Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN MELENA DENGAN DISERTAI ANEMIA

DI RUANG IGD RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Di Susun Oleh

SITI FARIDA

62019040054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2019
A. KONSEP DASAR MELENA
1. Pengertian
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter
yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Melena adalah
keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan lengket yang menunjukkan
perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus.
Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh
bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran
cerna atas. ( Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC ).
BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah
berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur
dengan tinja. Sebagian besar BAB darah berasal dari luka di usus besar, rektum,
atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya,
semakin dekat sumber perdarahan dengan anus, semakin terang darah yang keluar.
Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna
merah terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon transversal dan kolon
kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap atau merah tua.

2. Etiologi
Terdapat beberapa penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas adalah :
1. Kelainan esofagus
a. Varises esophagus
Penderita dengan melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak
pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dikeluarkan melalui feses
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur
dengan asam lambung.
b. Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan pada penderita melena.
Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali
penderita muntah darah dan itupun tidak massif.
c. Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau
kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih timbul melena. Tukak di esophagus
jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan tukak
lambung dan duodenum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-
obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita
mengeluh nyeri ulu hati.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang
berhubungan dengan makanan.
3. Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili,
rombositopenia purpura.
4. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik seperti golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol.

3. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen
anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini,
maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah
disebut varises. Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal
masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus
balik vena ke jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap
penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala- gejala
utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan,
penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular. Penurunan aliran darah
akan memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan.
Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna
merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin,
dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses
dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan
pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam.
Paling sedikit perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan melena. Feses
tetap berwarna hitam seperti ter selama 48 – 72 jam setelah perdarahan berhenti.
Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan
perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama
7 – 10 hari setelah episode perdarahan tunggal
4. Pathway

5. Gejala klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan pada pasien melena adalah sebagai berikut :
1. Gelisah
2. Demam Ringan (38-39 C)
3. Nafsu makan berkurang
4. Berak yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih
5. Nyeri perut
6. Rasa kembung
7. Tonus otot dan turgor kulit berkurang
8. Selaput lendir dan bibir kering
9. Hiperperistaltik
10. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam
11. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein darah
oleh bakteri usus.

Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan seperti :


1. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena
kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan
penurunan volume intraventrikel. Pada klien dengan syok berat, volume plasma
dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama 24-28 jam.
2. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah
gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan volume intravaskuler.
3. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran
4. Ensefalopati
Terjadi akibat kersakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah.
Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan dimana
fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah, yang
dalam keadaan normal dibuang oleh hati.

6. Pemeriksaan penunjang
1. Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi
gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap
berbagai antibiotika (pada diare persisten).
b. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
2. Diagnostik
a. Laboratorium
1) Darah perifer lengkap, analisis gas darah (penurunan Hb, Hmt, peningkatan
leukosit)
2) Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa serum
dan laktat.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
b. Pemeriksaan radiologic
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk
daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada
lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi
terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus, kardia dan fundus lambung
untuk mencari ada atau tidaknya varises.
c. Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan secara
endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat
asal dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari pemeriksaan endoskopik
adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan,
dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan
bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan
secara darurat atau sendiri mungkin setelah hematemesis berhenti.
d. Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon
e. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi
penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab
perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan
dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja.

7. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan
yang diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan
saluran makan bagian atas meliputi :
1. Tirah baring.
2. Diit makanan lunak
3. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
4. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas
5. Infus cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita
7. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan
8. Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang
9. Mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal
10. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari,
karbosokrom (adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis berguna
untuk menanggulangi perdarahan.
Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak
diserap oleh usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat
menimbulkan ensefalopati hepatic.
B. KONSEP DASAR ANEMIA
1. Pengertian
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin atau hematokrit di bawah normal (Brunner & Suddarth, 2000:22).
Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai
normal (Emma, 1999).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%, pada pria atau Hb <
12 g/dL dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer, 1999:547).
Klasifikasi anemia dibagi menjadi 5 yaitu Anemia mikrositik hipokrom (anemia
defisiensi besi, anemia penyakit kronis), Anemia makrositik (defisiensi vitamin B12,
defisiensi asam folat), Anemia karena perdarahan, Anemia hemolitik, Anemia
aplastik (Mansjoer, 1999:547).

2. Karakteristik
1) Anemia Aplastik
Merupakan anemia yang disertai dengan pansitopenia pada darah tepi yang
disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau
hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sum-sum tulang.
2) Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh, sehingga
penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada akhirnya pembentukan
hemoglobin berkurang.
3) Anemia Megaloblastik
Anemia yang ditandai dengan adanya megaloblast dalam sum sum tulang,
dimana maturasi pada sitosplasma normal tetapi intinya besar dengan susunan
kromosom yang longgar
4) Anemia Hemolitik
Anemia ini disebabkan oleh hemolisis yaitu pemecahan eritrosoit dalam
pembuluh darah yang belum waktunya.
5) Anemia Sel Sabit
Merupakan anemia yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen
hemoglobin detektif, dari masing maisng orangtua. ( Handayani & Sulystyo,
2008).

3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab nya menurut Tarwoto & Wartonah, (2008) klasifikasi anemia
dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Anemia karena hilangnya sel darah merah dimana biasanya terjadi pada
perdarahan aibat perlukaan, perdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus,
perdarahan hidung dan perdarahan akibat luka operasi.
2) Anemia karena menurunya produksi sel darah merah dapat disebabkan karena
kekurangan unsur penyusun sel darah merah (asam folat, vitamin B12, dan zat
besi).
3) Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan sel darah merah yang
dapat terjadi karena overaktifnya Reticulo Endothelial System (RES) .

4. Tingkatan anemia
Menurut ( Handayani &Sulystyo, 2008) :

1) Anemia ringan sekali


Dimana kadar hemoglobin ( Hb) 10g/dl – 13 gr/dl
2) Anemia ringan
Dimana kadar hemoglobin (Hb) 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
3) Anemia sedang
Dimana kadar hemoglobin (Hb) 6 gr/dl - <7,9 gr/dl
4) Anemia berat
Dimana kadar hemoglobin (Hb) <6 gr/dl
5. Etiologi
Menurut Mansjoer, (1999:547), anemia ini umumnya disebabkan oleh
perdarahan kronik. Penyebab lain yaitu :
1. Diet yang tidak mencukupi.
2. Absorbsi yang menurun.
3. Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan.
4. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah.
5. Hemoglobinuria.
6. Penyimpangan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.

6. Manifestasi klinis
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah :
1. pucat,
2. takikardi,
3. sakit dada,
4. dyspnea,
5. nafas pendek,
6. cepat lelah,
7. pusing,
8. kelemahan,
9. penderita defisiensi yang berat mempunyai rambut rapuh dan halus,
10. kuku tipis rata mudah patah,
11. atropi papila lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah
daging meradang dan sakit (Guyton, 1997).
12. Manifestasi klinis anemia besi adalah pusing, cepat lelah, takikardi, sakit kepala,
edema mata kaki dan dispnea waktu bekerja. (Gasche C., 1997:126).
7. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5 gr besi,
hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan
serta kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk
eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut
diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam
lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum
proksimal, kemudian besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk
sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.
Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium
pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat
besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan
mengganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel darah merah yang
berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin menurun sehingga
transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini
mengakibatkan metabolisme tubuh menurun
8. Pathway

9. Penatalaksanaan medis
Menurut Engram, (1999). penatalaksanaan pada pasien dengan anemia yaitu
1. Memperbaiki penyebab dasar.
2. Suplemen nutrisi (vitamin B12, asam folat, besi)
3. Transfusi darah.

10. Pemeriksaan diagnostic


Pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:
1. Jumlah darah lengkap (JDL) di bawah normal (hemoglobin, hematokrit dan SDM).
2. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi.
3. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa.
4. Tes Comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun.
5. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal pada
penyakit sel sabit.
6. Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematik dan terorganisir yang
difokuskan pada reaksi atau respon manusia yang unik pada suatu kelompok atau
perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami baik actual maupun
potensial.Tahap-tahap melakukan asuhan keperawatan antara lain pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
Pengkajian
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik pada sasaran yang dituju. Selain itu pengumpulan data dapat diperoleh dari klien,
keluarga, tenaga kesehatan, catatan medis, medical record, dan literature. Hal-hal yang
dikaji pada klien antara lain :
Adapun pengkajian pada pasien melena antara lain :
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat mengidap :
Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum
2. Kanker saluran pencernaan bagian atas
3. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC
4. Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik
5. Kebiasaan/gaya hidup seperti Alkoholisme, kebiasaan makan

Pengkajian Umum
1. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.
2. Eliminasi :
3. BAB : konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi pekat,
jumlahnya)
4. BAK : warna gelap, konsistensi pekat
5. Neurosensori : adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).
6. Respirasi : sesak, dyspnoe, hypoxia
7. Aktifitas :lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot

Pengkajian Fisik
1. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi
2. Inspeksi :
Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)
Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah
Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat
Kulit : dingin
3. Auskultasi :
Paru
Jantung : irama cepat atau lambat
Usus : peristaltik menurun
4. Perkusi :
Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak
Reflek patela : menurun

Adapun pengkajian pasien melena menurut Doenges adalah :


