Disusun Oleh :
Pradnja Paramitha Chandra Devi
NIM 1301460016
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Hernia adalah merupakan tonjolan suatu bagian dari satu atau beberapa organ lewat
lubang yang abnormal dan bahaya herniasi terjadi ketika organ yang menonjol lewat lubang
tersebut terjepit sampai derajat yang mengganggu sirkulasi darahnya atau ketika organ yang
menonjol tersebut menyelubungi dan mengganggu fungsi struktur lain (Wong, 2008). Hernia
adalah menonjolnya suatu organ struktur dari tempatnya yang normal melalui suatu
kongenital atau yang didapatkan (Barbara, C. Long, 2006).
2. Anatomi Hernia
Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, fasia, peritonium,extral
oblique, internal oblique, transversus abdominal dan transversalis fasia, serta di batasi oleh
artery epigastrika inferior, ligamentum inguinal dan lateralnya di batasi oleh rectus sheath
(Schwartz, 2006).
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat
kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan
dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan
mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu.
Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi
hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga
menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen
yang bisa menyebabkan iskemik.
Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi
perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu,
daerah benjolan menjadi merah.
4. Klasifikasi
Dilihat dari macam dan jenis hernia, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut
a. Berdasarkan terjadinya
1) Hernia bawaan atau congenital
Hernia yang terdapat pada waktu lahir.
2) Hernia dapatan atau akuisita
Hernia yang disebabkan oleh pengangkatan benda berat atau strain atau cedera
berat.
b. Menurut letaknya
1) Hernia Diafragma
Herniasi struktur abdomen atau retroeritoneum ke dalam rongga dada.
2) Hernia Inguinal
Hernia lengkung usus ke dalam kanalis inguinalis.
3) Hernia Umbilikal
Sejenis hernia abdominalis dengan sebagian usus menonjol di umbilikus dan
ditutupi oleh kulit dan jaringan subkutan.
4) Hernia Femoral
Hernia gelung usus ke dalam kanalis femoralis.
5) Hernia Epigastrika
Hernia abdominalis melalui linea alba diatas umbilikus.
6) Hernia Lumbalis
4
Herniasi omentum atau usus di daerah pinggang melalui ruang lesshaft atau segitiga
lumbal.
c. Menurut sifatnya
1) Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk usus, keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk
lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
abstruksi usus.
2) Hernia Irreponibel
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
3) Hernia Inkarserata
Isi kantong tertangkap tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya
yang berupa gangguan pasage. Dapat juga diartikan hernia irreponible yang sudah
disertai dengan gejala ileus yaitu tidak dapat flatus. Jadi pada keadaan ini terjadi
obstruksi jalan makan.
4) Hernia Strangulata
Hernia irreponible dengan gangguan vaskulerisasi mulai dari bendungan sampai
nekrosis.
d. Hernia menurut terlihat atau tidaknya
1) Hernia Externa
Hernia yang menonjol keluar malalui dinding perut, pinggang atau perineum.
2) Hernia Interna
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut
seperti foramen winslow, ressesus retrosekalis atau defek dapatan pada
mesinterium. Umpamanya setelah anatomi usus (Syamsuhidayat).
5. Etiologi
a. Kongenital
1) Hernia Kongenital Sempurna terjadi karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu yang langsung muncul pada saat dia dilahirkan.
2) Hernia Kongenital Tak Sempurna, bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak)
tetapi ia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (perdisposisi) dan beberapa
bulan setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi
oleh kenaikan tekanan intra abdominal.
b. Akuisital
1) Tekanan intra abdominal yang tinggi, misalnya sering mengejan, batuk, menangis,
pada peniup terompet, ibu yang sering melahirkan, pekerja angkat berat dll.
5
6. Manifestasi Klinik
Sebagian besar hernia adalah asimtomatik dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan
fisik rutin dengan palpasi benjolan pada anulus inguinalis superfisialis atau suatu kantong
setinggi annulus inguinalis profundus. Benjolan ini baru akan terlihat pada saat pasien berdiri,
batuk, bersin, mengejan, menangis, atau mengangkat barang-barang yang berat. Benjolan ini
akan menghilang jika pasien berbaring.
Manifestasi klinik yang mungkin muncul antara lain :
a. Adanya masa dalam daerah inguinal maupun bagian atas skrotum.
b. Pembesaran skrotum sehingga terasa pegal dan rasa tidak nyaman.
c. Terasa nyeri apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga pembuluh darah
disekitarnya terjepit dan akan merangsang terjadinya nyeri. Apabila berlangsung lama
pembuluh darah akan mati.
7. Komplikasi
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis ireponibilis. pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan
keadaan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya
dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
ireponibilis dari pada usus halus.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskular ( proses
strangulasi ). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata akan
timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang
timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
6
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laparaskopi : untuk menentukan adanya hernia inguinalis lateralis apakah ada sisi yang
berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak.
b. Pemeriksaan darah lengkap : yang perlu diperiksa adalah hemoglobin, leukosit, LED,
kalium, natrium, albumin, bilirubin, hitung darah lengkap, dan hasil gas darah arteri.
Kadar albumin dibawah 3 g dapat mengganggu proses penyembuhan luka.
c. EKG : terjadi peningkatan nadi adanya nyeri pada pasien usia lebih dari 40 tahun
dilakukan untuk menyingkirkan adanya gangguan jantung dan tuberkolosis paru.
d. USG Abdomen : untuk menentukan isi hernia
e. Radiografi : terdapat bayangan udara pada thoraks dan untuk menyingkirkan adanya
gangguan jantung dan tuberkolosis paru.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia : hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan
tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya
pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty : memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasty
sering dilakukan pada anak-anak.
2) Hernioraphy. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong
diikat, dan dilakukan bainyplasty atau tehik yang lain untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa.
3) Herniotomy. Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada
hernia yang sudah nekrosis.
b. Intra Operatif
1) Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
1) Anggota steril
Ahli bedah utama / operator
Asisten ahli bedah.
Scrub Nurse / Perawat Instrumen
2) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
Ahli atau pelaksana anaesthesi.
Perawat sirkulasi
Anggota lain ( teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit )
2) Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi
a) Persiapan Psikologis Pasien
b) Pengaturan Posisi Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman
pasien dan keadaan psikologis pasien.
(1) Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien
adalah :
Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
Umur dan ukuran tubuh pasien.
Tipe anaesthesia yang digunakan.
Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (
arthritis ).
(2) Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah
dan kakinya ditutup dengan duk.
Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik
yang biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi
untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan
Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan
dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan
faktor predisposisi terjadinya thrombus.
Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena
hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya
kerusakan otot.
9
c. Post Operatif
Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan
harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari
anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Banyaknya asuhan keperawatan
yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur
bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
1) Mempertahankan ventilasi pulmonari
2) Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan
rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.
3) Saluran nafas buatan.
Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi
umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka.
10
4) Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan
lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.
5) Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering
terjadi pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali
selama pasien berada di ruang pemulihan.
6) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan
pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus
dimonitor.
7) Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang
pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan
saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan
program dokter. Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan
tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah
selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra operatif, post
operatif : (Doenges M,E, 1999)
a. Diagnosa keperawatan pre operatif
1) Resiko tinggi injury berhubungan dengan transfer pasien dari gendongan petugas kamar
operasi ke meja operasi.
Hasil yang diharapkan : tidak terjadi injuri pada pasien
N Intervensi Rasional
O
1 Bantu pasien untuk berpindah dari Menjaga pasien supaya tidak jatuh
gendongan ibu ke petugas kamar operasi
12
2 Angkat pasien dari gendongan ibu dengan 1 Memberikan keamanan pada pasien
orang
3 Gendong pasien ke ruangan tindakan (ruang Memeberikan keamanan pada pasien
OK) dengan hati-hati dan menjaga keseimbangan cairan
N Intervensi
Rasional
O ( kolaborasi dengan tim anastesi)
1 Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman Penafasan secara normal, kadang-kadang
dan kerja nafas cepat, tetapi berkembangnya distress pada
pernafasan merupakan indikasi kompresi
trakea karena edema atau pendarahan
2 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
ronchi rinchi.Ronchi merupakan indikasi adanya
obstruksi spasme laryngeal yang
membutuhkan evaluasi dan intervensi segera
3 Kaji adanya dispneu,stidor dan sianosis, Indikator obstruksi trakea atau spasme laring
perhatikan kualitas suara yang mebutuhkan evaluasi dan intervensi
segera
4 Pertahankan alat intubasi di dekat pasien Terkenanya jalan nafas dapat menciptakan
suasana yang mengancam kehidupan yang
memerlukan tindakan darurat
5 Pantau perubahan TTV, terutama Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri,
peningkatan nadi dan penurunan TD atau menentukan pilihan intervensi, menentukan
pernafasan cepat dan dalam efektifitas terapi
4 Kolaborasi dengan tim medis dalam Antibiotik mencegah terjadinya infeksi luka pada
pemberian antibiotic pasien
5 Kaji ulang identitas dan 1. Perawat ruang operasi memeriksa kembali
pemeriksaan diagnostik riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan.
2. Riwayat kesehatan yang mempunyai resiko
penurunan imunitas
3. Hasil pemeriksaan darah albumin untuk
menentukan aktifitas agen obat dan
pertumbuhan jaringan luka
6 Siapkan sarana scrub Sarana scrub meliputi cairan antiseptic , cuci
tangan pada tempatnya, gaun yang terdiri dari
16
1. Pengertian
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui
daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di
berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya
daerah inguinal. (Sjamsuhidayat.R & Wim de jong)
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia
Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis artinya keluarnya tidak langsung menembus
dinding abdomen. Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke
medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak
disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan
kelainan kongenital meskipun ada yang didapat.
Herniotomy adalah membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikannya isi
kantong hernia ke dalam cavum abdominalis (Sjamsuhidayat.R & Wim de jong). Sedangkan
Hernioraphy yaitu dengan cara kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan
dilakukan bainyplasty atau tehik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa.
2. Etiologi
Hernia Inguinalis di sebabkan oleh :
1) Kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital
2) Anomali Kongenital
3) Sebab yang di dapat
4) Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
5) Peninggian tekanan di dalam rongga perut
6) Kelemahan dinding perut karena usia
7) Anulus inguinalis yang cukup lama
3. Indikasi
Herniotomi dilakukan pada pasien yang mengalami hernia dimana tidak dapat kembali
dengan terapi konservatif.
4. Kontraindikasi
Adanya peninggian tekanan intra abdomen: hipertrofi prostat, kelainan paru-paru.
5. Persiapan
a. Persiapan pasien
Persetujuan operasi
Pasien dipersiapakan dlam kondisi bersih dan memakai pakaian khusus operasi
Pasien diposisikan di meja operasi (supine)
Memasang plat diathermi
b. Persiapan Lingkungan (Ruangan dan elektonik/ elektromedik)
Nama Alat Jumlah
Meja mayo 1
Meja instrument 1
Meja operasi 1
Mesin suction 1
Plat diatermi 1
18
Mesin ESU 1
Lampu operasi 1
Tempat sampah medis 1
Gunting verband 1
Lampu baca radiologi 1
Trolly tempat waskom 2
Tiang infus
1
2) Ekstra Set
Nama Alat Jumlah
Sonde hernia 1
Pita Hernia 1
Benang Hernia (T-Lene dan T-Mono) 1
d. Persiapan Linen
Nama Alat Jumlah
Duk Besar 2
Duk Sedang 2
Duk Kecil 4
Sarung Meja Mayo 1
Handuk 3
Scorth 3
Spuit 10 cc 1
1/1
Urin bag 2000
1
Foley Catheter 14/16 4
10 buah
PZ 1000 cc
10 lembar
Underpad steril 100 cc
1
Deppers
secukupnya
Kassa steril 2
1/1
Povidone iodine 10% 60 cc
1
Tulle dressing
1
Hipafix
1
Vycril 2-0
1
Mersilk 2.0/3.0
Premiline mess
Alkohol 70% 100cc
Aquabidest 25 cc
ESU pencil
11) Berikan Handvat Mess no 20 pada operator untuk dilakukan insisi pada kulit dan
berikan kassa kering+mosquito pada asisten dan rawat perdarahan dengan coutter.
Insisi fat dengan coutter.
12) Berikan langenbeck (2) untuk melebarkan lapangan operasi. Pada lapisan fasia
berikan hanvat mess (1) dan kokher lurus (2) untuk menjepit fasia proximal dan
distal, dan berikan gunting jaringan untuk melebarkan incisi.
13) Setelah fasia dilebarkan ditemukan muskulus, kemudian di split dengan stiil deepers
(kasa yang dibasahi NS lalu dijepit dengan kokher lurus) untuk identifikasi funikulus
spermatikus dan dipasang roll kassa sebagai tegel.
14) Berikan pinset anatomis (2) dan kassa basah untuk mencari kantong dan menemukan
preperitonial fat.
15) Setelah kantong ditemukan kemudian di buka dengan gunting metzembaum, dengan
memberikan kokher (2) + gunting metzenbaum untuk melebarkan kantong hernia.
16) Setelah itu berikan klem kokher + pean di temukan omentum dalam kantong lalu di
lakukan pemotongan dan di jahit dengan Silk 2-0, Operator membebaskan kantong
dengan pinset anatomis (1) dan kassa basah pada kantong proximal ditandai dengan
adanya preperitoneal fat.
17) Operator mengangkat kokher+pean serta melakukan penjahitan. Berikan needle
holder dan vicryl 2-0 untuk melakukan jahitan pada kantong proximal, lalu potong
sisa kantong dengan coutter (herniotomy)
18) Kemudian Merselin mess di gunting sebagian lalu dipasang dibawah funikulus
spermatikum dan di jahit vicryl 2-0 dikaitkan dengan conjoint tendon (hernioraphy),
tuberkulum pubikumdan ligaentum inguinal.
19) Sign Out (Konfirmasi nama tindakan,jumlah alat, kassa,jarum,depers,bigkas)
20) Berikan kocher 2 untuk memegang facia, kemudian dijahid dg vicryl 2-0, dilanjutkan
sampai kulit.
21) Luka tertutup bersihkan dengan kassa basah dan kering lalu tutup dengan tulle
dressing + kassa kering + hipavik.
22) Operasi selesai, rapikan pasien dan mengangkat pasien ke brankat untuk
dikembalikan ke ruangan. Perawat instrumen menginventaris alat-alat dan bahan
habis pakai pada depo farmasi.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, J.L. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC.
Price. A. Silvia. 2006. Pathophysiolg: Clinical Concepts of Disease Processes Volume 2 Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. Jakarta: EGC.
Wiley & Blacwell. 2009. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011. NANDA