fibrinolisin. Injeksi vitamin K,
jika ada tanda-tanda sirosis hati. Seterilisasi usus dengan laktulosa oral serta clisma
tinggi, jika ada tanda-tanda sirosis hati, ditambahkan neomycin atau kanamycin.
b. Tindakan khusus
Tindakan khusus ini ditunjukkan pada penyebab perdarahan yang dapat dibagi atas
dua penyebab, yaitu karena pecahnya varises esophagus daan bukan karena varises
4. Selain obat-obat di atas, mengurangi rasa sakit atau pedih dapat diberikan
Bila tata cara tersebut setelah 72 jam pengobatan konservatif tidak berhasil, dan
2.1.8. Pembedahan
bila :
3. Perdarahan belum juga berhenti selama 3 x 24 jam sejak di rawat, walaupun hanya
sedikit-sedikit.
perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan oleh pecahnya varises
Pipa ini dimasukan melalui hidung kedalam lambung, sebelumnya penderita dapat
diberikan petidin 5-20 mg iv/ im. Setelah mencapai lambung, dipompakan udara
lambung dan sebuah balon silindrik yang berfungsi menekan dinding esofagus.
Lumen ke-3 berfungsi untuk aspirasi isi lambung atau memasukan obat-obatan.
Komplikasi tindakan ini antra lain perdarahan ulang, erosi esofagus, ,sumbatan jalan
1. Transeksi esofagus atau reseksi lambung dengan atau tanpa alat anastomosis
boerema.
(purwadianto,agus : 106,2000)
17
2.2.1 Pengkajian
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari pasien guna mengetahui
a. Anamnese
1) Identitas
Bisa menyerang siapa saja tidak membedakan umur mupun jenis kelamin
2) Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah yang datang
secara tiba-tiba.
keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara tiba-
tiba.
hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian atas, riwayat penyakit
darah (misal : DM), riwayat penggunaan obat ulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup
5) Data psikososial
Biasanya pada kasus ini pasien mengalami gelisah, cemas dn ketakutan tentang
Terjadi perubahan karena adanya keluhan klien berupa mual, muntah, kembung, dan
nafsu makan menurun dan intake nutrisi harus dalam bentuk makanan yang lunak dan
mudah dicerna.
3) Pola aktivitas
menyebabkan keluhan subjektif pada pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan,
sehingga aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti
bekerja.
4) Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan, baik BAK maupun BAB. Pada BAB mengalami
konstipasi atau diare, perubahan warna feses menjadi hitam seperti petis, konsistensi
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi kurus, perut
Dengan adanya perawatan akan terjadi hambatan dalam menjalankan peranya seperti
semula.
19
7) Pola reproduksi
Bila terjadi pada laki-laki dapat menyebabkan penruna libido dan impotensi. Dan bila
terjadi pada wanita menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi atau dapat terjadi
aminore.
Biasanya klien dengan kopinng stress yang baik, maka dapat mengatasi masalanya
namun sebaliknya bagi klien yang tidak bagus kopingnya maka klien dapat destruktif
lingkungan sekitarnya.
9) Pola kepercayaan
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien hematemesis melena akan terjadi ketidak seimbangan nutrisi
akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan / tidak dapat mencerna, mual, muntah,
kembung.
2) Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan hipoksia,
ascites.
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem gastrointestinal.
5) Sistem geniturianaria/eliminasi
adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin gelap pekat, diare / konstipas.
2.2.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau
(carpenito, 2007)
Rasional : muntah dan berak yang terus menerus mengakibat hemoglobin menurun,
ekspansi paru.
Rasional : mual-muntah, anoreksia menyebabkan perasaan yang tidak enak dan [enuh
pada lambung.
penyakitnnya.
Rasional : muntah berak darah yang terus menerus menyebabkan kehilangan nutrisi
yang dibtukan tubuh untuk memproses energi yang dibutuhkan oleh tubuh.
2.2.3 Intervensi
tentang kekuatan dan kelemahan dari pasien, nilai dan kepercayaan pasien, batasan
2006 : 117)
tidak terjadi syok hipovolemik, Kriteria Hasil : Perdrahan berkurang / berhenti, nadi
teratur dan pengisian kuat (60 – 100 x/mnt), tekanan darah menurun kurang dari
menit. Rasional : Deteksi dini terhadap perubahan kondisi pasien sehingga dapat
menentukan tindakan yang lebih tepat. 2) Bila ada tanda-tanda syok hipovolemik beri
posisi kepala lebih rendah dari kaki. Rasional : Mencegah terjadinya hipoksia.
22
3) Observasi intake dan out put cairan. Rasional : Menjaga kebutuhan keseimbangan
terhadap perubahan kondisi pasien. 5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
plasma expander. Rasional : Mengganti plasma yang keluar akibat muntah dan BAB
darah.
Rasional : Mengetahui ada tidaknya bunyi nafas tambahan. 3) Berikan posisi yang
nyaman pada pasien seperti semi fowler. Rasional : Mengurangi rasa nyeri. 4)
Kolaborasi dengan tim dokter dalam memberikan terapi obat. Rasional : Untuk
pasien terpenuhi. Kriteria Hasil : Tidak ada nyeri tekan abdomen, mual / muntah
BB pasien setiap hari. Rasional : Sebagai indikator / status nutrisi Kx tercukupi atau
belum. 2) Berikan HE pada pasien dan keluarga tentang pentingnya makanan / nutrisi
23
bagi diri pasien. Rasional : pasien dapat kooperatif dan mau makan. 3) Motivasi
dengan tim ahli gizi dalam pemberian nutrisi. Rasional : Melaksanakan fungsi
independent.
serta melaporkan rasa ansietas hilang atau berkurang. Rencana Tindakan: 1) Awasi
respon fisiologis, misalnya takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala dan sensasi
kesemutan. Rasional : Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien
tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik/ status syok. 2) Catat petunjuk
perilaku seperti gelisah, kurang kontak mata dan perilaku melawan. Rasional :
Indikator derajat takut yang dialami klien. 3) Dorong pernyataan takut dan ansietas,
Dorong orang terdekat tinggal dengan klien. Berespons terhadap tanda panggilan
dengan cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan tepat. Rasional :
aktivitas yang mampu dilakukan. Rasional : Mengurangi beban klien. 2) Bantu klien
untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, pisikologi
dan sosial. Rasional : Dengan aktivitas sesuai kemampuan fisik, pisikologi dan sosial
dalam merencanakan program terapi yang tepat. Rasional : Dengan adanya program
2.2.4 Implentasi
dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam hal ini perawat harus mengetahui
berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik
keperawatan dicatat kedalam format yang telah ditentukan oleh institusi. Jenis
tindakan keperawatan dalam tahap pelaksanaaan terdapat dua jenis yaitu tindakan
maka penyebab dan beratnya hemoragi dengan cepat diidentifikasi dan kehilangan
kehilangan darah dan kecepatan perdarahan, 2) dengan cepat mengganti darah yang
2.2.4 Evaluasi
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tindakan keperawataan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua
keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan
kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai
Hasil yang diharapkan pada klien hematemesis melena merujuk pada kasus
perdarahan gastrointestinal atas menurut Doenges (2000) adalah 1)tanda vital dalam
kulit normal, membrane mukosa lembab, produksi urine output seimbang, muntah
26
darah dan berak darah berhenti, kulit hangat, nadi perifer teraba, keluaran urine
adekuat, skala nyeri 0-1, pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan perawat,
serta melaporkan rasa ansietas hilang atau berkurang. Evaluasi dilakukan dengan
melihat respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan dengan
memperhatikan tujuan dan criteria hasil yang diharapkan. Evaluasi bias bersifat
formatif yaitu dilakukan secara terus-menerus untuk menilai setiap hasil yang telah
dicapai dan bersifat sumatif yaitu dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan