Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SPONTAN DENGAN ANEMIA DI RUANG NIFAS


RSUD dr. LOEKMONOHADI KUDUS

Di Susun Oleh

SITI FARIDA

62019040054

PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2019 / 2020


A. PENGERTIAN

TENTANG POST PARTUM :

1. Pengertian :
Post partum adalah masa dimulainya setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan normal (sebelum hamil) yang berlangsung dalam waktu
enam minggu (Sulistyawati, 2009). Menurut Hikmah & Yani, (2015), pada postpartum normal
akan terjadi kehilangan darah sebanyak kurang lebih 200 ml. Episiotomy meningkatkan angka
ini sebesar 100 ml dan kadang lebih banyak lagi. Akan tetapi kehilangan darah sekalipun dengan
jumlah yang lebih kecil dapat menimbulkan akibat yang berbahaya pada wanita yang anemis.
Menurut Hasanah, ( 2014 ) perdarahan pada post partum disebabkan oleh beberapa faktor
salah satu faktor resiko terjadinya perdarahan yaitu anemia. Resiko perdarahan akan meningkat
pada ibu postpartum dengan anemia berat, dimana ibu yang menderita anemia menyebabkan
uterus akan kekurangan oksigen, glukosa, nutrisi esensial dan cenderung bekerja tidak efesien.
Apabila jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang menyebabkan otot- otot uterus pun tidak
berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atoni auteri yang mengakibatkan perdarahan pada
postpartum sehingga berlanjut ke anemia.
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan (dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal persalinan dan
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37  42 minggu setelah persalinan ibu
maupun bayi berada dalam kondisi yang baik.
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi
komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam
(Sujiyatini, Nurjanah, Kurniati Ana. 2010).
Masa post partum merupakan tantangan bagi banyak ibu yang baru melahirkan. Pemulihan
dari proses melahirkan, belajar menjadi orang tua, dan mengurus diri sendiri membutuhkan
banyak energy. Menderita anemia pada masa post partum dapat membuat proses ini menjadi
lebih sulit. Anemia terjadi jika kadar hemoglobin dalam darah rendah. Hemoglobin adalah zat
pembawa oksigen dalam sel darah merah. Jika terjadi gangguan sistem transportasi oksigen
(misalnya anemia) akan menyebabkan tubuh sulit untuk bekerja.
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Prawirohardjo (2009) tujuan asuhan masa nifas yaitu :
 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
 Melakukan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah serta mengobati bila terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat
 Memberikan pelayanan keluarga berencana

3. Tahapan Masa Nifas


1. Puerperium Dini (immediate puerperium) :

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
islam dianggap telah bersih dan diperbolehkan bekerja setelah 40hari

2. Puerperium Intermedial (early puerperium) :

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang selang waktu lamanya 6-8 minggu

3. Remote Puerperium (later puerperium) :

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bias berminggu-minggu,
bulan atau tahun.

4. Perubahan fisiologis Masa Nifas


Menurut (Saleha, 2009)
a. Perubahan sistem reproduksi
Pada masa ini terjadi perubahan diseluruh alat gentalia yang disebut dengan involusi yang
berangsur angsur pulih alat-alat eksterna maupun interna nya pasca kelahiran.
1. Uterus
Uterus berangsur angsur mengecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi :
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jbpst* 1.000 gr
1 Minggu Pertengahan pusat 750 gr
simfisis
2 Minggu Tidak teraba diatas 500 gr
simfisis
6 Minggu Normal 50 gr
8 Minggu Normal tapi sebelum 30 gr
hamil