1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah darah kronis, mis : GI kronis, ektremitas pucat
pada kulit dan membran mukosa, pengisian kapiler melambat.
3. Eliminasi
Gejala : hematemesis, feses dengan darah segar, melena, distensi abdomen.
4. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, mual.
5. Neurosensori
Gejala : penurunan kesadaran, sakit kepala.
6. Nyeri
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
7. Pernafasan
Gejala : pernafasan pendek pada istirahat dan aktivitas.
8. Integumen
Gejala : kulit dingin, kering dan pucat, pengisian kapiler
≥3 detik.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN ANEMIA
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay oksigen dan
kebutuhan
2. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan, absorbsi nutrient yang diperlukan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tidak adekuat
4. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan perubahan fungsi otak sekunder terhadap
hipoksia jaringan
E. INTERVENSI
No. Dx Kep NOC NIC
1. Intoleransi aktivitas Tujuan : 1) Kaji kemampuan pasien
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan untuk melakukan
ketidakseimbangan keperawatan diharapkan aktivitas, catat
suplay oksigen dan intoleransi aktivitas kelelahan,
kebutuhan meningkat dengan criteria 2) keletihan dan kesulitan
hasil : menyesuaikan aktivitas
- Berpartisipasi sehari-hari.
dalam aktivitas fisik 3) Awasi tekanan darah,
tanpa disertai nadi, pernafasan selama
peningkatan dan sesudah aktivitas.
tekanan darah, 4) Berikan lingkungan
nadi, dan RR tenang.
- Mampu melaukan 5) Pertahankan tirah
aktivitas sehari-hari baring bila diindikasikan.
(ADLs) secara 6) Gunakan teknik
mandiri penghematan energi.
- Keseimbangan 7) Anjurkan pasien untuk
aktivitas dan menghentikan aktivitas
istirahat bila palpitasi, nafas
8) pendek, kelemahan atau
pusing.
2. Resti nutrisi kurang dari Tujuan : a. Kaji riwayat nutrisi,
kebutuhan Setelah dilakukan tindakan termasuk makanan yang
berhubungan dengan keperawatan diharapkan disukai.
ketidakmampuan nutrisi kurang dari b. Observasi dan catat
mencerna makanan, kebutuhan teratasi dengan untuk makanan pasien.
absorbsi nutrient yang indicator : c. Timbang BB tiap hari.
diperlukan - Albumin serum d. Berikan makanan sedikit
- Pre albumin serum tapi sering.
- Hematokrit e. Catat adanya mual
- Hemoglobin muntah.
- Total iron binding f. Berikan obat sesuai
capacity indikasi.
- Jumlah limfosit
3. Resiko tinggi infeksi Tujuan : a. Tingkatkan cuci tangan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan yang baik oleh pemberi
pertahanan tubuh tidak keperawatan diharapkan perawatan pada pasien.
adekuat pasien tidak mengalami b. Pertahankan teknik
infeksi dengan criteria hasil aseptic ketat pada
: prosedur atau
- Klien bebas dari perawatan luka.
tanda dan gejala c. Beri posisi atau atur
infeksi posisi.
- Menunjukkan d. Tingkatkan masukan
kemampuan untuk cairan yang adekuat.
mencegah e. Catat adanya menggigil
timbulnya infeksi dan takikardi dengan
- Jumlah leukosit atau tanpa demam.
dalam batas normal f. Amati eritema atau
- Menunjukkan cairan luka.
perilaku hidup g. Kolaborasi berikan
sehat antiseptic topical atau
- Status imun, antibiotik sistemik.
gastrointestinal,
genitourinaria
dalam batas normal
4. Resiko tinggi cidera Tujuan : a.Awasi individu secara
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan ketat selama beberapa
perubahan fungsi otak keperawatan diharapkan malam pertama untuk
sekunder tidak terjadi cidera pada mengkaji keamanan.
terhadap hipoksia pasien b. Pertahankan
jaringan tempat tidur pada
ketinggian paling
rendah.
c. Menggunakan lampu
malam.
d. Anjurkan individu
untuk meminta bantuan
selama malam hari.
e.Jauhkan benda-benda
yang memungkinkan
terjadinya cidera

DAFTAR PUSTAKA

 Engram Barbara 1998. ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH VOL. 2, Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.
 L. Betz Ceciely, A. Sowden Linda. 2002. BUKU SAKU KEPERAWATAN PEDIATRI, Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
 KAPITA SELEKTA Edisi 3 Jilid 2, 2000. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran UI.
Jakarta.
 H. Winter Griffith M. D. 1994. BUKU PINTAR KESEHATAN 769 GEJALA 520 PENYAKIT 160
PENGOBATAN, Arcan.
 PENYAKIT & PENANGGULANGANNYA, PT. Gramedia. Jakarta.
 Swearing. 2000. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH EDISI 2. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai