Anda di halaman 1dari 19

8

A. Kamar Bedah atau Operasi

1. Pengertian

Kamar Operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di rumah sakit yang

diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan baik elektif atau akut yang

membutuhkan keadaan suci hama atau steril.

1) Pembagian Daerah Kamar Operasi

a. Daerah Publik

Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.

Misalnya: kamar tunggu, gang, emperan depan komplek kamar operasi.

b. Daerah Semi Publik

Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas.

Dan biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS.

Dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh

petugas ( pakaian khusus kamar operasi ) serta penggunaan alas kaki khusus

di dalam.

c. Daerah Aseptik

Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang

langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah yang

harus dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1) Daerah Aseptik 0

Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya pembedahan.

2) Daerah aseptik 1

Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk / kain steril, tempat

instrument dan tempat perawat instrument mengatur dan mempersiapkan

alat.
9
3) Daerah aseptik 2

Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah sekitar ahli

anesthesia.

2) Bagian-bagian Kamar Operasi

Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang baik itu di dalam kamar operasi

maupun di lingkungan kamar operasi, antara lain:

a. Ruang sterilisasi

b. Kamar tunggu

c. Gudang

d. Kantor

e. Kamar mandi (WC) dan Spoelhok (Tempat cuci alat)

f. Kamar istirahat

g. Kamar gips

h. Kamar Pulih Sadar (Recovery Room)

i. Kamar arsip

j. Kamar laboratorium

k. Kamar untuk ganti pakaian

l. Kamar untuk sterilisasi

m. Kamar untuk gudang alat-alat instrument

n. Kamar untuk mencuci tangan

o. Kamar bedah

3) Persyaratan Kamar Operasi

Kamar operasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai

berikut:

a. Letak

Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit, berdekatan

dengan Instalasi Rawat Darurat, ICU dan unit radiologi.


10
b. Bentuk dan Ukuran

1) Bentuk

a) Kamar operasi tidak bersudut tajam. Lantai, dinding. Langit-

langit berbentuk lengkung dan wama tidak mencolok.

b) Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus terbuat dari bahan

yang keras, rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak

menampung debu.

2) Ukuran

a) Kamar operasi kecil berukuran: 5,2 m x 5,6 m (29,1 m2)

b) Kamar operasi yang nyaman diperlukan kira-kira diperlukan

luas 40 m2.

c) Kamar operasi untuk operasi besar diperlukan luas minimal 56

m2 (7,2 m x 7,8 m).

c. Sistem Penerangan

Sistem penerangan di dalam kamar operasi harus memakai lampu pijar

putih dan mudah dibersihkan. Sedangkan lampu operasi memiliki

persyaratan khusus, yaitu arah dan fokusnya dapat diatur, tidak

menimbulkan panas, cahayanya terang dan tidak menyilaukan serta

tidak menimbulkan bayangan. Pencahayaan antara 300 - 500 lux, meja

operasi 10.000 - 20.000 lux.

d. Sistem Ventilasi

Sistem ventilasi di kamar bedah sebaiknya memakai system pengatur

suhu sentral (AC sentral) dan dapat diatur dengan alat kontrol yang

memakai filter (Ultra Clean Laminar Airflow), dimana udara

dipompakan ke dalam kamar operasi dan udara di kamar operasi dihisap

keluar.

e. Suhu dan Kelembaban


11
Suhu di kamar operasi di daerah tropis sekitar 19° - 22 ° C. Sedangkan

di daerah sekitar 20°-24°C dengan kelembaban 55% (50 — 60%).

f. Sistem Gas Medis

Pemasangan sebaiknya secara sentral memakai system pipa, yang

bertujuan untuk mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan di

kamar operasi bila terjadi kebocoran dan tabung gas. Pipa gas tersebut

harus dibedakan warnanya.

g. Sistem listrik

Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltage, yaitu 110

volt dan 220 volt. Karena alat-alat kamar operasi memiliki voltage yang

berbeda. Semua tombol listrik dipasang pada ketinggian 1,40 m dari

lantai.

h. Sistem komunikasi

Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutama bila

ada keadaan darurat maka mudah untuk melakukan komunikasi.

i. Peralatan

1) Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan

mudah dibersihkan.

2) Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steel agar

mudah untuk dibersihkan.

3) Untuk alat-alat elektrik harus ada petunjuk penggunaan dan

menempel pada alat agar mudah untuk penggunaan.

j. Pintu

1) Pintu masuk dan keluar penderita harus berbeda.

2) Pintu masuk dan keluar petugas harus tersendiri.

3) Semua pintu harus menggunakan door closer (bila memungkinkan).

4) Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan di kamar

operasi tanpa membuka pintu.


12
k. Pembagian area

1) Ada batas tegas antara area bebas terbatas. semi ketat, dan area ketat.

2) Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dan perawat ruangan

kepada perawat kamar operasi.

l. Air Bersih

Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Tidak berwama, berbau dan berasa.

2) Tidak mengandung kuman pathogen

3) Tidak mengandung zat kimia

4) Tidak mengandung zat beracun

m. Penentuan Jumlah Kamar Operasi

Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan

bentuk dan lahan yang tersedia, sehingga dikatakan bahwa rancang

bangun kamar operasi setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar

atau tipe rumah sakit tersebut.

Makin besar rumah sakit tentu membutuhkan jumlah dan luas kamar

bedah yang lebih besar. Jumlah kamar operasi tergantung dari berbagai

hal yaitu :

1) Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.

2) Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi

bersama fasilitas penunjang.

3) Pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.

4) Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari

maupun perminggu.

5) Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan

penyediaan peralatan.

4) Personil Kamar Operasi

1. Jenis Tenaga
13
Jenis tenaga adalah personil yang boleh masuk di dalam kamar operasi baik tim

inti maupun tim penunjang, antara lain:

a. Tim Bedah

1) AhIi bedah.

2) Asisten ahli bedah.

3) Perawat Instrumen (Scrub Nurse).

4) Perawat Sirkuler.

5) Ahli anestesi.

6) Perawat anestesi.

b. Staf Perawat Operasi terdiri dari :

1) Perawat kepala kamar operasi.

2) Perawat pelaksana.

3) Tenaga lain terdiri dari :

a) Pekerja kesehatan.

b) Tata usaha.

c) Penunjang medis.

2. Tanggung Jawab

a. Kepala kamar operasi

1) Pengertian

Seorang tenaga perawat professional yang bertanggung jawab dan

berwenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di kamar

operasi.

2) Tanggung jawab

Secara fungsional bertanggung jawab kepala bidang keperawatan, melalui

kepala seksi perawatan. Secara professional bertanggung jawab

kepada kepala instansi kamar operasi.

3) Tugas

a) Perencanaan
14
(1) Menentukan macam dan jumlah pelayanan pembedahan.

(2) Menentukan macam dan jumah alat yang diperlukan sesuai

spesialisasinya.

(3) Menentukan tenaga perawat bedah yang dibutuhkan.

(4) Menampung keluhan penderita secara aktif.

(5) Bertanggungjawab terlaksananya operasi sesuai jadwal.

(6) Menentukan pengembangan pengetahuan petugas dan peserta didik.

(7) Bekerja sama dengan dokter tim bedah dan kepala kamar operasi

dalam menyusun prosedur dan tata kerja di kamar operasi.

b) Pengarahan

(1) Memantau staf dalam penerapan kode etik kamar bedah.

(2) Mengatur pelayanan pembedahan sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan team.

(3) Membuat jadwal kegiatan.

(4) Pemanfaatan tenaga seefektif mungkin.

(5) Mengatur pekerjaan secara merata

(6) Memberikan bimbingan kepada peserta didik.

(7) Memantau pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada stafnya.

(8) Mengatur pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien.

(9) Menciptakan suasana kerja yang harmonis.

c) Pengawasan

(1) Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai.

(2) Mengawasi penggunaan alat dan bahan secara tepat.

(3) Mempertahankan kelengkapan bahan dan alat.

(4) Mengawasi kegiatan team bedah sehubungan dengan tindakan

pembedahan.

(5) Menyesuaikan tindakan di kamar bedah dengan kegiatan di bagian

lain.
15
d) Penilaian.

(1) Menganalisa secara kontinyu jalannya team pembedahan.

(2) Menganalisa kegiatan tata laksana kamar operasi yang berhubungan

dengan penggunaan alat dan bahan secara efektif dan hemat.

b. Perawat Instrument / Scrub Nurse

1) Pengertian

Seorang tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan ditugaskan

dalam mengelola paket alat pembedahan. selama tindakan pembedahan

berlangsung.

2) Tanggung jawab

Secara administrative dan kegiatan keperawatan, bertanggung jawab kepada

kepala kamar operasi. dan secara operasional tindakan bertanggung jawab

kepada ahli bedah dan perawat kepala kamar operasi.

3) Tugas

a) Sebelum Pembedahan

(1) Melakukan kunjungan pasien minimal sehari sebelum pembedahan.

(2) Menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai seperti

kebersihan ruangan, peralatan, meja mayo atau instrumen, meja

operasi, lampu operasi, mesin anesthesi, suction pump, dan gas

medis.

(3) Menyiapkan set instrumen steril sesuai dengan jenis pembedahan.

(4) Menyiapkan bahan desinfektan dan bahan lain sesuai dengan

keperluan operasi.

(5) Menyiapkan sarung tangan dan alat tenun steril.

b) Saat Pembedahan

(1) Memperingatkan team steril jika terjadi penyimpangan prosedur

aseptik.
16
(2) Membantu mengenakan gaun dan sarung tangan steril untuk ahli

bedah dan asisten bedah.

(3) Menata instrumen di meja mayo dan meja instrumen.

(4) Memberikan desinfektan untuk desinfeksi lapangan operasi.

(5) Memberikan duk steril untuk drapping.

(6) Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai dengan

kebutuhan.

(7) Memberikan bahan operasi sesuai dengan kebutuhan.

(8) Mempertahankan instrumen dalam keadaan tersusun secara

sistematis.

(9) Mempertahankan kebersihan dan sterilisasi alat instrumen.

(10) Merawat luka secara aseptik.

c) Setelah Pembedahan

(1) Memfiksasi drain.

(2) Membersihkan kulit pasien dari sisa desinfektan.

(3) Mengganti alat tenun dan paju pasien lain dipindahkan ke brankart.

(4) Memeriksa dan menghitung instrumen lalu mencucinya.

(5) Memasukkan alat instrumen ke tempatnya untuk distenilisasi

c. Perawat Sirkuler / Circulating Nurse

1) Pengertian

Tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan tanggung jawab

membantu kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.

2) Tanggung jawab

Secara administrative dan operasional bertanggung jawab kepada perawat

kepala kamar operasi dan kepada abli bedah.

3) Tugas

a) Sebelum pembedahan

(1) Menerima Pasien di ruang persiapan Kamar Operasi


17
(2) Memeriksa kelengkapan operasi meliputi :

(a) Kelengkapan dokumentasi medis, antara lain :

- Surat persetujuan tindakan medis (operasi)

- Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir

- Hasil pemeriksaan radiologi (fob x-ray)

- Hasil pemeriksaan ahli anestesi (pra visite anestesi)

- Hasil konsultasi ahli lain sesuai kebutuhan

(b) Kelengkapan obat - obatan, cairan dan alat kesehatan

(c) Persediaan darah (bila diperlukan)

(3) Memeriksa persiapan fisik

(4) Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan untuk

pembedahan dengan perawat premedikasi

(5) Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan, tim

bedah yang akan menolong dan fasilitas kamar operasi

b) Saat pembedahan

(1) Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan bekerjasama

dengan petugas anestesi

(2) Membuka set steril yang dibutuhkan dengan memperhatikan teknik

aseptik

(3) Membantu mengikatkan tali gaun bedah

(4) Memasang plate mesin diatermi

(5) Setelah draping, membantu menyambungkan slang suction dan

senur diatermi

(6) Membantu menyiapkan cairan dan desinfektan pada mangkok steril

(7) Mengambil instrument yang jatuh dengan menggunakan alat dan

memisahkan dari instrument yang steril

(8) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan


18
(9) Menghubungi petugas penunjang medis (petugas PA) bila

diperlukan

(10) Menghitung dan mencatat pemakaian kasa, bekerjasama dengan

perawat instrument

(11) Memeriksa kelengkapan instrument dan kasa bersama perawat

instrument agar tidak tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka

operasi ditutup

c) Setelah pembedahan

(1) Membersihkan dan merapikan pasien yang sudah selesai dilakukan

pembedahan

(2) Memindahkan pasien dari meja operasi ke brancard dorong yang

telah disiapkan

(3) Meneliti, menghitung dan mencatat obat-obatan, cairan serta alat

yang telah diberikan kepada pasien

(4) Mendokumentasikan tindakan keperawatan selama pembedahan

antara lain:

(a) Identitas pasien (nama pasien, jenis kelamin, umur, nomor

dokumen medik, ruangan dirawat, tanggal mulai dirawat dan

alamat).

(b) Diagnosa pra bedah

(c) Jenis tindakan

(d) Jenis operasi (bersih, bersih kontaminasi, kontaminasi, kotor)

(e) Dokter anestesi

(f) Tim bedah (operator, asisten operator, perawat instrument)

(g) Waktu operasi (mulai induksi, mulai incisie, selesai operasi)

(h) Golongan operasi (khusus, besar, sedang, kecil)

(i) Bahan cairan yang dipakai (povidone iodine, alkohol,

perhidrol, NaCl, chlorhexidine gluconate)


19
(j) Pemakalan pisau bedah

(k) Pemakaian catheter

(l) Pemakaian benang bedah

(m) Pemakaian alat-alat lain

(n) Keterangan (berisi catatan penting selama proses pembedahan)

(5) Membantu perawat instrument membersihkan dan menyusun

instrument yang telah digunakan kemudian alat disterilkan

(6) Membersihkan selang dan botol suction dari sisa jaringan serta

cairan operasi

(7) Mensterilkan selang suction yang dipakai langsung pasien

(8) Membantu membersihkan kamar operasi setelah tindakan

pembedahan

d. Perawat Anestesi

1) Pengertian

Tenaga keperawatan profesional yang diberi wewenang dan tanggung

jawab dalam membantu terselenggarakannya pelaksanaan tindakan

pembiusan di kamar operasi.

2) Tanggung jawab

Secara administrative dan kegiatan keperawatan bertanggung jawab

kepada kepala perawat kamar operasi dan secara operasional bertanggung

jawab kepada ahli anestesi / ahli bedah dan kepala perawat kamar operasi.

3) Tugas

a) Sebelum Pembedahan

(1) Melakukan kunjungan pra anesthesi untuk menilai status fisik

pasien.

(2) Menerima pasien di ruang penerimaan kamar operasi.

(3) Menyiapkan kelengkapan alat dan mesin anesthesi.

(4) Memasang infus atau transfusi darah.


20
(5) Memberikan premedikasi sesuai dengan program dokter anesthesi.

(6) Menyiapkan kelengkapan meja anesthesi dan mesin suctionnya.

(7) Memonitor kondisi fisik dan tanda vital pasien.

(8) Memindahkan pasien ke meja operasi.

(9) Menyiapkan obat anesthesi dan membantu ahli anesthesi dalam

proses induksi.

b) Saat Pembedahan

(1) Membebaskan jalan napas dengan mengatur posisi pasien dan ETT.

(2) Memenuhi keseimbangan gas medis.

(3) Mengatur keseimbangan cairan dengan menghitung input dan

output.

(4) Memantau tanda-tanda vital.

(5) Memberikan obat-obatan sesuai dengan program dokter anesthesi.

(6) Memantau efek obat anesthesi.

c) Setelah Pembedahan

(1) Mempertahankan jalan napas pasien.

(2) Memantau tingkat kesadaran pasien.

(3) Memantau dan mencatat perkembangan pasien post operasi.

(4) Memantau pasien terhadap efek obat anesthesi.

(5) Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar.

(6) Merapikan dan membersihkan alat anesthesi.

(7) Mengembalikan alat anesthesi ke tempat semula

5) Isu Kamar Bedah

Kronologis Kasus

Seorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi.

Sebagaimana layaknya, sebelum pembedahan dilakukan anastesi terlebih dahulu.

Pembiusan dilakukan oleh dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin oleh

dokter ahli bedah tulang (orthopedy).


21
Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba sang pasien mengalami kesulitan

bernafas. Bahkan setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami

gangguan pernapasan hingga tak sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus

menerus di ruang perawatan intensif dengan bantuan mesin pernapasan

(ventilator). Tentu kejadian ini sangat mengherankan. Pasalnya, sebelum

dilakukan operasi, pasien dalam keadaan baik, kecuali masalah tulangnnya.

Usut punya usut, ternyata kedapatan bahwa ada kekeliruan dalam

pemasangan gas anastesi (N2O) yang dipasng pada mesin anastesi. Harusnya gas

N2O, ternyata yang diberikan gas CO2. Padahal gas CO2 dipakai untuk operasi

katarak. Pemberian CO2 pada pasien tentu mengakibatkan tertekannya pusat-

pusat pernapasan sehingga proses oksigenasi menjadi sangat terganggu, pasien

jadi tidak sadar dan akhirnya meninggal.

Ini sebuah fakta penyimpangan sederhana namun berakibat fatal. Dengan

kata lain ada sebuah kegagalan dalam proses penetapan gas anastesi. Dan

ternyata, di rumah sakit tersebut tidak ada standar-standar pengamanan pemakaian

gas yang dipasang di mesin anastesi. Padahal seeharusnya ada standar, siapa yang

harus memasang, bagaimana caranya, bagaimana monitoringnnya, dan lain

sebagainya.

Idealnya dan sudah menjadi keharusan bahwa perlu ada sebuah standar

yang tertulis (misalnya warna tabung gas yang berbeda), jelas, dengan formulir

yang memuat berbagai prosedur tiap kali harus ditandai dan ditandatangani.

Seandainya prosedur ini ada, tentu tidak akan ada, atau kecil kemungkinan terjadi

kekeliruan. Dan kalaupun terjadi akan cepat diketahui siapa yang

bertanggungjawab.

Malpraktek dalam bidang orthopedy adalah suatu tindakan kelalaian yang

dilakukan oleh dokter atau petugas pelayanan kesehatan yang bertugas melakukan

segala macam tindakan pembedahan khususnya pembedahan pada tulang. Dimana

dalam kasus ini si pasien yang pada awalnya hanya mengalami masalah pada
22
tulangnya pada akhirnya harus menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya

hanya karena kesalahan pemberian gas setelah operasi.

Kelalaian fatal ini bisa dikatakan terjadi karena kurangnya ketelitian dari

dokter ataupun petugas kesehatan lainnya dalam pemberian pelayanan kesehatan

terhadap pasien. Kelalaian ini juga bisa disebabkan karena manejemen rumah

sakit yang kurang tertata baik, pendidikan yang dimiliki petugas yang mungkin

masih minim serta banyak lagi faktor yang lainnya. Karena tindakan tersebut

tidak hanya melangar hukum, kode etik kedokteran dan juga standar berperilaku

dalam suatu agama tetapi bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang maka

perlu ada jalan keluarnya yakni dengan cara; pembenahan majemen rumah sakit,

meningkatkan ketelitian dalam menjalankan profesi kedokteran serta

memperdalam segala macam pengetahuan tentang berbagai macam tindakan

pelayanan kesehatan.

Bagi semua oranng yang bertugas sebagai pelayan kesehatan dan juga bagi

penulis serta siapa saja yang nantinya akan menjadi seorang pelayan yang

bergerak di bidang kesehatan, hendaknya bisa menggunakan waktu yang masih

ada semaksimal mungkin untuk mempelajari semua hal yang berkaitan dangan

tugas kita nantinya, agar segala macam tindakan pelanggaran ataupun kelalaian

dapat diminimalisir atau kalau bisa dihilangkan.


23
DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif


Nursing, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.

Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito
Yogyakarta, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
: Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.

Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University
Press : Surabaya.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Pembagian Zona Pada Ruang Operasi Berdasarkan Tingkat Resiko

Infeksi

Pembagian zona ruang operasi perlu dilakukan guna mengurangi

kemungkinan terjadinya infeksi pada pasien post operasi, pembagian zona ruang

operasi menurut Kemenkes (2012) adalah seperti pada gambar 2.1 dibawah ini
Keterangan :

1. Zona Tingkat Resiko Rendah

(Normal)

2. Zona Tingkat Resiko Sedang

(Normal dengan Pre Filter)

3. Zona Resiko Tinggi (Semi Steril

dengan Medium Filter)

4. Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril


dengan prefilter, medium filter

dan hepa filter, Tekanan Positif)

5. Area Nuklei Steril (Meja Operasi)


Gambar 2.1 – Pembagian zona pada

bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit

1. Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)

Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran),

ruang tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor. Menurut ISO 8 -

ISO 14644-1 clean room standards (dalam Kemenkes, 2012) Zona ini mempunyai

jumlah partikel debu per m3 > 3.520.000 partikel dengan diameter 0,5 μm.

2. Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)

Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester,

pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker

(ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara zona 1
dengan zona 2. Menurut ISO 8 - ISO 14644-1 clean room standards (dalam

Kemenkes, 2012) zona ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3

3.520.000 partikel dengan dia. 0,5 μm

3. Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)

Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang

persiapan (preparation), peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up,

ruang pemulihan (recovery), ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang

penyimpanan perlengkapan bedah, ruang penyimpanan peralatan anastesi, implant

orthopedi dan emergensi serta koridor-koridor di dalam kompleks ruang operasi.


Menurut ISO 8 - ISO 14644-1 clean room standards (dalam Kemenkes, 2012) Zona

ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 352.000

partikel dengan dia. 0,5 μm.

4. Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium

Filter, Hepa Filter)

Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Menurut ISO 7

- ISO 14644-1 clean room standards (dalam Kemenkes, 2012) Zona ini mempunyai

jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200 partikel dengan dia. 0,5 μm .
5. Area Nuklei Steril
Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah ( laminair air flow) dimana

bedah dilakukan. Menurut ISO 5 s/d ISO 6 - ISO 14644-1 clean room (dalam Kemenkes,

2012) Area ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 3.520 partikel

dengan dia. 0,5 μm).

Anda mungkin juga menyukai