2. Lochea
Lochea merupakan cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama
masa nifas, memiliki bau khas, lebih terasa jika tercampur keringat yang berlebih
pada ibu dan perlu mencermati perbedaan bau busuk dengan adanya tanda tanda
infeksi. Terbagi menjadi tiga jenis :
1. Lochea rubra (cruenta )
Berwarna merah karna berisikan darah segar, sisa sisa selaput ketuban, set
desidua, verniks caecosea, lanugo, serta mekonim selama 2 hari pasca persalinan,
cenderung keluar selama 2-3 hari postpartum.
2. Lochea sanguilenta
Berwarna kuning yang berisikan darah, lendir yang keluar pada hari ke 3-7 pasca
persalinan
3. Lochea serosa
Lochea berwarna merah jambu menjadi kekuningan, cairan ini tidak berdarah lagi
dari hari ke 7-14 pasca persalinan
4. Lochea alba
Lochea akhir yang dimulai sejak hari ke 14 semakin lama semakin sedikit hingga
berhenti sampai 1-2 minggu berikutnya, bentuknya seperti cairan putih yg terdiri
dari leukosit dan sel sel desidua.
5. Endometrium
Timbulnya thrombosis, degenarasi, nekrosis di tempat implantasi plasenta. Hari
pertama 2,5 mm dengan permukan kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin selang waktu tiga hari permukaan menjadi rata dan tidak terbentuk jaringan
parut.
6. Serviks
Berakhirnya TU serviks menjadi sangat lembek kendur dan terkulai bahkan
hingga lecet dan melepuh terutama dibagian anterior. Serviks akan terlihat padat
jika tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil dan akan membentuk seperti
keadaan sebelum hamil pada saat 4 minggu postpartum.
7. Vagina
Permulaan puerpurium ukuranya sangat luas dan berdinding tipis namun
berangsur angsur luasnya berkurang akan tetapi jarang kembali sepereti bentuk
seperti seorang nulipara. Timbul rugae pada minggu ketiga. Hymen tampak
sebagai tonjolan jaringan yang kecil dan berubah menjadi karunkulae mitiformis
yang khas bagi wanita yang multipara.
8. Payudara (mamae)
Proses menyusui mempunyai 2 mekanisme :
 Produksi susu
 Sekresi susu atau let down
Pada pasca kelahiran pembuluh payudara menjadi bengkak yang terisi darah,
sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan sakit
9. Sistem Pencernaan
Terjadi perubahan pola makan yang drastis, karna ibu sering kali cepat lapar
setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post partum denga diet normal
namun asupan makanan tidak boleh di sortir karna dalam waktu 3-4 hari faal usus
kembali normal.
10. Sistem Perkemihan
Dieresis yang normal dimulai segera setelah bersalin sampai hari kelima setelah
persalinan, disamping itu kandung kemih pada puerperium mempunyai kapasitas
yang meningkat karna distensi urine yang berlebihan dan urine residual yang
berlebihan sehingga terjadi pengosongan yang tidak sempurna dan ureter serta
pelvis akan normal kembali setelah 8 minggu persalinan.
11. Sistem Musculoskeletal
Ligament ligament fasia dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan
dan persalinan berangsur angsur kembali kesediakala. Tidak jarang ligament
retundum mengendur sehingga uterus jatuh kebelakang. Fasia jaringan penunjang
alat genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan- latihan tertentu.
Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan- lahan.

TENTANG ANEMIA
1. Pengertian :
Masa post partum merupakan tantangan bagi banyak ibu yang baru melahirkan.
Pemulihan dari proses melahirkan, belajar menjadi orang tua, dan mengurus diri sendiri
membutuhkan banyak energy. Menderita anemia pada masa post partum dapat membuat
proses ini menjadi lebih sulit. Anemia terjadi jika kadar hemoglobin dalam darah rendah.
Hemoglobin adalah zat pembawa oksigen dalam sel darah merah. Jika terjadi gangguan
sistem transportasi oksigen (misalnya anemia) akan menyebabkan tubuh sulit untuk
bekerja.
Anemia merupakan kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya
sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh yg membutuhkan nya (Tarwoto &
Wartonah, 2008).
Anemia post partum didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl,
hal ini merupakan masalah yang umum dalam bidang obstetric. Meskipun wanita hamil
dengan kadar besi yang terjamin, konsentrasi haemoglobin biasanya berkisar 11-12 g/dl
sebelum melahirkan. Hal ini diperburuk dengan kehilangan darah saat melahirkan dan
pada masa nifas. Menurut analisa terbaru, kehilangan darah pada saat post partum diatas
500 ml masih merupakan suatu masalah meskipun pada obstetri modern.
Menurut Kusniandani & Adila pada tahun (2015) anemia pada ibu post partum
didefinisikan sebagai suatu komplikasi yang dapat terjadi setelah melahirkan karna kadar
hemoglobin yang kurang dari normal yang dapat menyebabkan kehilangan zat besi dan
berpengaruh dalam proses laktasi.
Rendahnya suplai oksigen yang dibawa hemoglobin didalam sel darah merah pada
tubuh, mengakibatkan terganggunya fungsi masing – masing sel tubuh, seperti
premature, kecacatan, cadangan besi kurang, syok, serta perdarahan postpartum dengan
kendala partus lama karna inersia uteri, infeksi baik inpartum maupun postpartum
(Manuaba, 2010 )

2. Karakteristik Anemia :
1) Anemia Aplastik
Merupakan anemia yang disertai dengan pansitopenia pada darah tepi yang
disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau
hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sum-sum tulang.
2) Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh, sehingga
penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada akhirnya pembentukan
hemoglobin berkurang.
3) Anemia Megaloblastik
Anemia yang ditandai dengan adanya megaloblast dalam sum sum tulang, dimana
maturasi pada sitosplasma normal tetapi intinya besar dengan susunan kromosom
yang longgar
4) Anemia Hemolitik
Anemia ini disebabkan oleh hemolisis yaitu pemecahan eritrosoit dalam pembuluh
darah yang belum waktunya.
5) Anemia Sel Sabit
Merupakan anemia yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin
detektif, dari masing maisng orangtua. ( Handayani & Sulystyo, 2008).

3. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan penyebab nya menurut Tarwoto & Wartonah, (2008) klasifikasi anemia
dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Anemia karena hilangnya sel darah merah dimana biasanya terjadi pada perdarahan
aibat perlukaan, perdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus, perdarahan hidung
dan perdarahan akibat luka operasi.
2) Anemia karena menurunya produksi sel darah merah dapat disebabkan karena
kekurangan unsur penyusun sel darah merah (asam folat, vitamin B12, dan zat besi).
3) Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan sel darah merah yang dapat
terjadi karena overaktifnya Reticulo Endothelial System (RES) .

4. Tingkatan Anemia
Menurut ( Handayani &Sulystyo, 2008) :
1) Anemia ringan sekali
Dimana kadar hemoglobin ( Hb) 10g/dl – 13 gr/dl
2) Anemia ringan
Dimana kadar hemoglobin (Hb) 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
3) Anemia sedang
Dimana kadar hemoglobin (Hb) 6 gr/dl - <7,9 gr/dl
4) Anemia berat
Dimana kadar hemoglobin (Hb) <6 gr/dl

B. ETIOLOGI
Anemia defisiensi besi merupakan penyebab paling sering dari anemia postpartum yang
disebabkan oleh intake zat besi yang tidak cukup serta kehilangan darah selama kehamilan
dan persalinan. Anemia postpartum berhubungan dengan lamanya perawatan di rumah sakit,
depresi, kecemasan, dan pertumbuhan janin terhambat.
Kehilangan darah adalah penyebab yang lain dari anemia. Kehilangan darah yang
signifikan setelah melahirkan dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia postpartum.
Banyaknya cadangan hemoglobin dan besi selama persalinan dapat menurunkan risiko
terjadinya anemia berat dan mempercepat pemulihan.
Berdasarkan Nanda Nicnoc, (2015) Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit
tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar
(underlyng disease), Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena :
 Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
 Kehilangan darah keluar tubuh (Perdarahan) yang bisa terjadi pada postpartum
 Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2008 )
1. Genetik
Hemoglobinopati

Thalasemia

Abnormal enzim glikolitik

Fanconi anemia

2. Nutrisi

Defisiensi besi, defisiensi asam folat

Defisiensi cobal, vitamin B12

Alkoholis, kekurangan nutrisi / malnurisi

3. Perdarahan

Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid lain-lain

4. Imunologi

5. Infeksi

Hepatitis

Cytomegalovirus

Parvovirus

Clostridia

Sepsis gram negative


Malaria

Toksoplasmosis

6. Obat obatan atau zat kimia

 Agen kemotherapi

 Anticonvulsant

 Antimetabolis

 Kontrasepsi

 Zat kimia toksik

C. TANDA DAN GEJALA


Menurut Manuba (2007), gejala-gejala yang sering muncul dan dialami oleh ibu nifas
dengan anemia adalah :
 Cepat lelah
 Lesu
 Rasa mengantuk
 Sering pusing
 Mata berkunang-kunang
 Nafsu makan menurun (anoreksia)
 Susah Konsentrasi
 Nafas pendek (pada anemia parah)
 Keluhan mual, muntah lebih hebat pada hamil muda
 Conjungtiva pucat

Gejala khas masing masing anemia

1. Perdarahan berulang/ kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi besi
Ikterus, urin berwarna kuning tua/ coklat, perut mrongkol/ makin buncit pada anemia
hemolitik

2. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan


3. Tanda umum anemia ialah, pucat, takikardi, pulse celer, suara pembuluh darah
spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung

D. PATOFISIOLOGI
Terdapat patosifiologi anemia yaitu perdarahan sehingga kekurangan unsur zat besi, intake
kurang misalnya, menu jelek klien muntah terus menerus dan kebutuhan zat besi meningkat
akibat perdarahan. Dampak persalinan dan kelahiran dapat menyebabkan wanita terlihat
pucat dan letih selama satu atau beberapa hari setelah melahirkan. Anemia dalam nifas dapat
terjadi sebagai akibat perubahan sistem hematologi dalam masa kehamilan,

E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah dalam tinja. Pemeriksaan feses atau tinja ini dilakukan jika dicurigai
penyebab anemia defisiensi besi adalah perdarahan saluran cerna.
2. Endoskopi. Pemindaian ini dilakukan untuk melihat sumber perdarahan dalam saluran
pencernaan yang bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
3. USG panggul. Pemeriksaan ini dilakukan pada wanita yang mengalami menstruasi
dengan perdarahan banyak, untuk melihat penyebab kondisi tersebut.

G. PENATALAKSANAAN
A. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien

1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.

2. Kaji riwayat keluarga

B. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.

1. Morfologi

a. Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang

b. SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi

c. SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa

2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan

a) Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi

b) Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal


dan sehat.

c) Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah,


namun masih normal.

d) Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia

 Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya

 Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release,
seperti Slow-Fe setiap hari

e) Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia


megaloblastik.

o Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.


o Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3
kali/hari.

f) Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:

1. Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.

2. Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:

 Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)

 Kadar kosentrasizat besi serum

 Kapasitas pegikat zat besi

 Hitung jenis sel (SDP dan SDM)

 Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)

 Hitung trombosit

 uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar

 Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit

 Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien
keturunan Afika-Amerika.

3. Konsultasikan dengan dokter

4. Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.

C. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu
kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.

1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-


Penatalaksanaan B2).

2. Konsultasikan ke dokter bila:


 Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi
 Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya
(singkirkan kesalahan labotaturium).
 Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
 Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

H. KOMPLIKASI POST PARTUM


a) Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24
jam setelah anak dan plasenta lahir.Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu:
1. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.

Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:


1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
 Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
 Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4. Trauma jalan lahir
 Episiotomi yang lebar
 Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
 Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
b) Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme
dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya.
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi
klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan
(Bobak, 2004).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun
saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam
tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri,
seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
c) Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby
blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak
dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung
akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang
waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang
berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.

I. PENGKAJIAN
a) Riwayat Kesehatan, meliputi :
1) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini, adakah afterpains, nyeri luka jahitan perineum,
adakah perdarahan.
2) Riwayat kehamilan meliputi umur kehamilan serta riwayat penyakit yang menyertai.
3) Riwayat persalinan meliputi lama persalinan, GPA, proses persalinan, adakah
komplikasi, laserasi atau episiotomi.
4) Riwayat obstetric terdahulu, adakah komplikasi saat nifas, apakah ibu menyusui
bayinya secara eksklusif, adakah masalah waktu laktasi.
5) Riwayat KB, rencana ibu untuk KB selanjutnya.
6) Riwayat kesehatan ibu dan keluarga, adakah penyakit menular maupun menurun.
7) Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari misalnya
pola makan, BAK, BAB, personal hygiene, istirahat maupun mobilisasi.
8) Obat / suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya tablet besi.
9) Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap peran
baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu sekarang,
kecemasan, kekhawatiran.
10) Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari – hari.
11) Bagaimana rencana menyusui nanti ( ASI eksklusif atau tidak) , rencana merawat
bayi dirumah ( dilakukan ibu sendiri atau dibantu orangtua / mertua )
12) Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu.
13) Pengetahuan ibu tentang nifas.
14) Adakah adat istiadat yang merugikan kesehatan pada masa nifas.
b) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum pasien dan kesadarannya.
2. Mengkaji TTV :
 Tanda – tanda vital, meliputi : tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan.
 Antopometri, meliputi : tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat badan
setelah hamil, dan total kenaikan berat badan.
3. Wajah.
 Pucat atau tidak.
 Chloasma gravidarum.
4. Mata, meliputi kondisi sclera dan konjungtiva.
5. Mulut dan gigi, meliputi adakah bau mulut, sariawan, caries, dan karang gigi.
6. Leher, meliputi adakah kelenjar gondok dan peningkatan tekanan JVP.
7. Payudara.
 Bagaimanakah proses laktasinya.
 Adakah pembesaran kelenjar / abses.
 Bagaimana keadaan putting susu ( menonjol / mendatar, adakah nyeri dan
lecet putting )
 Kebersihan payudara.
 ASI / colostrum apakah sudah keluar.
 Adakah pembengkakan.
 Adakah radang atau benjolan abnormal.
8. Abdomen.
 Palpasi : ukur tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, posisi diastesis rekti.
 Auskultasi : bising usus.
 Kaji keluhan mules – mules ( hisroyen / his pengiring )
 Kaji bentuk abdomen.
 Kaji striae.
 Kaji linea rubra.
 Adakah bekas operasi.
9. Kandung kemih.
 Adakah distensi urine.
 Kandung kemih kosong / penuh.
10. Genetalia dan perineum.
 Pengeluaran lochea ( jenis, warna, jumlah, bau )
 Adakah oedema atau memar pada dinding vagina.
 Adakah peradangan.
 Adakah nyeri.
 Kaji jahitan dan keadaan luka episiotomy.
 Adakah nanah.
 Tanda – tanda infeksi pada luka jahitan.
 Kebersihan perineum.
 Adakah hemorrhoid pada anus.
11. Ekstremitas bawah.
 Pergerakan.
 Adakah gumpalan darah pada otot kaki yang menyebabkan nyeri.
 Adakah oedema dan varises.
 Adakah human’s sign.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d proses inflamasi pada saluran pernafasan
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dalam darah,
suplai oksigen berkurang.
3. Resiko infeksi b.d kelemahan fisik
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,
5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik
6. Defisit pengetahuan tentang nutrisi b.d intake yang kurang

K. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola 1. Kaji frekuensi kedalaman 1) Kecepatan biasanya
nafas b.d proses pernafasan dan ekspansi meningkat. Terjadi
inflamasi pada saluran dada peningkatan kerja nafas
pernafasan 2. Auskultasi bunti nafas dan 2) Bunyi nafas
catat adanya bunyi menurun/tidak ada bunyi
tambahan tambahan bila jalan
3. Anjurkan pasien nafas obstruksi sekunder
melakukan nafas dalam 3) Dapat meningkatkan
4. Kolaborasi pemberian pola nafas
tambahan oksigen 4) Memaksimalkan
bernafas dan
meningkatkan masukan
oksigen
2. Ketidakefektifan 1. Lakukan penilaian secara 1. mencatat pengkajian
perfusi jaringan perifer komprehensif fungsi TTV pada pasien
b.d penurunan sirkulasi perifer. (cek nadi 2. mengobservasi oedema
konsentrasi Hb dalam perifer, temperature pada pasien
darah, suplai oksigen ekstermitas) 3. mengkaji skala nyeri
berkurang. 2. kaji ada atau tidaknya PQRST
oedema, 4. mengatur posisi pasien
3. inpeksi kulit dan palpasi ekstermitas bawah lebih
anggota badan rendah untuk
4. kaji skala nyeri memperbaiki sirkulasi
5. atur posisi pasien, 5. memonitor status input
ekstermitas bawah lebih dan output cairan pasien
rendah untuk memperbaiki
sirkulasi
6. monitor status cairan input
dan output
7. berikan makanan yang
adekuat untuk menjaga
viskositas darah
3. Resiko infeksi b.d 1. Tingkatkan cuci tangan 1. Mencegah kontaminasi
kelemahan fisik yang baik oleh oemberi silang.
perawatan dan pasien. 2. Menurunkan resiko
2. Pertahankan teknik aseptic infeksi bakteri.
ketat pada prosedur/ 3. Membantu dalam
perawatan luka. pengenceran secret
3. Tingkatkan masukan pernafasan untuk
cairan adekuat. mempermudah
4. Pantau suhu, catat adanya pengeluaran dan
menggigil dan takikardia mencegah statis cairan
dengan atau tanpa demam tubuh.
5. Kolaborasi: berikan 4. Adnya proses
antiseptic topical, inflamasi/infeksi
antibiotic sistemik. membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
5. Mungkin digunakan
secara propilaktik untuk
menurunkan kolonisasi
atau untuk pengobatan
proses infeksi local.
4. Ketidakseimbangan 1. Kaji kebisaan diet, input- 1) Berguna menentukan
nutrisi kurang dari output dan timbang BB kebutuhan kalori
kebutuhan tubuh b/d setiap hari 2) Membantu merangsang
intake yang kurang, 2. Berikan makan porsi Nafsu makan
sedikit tapi sering 3) Membantu pasien
3. Tingkatkan tirah baring melaukan tirah baring
4. Kolaborasi/konsultasikan pada situasi rileks, bersih
ke ahli gizi untuk dan menyenangkan
memberikan diet sesuai 4) Untuk mengurangi
kebutuhan klien kebutuhan metabolic.
Metode makana dan
kebutuhan kalori
didsarkan pada situasi
atau kebutuhan individu
untuk memberikan
nutrisi maksimal.
5. Defisit perawatan diri 1. Hindari membantu 1. Membiasakan pasien
b.d kelemahan fisik pasien jika pasien untuk melakukan
memungkinkan segala aktivitas
melakukan sendiri
aktivitasnya sendiri 2. Melatih peningkatan
2. Beri pasien waktu fungsi otot secara
yang cukup dalam bertahap dan tidak
melakukan perawatan terburu-buru
diri 3. Member rasa nyaman
3. Berikan alat bantu dan menghindari
tempat duduk kelelahan saat mandi
dan mencuci rambut
6. Defisit pengetahuan 1. Berikan penilaian tentang
tentang nutrisi b.d tingkat pengetahuan 1. Pasien dan keluarga
intake yang kurang pasien tentang proses menyatakan pemahaman
penyakit yang spesifik. tentang anemia, kondisi,
2. Diskusikan perubahan prognosis dan program
gaya hidup yang mungkin pengobatan, serta
diperlukan untuk pengetahuan nya tentang
mencegah komplikasi nutrisi pada ibu post
dimasa yang akan datang partum dengan anemia
dan atau proses 2. Pasien dan keluarga
pengontrolan penyakit. mampu melaksanakan.
3. Diskusikan pilihan terapi Prosedur pemenuhan
atau penanganan nutrisi yang dijelaskan
4. Instrusikan pasien secara benar.
mengenai tanda dan gejala 3. Pasien dan keluarga
untuk melaporkan pada mampu menjelaskan
pemberi perawatan kembali apa yang
kesehatan dengan cara dijelaskan perawat atau
yang tepat. tim kesehatan yang
lainya.

L. DAFTAR PUSTAKA
 Ambarwati dan Wulandari, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan NIFAS. Nuha Medika,
Yogyakarta.
 Caughlan S. Post-Partum Anemia: Can Prenatal Supplements Prevent It? 2009 [cited
16th November 2010]; Available from:
http://www.motherandchildhealth.com/Prenatal/prenatal.htm
 Dewi, Vivian lanny dan Sunarsih, 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Salemba
medika, Jakarta.
 Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
 Mitayani, 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika, Jakarta.
 Muthoharoh, Salafas dan Setyowati. 2013. Asuhan Kebidanan Berkelanjutan dengan
Anemia Ringan. Artikel tidak diterbitkan, Semarang : Program DIII Kebidanan.
 Proverawati, 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan Dalam Triwulandari (Ed). Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Anemia Ringan. ( Hal, 2) . Trombayan Kalijambe.
 Sudoyo, Aru. 2015. Dalam Nurarif dan Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NICNOC. Yogyakarta : Mediaction.
 Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi.

Anda mungkin juga menyukai