Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF DAN INSTRUMENTASI TEKNIK

PADA PASIEN DENGAN HERNIOTOMY HERNIORAPHY ATAS INDIKASI HERNIA INGUINALIS


LATERALIS
DI RUANG ZAMRUD RS LAVALETTE

Disusun Oleh :
M IHSANUL AMILIN
NIM P17212195015
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NEERS KEPERAWATAN MALANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Hernia adalah merupakan tonjolan suatu bagian dari satu atau beberapa organ lewat
lubang yang abnormal dan bahaya herniasi terjadi ketika organ yang menonjol lewat lubang
tersebut terjepit sampai derajat yang mengganggu sirkulasi darahnya atau ketika organ yang
menonjol tersebut menyelubungi dan mengganggu fungsi struktur lain (Wong, 2008). Hernia
adalah menonjolnya suatu organ struktur dari tempatnya yang normal melalui suatu
kongenital atau yang didapatkan (Barbara, C. Long, 2006).

2. Anatomi Hernia
Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, fasia, peritonium,extral oblique,
internal oblique, transversus abdominal dan transversalis fasia, serta di batasi oleh artery
epigastrika inferior, ligamentum inguinal dan lateralnya di batasi oleh rectus sheath (Schwartz,
2006).

3. Embriologi dan Patogenesis


Mayoritas hernia inguinalis pada anak adalah hernia inguinalis lateralis akibat dari
prosesus vaginalis yang paten. Pada janin gonad mulai berkembang selama 5 minggu
kehamilan, ketika sel benih primordial berpindah dari kantung telur ke regio gonad.
Gubernakulum ligamentosa terbentuk dan turun pada salah satu sisi abdomen pada kutub
inferior gonad dan melekat pada permukaan dalam lipatan labium – skrotum. Selama
perjalanan turun, interna dan kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis merupakan penonjolan di
vertikulum peritonium yang terbentuk tepat sebelah ventral gubernakulum dan berherniasi
melalui dinding abdomen dengan gubernakulum kedalam kanalis inguinalis. Testis yang pada
mulanya terletak didalam regio urogenital di retroperitoneum, turun ke daerah cincin dalam
pada sekitar umur kehamilan 28 minggu. Penurunan testis memlalui kanalis inguinalis diatur
oleh hormon androgen dan faktor mekanis ( meningkatkan tekanan abdomen ), testis turun
kedalam skrotum pada umur kehamilan 29 minggu. Setiap testis turun melalui kanalis
inguinalis eksterna ke prosesus vaginalis ( Shochat, 2007 ).
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital
yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga perlu melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah
faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor
usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan
menonjol keluar dari anulus ingunalisekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan
sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga
menyebakan hernia.
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak
dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia
dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan
ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan
terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik
sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi
usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya
suplai oksigen yang bisa menyebabkan iskemik.
Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi
perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu,
daerah benjolan menjadi merah.
4. Klasifikasi
Dilihat dari macam dan jenis hernia, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut
a. Berdasarkan terjadinya
1) Hernia bawaan atau congenital
Hernia yang terdapat pada waktu lahir.
2) Hernia dapatan atau akuisita
Hernia yang disebabkan oleh pengangkatan benda berat atau strain atau cedera berat.
b. Menurut letaknya

1) Hernia Diafragma
Herniasi struktur abdomen atau retroeritoneum ke dalam rongga dada.
2) Hernia Inguinal
Hernia lengkung usus ke dalam kanalis inguinalis.
3) Hernia Umbilikal
Sejenis hernia abdominalis dengan sebagian usus menonjol di umbilikus dan ditutupi
oleh kulit dan jaringan subkutan.
4) Hernia Femoral
Hernia gelung usus ke dalam kanalis femoralis.
5) Hernia Epigastrika
Hernia abdominalis melalui linea alba diatas umbilikus.
6) Hernia Lumbalis
Herniasi omentum atau usus di daerah pinggang melalui ruang lesshaft atau segitiga
lumbal.
c. Menurut sifatnya

1) Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk usus, keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala abstruksi usus.
2) Hernia Irreponibel
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
3) Hernia Inkarserata
Isi kantong tertangkap tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya
yang berupa gangguan pasage. Dapat juga diartikan hernia irreponible yang sudah
disertai dengan gejala ileus yaitu tidak dapat flatus. Jadi pada keadaan ini terjadi
obstruksi jalan makan.
4) Hernia Strangulata
Hernia irreponible dengan gangguan vaskulerisasi mulai dari bendungan sampai
nekrosis.
d. Hernia menurut terlihat atau tidaknya
1) Hernia Externa
Hernia yang menonjol keluar malalui dinding perut, pinggang atau perineum.
2) Hernia Interna
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut seperti
foramen winslow, ressesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesinterium.
Umpamanya setelah anatomi usus (Syamsuhidayat).

5. Etiologi
a. Kongenital
1) Hernia Kongenital Sempurna terjadi karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu yang langsung muncul pada saat dia dilahirkan.
2) Hernia Kongenital Tak Sempurna, bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak)
tetapi ia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (perdisposisi) dan beberapa
bulan setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh
kenaikan tekanan intra abdominal.
b. Akuisital
1) Tekanan intra abdominal yang tinggi, misalnya sering mengejan, batuk, menangis,
pada peniup terompet, ibu yang sering melahirkan, pekerja angkat berat dll.
2) Konstitusi tubuh, misalnya pada orang kurus dan orang gemuk.
3) Banyaknya preperitoneal fat
4) Distensi dinding perut.
5) Cicatrix
6) Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut.
Pada anak-anak terjadinya hernia berhubungan dengan proses perkembangan
alat reproduksi ketika si anak masih di dalam kandungan. Karena itu pada bayi dan anak-
anak lebih sering merupakan keadaan bawaan sejak lahir (kongenital) dan berisi cairan.
Di selangkangan pada bayi yang belum lahir terdapat pipa saluran, pada bayi laki-laki
saluran ini menjadi tempat turunnya buah zakar yaitu rata-rata pada umur 8 bulan.
Pipa saluran ini akan menutup pada saat bayi dilahirkan, dalam keadaan normal
saluran ini akan segera menutup setelah bayi berusia 2 bulan. Namun ada kalanya
saluran ini belum menutup setelah bayi lahir sehingga memungkinkan isi perut, baik itu
usus maupun bagian lain dari usus untuk memasuki saluran ini.

6. Manifestasi Klinik
Sebagian besar hernia adalah asimtomatik dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada anulus inguinalis superfisialis atau suatu
kantong setinggi annulus inguinalis profundus. Benjolan ini baru akan terlihat pada saat
pasien berdiri, batuk, bersin, mengejan, menangis, atau mengangkat barang-barang yang
berat. Benjolan ini akan menghilang jika pasien berbaring.
Manifestasi klinik yang mungkin muncul antara lain :
a. Adanya masa dalam daerah inguinal maupun bagian atas skrotum.
b. Pembesaran skrotum sehingga terasa pegal dan rasa tidak nyaman.
c. Terasa nyeri apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga pembuluh darah
disekitarnya terjepit dan akan merangsang terjadinya nyeri. Apabila berlangsung lama
pembuluh darah akan mati.

7. Komplikasi
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis ireponibilis. pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan
keadaan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya
dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
ireponibilis dari pada usus halus.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskular ( proses
strangulasi ). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata
akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri
yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi
gelisah.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laparaskopi : untuk menentukan adanya hernia inguinalis lateralis apakah ada sisi yang
berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak.
b. Pemeriksaan darah lengkap : yang perlu diperiksa adalah hemoglobin, leukosit, LED,
kalium, natrium, albumin, bilirubin, hitung darah lengkap, dan hasil gas darah arteri.
Kadar albumin dibawah 3 g dapat mengganggu proses penyembuhan luka.
c. EKG : terjadi peningkatan nadi adanya nyeri pada pasien usia lebih dari 40 tahun
dilakukan untuk menyingkirkan adanya gangguan jantung dan tuberkolosis paru.
d. USG Abdomen : untuk menentukan isi hernia
e. Radiografi : terdapat bayangan udara pada thoraks dan untuk menyingkirkan adanya
gangguan jantung dan tuberkolosis paru.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia : hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan
tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya
pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty : memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasty sering
dilakukan pada anak-anak.
2) Hernioraphy. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat,
dan dilakukan bainyplasty atau tehik yang lain untuk memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa.
3) Herniotomy. Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada
hernia yang sudah nekrosis.
4)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pre Operatif
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan
psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien). Pengkajian
Keperawatan Pra Bedah adalah sebagai berikut:
1) Data Subyektif
 Pengetahuan dan pengalaman terdahulu.
 Tempat
 Bentuk operasi yang harus dilakukan.
 Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di
bedah.
 Kegiatan rutin sebelum operasi.
 Kegiatan rutin sesudah operasi.
 Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
 Bentuk, sifat, roentgen
 Jangka waktu
 Pengertian tentang bedah yang dianjurkan
 Pengalaman bedah terdahulu
 kesiapan psikologis menghadapi bedah
 Penghayatan – penghayatan dan ketakutan – ketakutan menghadapi bedah yang
dianjurkan.
 Metode-metode penyesuaian yang lazim.
 Agama dan artinya bagi pasien.
 Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
 Keluarga dan sahabat dekat
 Perubahan pola tidur
 Peningkatan seringnya berkemih.
 Status Fisiologi
 Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong
komplikasi-komplikasi pascabedah.
 Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
 Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
 Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
 Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah
orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
 Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
 Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai
terbebas dari nyeri setelah operasi.
2) Data Obyektif
 Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan
(cemas), kemampuan menggunakan bahasa.
 Tingkat interaksi dengan orang lain.
 Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk
(cemas).
 Tinggi dan berat badan.
 Tanda-tanda vital.
 Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
 Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
 Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
 Thorak : bunyi nafas ( terdapat, sisanya ) pemekaran dada, kemampuan bernafas
dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca
bedah).
 Ekstremitas : kekuatan otot ( terutama ) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum
bedah vaskuler atau tubuh.
 Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di
tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.

b. Intra Operatif
1) Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
1) Anggota steril
 Ahli bedah utama / operator
 Asisten ahli bedah.
 Scrub Nurse / Perawat Instrumen
2) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
 Ahli atau pelaksana anaesthesi.
 Perawat sirkulasi
 Anggota lain ( teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit )
2) Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi
a) Persiapan Psikologis Pasien
b) Pengaturan Posisi Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman
pasien dan keadaan psikologis pasien.
(1) Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien
adalah :
 Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
 Umur dan ukuran tubuh pasien.
 Tipe anaesthesia yang digunakan.
 Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan ( arthritis
).
(2) Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
 Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
 Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
 Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk
menjaga kerusakan saraf dan jaringan
 Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
 Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan
dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya thrombus.
 Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal
ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan
otot.
 Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
 Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
 Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah
secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi
atau bergantian sesuai kebutuhan.
 Pengkajian psikososial
 Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
 Umur dan ukuran tubuh pasien.
 Tipe anaesthesia yang digunakan.
 Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis)
3) Pengkajian
Selama dilaksanakannya operasi hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya
operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja,
sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian
psikososial. Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a) Pengkajian mental
Bila pasien diberi anasthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya
perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi
dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
b) Pengkajian fisik
 Tanda-tanda vital (Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien
maka perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli
bedah).
 Transfusi (Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis
segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
 Infus (Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus
segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).
 Pengeluaran urine (Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1
cc/kg BB/jam)

c. Post Operatif
Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli
dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari
anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Banyaknya asuhan
keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung
kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
1. Mempertahankan ventilasi pulmonari
2. Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang
dan rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.
3. Saluran nafas buatan.
a. Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi
umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka.
1) Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan
lyphokhemia. Selain pemberian O 2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien
sadar.
2) Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling
sering terjadi pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit
sekali selama pasien berada di ruang pemulihan.
3) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan
pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus
dimonitor.
4) Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang
pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah
kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai
dengan program dokter. Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan
merupakan tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa
operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.
Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room Uraian diatas telah
membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk lebih jelasnya
maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan :
 Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan
pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
 Pasang pengaman pada tempat tidur.
 Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
 Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
 Beri O2 2,3 liter sesuai program.
 Observasi adanya muntah.
 Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis
 Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau >
dari 90 mmHg.
 HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit
 Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.
 Meningkatnya kegelisahan pasien
 Tidak BAK + 8 jam post operasi.
Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
 Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
 Tanda-tanda vital harus stabil.
 Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
 Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
 Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
 Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam ). Jumlahnya harus dicatat dan
dilaporkan.
 Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
 Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran
pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien
akan dipindahkan.
 Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan
menerima pasien tersebut.
Pemindahan Pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
 Keadaan penderita serta order dokter.
 Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
 Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-
waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu
terlihat.

B.Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


Periode post-operatif (Doenges, 1999).
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi.
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

C. Intervensi dan implementasi

a)Diagnosa periode post-operatif (Doenges, 1999).


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan
operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
 tanda-tanda vital normal
 pasien tampak tenang dan rileks

INTERVENSI
 pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
 Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
 Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
 Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
 Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.

2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.


Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
 luka bersih tidak lembab dan kotor.
 Tanda-tanda vital normal

INTERVENSI
 Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi
karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi
peningkatan tanda vital.
 Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.
 Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
 Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan adanya
tanda-tanda infeksi.
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.


Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil : - pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
 pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
 kualitas dan kuantitas tidur normal

INTERVENSI
1) Mandiri
 Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak, anjurkan latihan pada siang hari,
turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari.
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang
meningkatkan waktu tidur.
 Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus menerus
Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
 Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif
(sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
 Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien bahwa saat ini adalah
waktu untuk tidur.
Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan.
Catatan : Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untuk memungkin pasien
membuang kelebihan energi dan memfasilitas tidur.
 Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk
 Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih
selama malam hari.
 Putarkan musik yang lembut atau ”suara yang jernih”
Rasional : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari
lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyeyak.

2)Kolaborasi
 Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan)
dan trasolon (Desyrel).
Rasional : Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan
kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan memperburuk
kognitif dalam efek samping tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat
yang maksimal.
 Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).
Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi
insomia atau sindrom sundowner.
 Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena obat ini
mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.

4.        Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
 pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
 Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI
 Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat
digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
 Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan
dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
 Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
 Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari
latihan.
1.
.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, J.L. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC.
Doengoes. E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, Jakarta: EGC.
Gruendemann, BJ dan Fernsebner, B. 2006. Buku ajar Keperawatan Perioperatif, Volume2: Praktik.
Jakarta: EGC.
Muttaqin, A. Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Banjarmasin.
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta.
Price. A. Silvia. 2006. Pathophysiolg: Clinical Concepts of Disease Processes Volume 2 Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Schwartz. et al. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah.Ed. 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner
Suddarth, Vol. 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer. C. Suzanne (2010), Brunner and Suddarth’s textbook of Medical-Surgical Nursing Volume
2, Edisi VIII. Jakarta: EGC.
Wiley & Blacwell. 2009. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011. NANDA
Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta, 1998.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
Griffith H. Winter, Buku Pintar Kesehatan, EGC, Jakarta, 1994.
Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, EGC, Jakarta,
1995.
Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.
W.A. Dorland Newman, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta, 2002

Anda mungkin juga menyukai