Anda di halaman 1dari 28

HIPERTENSI

1.

Definisi

Hipertensi

menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik


lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama
atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas
90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah
diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan
sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD)
normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
2. Anatomi
a.

Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1)

Atas

: pembuluh darah besar

2)

Bawah

: diafragma

3)

Setiap sisi

: paru

4)

Belakang

: aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis

b.

Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah
yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ),
arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah
yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari
jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki
banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh
yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci)
saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih
kecil kira-kira 30 m. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari
sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding yang

kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3


lapisan yaitu :
1)
Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan
dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel.
2)
Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang
sifatnya elastic dan termasuk otot polos
3)
Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri
dari jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri
(Syaifuddin, 2006)
c.

Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi
diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah

pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum,


tekanan darah akan meningkat.
d.

Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan


langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil
yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri
dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya

mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang


terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat
di usus, alat penghubung antara pembuluh darah arteri
dan vena.
e.

Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan
sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah
mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi
melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan
limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang
terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.
f.

Vena dan venul

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh
gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara
sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau
alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti
vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih
kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena
membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis,
mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO

1.
Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2.
Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection
and Treatment of Hipertension
1.

Diastolik
.

2.

< 85 mmHg
85 99
.
90 -104
105 114
>115

Tekanan darah normal


Tekanan darah normal tinggi
Hipertensi ringan
Hipertensi sedang
Hipertensi berat

Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)


< 140 mmHg
140 159
> 160

Tekanan darah normal


Hipertensi
sistolik
perbatasan
terisolasi
Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi

adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan


darah yang mendadak (sistole 180 mmHg dan/atau diastole 120
mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan
segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan
kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target
(otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat
naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
a.

Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera


dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan
organ target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan
TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di

perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam

kurun waktu

menit/jam.
b.

Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna


tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan

beberapa jam.
kurun

waktu

Penurunan

24-48

TD

harus

dalam

dilaksanakan dalam

jam

(penurunan tekanan
dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

darah

dapat

Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik

(idiopatik).

respon peningkatan
cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada
hipertensi:

Hipertensi terjadi sebagai

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi

terjadinya

a.
Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b.
Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c.

Stress Lingkungan.

d.
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan


yaitu:
a.

Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi


seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system
rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b.

Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.


Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan perubahan pada :
a.

Elastisitas dinding aorta menurun

b.

Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c.
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer


untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

a.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah

sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
Ciri perseorangan
1)

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

2)

Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

3)

Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

4)

Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

5)

Kebiasaan hidup

6)
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :

Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )

b.

Kegemukan atau makan berlebihan


Stress
Merokok
Minum alcohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :

1) Ginjal

2)

3)

4)

5)

Glomerulonefritis
Pielonefritis
Nekrosis tubular akut
Tumor
Vascular
Aterosklerosis
Hiperplasia
Trombosis
Aneurisma
(PENGGELEMBUNGAN
BAGIAN
KELEMAHAN PADA DINDING PEMBULUH DARAH)
Emboli kolestrol
Vaskulitis
Kelainan endokrin
DM
Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
Saraf
Stroke
Ensepalitis
SGB
Obat obatan
Kontrasepsi oral
Kortikosteroid

ARTERI

AKIBAT

Faktor Resiko
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
Pria usia 35 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium


Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh
beberapa hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat,
caffeine, DM, dsb.
Factor emosional dan tingkat stress
Gaya hidup yang monoton
Sensitive terhadap angiotensin
Kegemukan
Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla
adrenal
mensekresi
epinefrin,
yang
menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal,
menyebabkan
pelepasan
rennin.
Renin
merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini


menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

VASOMOTOR DI MEDULLA OTAK SARAF SIMPATIS GANGLIA SIMPATIS


NEURON PREGANGLION MELEPAS NOREPINEPRIN KONTRIKSI PEMBULUH
DARAH
SARAF SIMPATIS MERANGSANG P.D KEL. ADRENAL IKUT TERANGSANG
VASOKONTRIKSI
MEDULLA ADRENAL SEKRESI EPINEPHRIN VASOKONTRIKSI
KORTEKS
ADRENAL
VASOKONTRIKSI

SEKRESI

KORTISOL

DAN

STEROID

VASOKONTRIKSI

PENURUNAN ALIRAN KE GINJAL PELEPASAN


RENIN MERANGSANG PEMBENTUKAN ANGIOTENSIN I DIUBAH
MENJADI ANGIOTENSIN II MERANGSANG ALDOSTERON OELH
KORTEKS ADRENAL

ALDOSTERON

CAUSE RETENSI NATRIUM DAN AIR DI


TUBULUS GINJAL PENINGKATAN VOLUME INTRA VASKULER

HIPERTENSI
Sebagai

pertimbangan gerontologis

dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system


pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam


relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

mengakomodasi volume darah yang


dipompa
oleh
jantung
(volume
sekuncup)
dalam

mengakibatkan
penurunan
curang
jantung
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

dan

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu


disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke
sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada
rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan
pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga
dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi
natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan
pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

Pathways

Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a.
Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur.
b.
Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing

Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,


Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.


Sakit kepala
Pusing / migraine
Rasa berat ditengkuk
Penyempitan pembuluh darah
Sukar tidur
Lemah dan lelah
Nokturia
Azotemia
Sulit bernafas saat beraktivitas

8. Pemeriksaan Penunjang
a.

1)

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :


Pemeriksaan yang segera seperti :

Mual

Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel


terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek
samping terapi

diuretik.
Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
Kolesterol
dan
trigliserid
serum
:
Peningkatan
kadar
dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak

ateromatosa ( efek kardiovaskuler )


Pemeriksaan

tiroid

Hipertiroidisme

dapat

vasokonstriksi

dan hipertensi
Kadar aldosteron urin/serum : untuk
primer (penyebab)

mengkaji aldosteronisme

Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan

dan ada DM.

menimbulkan

disfungsi ginjal

Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi


Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit

jantung hipertensi.
Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2)
Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

IUP: mengidentifikasikan
penyebab
hipertensi
seperti:
Batu
ginjal,
perbaikan ginjal.
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
(USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

9. Komplikasi
a.

b.

Efek pada organ :


Otak
Pemekaran pembuluh darah
Perdarahan
Kematian sel otak : stroke
Ginjal
Malam banyak kencing
Kerusakan sel ginjal
Gagal ginjal
c. Jantung
Membesar
Sesak nafas (dyspnoe)
Cepat lelah
Gagal jantung
10.

Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas


akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

Terapi tanpa Obat

1.
sebagai

Terapi tanpa obat digunakan

untuk hipertensi ringan dan sebagai


suportif pada hipertensi sedang dan

tindakan

tindakan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a.

Diet

b.
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet

rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c.
d.
e.
f.

Penurunan berat badan


Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip
yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang
baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20
25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu

i.

Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :


1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
2)
Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2.

Terapi dengan Obat


menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya

kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur

hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi


(JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT
OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat

diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau


penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang
ada
Pengobatannya meliputi :
a.
Step 1

pada

Obat pilihan pertama


antagonis, ACE inhibitor
b.
1)
2)
3)
c.
1)
2)
d.
1)
2)
3)

b.

diuretika,

penderita.

beta

blocker,

Ca

Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :

Dosis obat pertama dinaikkan


Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
Obat ke-2 diganti
Ditambah obat ke-3 jenis lain
Step 4 : Alternatif pemberian obatnya

Ditambah obat ke-3 dan ke-4


Re-evaluasi dan konsultasi
Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
(perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
a.
Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil
Bicarakan

pengukuran tekanan darahnya


dengan penderita tujuan yang hendak dicapai

mengenai tekanan darahnya


c.
Diskusikan dengan penderita bahwa

sembuh,

namun

bisa

morbiditas dan mortilitas

hipertensi tidak dapat

dikendalikan

untuk

dapat

menurunkan

d.

Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya


tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah
hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih
dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita

Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses


terapi
e.

Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau


keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
f.
Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi
misal 1 x sehari atau 2 x sehari
g.
Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi,
efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
h.
Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi
dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal
dan efektifitas maksimal
i.
Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j.
Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan

lebih sering
k.
l.

Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka
sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman
dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

11.Cara Pencegahan
1.

Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan
untuk:
a.
Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b.
Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c.

Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah

garam.
d.
Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2.

Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
a.
Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b.
Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat

terkontrol

c.
d.

secara normal dan stabil mungkin.

Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain


harus dikontrol.
Batasi aktivitas.

Perawatan Hipertensi
Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah
kegemukan).
Batasi pemakaian garam.
Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor
keturunan hipertensi dalam keluarga.
Tidak merokok.
Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
Hindari minum kopi yang berlebihan.
Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40
tahun.

Bagi yang sudah sakit


Berobat secara teratur.
Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa
petunjuk dokter.
Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk

penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan


memperburuk hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci
utama kesembuhan, kunci utamanya adalah :

1.
2.
3.

Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.


Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan

12. Diit Hipertensi


a.
1)

Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa


konsumsi lemak dibatasi

2)

konsumsi

3)

Cholesterol dibatasi
konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese

b.
1)

Makanan Yang Boleh Dikonsumsi


Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
2)
Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur
ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.
3)
Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
4)
Sumber lemak
Santan kelapa encer
5)

Sayuran
Sayuran

yang

dalam jumlah terbatas.


tidak

menimbulkan

gas

seperti

bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.


6)
Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh

dalam jumlah terbatas.

7)

Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih,

garam

tidak lebih 15 gram perhari.


8)

Minuman
Thea encer, coklat encer, juice buah.
c.
Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
1)
Makanan yang banyak mengandung garam
o Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau
soda.

Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang, sarden


ikan teri, telur asin.
o Keju, margarine dan mentega.
2)
Makanan yang banyak mengandung kolesterol
Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.
3)
Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
o Lemak hewan
:sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.
o Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
4)
Makanan yang banyak menimbulkan gas
Kool, sawi, lobak, dll.
d.
1)

2)

3)
4)
5)
6)
7)
e.

1)

Bagaimana Mengatur Diit


Hindari
penggunaan
kelapa,
minyak
kelapa,lemak
hewan,
margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang atau minyak
jagung dalam jumlah tertentu.
Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling
banyak 50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai
pengganti.
Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti
sirup, coca cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.
Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat
secara tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal
yang perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya,
dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat
obat tradisional tersebut diantaranya:

Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga
bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya.
Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian
parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air
perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu
bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali.

Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi
mereka yang sudah terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah
belimbing yang besar sehingga air perasannya lebih banyak.

2)

Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai
halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan
usahakan satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan
sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian
daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.

3)

Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap
pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat
kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam
keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak
zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya,
sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.

4)

5)

6)
7)
8)

Buah Mengkudu / Pace


Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama
dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian
diperas memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari
mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur
Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas
air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas
diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.
Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum

13.
a.

Pengkajian Keperawatan

Aktivitas / istirahat
Gejala :
Kelemahan

Letih
Napas pendek
Gaya hidup monoton

b.

c.

Tanda :
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
Kenaikan TD
Nadi : denyutan jelas
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur
Distensi vena jugularis
Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian
kapiler mungkin lambat
Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )

Tanda :
Letupan suasana hati
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak
otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Peningkatan pola bicara
d.
Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )
e.
Makanan / Cairan
Gejala :

Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol
Mual
Muntah
Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
glikosuria
f.
Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Episode epistaksis
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optik
g.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
nyeri hilang timbul pada tungkai
sakit kepala oksipital berat
nyeri abdomen
h.
Pernapasan
Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Takipnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok
Tanda :

Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan


Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Sianosis
i.
Keamanan
Gejala
: Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda
: Episode parestesia unilateral transien
j.
Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala
:
Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alkohol

4.
Diagnosa Keperawatan Yang
Mungkin Muncul

a.

Resiko tinggi terhadap penurunan curah


jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,

hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard


b.
Intoleransi
aktivitas berhubungan
c.

dengan kelemahan,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.


Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral

d.

Cemas

berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya

hipertensi yang diderita klien

Kurang pengetahuan

e.

berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang proses penyakit

RENCANA KEPERAWATAN

NO
DX
1

DIANGOSA KEPERAWATAN DAN


TUJUAN (NOC)
KOLABORASI
Resiko tinggi terhadap penurunan NOC :
curah
jantungberhubungan Cardiac Pump effectiveness
denganpeningkatan
afterload, Circulation Status
vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas Vital Sign Status
ventrikuler, iskemia miokard
Kriteria Hasil:
Tanda Vital dalam rentang
normal (Tekanan darah, Nadi,
respirasi)

INTERVENSI (NIC)
NIC :
Cardiac Care
Evaluasi
adanya
nyeri
dada
( intensitas,lokasi, durasi)
Catat adanya disritmia jantung
Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putput
Monitor status kardiovaskuler

Dapat mentoleransi aktivitas,


Monitor status pernafasan yang
tidak ada kelelahan
menandakan gagal jantung
Tidak ada edema paru, perifer, Monitor abdomen sebagai indicator
dan tidak ada asites
penurunan perfusi
Tidak ada penurunan kesadaran Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan tekanan
darah
Monitor respon pasien terhadap
efek pengobatan antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus
Monitor adanya pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor
frekuensi
dan
irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor
suhu,
warna,
dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor
adanya
cushing
triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi
penyebab
dari
perubahan vital sign
2

Intoleransi
aktivitasberhubungan NOC :
dengankelemahan,
Energy conservation
ketidakseimbangan
suplai
dan Self Care : ADLs
kebutuhan oksigen.
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas
sehari hari (ADLs) secara
mandiri

NIC :
Energy Management
Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
Dorong anal untuk mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi
tangadekuat
Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas


konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual
3

Nyeri akut berhubungan dengan NOC :


NIC :
peningkatan
tekanan
vaskuler Pain Level,
Pain Management
serebral
Pain control,
Lakukan pengkajian nyeri secara
Comfort level
komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil :
karakteristik, durasi, frekuensi,
Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan faktor presipitasi
penyebab
nyeri,
mampu Observasi reaksi nonverbal dari
menggunakan
tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi
untuk Gunakan
teknik
komunikasi
mengurangi nyeri, mencari terapeutik
untuk
mengetahui
bantuan)
pengalaman nyeri pasien
Melaporkan
bahwa
nyeri Kaji kultur yang mempengaruhi
berkurang
dengan respon nyeri
menggunakan
manajemen Evaluasi pengalaman nyeri masa
nyeri
lampau
Mampu mengenali nyeri (skala, Evaluasi bersama pasien dan tim
intensitas,
frekuensi
dan kesehatan
lain
tentang
tanda nyeri)
ketidakefektifan
kontrol
nyeri
Menyatakan
rasa
nyaman masa lampau
setelah nyeri berkurang
Bantu pasien dan keluarga untuk
Tanda
vital
dalam
rentang mencari
dan
menemukan
normal
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan
tentang
teknik
non
farmakologi
Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas,
dan
derajat
nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
4

Cemas berhubungan dengan krisis


situasional
sekunder
adanya
hipertensi yang diderita klien

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3 x 24
jam, cemas
pasien
berkurang dengan
kriteria
hasil:
v Anxiety Control

v Coping
v Vital Sign Status

Menunjukan
teknik
untuk
mengontrol
cemas teknik
nafas dalam
Postur tubuh pasien rileks dan
ekspresi wajah tidak tegang
Mengungkapkan
cemas
berkurang

TTV dbn

TD = 110-130/ 70-80 mmHg


RR = 14 24 x/ menit

N = 60 -100 x/ menit

S = 365 375 0C

Anxiety Reduction
Gunakan
pendekatan
yang
menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
Berikan
informasi
faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
Dorong keluarga untuk menemani
anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan
dengan
penuh
perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan

Kurang pengetahuan berhubungan NOC :


NIC :
dengan
kurangnya
informasi Kowlwdge : disease process
Teaching : disease Process
tentang proses penyakit
Kowledge : health Behavior
Berikan penilaian tentang tingkat
Kriteria Hasil :
pengetahuan
pasien
tentang
Pasien
dan
keluarga proses penyakit yang spesifik
menyatakan
pemahaman Jelaskan patofisiologi dari penyakit
tentang
penyakit,
kondisi, dan
bagaimana
hal
ini
prognosis
dan
program berhubungan dengan anatomi
pengobatan
dan fisiologi, dengan cara yang
Pasien dan keluarga mampu tepat.
melaksanakan prosedur yang Gambarkan tanda dan gejala yang
dijelaskan secara benar
biasa muncul pada penyakit,

Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat


menjelaskan
kembali
apa Gambarkan
proses
penyakit,
yang dijelaskan perawat/tim dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya.
Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi
tentang
kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung
pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara
yang tepat
Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan
pada
pemberi
perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat

Anda mungkin juga menyukai