Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR KAMAR BEDAH ATAU OPERASI

A. Sejarah Kamar Bedah

Dahulu prosedur operasi tidak selalu dilakukan dalam lingkungan khusus rumah
sakit. Ahli bedah melakukan kunjungan rumah kalau dipanggil untuk memeriksa
pasien. Di awal tahun1900an, perawat kamar operasi diminta untuk menyiapkan
kamar atau ruangan yang sesuai yaitu ruangan dengan lalu-lintas yang minimal dan
sedikit suara untuk prosedur operasi-biasanya ruang makan, tetapi kadang-kadang di
dapur. Segalanya dikeluarkan dari kamar, terutama karpet,gantungan, gambar, dan
juga mebel.

Kamar diasapi dengan sulfur dioksida selama 12 jam jika sudah waktunya mau
dipakai. Ini dilakukan dengan membakar 3 pon sulfur di periuk terbuat dari besi
untuk tiap-tiap 1000 kaki kubik ruangan. Jendela dan pintu ditutup serapat mungkin.
Ketika pengasapan telah selesai, tembok dan permukaan disikat dengan karbol 5%
atau larutan soda panas. Von Esmarch menggambarkan pembersihan dinding
meliputi proses penggosokan permukaan dengan roti halus. Dia mendasarkan
tindakan ini pada eksperimen pribadi. Jika waktu tidak cukup untuk dilakukan proses
pengasapan/penyikatan, ruangan seharusnya telah di penuhi dengan uap dari ceret.

Linen dan handuk yang akan dipakai direbus selama 5 menit di larutan soda untuk
digunakan sebagai spon. Kompor dan oven berguna sebagai alat sterilisasi. Batu bata
tetap di oven untuk digunakan sebagai alat penghangat bagi pasien anak yang
kedinginan. Meja dapur atau ruang makan telah dialasi untuk digunakan sebagai
meja operasi dan ditempatkan di bawah tempat lilin, dengan kepala mengarah ke
jendela. Untuk kerahasiaan, kertas tisu yang berwarna putih digunakan didekat
jendela dengan memakai adonan tepung. Banyak ahli bedah mempunyai lampu
portable untuk digunakan didalam rumah yang mempunyai listrik. Ini sangat berguna
di malam hari. Seprai tempat tidur putih dipaku ke semua tembok sebagai lapisan
pelindung.
Lingkungan fisik sangat penting untuk ahli bedah. Suhu kamar harus dijaga pada
suhu di 75 – 80° F dan tambahan alat untuk menghangatkan ruangan, seperti selimut
hangat, botol air panas, dan batu bata hangat dibungkus dengan kain flanel.
Disamping menyiapkan lingkungan, perawat kamar operasi diharuskan mempunyai
10 galon air steril yang panas dan 10 galon air steril yang dingin yang siap untuk
digunakan. Termasuk tugas perawatn yaitu menyiapkan larutan garam steril dengan
mendidihkan sebuah wadah besar yang berisi air dan menambahkan 2 sendok teh
garam meja. Campuran direbus selama 30 menit kemudian disaring dengan
menggunakan kapas yang sudah dipanggang sampai berwarna kecoklatan ke dalam
botol steril. Gabus dipergunakan untuk menutup lubang. Terutama bila larutan
disimpan untuk penggunaan yang akan datang, botol yang telah ditutup direbus
selama 20 menit selama 3 hari berurutan. Ini dipercaya untuk mencegah tumbuhnya
spora.

Sebagai kesimpulan dari prosedur pembedahan bahwa perawat kamar operasi


diperlukan untuk membongkar, mendidihkan, mengeringkan, dan mengepak
instrumen ahli bedah ke dalam tasnya. Ruangan dikembalikan ke keadaan semula
dengan melepas atau mebuang lembaran-lembaran dari dinding dan
mengeluarkannya untuk dicuci dan mengembalikan kembali karpet dan mebel ke
posisi semula. Akhirnya perawat kamar operasi meninggalkan ruangan, keadaanya
seperti waktu dia mau menggunakannya.

B. Kamar Bedah atau Operasi


1. Pengertian
Kamar Operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di rumah sakit yang
diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan baik elektif atau akut yang
membutuhkan keadaan suci hama atau steril.
a. Pembagian Daerah Kamar Operasi
1) Daerah Publik
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.
Misalnya: kamar tunggu, gang, emperan depan komplek kamar operasi.
2) Daerah Semi Publik
Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas.dan
biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS. dan
sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas
(pakaian khusus kamar operasi) serta penggunaan alas kaki khusus di dalam.
3) Daerah Aseptik
Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang
langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan.Umumnya daerah
yang harus dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3
bagian, yaitu:
a) Daerah Aseptik 0
Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya pembedahan.
b) Daerah aseptik 1
Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk / kain steril, tempat
instrument dan tempat perawat instrument mengatur dan
mempersiapkan alat.
c) Daerah aseptik 2
Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah sekitar
ahli anesthesia.

b. Bagian-bagian Kamar Operasi


Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang baik itu di dalam kamar operasi
maupun di lingkungan kamar operasi, antara lain:
1) Ruang sterilisasi
2) Kamar tunggu
3) Gudang
4) Kantor
5) Kamar mandi (WC) dan Spoelhok (Tempat cuci alat)
6) Kamar istirahat
7) Kamar gips
8) Kamar Pulih Sadar (Recovery Room)
9) Kamar arsip
10) Kamar laboratorium
11) Kamar untuk ganti pakaian
12) Kamar untuk sterilisasi
13) Kamar untuk gudang alat-alat instrument
14) Kamar untuk mencuci tangan
15) Kamar bedah

c. Persyaratan Kamar Operasi


Kamar operasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut:
1) Letak
Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit, berdekatan
dengan Instalasi Rawat Darurat, ICU dan unit radiologi.
2) Bentuk dan Ukuran
a) Bentuk
Kamar operasi tidak bersudut tajam.Lantai, dinding.Langit-langit
berbentuk lengkung dan wama tidak mencolok.
b) Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus terbuat dari bahan yang
keras, rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menampung debu.
1) Ukuran
a) Kamar operasi kecil berukuran: 5,2 m x 5,6 m (29,1 m2)
b) Kamar operasi yang nyaman diperlukan kira-kira diperlukan luas
40 m2.
c) Kamar operasi untuk operasi besar diperlukan luas minimal 56
m2 (7,2 m x 7,8 m).
3) Sistem Penerangan
Sistem penerangan di dalam kamar operasi harus memakai lampu pijar putih
dan mudah dibersihkan.Sedangkan lampu operasi memiliki persyaratan
khusus, yaitu arah dan fokusnya dapat diatur, tidak menimbulkan panas,
cahayanya terang dan tidak menyilaukan serta tidak menimbulkan
bayangan.Pencahayaan antara 300 - 500 lux, meja operasi 10.000 - 20.000
lux.
4) Sistem Ventilasi
Sistem ventilasi di kamar bedah sebaiknya memakai system pengatur suhu
sentral (AC sentral) dan dapat diatur dengan alat kontrol yang memakai
filter (Ultra Clean Laminar Airflow), dimana udara dipompakan ke dalam
kamar operasi dan udara di kamar operasi dihisap keluar.
5) Suhu dan Kelembaban
Suhu di kamar operasi di daerah tropis sekitar 19° - 22 ° C. Sedangkan di
daerah sekitar 20°-24°C dengan kelembaban 55% (50 - 60%).
6) Sistem Gas Medis
Pemasangan sebaiknya secara sentral memakai system pipa, yang bertujuan
untuk mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan di kamar operasi
bila terjadi kebocoran dan tabung gas.Pipa gas tersebut harus dibedakan
warnanya.
7) Sistem listrik
Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltage, yaitu 110 volt
dan 220 volt.Karena alat-alat kamar operasi memiliki voltage yang berbeda.
Semua tombol listrik dipasang pada ketinggian 1,40 m dari lantai.
8) Sistem komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutama bila ada
keadaan darurat maka mudah untuk melakukan komunikasi.
9) Peralatan
a) Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan mudah
dibersihkan.
b) Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steel agar mudah
untuk dibersihkan.
c) Untuk alat-alat elektrik harus ada petunjuk penggunaan dan menempel
pada alat agar mudah untuk penggunaan.
10) Pintu
a) Pintu masuk dan keluar penderita harus berbeda.
b) Pintu masuk dan keluar petugas harus tersendiri.
c) Semua pintu harus menggunakan door closer (bila memungkinkan).
d) Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan di kamar
operasi tanpa membuka pintu.
11) Pembagian area
a) Ada batas tegas antara area bebas terbatas. semi ketat, dan area ketat.
b) Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dan perawat ruangan
kepada perawat kamar operasi.
12) Air Bersih
Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Tidak berwama, berbau dan berasa.
2) Tidak mengandung kuman pathogen
3) Tidak mengandung zat kimia
4) Tidak mengandung zat beracun
13) Penentuan Jumlah Kamar Operasi
Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk dan
lahan yang tersedia, sehingga dikatakan bahwa rancang bangun kamar
operasi setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar atau tipe rumah
sakit tersebut.

Makin besar rumah sakit tentu membutuhkan jumlah dan luas kamar bedah
yang lebih besar. Jumlah kamar operasi tergantung dari berbagai hal yaitu :
1) Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.
2) Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi
bersama fasilitas penunjang.
3) Pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.
4) Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari
maupun perminggu.
5) Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan
penyediaan peralatan.

d. Personil Kamar Operasi


1. Jenis Tenaga
Jenis tenaga adalah personil yang boleh masuk di dalam kamar operasi baik
tim inti maupun tim penunjang, antara lain:
a. Tim Bedah
1) AhIi bedah.
2) Asisten ahli bedah.
3) Perawat Instrumen (Scrub Nurse).
4) Perawat Sirkuler.
5) Ahli anestesi.
6) Perawat anestesi.

b. Staf Perawat Operasi terdiri dari :


1) Perawat kepala kamar operasi.
2) Perawat pelaksana.
3) Tenaga lain terdiri dari :
a) Pekerja kesehatan.
b) Tata usaha.
c) Penunjang medis.

2. Tanggung Jawab
a. Kepala kamar operasi
1) Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang bertanggung jawab dan
berwenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di kamar
operasi.
2) Tanggung jawab
Secara fungsional bertanggung jawab kepala bidang keperawatan,
melalui kepala seksi perawatan.Secara professional bertanggung jawab
kepada kepala instansi kamar operasi.
3) Tugas
a) Perencanaan
(1) Menentukan macam dan jumlah pelayanan pembedahan.
(2) Menentukan macam dan jumah alat yang diperlukan sesuai
spesialisasinya.
(3) Menentukan tenaga perawat bedah yang dibutuhkan.
(4) Menampung keluhan penderita secara aktif.
(5) Bertanggungjawab terlaksananya operasi sesuai jadwal.
(6) Menentukan pengembangan pengetahuan petugas dan peserta
didik.
(7) Bekerja sama dengan dokter tim bedah dan kepala kamar operasi
dalam menyusun prosedur dan tata kerja di kamar operasi.
b) Pengarahan
(1) Memantau staf dalam penerapan kode etik kamar bedah.
(2) Mengatur pelayanan pembedahan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan team.
(3) Membuat jadwal kegiatan.
(4) Pemanfaatan tenaga seefektif mungkin.
(5) Mengatur pekerjaan secara merata
(6) Memberikan bimbingan kepada peserta didik.
(7) Memantau pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada stafnya.
(8) Mengatur pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien.
(9) Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
c) Pengawasan
(1) Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai.
(2) Mengawasi penggunaan alat dan bahan secara tepat.
(3) Mempertahankan kelengkapan bahan dan alat.
(4) Mengawasi kegiatan team bedah sehubungan dengan tindakan
pembedahan.
(5) Menyesuaikan tindakan di kamar bedah dengan kegiatan di bagian
lain.
d) Penilaian.
(1) Menganalisa secara kontinyu jalannya team pembedahan.
(2) Menganalisa kegiatan tata laksana kamar operasi yang
berhubungan dengan penggunaan alat dan bahan secara efektif dan
hemat.

b. Perawat Instrument / Scrub Nurse


1) Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan
ditugaskan dalam mengelola paket alat pembedahan.selama tindakan
pembedahan berlangsung.
2) Tanggung jawab
Secara administrative dan kegiatan keperawatan, bertanggung jawab
kepada kepala kamar operasi.dan secara operasional tindakan bertanggung
jawab kepada ahli bedah dan perawat kepala kamar operasi.
3) Tugas
a) Sebelum Pembedahan
(1) Melakukan kunjungan pasien minimal sehari sebelum
pembedahan.
(2) Menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai seperti
kebersihan ruangan, peralatan, meja mayo atau instrumen, meja
operasi, lampu operasi, mesin anesthesi, suction pump, dan gas
medis.
(3) Menyiapkan set instrumen steril sesuai dengan jenis pembedahan.
(4) Menyiapkan bahan desinfektan dan bahan lain sesuai dengan
keperluan operasi.
(5) Menyiapkan sarung tangan dan alat tenun steril.
b) Saat Pembedahan
(1) Memperingatkan team steril jika terjadi penyimpangan prosedur
aseptik.
(2) Membantu mengenakan gaun dan sarung tangan steril untuk ahli
bedah dan asisten bedah.
(3) Menata instrumen di meja mayo dan meja instrumen.
(4) Memberikan desinfektan untuk desinfeksi lapangan operasi.
(5) Memberikan duk steril untuk drapping.
(6) Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai dengan
kebutuhan.
(7) Memberikan bahan operasi sesuai dengan kebutuhan.
(8) Mempertahankan instrumen dalam keadaan tersusun secara
sistematis.
(9) Mempertahankan kebersihan dan sterilisasi alat instrumen.
(10) Merawat luka secara aseptik.
c) Setelah Pembedahan
(1) Memfiksasi drain.
(2) Membersihkan kulit pasien dari sisa desinfektan.
(3) Mengganti alat tenun dan paju pasien lain dipindahkan ke
brankart.
(4) Memeriksa dan menghitung instrumen lalu mencucinya.
(5) Memasukkan alat instrumen ke tempatnya untuk distenilisasi

c. Perawat Sirkuler / Circulating Nurse


1) Pengertian
Tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan tanggung jawab
membantu kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.
2) Tanggung jawab
Secara administrative dan operasional bertanggung jawab kepada perawat
kepala kamar operasi dan kepada abli bedah.
3) Tugas
a) Sebelum pembedahan
(1) Menerima Pasien di ruang persiapan Kamar Operasi
(2) Memeriksa kelengkapan operasi meliputi :
(a) Kelengkapan dokumentasi medis, antara lain :
- Surat persetujuan tindakan medis (operasi)
- Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir
- Hasil pemeriksaan radiologi (fob x-ray)
- Hasil pemeriksaan ahli anestesi (pra visite anestesi)
- Hasil konsultasi ahli lain sesuai kebutuhan
(b) Kelengkapan obat - obatan, cairan dan alat kesehatan
(c) Persediaan darah (bila diperlukan)
(3) Memeriksa persiapan fisik
(4) Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan untuk
pembedahan dengan perawat premedikasi
(5) Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan,
tim bedah yang akan menolong dan fasilitas kamar operasi
b) Saat pembedahan
(1) Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan bekerjasama
dengan petugas anestesi
(2) Membuka set steril yang dibutuhkan dengan memperhatikan
teknik aseptik
(3) Membantu mengikatkan tali gaun bedah
(4) Memasang plate mesin diatermi
(5) Setelah draping, membantu menyambungkan slang suction dan
senur diatermi
(6) Membantu menyiapkan cairan dan desinfektan pada mangkok
steril
(7) Mengambil instrument yang jatuh dengan menggunakan alat dan
memisahkan dari instrument yang steril
(8) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan
(9) Menghubungi petugas penunjang medis (petugas PA) bila
diperlukan
(10) Menghitung dan mencatat pemakaian kasa, bekerjasama dengan
perawat instrument
(11) Memeriksa kelengkapan instrument dan kasa bersama perawat
instrument agar tidak tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka
operasi ditutup
c) Setelah pembedahan
(1) Membersihkan dan merapikan pasien yang sudah selesai
dilakukan pembedahan
(2) Memindahkan pasien dari meja operasi ke brancard dorong yang
telah disiapkan
(3) Meneliti, menghitung dan mencatat obat-obatan, cairan serta alat
yang telah diberikan kepada pasien
(4) Mendokumentasikan tindakan keperawatan selama pembedahan
antara lain:
(a) Identitas pasien (nama pasien, jenis kelamin, umur, nomor
dokumen medik, ruangan dirawat, tanggal mulai dirawat dan
alamat).
(b) Diagnosa pra bedah
(c) Jenis tindakan
(d) Jenis operasi (bersih, bersih kontaminasi, kontaminasi, kotor)
(e) Dokter anestesi
(f) Tim bedah(operator, asisten operator, perawat instrument)
(g) Waktu operasi (mulai induksi, mulai incisie, selesai operasi)
(h) Golongan operasi (khusus, besar, sedang, kecil)
(i) Bahan cairan yang dipakai (povidone iodine, alkohol,
perhidrol,NaCl, chlorhexidine gluconate)
(j) Pemakalan pisau bedah
(k) Pemakaian catheter
(l) Pemakaian benang bedah
(m) Pemakaian alat-alat lain
(n) Keterangan (berisi catatan penting selama proses
pembedahan)
(5) Membantu perawat instrument membersihkan dan menyusun
instrument yang telah digunakan kemudian alat disterilkan
(6) Membersihkan selang dan botol suction dari sisa jaringan serta
cairan operasi
(7) Mensterilkan selang suction yang dipakai langsung pasien
(8) Membantu membersihkan kamar operasi setelah tindakan
pembedahan

d. Perawat Anestesi
1) Pengertian
Tenaga keperawatan profesional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab dalam membantu terselenggarakannya pelaksanaan tindakan
pembiusan dikamar operasi.
2) Tanggung jawab
Secara administrative dan kegiatan keperawatan bertanggung jawab
kepadakepala perawat kamar operasi dan secara operasional bertanggung
jawabkepada ahli anestesi / ahli bedah dan kepala perawat kamar operasi.
3) Tugas
a) Sebelum Pembedahan
(1) Melakukan kunjungan pra anesthesi untuk menilai status fisik
pasien.
(2) Menerima pasien di ruang penerimaan kamar operasi.
(3) Menyiapkan kelengkapan alat dan mesin anesthesi.
(4) Memasang infus atau transfusi darah.
(5) Memberikan premedikasi sesuai dengan program dokter
anesthesi.
(6) Menyiapkan kelengkapan meja anesthesi dan mesin suctionnya.
(7) Memonitor kondisi fisik dan tanda vital pasien.
(8) Memindahkan pasien ke meja operasi.
(9) Menyiapkan obat anesthesi dan membantu ahli anesthesi dalam
proses induksi.
b) Saat Pembedahan
(1) Membebaskan jalan napas dengan mengatur posisi pasien dan
ETT.
(2) Memenuhi keseimbangan gas medis.
(3) Mengatur keseimbangan cairan dengan menghitung input dan
output.
(4) Memantau tanda-tanda vital.
(5) Memberikan obat-obatan sesuai dengan program dokter anesthesi.
(6) Memantau efek obat anesthesi.
c) Setelah Pembedahan
(1) Mempertahankan jalan napas pasien.
(2) Memantau tingkat kesadaran pasien.
(3) Memantau dan mencatat perkembangan pasien post operasi.
(4) Memantau pasien terhadap efek obat anesthesi.
(5) Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar.
(6) Merapikan dan membersihkan alat anesthesi.
(7) Mengembalikan alat anesthesi ke tempat semula.

e. Isu Kamar Bedah


Kronologis Kasus
Seorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi.
Sebagaimana layaknya, sebelum pembedahan dilakukan anastesi terlebih
dahulu. Pembiusan dilakukan oleh dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin
oleh dokter ahli bedah tulang (orthopedy).

Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba sang pasien mengalami kesulitan


bernafas. Bahkan setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami
gangguan pernapasan hingga tak sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus
menerus di ruang perawatan intensif dengan bantuan mesin pernapasan
(ventilator). Tentu kejadian ini sangat mengherankan. Pasalnya, sebelum
dilakukan operasi, pasien dalam keadaan baik, kecuali masalah tulangnnya.

Usut punya usut, ternyata kedapatan bahwa ada kekeliruan dalam pemasangan
gas anastesi (N2O) yang dipasng pada mesin anastesi. Harusnya gas N2O,
ternyata yang diberikan gas CO2. Padahal gas CO2 dipakai untuk operasi
katarak. Pemberian CO2 pada pasien tentu mengakibatkan tertekannya pusat-
pusat pernapasan sehingga proses oksigenasi menjadi sangat terganggu, pasien
jadi tidak sadar dan akhirnya meninggal.

Ini sebuah fakta penyimpangan sederhana namun berakibat fatal. Dengan kata
lain ada sebuah kegagalan dalam proses penetapan gas anastesi. Dan ternyata, di
rumah sakit tersebut tidak ada standar-standar pengamanan pemakaian gas yang
dipasang di mesin anastesi. Padahal seeharusnya ada standar, siapa yang harus
memasang, bagaimana caranya, bagaimana monitoringnnya, dan lain
sebagainya.

Idealnya dan sudah menjadi keharusan bahwa perlu ada sebuah standar yang
tertulis (misalnya warna tabung gas yang berbeda), jelas, dengan formulir yang
memuat berbagai prosedur tiap kali harus ditandai dan ditandatangani.
Seandainya prosedur ini ada, tentu tidak akan ada, atau kecil kemungkinan
terjadi kekeliruan. Dan kalaupun terjadi akan cepat diketahui siapa yang
bertanggungjawab.

Malpraktek dalam bidang orthopedy adalah suatu tindakan kelalaian yang


dilakukan oleh dokter atau petugas pelayanan kesehatan yang bertugas
melakukan segala macam tindakan pembedahan khususnya pembedahan pada
tulang.Dimana dalam kasus ini si pasien yang pada awalnya hanya mengalami
masalah pada tulangnya pada akhirnya harus menghembuskan nafasnya untuk
terakhir kalinya hanya karena kesalahan pemberian gas setelah operasi.
Kelalaian fatal ini bisa dikatakan terjadi karena kurangnya ketelitian dari dokter
ataupun petugas kesehatan lainnya dalam pemberian pelayanan kesehatan
terhadap pasien.Kelalaian ini juga bisa disebabkan karena manejemen rumah
sakit yang kurang tertata baik, pendidikan yang dimiliki petugas yang mungkin
masih minim serta banyak lagi faktor yang lainnya. Karena tindakan tersebut
tidak hanya melangar hukum, kode etik kedokteran dan juga standar berperilaku
dalam suatu agama tetapi bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang maka
perlu ada jalan keluarnya yakni dengan cara; pembenahan majemen rumah sakit,
meningkatkan ketelitian dalam menjalankan profesi kedokteran serta
memperdalam segala macam pengetahuan tentang berbagai macam tindakan
pelayanan kesehatan.

Bagi semua oranng yang bertugas sebagai pelayan kesehatan dan juga bagi
penulis serta siapa saja yang nantinya akan menjadi seorang pelayan yang
bergerak di bidang kesehatan, hendaknya bisa menggunakan waktu yang masih
ada semaksimal mungkin untuk mempelajari semua hal yang berkaitan dangan
tugas kita nantinya, agar segala macam tindakan pelanggaran ataupun kelalaian
dapat diminimalisir atau kalau bisa dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif


Nursing, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.

Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan.EGC : Jakarta.

Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito
Yogyakarta, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.

Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University
Press : Surabaya.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai