Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ZAITUN 2

RSUD PROV JAWA BARAT AL-IHSAN


DENGAN GEA
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik profesi keperawatan medikal
bedah

ERLINA ROSIDA
P17320120506

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
PROGRAM PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan
sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair
(setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
biasanya berlangsung kurang dari 7 hari, terjadi secara mendadak.
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada daerah usus yang menyebabkan
bertambahnya keenceran dan frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali perhari
yang dapat menyebabkan dehidrasi.
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat
di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau.
b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1) bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka
2) bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu
1) Kardia.
2) Fundus.
3) Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum).
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1) Kolon asendens (kanan)
2) Kolon transversum
3) Kolon desendens (kiri)
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air, dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga
abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
i. Rektum dan anus
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
3. ETIOLOGI
1.    Faktor infeksi
A.  Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
1).      Infeksi bakteri :Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter,
yersinia, aeromonas dan sebagainya.
2).      Infeksi virus :entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,
rotavirus, astovirus dan lain-lain.
3).      Infeksi parasit : Cacing, protozoa, dan jamur.
2.    Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi
lemak, malabsorbsi protein.
3.    Faktor makanan :Makanan basi beracun dan alergi makanan
4.    Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
mengkonsumsi makanan.
5.    Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
4. KLASIFIKASI
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
b. Diare Kronis.
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu (pada orang
dewasa) sedangkan pada bayi dan anak-anak ditetapkan batas waktu 2 minggu

5. MANIFESTASI KLINIK
1.    Diare.
2.    Muntah.
3.    Demam.
4.    Nyeri abdomen
5.    Membran mukosa mulut dan bibir kering
6.    Fontanel cekung
7.    Kehilangan berat badan
8.    Tidak nafsu makan
9.    Badan terasa lemah
6. PATWAY

Intoleransi Faktor Infeksi Makanan basi Malabsorpsi

↑ enzim Masuk ke saluran Masuk ke saluran Tekanan osmotik dalam


asam laktat pencernaan pencernaan lumen usus meningkat

↑ stimulus Bakteri Makanan tidak Pergeseran air &


skresi getah mengeluarkan dapat diabsorpsi elektrolit ke rongga usus
lambung toksin

Kadar asam Sekresi cairan dan Hyperperistaltik Isi rongga usus ↑


lambung ↑ elektrolit dalam
rongga usus ↑
Kemampuan
Iritasi mukosa absorpsi ↓
lambung

Cairan & elektrolit Gastroenteritis Feses bersifat asam Mengiritasi


masuk lumen usus rektal

Output ↑ dan
Isi rongga absorpsi ↓
usus ↑ Kerusakan
Nyeri Akut integritas kulit

Mual,muntah,nafsu Dehidrasi
makan ↓

Perubahan nutrisi Kekurangan Merangsang pusat


kurang dari volume cairan pengaturan suhu Hipertemi
kebutuhan tubuh tubuh dihipotalamus

(Corwin,2015)
7. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

pemeriksaan diagnostic pada klien dengan gastroenteritis :

1. Laboratoris (pemeriksaan darah)


Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit
malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D, peningkatan serum
albumin, fosfatase alkali dan masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi.
Penuruna jumlah serum albumin pada klien penyakit chron.
2. Radiologis
- Barrium Foloow through à penyakit chron.
- Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.
3. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.

9. PENATALAKSANAAN

1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
a) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
b) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono,
2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L,
Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L,
potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro
et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di
atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di
rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).
2. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut


infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan
tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic
untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg
(oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).

3.    Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).


Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari
dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses
dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini
cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut
dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

10 PATOFISIOLOGIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah Penyebab
gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia
dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau
Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu
penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik
dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan
Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi darah.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
1 Identitas klien.
2 Riwayat keperawatan.
a. Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul
diare.
b. Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4
kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Diagnosis Medis dan Terapi :
Gastroenteritis Akut dan terapi obat antidiare, terapi intravena, dan antibiotic.
6. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun
kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai
pada fase sakit.
h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang berangsur-
angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang
adekuat.
k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang
karena gejala penyakit.
7 Pemerikasaan fisik.
- Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir
kering, berat badan menurun,anus kemerahan.
- Perkusi : adanya distensi abdomen.
-    Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
- Auskultasi : terdengarnya bising usus..
Pemeriksaan Fisik Keperawatan
pasien yang mengalami diare berat dan mengalami gangguan biokimiawi
akibat menurunnya ion HCO3- dan H+.
a. Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 160 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg, muka
pucat, akral dingin dan kadang sianosis (waspada syok)
b. Sistem neurologi
Penurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi berat, kejang karena
terjadi penumpukan natrium dalam serum.
c. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi pekat
(jika terjadi syok hipovolemik).
d. Sistem pencernaan
Mual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir /darah,
bising usus meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut teraba
keras (kram abdomen).
e. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit didaerah
perianal merah, lecet.
f. Sistem musculoskeletal
Kelemahan pada ekstremitas.
3. Diagnosa Keperawatan
a Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
b Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kekurangan intake makanan,
c Nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa.
4. Intervensi
No Diagnosa Noc Nic
1 Kekurangan volume 1. Fluid balance Fluid management
cairan b/d kekurangan 2. Hydration 1 Timbang
cairan aktif 3. Nutritional status : popok/pembalut jika
Definisi : Food and Fluid Intake Diperlukan
intravascular, Kriteria Hasil :
2 Pertahankan catatan
interstisial, dan/ atau
1. Mempertahankan intake dan output yang
intraseluler, ini mengacu
urine output sesuai akurat
pada dehidrasi,
dengan usia dan BB,
kehilangan cairan tanpa 3 Monitor status
BJ urine normal, HT
perubahan natrium hidrasi (kelembapan
normal
membrane mukosa,
Batasan karakteristik : 2. Tekanan darah, nadi,
nadi adekuat, tekanan
suhu tubuh dalam
1 Perubahan status darah prtostatik) jika
batas normal
mental diperlukan.
3. Tidak ada tanda
2 Penurunan tekanan
tanda dehidrasi, 4 Monitor vital sign
darah
elastisitas turgor 5 Monitor masukan
3 Penurunan tekanan
kulit baik, membran makanan / cairan dan
nadi
mukosa lembab, intake kalori
4 Penurunan volume
tidak ada rasa haus
nadi 6 Kolaborasikan
yang berlebihan
5 Penurunan turgor kulit pemberian cairan IV
6 Penurunan turgor lidah
7 Monitor status nutrisi
7 Penurunan haluaran
urin 8 Berikan cairan IV pada
8 Penurunan pengisian suhu ruangan
vena
9 Dorong masuk an
9 Membran mukosa
kering oral
10 Kulit kering
10 Berikan pergantian
11 Peningkatan
nesogatrik sesuai
hematocrit
output
12 Peningkatan suhu
tubuh 11 Dorong keluarga untuk

13 Peninkatan frekuensi membantu pasien

nadi makan

14 Peningkatan 12 Tawarkan snack (jus


konsentrasi urin buah, buah segar)
15 Penurunan berat badan
13 Kolaborasi
Faktor yang
dengan dokter
berhubungan
1 Kehilangan cairan 14 Atur kemungkinan
aktif tranfusi
2 Kegagalan
15 Persiapan untuk
mekanisme regulasi
tranfusi

Hypovolemia
Management

1. Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan

2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan

6. Monitor berat badan


7. Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
8. Pemberian cairan Iv
monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan
9. Monitor adanya
tanda gagal ginjal

2 Ketidakseimbangan Nutrition management


1. Nutritional status
nutrisi kurang dari
2. Nutriti 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b/d
onal status : food makanan
kekurangan intake
and fluid intake 2. Kolaborasi dengan
makanan
3. Nutriti ahli gizi untuk
Defenisi karakteristik :
onal status : menentukan jumlah
1 Kram abdomen nutrient intake kalori dan nutrisi
2 Nyeri abdomen 4. Weight control yang dibutuhkan
3 Menghindari makanan 5. Kriteria hasil : pasien
4 Berat badan 20% atau 1 Adanya peningkatan 3. Anjurkan pasien
lebih dibawah berat berat badan sesuai untuk meningkatkan
badan ideal dengan tujuan intake Fe
5 Kerapuhan kapiler 2Berat badan ideal 4. Anjurkan pasien
6 Diare sesuai dengan tinggi untuk meningkatkan
7 Kehilanganrambut badan protein dan vitamin
berlebihan 3Mampu C
8 Bising usus hiperaktif mengidentifikasi 5. Berikan substansi
9 Kurang makanan kebutuhan nutrisi gula
10 Kurang informasi 4Tidak ada tanda 6. Yakinkan diet yang
11 Kurang minat pada tanda malnutrisi dimakan men gandung
makanan 5Menunjukkan tinggi serat untuk
12 Penurunan berat badan peningkatan mencegah konstipasi
dengan asupan fungsi pengecapan 7. Berikan makanan
makanan adekuat dan yang terpilih ( sudah
13 Kesalahan konsepsi menelan dikonsultasikan
14 Kesalahan informasi 6Tidak terjadi dengan ahli gizi )
15 Membrane mukosa penurunanberat badan 8. Ajarkan pasien
pucat yang berarti bagaimana membuat
16 Ketidakmampuan catatan makanan
memakan makanan harian
17 Tonus otot menurun 9. Monitor jumlah
18 Mengeluh gangguan Nutrisi dan kandungan
sensasi rasa kalori
19 Mengeluh asupan
10. Berikan informasi
makanan kurang dari
tentang kebutuhan
RDA (recommended
nutrisi
daily allowance)
11. Kaji kemampuan
20 Cepat kenyang setelah
pasien untuk
makan
mendapatkan nutrisi
21 Sariawan rongga mulut
yang dibutuhkan
22 Streatorea
Nutrition Monitoring
23 Kelemahan otot
pengunyah 1. BB pasien dalam

24 Kelemahan otot untuk batas normal

menelan 2. Monitor adanya

Faktor-faktor yang penurunan berat

berhubungan badan

1. Faktor biologis 3. Monitor tipe dan


2. Faktor ekonomi jumlah aktivitas
Ketidakmampuan yang biasa
untuk mengabsorbsi dilakukan
nutrien 4. Monitor lingkungan
3. Ketidakmampuan selama makan
untuk mencerna 5. Jadwalkan
makanan pengobatan dan
4. Ketidakmampuan tindakan tidak
untuk menelan selama jam makan
makanan 6. Monitor kulit kering
5. Faktor psikologis dan perubahan
pigmentasi
7. Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah

9. Monitor mual dan


muntah
10. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
11. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
12. Monitor pucar,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan
intake nutrisi
14. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral
15. Catat jika lidah
berwarna
magenta,scarlet

3 Nyeri b/d inflamasi 1. Pain level Pain management


mukosa 2. Pain control
1. Lakukan
Defenisi : 3. Comfort
pengkajian nyeri
Pengalaman sensori dan level Kriteria secara
emosional yang tidak hasil : komprehensif
menyenangkan yang 1. Mampu mengontrol termasuk lokasi,
muncul akibat kerusakan nyeri (tahu karakteristik,
jaringan yang actual atau penyebab nyeri, durasi, frekuensi,
potensial atau mampu kualitas dan factor
digambarkan dalam hal menggunakan teknik presipitasi
kerusakan sedemikian nonfarmakologi 2. Observasi reaksi
rupa ( international untuk mengurangi nonverbal dari
association for the study nyeri, mencari ketidaknyamanan
of pain ) : awitan yang bantuan) 3. Gunakan teknik
tiba – tiba atau lambat 2. Melaporkan bahwa komunikasi
dari intensitas ringan nyeri berkurang terapeutik untuk
hingga berat dengan dengan mengetahui
akhir yang dapat menggunakan pengalaman nyeri
diantisipasi atau manajemen nyeri pasien
diprediksi dan 3. Mampu mengenali 4. Kaji kultur yang
berlangsung <6 bulan nyeri (skala, mempengaruhi
intensitas, frekuensi respon nyeri
Batasan karakteristik :
dan tanda nyeri) 5. Evaluasi
1. Perubahan selera 4. Menyatakan rasa pengalaman nyeri
makan nyaman setelah masa lampau
2. Perubahan tekanan nyeri berkurang 6. Evaluasi bersama
darah pasien dan tim
kesehatan
3. Perubahan frekuensi
lain tentang
jantung
ketidakefektifan
4. Perubahan frekuensi kontrol nyeri masa
pernafasan lampau
7. Bantu pasien dan
5. Laporan isyarat
keluarga untuk
6. Diaphoresis
mencari dan
7. Perilaku distraksi menemukan
(mis.,berjalan mondar dukungan
– mandir mencdari 8. Kontrol
orang lain dan atau lingkungan
aktivitas lain, aktivitas yang dapat
yang berulang) mempengaruhi
nyeri seperti suhu
8. Mengekspresikan
ruangan,
perilaku (mis.,helisah,
pencahayaan
merengek, menangis)
dan kebisingan
9. Masker wajah 9. Kurangi faktor
(mis.,mata kurang presipitasi nyeri
bercahaya, tampak 10. Pilih dan lakukan
kacau, gerakan mata penanganan nyeri
berpencar atau tetap (farmakologi, non
pada suatu focus farmakologi dan
meringis) interpersonal)

10. Sikap melindungi area 11. Kaji tipe dan

nyeri sumber nyeri


untuk menentukan
11. Fokus menyempit
intervensi
(mis.,gangguan
12. Ajarkan tentang
persepsi nyeri,
teknik non
hambatan proses
farmakologi
berfikir, penurunan
13. Berikan analgetik
interaksi dengan orang
untuk mengurangi
dan lingkungan)
nyeri
12. Indikasi nyeri yang 14. Evaluasi
dapat diamati keefektifan kontrol
nyeri Tingkatkan
13. Perubahan posisi untuk
istirahat
menghindari nyeri
15. Kolaborasikan
14. Sikap tubuh dengan dokter jika
melindungi ada keluhan dan
tindakan nyeri
15. Dilatasi pupil tidak berhasil
16. Monitor
16. Melaporkan nyeri
penerimaan pasien
secara verbal
tentang
17. Gangguan tidur manajemen nyeri

Faktor yang Analgesic

berhubungan : administration
1. Tentukan
1. Agen cedera lokasi,
(mis.,biologis, zat karakteristik,
kimia, fisik, kualitas, dan
psikologis) derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat
alergi
4. Pilih analgesik
yang
diperlukan atau
kombinasi
5. dari analgesik
ketika
pemberian
lebih dari satu
6. Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
7. . Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
8. Pilih rute
pemberian
secara IV, IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
9. Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
anlgesik
pertama kali
10. Berikan

analgesik tepat
waktu
11. Terutama saat
nyeri hebat
12. Evaluasi

efektivitas
analgesik,
tanda dan
gejala

Daftar Pustaka
Arfian, . (2016).Asuhan keperawatan dengan masalah gangguan gastroenteritis pediatrik edisi
ketiga. Medan EGC.

ICME STIKes,(2015) Buku Panduan Penyusunan KaryaTulis Ilmiah: studi kasus, jombang :
Stikes icme Friedman. (2016). Buku ajar keperawatan pediatrik, alih bahasa
Harmoko, dkk. Edisi keenam . Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia – Aplikasi Konsep Dan Proses
Keperawatan. Jakarta Medika Salemba Kozier, B. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan:konsep, proses, dan praktik, alih bahasa pemilih

Eko Karyuni, Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC Nanda. 2015, Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.
Jakarta: EGC.

Ngastiyah . (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep Dan Proses
Keperawatan . Jakarta: Medika salemba Profil kesehatan indonesia Depkes RI 2017 dilihat
pada tanggal 11 desember 2018 pada jam 10.00

Ribka,(2015),Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis NANDA NICNOC,


Yogyakarta:Medication Yogyakarta Tarwoto. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses keperawatan. Edisi ketiga Jakarta Salemba Medika

Vhaugans, B.W. (2011) Keperawatan dasar:edisi pertama Yogyakarta:Rapha publishing

Anda mungkin juga menyukai