Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA TN.S

DENGAN ASAM URAT DI WISMA CENDRAWASIH

PANTI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PROTOYUDAN JEPARA TAHUN 2019

Di Susun Oleh

SLAMET CHOLIFAH

62019040058

PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2019 / 2020

1
A. KONSEP LANSIA
1. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.
13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
2009).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2. Batasan Lansia
a. Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang berusia 45 – 59 tahun.
b. Lanjut usia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lanjut usia risiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
d. Lanjut usia potensial : Lanjut usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau
jasa.
e. Lanjut usia tidak potensial : Lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
3. Karakteristik lanjut usia menurut Budi Anna Keliat (2009):
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

2
4. Tipologi Lansia
1. Tipe Arif Bijaksana Kaya dengan hikmah pengalaman , menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sedehana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
2. Tipe Mandiri Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan
kegiatan-kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman
pergaulan, serta memenuhi undangan.
3. Tipe tidak Puas Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak
sabar , mudah tersinggung, menuntut sulit dilayani dan pengkritik.
4. Tipe Pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep
habis gelap dating terang, emgikuti kegiatan beribadah, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
5. Tipe Bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh Orang lanjut usia dapat
pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung kepada
karakter pengalaman, kehidupannya, lingkungan, fisik, mental, sosial
dan ekonomi.
Antara lain :
1. Tipe optimis, santai dan riang : tipe kursi goyang ( rocking
chairman)
2. Tipe konstruktif
3. Tipe ketergantungan ( dependen )
4. Tipe defensif
5. Tipe militan dan serius
6. Tipe marah dan frustrasi (the angry man)
7. Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) ; self heating man Sebagai
seorang perawat perlu mengenal berbagai tipe dari lanjut usia
sehingga perawat akan dapat menghindari kesalahan atau
kekeliruan dalam melaksanakan pendekatan perawatan. Tentu saja
tipe-tipe tersebut hanya suatu pedoman dasar dan dalam
prakteknya dapat ditemui dalam berbagai variasi.

3
6. Mitos Lansia
1. Mitos konservatif
Ada pandangan bahwa lansia pada umumnya:
 Konservaatif
 Tidak kreatif
 Menolak inovasi
 Berorientasi ke masa silam
 Merindukan masa lalu
 Kembali ke masa kanak-kanak
 Susah menerima ide baru
 Susah berubah
 Keras kepala
 Cerewet
Faktanya : tidak semua lansia bersikap, berfikiran, dan berperilaku
demikian.
2. Mitos berpenyakit dan kemunduran
Lansia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang
disertai dengan berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang
menyertai proses menua (lansia merupakan masa berpenyakitan dan
kemunduran)
Faktanya : memang proses menua disertai dengan menurunnya daya
tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit. Akan
tetapi, saat ini telah banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.
3. Mitos senilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya
kerusakan sel otak.
Faktanya: banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar, daya
pikirnya masih jernih dan cenderung cemerlang, bnyak cara untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
4. Mitos ketidakproduktifan

4
Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi
beban keluarganya.Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak
produktif, bahkan menjadi beban keluarganya.
Faktanya: tidak demikian, banyak individu yang mencapai kebenaran,
kematangan, kemantapan, serta produktifitas mental dan material dimas
lanjut usia.
5. Mitos asektualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, minat, dorongan, gairah, kebutuhan,
dan daya seks menurun.
Faktanya: kehidupan seks pada lansia berlangsung normal, dan
frekuensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi
masih tetap tinggi.
6. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah kepada
lkawan jenis.
Faktanya: perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa,
perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lansia.
7. Mitos kedamaian dn ketenangan
Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa
muda dan dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-
akan telah berhasil dilewatinya.
Faktanya:L sering ditemukan stres karena kemiskinan dan berbagai
keluhan serta penderitaan karena penyakit, kecemasan, kekhawatiran,
depresi, paranoid, dan psikotik.
7. Teori Penuaan
1. Teori biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,
termasuk perubahan fungsi dan struktural, pengembangan, panjang
usia dan kematian. Perubahan – perubahan dalam tubuh termasuk
perubahan molecular dan seluler dalam sistem organ utama dan
kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit.
2. Teori genetik Teori sebab- akibat menjelaskan bahwa penuaan
terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan

5
oleh pembentukkan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan
kode genetik. Menurut teori genetik, penuaan adalah suatu proses
yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu
untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain,
perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan
sebelumnya. Teori genetik terdiri dari teori asam deoksiribonukleat
(DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori
glikogen.
3. Teori wear and tear
Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa
akumulasi sampah metabolic atau zat nutrisi dapat merusak sintesis
DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya
malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan
mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas
adalah contoh dari produk sampah metabolism yang menyebabkan
kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas adalah molekul atau
atom dengan suatu elektron yang tidak berpasangan. Ini merupakan
jenis yang sangat relative yang dihasilkan dari reaksi selama
metabolisme.
4. Teori imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua,
pertahanan mereka terhadap organism asing mengalami penurunan,
sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit
seperti kanker adan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi
system imun, terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh.
Seiring dengan bertambahnyan usia berat dan ukuran kelenjar timus
menurun, seperti halnya kemampuan tubuh untuk mendeferensiasi sel
T. Karena hilangnya proses diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali
sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan
menyerangnya. Selain itu, tubuh kehilangan kemampuan untuk
meningkatkan responnya terhadap se lasing, terutama bila
menghadapi infeksi.
5. Teori neuroendokrin

6
Teori – teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal- hal seperti
yang terjadi pada struktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel.
Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal
akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima,
memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai
perlambatan tingkah laku, respons ini kadang- kadang
diinterprestasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya
pengetahuan.
6. Teori psikososiologis
Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sehingga lawan dari
implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
a. Teori kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur
dalam tahun- tahun akhir kehidupan. Teori kepribadian menyebutkan
aspek – aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan
harapan atau tugas spesifik lansia. mengembangkan suatu teori
pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang
kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert. (Stanley, 2009).
b. Teori tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses maturasi dalam
kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada berbagai tahap
sepanjang rentang hidup manusia. Tugas perkembangan adalah
aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada
tahap- tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang
sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu
melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan
integritas. Dikutip dari Stanley, Mickey (2009).
c. Teori aktivitas
menulis tentang pentingnya tetap aktif secara social sebagai alat
untuk penyesuaian diri yang sehat. Penelitian menunjukkan bahwa
hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi
kepuasan hidup. Dan penelitian baru menunjukkan pentingnya
aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah

7
kehilangan dan pemeliharaan kesehatansepanjang masa kehhidupan
manusia. Dikutip dari Stanley, Mickey (2009).
8. Masalah perubahan yang terjadi pada lansia
1. Perubahan – Perubahan yang terjadi pada Lansia
a. Perubahan Fisik :
1) Sel : Jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih besar ,
TBW (jumlah cairan tubuh berkurang) dan cairan intra seluler
menurun, menurunnya proporsi protein di otak, ginjal, otot
darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya
mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem Persarafan : Berat otak menurun 10-20% (sel
saraf otak tiap individuberkurang setiap hari), respon dan
waktu untuk bereaksi lambat, atropi saraf panca indra
(berkurangnya penglihatan, pendengaran, pencium & perasa,
lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif
terhadapsentuhan.
3) Sistem Pendengaran : Prebiakusis (hilangnya
kemampuan untuk daya pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap suara nada tinggi, suara yg tidak jelas,
sulit mengerti kata-kata) 50% terjadi pada usia >65th, atropi
membran tympani, menyebabkan otosklerosis (kekakuan
pada tulang bagian dalam), terjadinya pengumpulan cerumen
dapat mengeras karena peningkatan keratin, pendengaran
bertambah menurun pada lansia yang mengalami ketegangan
jiwa/stress.
4) Sistem Penglihatan : Lensa lebih suram (kekeruhan
lensa) menjadi katarak, kornea lebih berbentuk sferis (bola
kecil), respon terhadap sinar menurun, daya adaptasi
terhadap gelap lebih lambat, hilangnya daya akomodasi mata,
lapang pandang menurun, sulit membedakan warna biru dan
hijau pada skala.
5) Sistem Kardiovaskuler : Elastisitas dinding aorta
menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,

8
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun sehingga menurunnya
kontraksi dan volume jantung, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, oksigenisasi tidak adekuat, mengakibatkan
pusing mendadak, tekanan darah cenderung tinggi karena
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6) Sistem Respirasi : Otot - otot pernafasan kehilangan
kekuatan (lemah) dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas
silia, elastisitas paru berkurang, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas berat, dan kedalaman bernafas menurun O2
arteri menurun menjadi 75 mmHg; CO2 arteri tidak
berganti kemampuan untuk batuk berkurang,
kemampuandinding, dada & kekuatan otot pernafasan
menurun sejalan dengan tambah usia.
7) Sistem Genitourinari : Ginjal mengecil dan nefron atropi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang; kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin;
berat jenis urin menurun, proteinuria (+1), otot-otot vesika
urinaria melemah, kapasitasnya menurun 200
ml sedangkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria
lansia, vesika urinari sulit dikosongkan akibatnya
meningkatkan retensi urin. Prostat membesar (dialami 75%
pria usia 65 tahun keatas), atropi vulva, selaput lendir kering,
elastisitas menurun, permukaan lebih licin,
perubahan warna.Seksual intercourse masih.
8) Sistem Reproduksi : Menciutnya ovari dan uterus, atropi
payudara, pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meski ada penurunan secara berangsur-
angsur, selaput lendir vagina menurun, permukaan lebih
halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya alkali, perubahan-
perubahan warna, dorongan Seksual masih.
9) Sistem Gastrointestinal : Kehilangan gigi, karena
kesehatn gigi buruk atau gizi buruk, indra pengecap menurun,
iritasi kronis selaput lendir, atropi indra pengecap, hilangnya

9
sensisitifitas saraf pengecap di lidah tentang rasa manis, asin,
dan pahit, dilambung, sensisitifitas rasa lapar menurun, asam
lambung menurun, waktu pengosongan juga menurun,
peristaltik lemah sehingga biasa timbul konstipasi, daya
absorbsi terganggu.
10) Sistem Endokrin : Produksi hormon menurun, termasuk
hormon tiroid, aldosteron, kelamin (progesteron, estrogen,
testosteron), menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR=
basal metabolic rate, fungsi paratiroid & sekresinya tidak
berubah.
11) Sistem Integumen : Kulit keriput, akibat kehilangan
jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, (kaku,
rapuh dan keras), karena kehilangan proses keratinisasi,
perubahan ukuran dan bentuk - bentuk sel epidermis,
menurunnya respon terhadaptrauma, mekanisme proteksi
kulit menurun : Produksi serum menurun, gangguan
pigmentasi kulit. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna
kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal,
berkurangnya elastisitas, akibat menurunnya cairan &
vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku pudar
dan kurang bercahaya, kuku jari menjadi keras dan rapuh,
kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsi.
12) Sistem Muskuloskeletal : Tulang kehilangan density
(cairan), makin rapuh, kifosis, pinggang, lutut dan jari
pergelangan, pergerakannya terbatas, Discus
intervertebralismenipis, menjadi pendek (tingginya
berkurang), persendian membesar dan kaku, tendon
mengerut danmengalami sklerosis, atropi serabut otot
bergerak menjadi lambat, otot- otot kram dan tremor, otot
polos tidak begitu terpengaruh

10
b. Perubahan Psikososial
1) Pensiun : Produktivitas dan identitas – peranan (kehilangan financial,
kehilangan status, kehilangan relasi),
2) Sadar akan kematian,
3) Perubahan dalam cara hidup
4) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
5) Hilanganya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap body
image, perubahan konsep diri.
c. Perubahan Mental
1) Faktor-faktor yang pengaruhi perubahan mental :Perubahan fisik,
organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
herediter, lingkungan.
2) Perubahan kepribadian yang drastis.
3) Ungkapan tulus perasaan individu.
4) Tidak senang pada perubahan.
5) Berkurangnya ambisi dan kegiatan.
6) Kecenderungan egosentris, perhatian menurun.
7) Berkurangnya adaptasi untuk kebiasaan baru.
8) Berkurangnya kemampuan nyatakan sopan santun.
9) Merasa kadang tidak diperhatikan atau dilupakan.
10) Cenderung menyendiri, bermusuhan.
11) Mudah tersinggung akibat egoisme atau reaksi kemunduran ingatan.
12) Tidak memperhatikan kebersihan, penampilan.
13) Kegiatan seksual berlebihan atau perilaku tidak senonoh.
14) Orientasi terganggu, bingung, sering lupa, hilang dan tersesat.
15) Lupa meletakan barang, menuduh orang mencuri.
16) Gelisah, delirium pada malam hari.
17) Disorientasi waktu.
18) Pola tidur berubah (tidur seharian atau sulit tidur di malam hari).
19) Mengumpulkan barang yang tidak berharga.
d. Perubahan Memori
1) Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari-hari.
2) Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit, kenangan buruk.

11
e. IQ (Intellgentia Quotion)
1) Tidak berubah degan informasi matematika dan perkataan verbal.
2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan - tekanan dari
faktor waktu.
f. Perkembangan Spiritual
1) Maslow, 1970: Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya.
2) Murray & Zenner, 1970: Lansia makin matur dalam kehidupan
keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak di
kehidupan sehari-hari.
3) Folwer, 1970 : lansia 70 tahun, pada tingkat ini adalah berfikir dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan
keadilan.

4. Masalah Fisik Sehari-Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansia


a. Mudah jatuh
b. Mudah lelah, disebabkan oleh : Faktor psikologis, Gangguan
organis, Pengaruh obat.
c. Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol,
penyakit metabolic, dehidrasi.
d. Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru,
dsb.
e. Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan
jantung, gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia.
f. Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis.
g. Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal
jantung, kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal,
kelumpuhan, dsb.
h. Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis,
osteoartritis, batu ginjal, dsb.
i. Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi,
saraf terjepit.

12
j. Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan
saluran cerna, faktor sosio-ekonomi.

k. Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih,


saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis.
l. Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar,
kelainan rektum.
m. Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa
berkurang, katarak, glaukoma, infeksi mata.
n. Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan
kekacauan mental.
o. Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan
psikogenik (depresi, irritabilitas).
p. Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi,
dsb.
q. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena
ganguan sirkulasi darah lokal, ggn syaraf umum dan lokal.
r. Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal,
hepatitis kronis, alergi2.
9. Penyakit yang menyerang pada lansia
o Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis,
osteoartritis.
o Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina,
cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia.
o Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum.
o Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia.
o Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas.
o Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru.
o Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker.
o Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer,
parkinson, dan sebagainya.
10. Faktor faktor yang mempengaruhi lansia
1. Hereditas (keturunan/ genetik)

13
2. Nutrisi / makanan
3. Status kesehatan.
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress
11. Pengkajian pengkajian pada lansia
a. KATZ INDEKS
Mengukur kemampuan pasien dalam melakukan 6 kemampuan fungsi
: bathing, dressing, toileting, transfering, feeding, maintenance
continence. Biasa digunakan untuk lansia, pasien dengan penyakit
kronik (stroke, fraktur hip).
b. BARTHEL INDEKS
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi
mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai
kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan.
c. SPSMQ
merupakan instrument pengkajian sederhana yang digunakan untuk
menilai fungsi intelektual maupun mental dari lansia
d. GDS
Geriatric Depression Scale (GDS) merupakan salah satu instrumen
yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis depresi pada usia
lanjut.
e. APGAR KELUARGA
merupakan kuesioner skrining singkat yang dirancang untuk
merefleksikan kepuasan anggota keluarga dengan status fungsional
keluarga dan untuk mencatat anggota-anggota rumah tangga.
f. MMSE
Mini Mental State Examination (MMSE) adalah pemeriksaan yang
paling sering digunakan untuk mengetahui fungsi kognitif.

14
B. PENYAKIT/ GANGGUAN LANSIA
1. DEFINISI
Gout bisa diartikan sebagai sebuah penyakit dimana terjadi
penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat
produksi yang meningkat , pembuangan yang menurun, atau akibat
peningkatan asupan makanan kaya purin (Sholeh, 2012).
Asam urat adalah penyakit yang menyerang persendian dan jaringan
tulang oleh penumpukan kristal asam urat sehingga menimbulkan
peradangan. Gout adalah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat
dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat,
pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan
asupan makanan kaya purin. Gout terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh
akan asam urat karena kadarnya yang tinggi (Zahara, 2013).
Asam urat sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu dan menjadi salah
satu penyakit tertua yang dikenal manusia. Penyakit asam urat
disebabkan oleh kondisi hiperurikemi, yaitu keadaan dimana kadar asam
urat dalam darah di atas normal. Berikut salah satu acuan kadar asam
urat normal, perempuan : 2.4–6.0 miligram perdesiliter (mg/dL), laki-laki :
3.4–7.0 mg/dL dan anak-anak: 2.0–5.5 mg/dL (Nopik, 2013). Gangguan
asam urat ditandai dengan suatu serangan tiba-tiba di daerah persendian,
terasa terbakar, sakit dan membengkak.(Damayanti, 2012).

2. ETIOLOGI

Suryo Wibowo (2016) menyatakan bahwa penyakit asam urat


digolongkan menjadi penyakit gout primer dan penyakit gout sekunder.
1. Faktor keturunan dan obesitas/kegemukan
2. Konsumsi makanan tinggi protein, purin, konsumsi kafein dan alcohol
3. Gangguan pengeluaran asam urat di ginjal dan stress
Pada penyakit gout primer, 99 persen penyebabnya belum diketahui
(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.

15
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic
yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein.
Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit
sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker,
vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit
kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda
keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda
keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

3. PATOFISIOLOGI
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan system eksresi asam urat yang tidak
adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di
dalam plasma darah ( hiperuricemia ), sehingga mengakibatkan Kristal
asam urat menumpuk dalam tubuh. Pennimbunan ini menimbulkan iritasi
lokal dan menimbulkan responinflamasi.
Hiperuricemia merupakan hasil :
 Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine
abnormal.
 Menurunnya eksresi asam urat.
 Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam –
garam urat yang berakumulasi atau menumuk di jaringan konectif
diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal memicu
respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak
hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat

16
dalam darah. Mekanisme serangan gout akan berlangsung melalui
beberapa fase secara berurutan, sebagai berikut :
 Presipitasi Kristal monosodium urat. Dapat terjadi dalam jaringan bila
konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Prseipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, janringan para – artikuler misalnya bursa, tendon dan
selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus ( coate )
oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan Kristal.
 Respon leukosit polimorfonukuler ( PMN ). Pembentukan Kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN
dan selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh leukosit.

A. PATHOFLOW

17
4. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejalaasam urat menurut (Zahara, 2013) :


 Sendi terasa nyeri, terutama pada malam dan pagi hari.
 Sendi terasa ngilu, bahkan tampak bengkak dan meradang
(kemerahan)
 Nyeri sendi berulang kali pada jari kaki, jari tangan, tumit, lutut, siku,
dan pergelangan tangan.
 Pada kasus yang parah, sendi akan mengalami nyeri ketika bergerak.
 Kulit kemerahan hingga keunguan
Serangan asam urat menurut (Zahara, 2013) terjadi secara mendadak,
timbulnya serangan bisa dipicu oleh:

 Luka ringan dan pembedahan


 Pemakaian sejumlah besar alkohol atau makanan yang kaya akan
protein
 Kelelahan, stres emosional dan penyakit.
Nyeri yang hebat dirasakan oleh penderita pada satu atau beberapa
sendi, seringkali terjadi pada malam hari; nyeri semakin memburuk dan
tak tertahankan. Sendi membengkak dan kulit diatasnya tampak merah
atau keunguan, kencang dan licin, serta teraba hangat. Menyentuh kulit
diatas sendi yang terkena bisa menimbulkan nyeri yang luar biasa.
Penyakit ini paling sering mengenai sendi di pangkal ibu jari kaki dan
menyebabkan suatu keadaan yang disebut podagra; tetapi penyakit ini
juga sering menyerang pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan dan
sikut.Kristal dapat terbentuk di sendi-sendi perifer tersebut karena
persendian tersebut lebih dingin daripada persendian di pusat tubuh dan
urat cenderung membeku pada suhu dingin. Kristal juga terbentuk di
telinga dan jaringan yang relatif dingin lainnya. Sebaliknya, gout jarang
terjadi pada tulang belakang, tulang panggul ataupun bahu. Gejala
lainnya dari artritis gout akut adalah demam, menggigil, perasaan tidak
enak badan dan denyut jantung yang cepat.
Gout cenderung lebih berat pada penderita yang berusia dibawah 30
tahun. Biasanya pada pria gout timbul pada usia pertengahan, sedangkan

18
pada wanita muncul pada saat pasca menopause. Serangan pertama
biasanya hanya mengenai satu sendi dan berlangsung selama beberapa
hari. Gejalanya menghilang secara bertahap, dimana sendi kembali
berfungsi dan tidak timbul gejala sampai terjadi serangan berikutnya.
Tetapi jika penyakit ini semakin memburuk, maka serangan yang tidak
diobati akan berlangsung lebih lama, lebih sering terjadi dan mengenai
beberapa sendi. Sendi yang terkena bisa mengalami kerusakan yang
permanen. Bisa terjadi gout menahun dan berat, yang menyebabkan
terjadinya kelainan bentuk sendi.
Pengendapan kristal urat di dalam sendi dan tendon terus berlanjut dan
menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan
sendi.Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan dibawah kulit di
sekitar sendi. Tofi juga bisa terbentuk di dalam ginjal dan organ lainnya,
dibawah kulit telinga atau di sekitar sikut.Jika tidak diobati, tofi pada
tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan massa kristal yang
menyerupai kapur.

5. KLASIFIKASI
 Ditemukan kristal urat yang karakteristik dalam cairan sendi
 Tofus yang terbukti mengandung kristal urat dengan cara kimia
atau mikroskop polarisasi
 Ditemukan 6 hingga 12 fenomena klinis, laboratories dan radiologis
sebagai tercantum di bawah :
1. melebihi 1 kali serangan arthritis akut
2. inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
3. serangan arthritis monoartikular
4. sendi kemerahan
5. nyeri atau bengkak pada sendi metatarsalphalanges (MTP) 1
6. serangan unilateral yang melibatkan sendi MTP-1
7. serangan sendi unilateral yang melibatkan sendi tarsal
8. dugaan tofus
9. hiperurikemia
10. pembengkakan tidak simetrisdi antara sendi

19
11. kista subcortical tanpa erosi
12. hasil negatif pada kultur cairan sendi untuk mikroorganisme
Artritis gout (GA) terbagi atas dua golongan, yaitu GA primer dan GA
sekunder8
A. GA primer
o kurang lebih 90% dari semua kasus
o mayoritas bersifat idiopatik (> 95%)
o memiliki perwarisan yang mltifaktoral dan berkaitan dengan
produksi berlebihan asam urat dengan ekskresi normal/meningkat
atau produksi asam urat yang normal tetapi kurang ekskresi
o faktor predisposisi (kecenderungan) : penggunaan alkohol dan
obesitas
B. GA sekunder
o kurang lebih 10% dari semua kasus
o terjadi karena disebabkan penyakit lain yang mengalami kelebihan
pemecahan purin, sehingga menyebabkan peningkatan sintesis
asam urat.
o sebagian besar berkaitan dengan peningkatan pnggantian asam
nukleat yang terjadi pada hemolisis kronik, polisitemia, leukemia
dan limfoma
o Pada leukemia, terjadi peningkatan asam urat disebabkan
terjadinya pelepasan asam nukleat pada sel yang mengalami
nekrosis yang kemudian dikatabolisme menjadi asam urat.
o hiperurisemia simptomatik jarang disebabkan oleh pemakaian obat-
obatan (khususnya diuretic, aspirin, asam nikotinat dan etanol) atau
gagal ginjal kronik.
Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi penting pada arthritis
gout terutama pada stadium akut. Reaksi ini merupakan reaksi
pertahan tubuh non spesifik untuk menghindari kerusakan jaringan
akibat agen penyebab. Tujuan dari proses inflamasi ini adalah :
 Menetralisir dan menghancurkan agen penyebab
 Mencegah perluasan radang ke jaringan lain

20
 Pada kasus arthritis gout, terjadi peradangan akibat penumpukan
agen penyebab yaitu kristal monosodium urat pada sendi.
Pengeluaran berbagai mediator peradangan akibat aktivasi melalui
berbagai jalur, antara lain aktivitas komplemen(C) dan selular.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Sinar x dari sendi yang sakit : Menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang ketika menjadi formasi
kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
 Scan radionuklida : Identifikasi peradangan sinovium.
 Atroskopi langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/degenerasi tulang pada sendi.
 Aspirasi cairan sinovial
 Biopsi membran sinovial : Menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas. (Doengus, 2000).

7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat
mungkin, mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
 Medikasi
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0
– 3,0 mg ( dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
b. Terapi farmakologi ( analgetik dan antipiretik )
c. Colchines ( oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari
Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
d. Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan
inflamasi.
e. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan
untuk mencegah serangan.
f. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat
akumulasi asam urat.
g. Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat
menggunakan probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane )

21
pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan
pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2x/hari.
 Perawatan
a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang
mengandung purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden,
kerang, ikan herring, kacang – kacangan, bayam, udang, dan daun
melinjo.
b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus
benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan
berat badan.
c. Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong,
roti dan ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat
karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.
d. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak
e. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
f. Hindari penggunaan alkohol.

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
b. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri persendian
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosis Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan


Nyeri berhubungan Nyeri teratasi 1. Kaji intensitas, letak,
dengan proses inflamasi dan tipe nyeri.
2. Pertahankan pasien
dalam posisi nyaman,
kaki tersangga dan
sejajar.
3. Timggikan area yang
sakit untuk mengurang
edema, dan

22
meningkatkan aliran
darah balik vena.
4. Beri analgesik,
antipirai/gout, dan anti
inflamasi sesuai
program. Observasi
efeksamping obat.
5. Jika terjadi nyeri
hindari menyentuh atau
menggerakkan sendi.
6. Beri kompres dingin.
Hambatan mobilitas fisik Mobilitas fisik 1. Hindari menggunakan
yang berhubungan dipertahankan sepatu sempit.
dengan nyeri persendian 2. Tingkatkan aktivitas
pasien jika nyeri telah
berkurang.
3. Ambulasi dengan
bantuan.
4. Lakukan ROM.
5. Tingkatkan kembali ke
aktivitas normal.
Kurang pengetahuan Pengetahuan pasien 1. Beri penjelasan
berhubungan dengan meningkat tentang penyakitnya.
kurangnya informasi 2. Beri jadwal
pengobatan, nama obat,
dosis, dan efek samping.
3. Jelaskan tentang
pentingnya diet. Hindari
makanan tingi purin dan
alkohol.
4. Jelaskan pentingnya
masukan cairan yang
cukup (2500 ml/hari).

23
5. Anjurkan kontrol ulang
ke dokter (Suratin dkk,
2008).

DAFTAR PUSTAKA
Naga S. S. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Diva
Prss. Jogjakarta
Suratun dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal:Seri Asuhan
Keperawatan. EGC. Jakarta
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC
Wijaya, M. (2012). Ekstraksi Annonaceous Acetogenin dari Daun Sirsak,
Annona Muricata, sebagai Senyawa Bioaktif Anti Kanker. [Skripsi].
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Zahara, (2013). Artritis Gout Metakarpal Dengan Perilaku Makan Tinggi
Purin Diperberat Oleh Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga Dengan
Posisi Menggenggam Statis. Yogyakaarta: Nuha Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai