ERLINA ROSIDA
P17320120506
5. MANIFESTASI KLINIK
1. Diare.
2. Muntah.
3. Demam.
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah
6. PATWAY
Output ↑ dan
Isi rongga absorpsi ↓
usus ↑ Kerusakan
Nyeri Akut integritas kulit
Mual,muntah,nafsu Dehidrasi
makan ↓
(Corwin,2015)
7. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
9. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
a) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
b) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono,
2011)
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L,
Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L,
potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro
et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di
atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di
rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).
2. Antibiotik
10 PATOFISIOLOGIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah Penyebab
gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia
dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau
Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu
penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik
dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan
Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi darah.
nadi makan
Hypovolemia
Management
1. Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan
berhubungan badan
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
berhubungan : administration
1. Tentukan
1. Agen cedera lokasi,
(mis.,biologis, zat karakteristik,
kimia, fisik, kualitas, dan
psikologis) derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat
alergi
4. Pilih analgesik
yang
diperlukan atau
kombinasi
5. dari analgesik
ketika
pemberian
lebih dari satu
6. Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
7. . Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
8. Pilih rute
pemberian
secara IV, IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
9. Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
anlgesik
pertama kali
10. Berikan
analgesik tepat
waktu
11. Terutama saat
nyeri hebat
12. Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda dan
gejala
Daftar Pustaka
Arfian, . (2016).Asuhan keperawatan dengan masalah gangguan gastroenteritis pediatrik edisi
ketiga. Medan EGC.
ICME STIKes,(2015) Buku Panduan Penyusunan KaryaTulis Ilmiah: studi kasus, jombang :
Stikes icme Friedman. (2016). Buku ajar keperawatan pediatrik, alih bahasa
Harmoko, dkk. Edisi keenam . Jakarta: EGC
Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia – Aplikasi Konsep Dan Proses
Keperawatan. Jakarta Medika Salemba Kozier, B. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan:konsep, proses, dan praktik, alih bahasa pemilih
Eko Karyuni, Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC Nanda. 2015, Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.
Jakarta: EGC.
Ngastiyah . (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep Dan Proses
Keperawatan . Jakarta: Medika salemba Profil kesehatan indonesia Depkes RI 2017 dilihat
pada tanggal 11 desember 2018 pada jam 10.00